4.1 Pendahuluan
Sifat mekanik beton yang sering diuji adalah kekuatannya. Kuat tekan beban beton
adalah besarnya beban maksimum per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton
hancur bila dibebani dengan gaya tekantertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan.
dalam memikul beban, baik beban tarik, tekan, geser, ataupun kombinasi dari
beban-beban tersebut.
a. Riset
b. Pengendalian mutu
Cara yang digunakan untuk pengujian kuat tekan beton adalah dengan menggunakan
mesin tekan. Prinsip pengujian kuat tekan beton dengan alat mesin tekan adalah
mengukur besarnya beban yang dapat dipikul oleh satu satuan luas beton (benda uji)
sampai benda uji itu hancur atau rusak. Adapun bentuk benda uji dapat berupa kubus
ukuran 15 cm atau silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Pada percobaan ini,
digunakan benda uji dengan bentuk silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Secara umum, kekuatan beton dipengaruhi oleh kekuatan komponen-komponennya,
yaitu pasta semen, rongga, agregat, dan interface antara pasta semen dan agregat.
h. Proporsi campuran
i. Derajat pemadatan
Ukuran standar untuk beton uji silinder adalah 150 mm (D) x 300 mm (L).
Namun, ukuran yang lebih kecil juga sering digunakan. Perlu diingat bahwa
penggunaan ukuran silinder yang lebih kecil dapat memengaruhi hasil kuat tekan
yang diperoleh.
Spesifikasi yang ada mensyaratkan bahwa dimensi terkecil benda uji haruslah
Rasio panjang (L) terhadap diameter (D) benda uji yang baku adalah 2. Tetapi,
penggunaan benda uji dengan rasio lebih kecil dari 2 diperbolehkan oleh
peraturan yang ada. Secara umum, semakin kecil rasio L/D, semakin tinggi nilai
kuat tekan yang didapat. Hal ini dikarenakan pada benda uji dengan rasio L/D <
benda uji.
Pada umumnya, benda uji yang ditest dalam kondisi lembap akan akan
menghasilkan nilai kuat tekan yang lebih rendah dibandingkan dengan pada
kondisi kering, rentang perbedaannya berkisar antara 5-20%. Suhu benda uji
pada saat pengujian juga memengaruhi hasil kuat tekan yang didapat. Benda uji
yang diuji pada temperature tinggi umumnya menghasilkan kuat tekan yang lebih
rendah dibandingkan dengan benda uji yang diuji pada temperature rendah.
Umumnya, benda uji yang diuji pada arah yang sama dengan arah dimana
benda uji tersebut dicor menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kuat benda uji yang diuji pada arah tegak lurus terhadap pengecoran.
g. Laju pembebanan
pembebanan yang diaplikasikan. Pengaruh ini terlihat semakin besar pada beton
mutu tinggi.
Kuat tekan benda uji silinder 150 mm x 300 mm umumnya berkisar antara 75-
85% nilai kuat tekan benda uji kubus 150 x 150 x 150 mm.
Tujuan dari pemeriksaan kuat tekan beton ini adalah untuk menentukan kekuatan
tekan beton berbentuk silinder dengan dimensi 15 x 30 cm yang dibuat dan dirawat di
laboratorium. Nilai kekuatan tekan beton adalah nilai perbandingan beban terhadap luas
penampang beton.
sebagai berikut:
c. Timbangan
percobaan berupa:
a. Beton uji
1. Ambil benda uji yang hendak ditentukan kekuatan tekannya dari bak
3. Lakukan pelapisan (capping) permukaan atas dan bawah benda uji dengan
dalam pot peleleh (melting pot) yang dinding dalamnya telah dilapisi tipis,
kemudian letakkan benda uji tegak lurus pada cetakan pelapis sampai
sama, lakukan pelapisan pada permukaan benda uji lain yang hendak diuji
kuat tekannya.
ASTM C31 atau C92. Pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut:
2. Letakkan benda uji pada mesin tekan (mesin penguji) secara sentris.
maksimum hingga benda uji hancur yang diberikan selama pemeriksaan kuat
5. Lakukan langkah 1 sampai dengan 4 sesuai jumlah benda uji yang akan
Faktor
No. Massa Usia Luas
Gaya F/A saat Koreksi F/A 28 hari
Benda Benda Uji Uji Penampang
Uji (kN) diuji (MPa) untuk Uji 28 (MPa)
Uji (kg) (hari) (mm2)
Hari
1 11.98 7 185 17662.5 10.47 0.65 16.11
2 11.64 7 125 17662.5 7.08 0.65 10.89
3 12.26 14 190 17662.5 10.76 0.88 12.22
4 12.3 14 242.5 17662.5 13.73 0.88 15.60
5 12.1 28 310 17662.5 17.55 1 17.55
6 12.68 28 340 17662.5 19.25 1 19.25
Catatan:
- Luas penampang didapat dari dimensi benda uji silinder berdiameter 15 cm dengan tinggi
30 cm.
- Faktor koreksi untuk uji 28 hari didapat dari ketentuan persentase kuat tekan beton pada
usia 7 dan 14 hari dibandingkan dengan kuat tekan beton pada usia 28 hari.
Gambar 4.x Grafik Kuat Tekan Beton Uji
5.00
0.00
7 7 14 14 28 28
Usia Beton Uji (hari)
4.6 Perhitungan
Kekuatan Tekan Beton = (MPa)
4.7 Analisis
Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan, besarnya nilai kuat tekan beton pada
usia 7 hari adalah sebesar 65% dari kuat tekan beton pada usia 28 hari. Sedangkan
besar nilai kuat tekan beton pada usia 14 hari adalah 88% dari kuat tekan beton pada
usia 28 hari. Dari ketentuan inilah, dapat ditentukan faktor pembagi untuk memprediksi
sebesar 16.11 MPa, 10.89 MPa, 12.22 MPa, 15.60 MPa, 17.55 MPa, dan 19.25 MPa.
Hasil uji kuat tekan beton (diprediksi untuk usia 28 hari) yang diuji pada hari ke-7 adalah
16.11 MPa dan 10.89 MPa, 12.22 MPa dan 15.60 MPa untuk kuat tekan beton yang diuji
pada hari ke-14 (diprediksi untuk usia 28 hari), serta 17.55 MPa dan 19.25 MPauntuk
kuat tekan beton yang diuji pada hari ke-28. Dari proses pengecoran, didapat 3 buah
sampel beton dengan struktur cukup baik dan 3 buah sampel beton dengan struktur
bergerigi dan berrongga (berbentuk seperti beng-beng). Maka untuk tiap periode uji,
digunakan dua sampel beton, masing-masing yang berstruktur cukup baik dan yang
Dari nilai hasil uji tekan beton yang telah didapat, dapat dilihat bahwa terjadi
perbedaan hasil uji dengan kuat tekan beton rencana, yaitu K-350 atau setara dengan
fc 28.47 (didapat dengan rumus konversi K menjadi fc). Nilai kuat tekan beton
percobaan tertinggi yang didapat hanya sebesar 19.25 MPa atau sama dengan fc
19.25.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan nilai kuat tekan beton uji tidak
Faktor pertama adalah terbentuknya struktur beton yang berrongga, keropos, dan
bergerigi saat dilepasnya bekisting, sebanyak 3 dari 6 buah sampel beton. Struktur yang
beban menjadi berkurang dan kekuatan tekannya lebih rendah dibandingkan dengan
beton yang memiliki struktur yang baik (tidak berrongga). Hal ini dapat menyebabkan
nilai kuat tekan beton tersebut berkurang karena kepadatan beton tersebut berkurang
akibat adanya rongga, dan perambatan gaya tidak terjadi secara merata karena adanya
rongga-rongga kosong yang tidak mampu menahan beban. Struktur beton yang keropos
dapat terjadi akibat proses pemadatan dengan menggunakan alat vibrator dengan
periode terlalu singkat dan tidak menjangkau keseluruhan bagian adonan di dalam
bekisting, serta alat vibrator yang terlalu cepat diangkat, Proses-proses tersebut
menyebabkan pemadatan yang kurang merata (ada bagian dari adonan yang tidak
terpadatkan), juga tertinggalnya rongga-rongga udara pada adonan karena alat vibrator
Faktor kedua, terjadinya fenomena segregasi saat pemindahan adonan dari mixer
menuju wadah penampung adonan. Dapar dilihat pada wadah, adonan yang tersisa
hanya terdiri dari kerikil yang bercampur dengan mortar. Hal ini dapat menyebabkan
seharusnya dilepas satu hari setelah pengecoran. Namun, sehubungan dengan hari
raya pada satu hari setelah pengecoran, bekisting baru dilepas dua hari setelah
percobaan. Akibatnya, masa curingberkurang satu hari, sehingga proses hidrasi tidak
terjadi secara maksimum karena dalam rentang waktu tersebut ada sejumlah air yang
terbuang karena menguap dan tidak dapat digunakan untuk proses hidrasi sebagaimana
seharusnya. Proses hidrasi yang tidak sempurna ini menyebabkan kekuatan beton
Faktor keempat, pada waktu kurang dari 7 hari, proses curing dilakukan hanya
dengan membungkus sampel beton dengan karung basah. Proses curing tidak
dilakukan dengan merendam beton di dalam air diakibatkan oleh terbatasnya kapasitas
beton untuk direndam. Proses curing menggunakan karung basah dirasa kurang efektif,
akibat adanya proses penguapan air dari karung, sehingga jumlah air yang dapat
diserap beton tidak sebanyak jika proses curing dilakukan dengan perendaman dalam
air. Faktor ini akan memengaruhi, lebih tepatnya mengurangi kadar air beton dan tingkat
4.8 Kesimpulan
Pada percobaan digunakan 6 buah sampel uji beton untuk diukur kekuatan
tekannya. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada 3 waktu, yaitu saat beton berusia
7 hari, 14 hari, dan 28 hari. Pada setiap waktu uji, digunakan dua buah sampel beton,
masing-masing menggunakan beton dengan struktur cukup baik dan beton dengan
Berdasarkan hasil uji kekuatan tekan beton, didapat kuat tekan beton pada usia 7
hari adalah sebesar 16.11 MPa (struktur cukup baik) dan 10.89 MPa (struktur bergerigi
dan berrongga), kuat tekan beton pada usia 14 hari sebesar 12.22 MPa (struktur
bergerigi dan berrongga) dan 15.60 MPa (struktur cukup baik), serta kuat tekan beton
pada usia 28 hari sebesar 17.55 MPa (struktur bergerigi dan berrongga) dan 19.25 MPa
Seluruh hasil uji kuat tekan beton sampel tidak ada yang mencapai kuat tekan
rencana, yaitu sebesar K-350 atau setara dengan fc 28.47. Untuk beton sampel yang
diuji pada usia yang sama, didapati perbedaan nilai kuat tekan yang diakibatkan oleh