Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGAWASAN MUTU

SNACK DAN BISKUIT

Oleh:

Lauw Kevin (03420090003)


Themmy Yuni (03420090012)
Stella Olivia (03420090018)
Yessica Hartanto (03420090036)
Hendra Erwanto (03420090044)

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
KARAWACI
2012

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa kini, snack menjadi makanan yang banyak diminati oleh
masyarakat. Snack dan biskuit menjadi makanan tengah hari untuk dikonsumsi
diantara jam makan. Biskuit terbuat dari bahan dasar tepung terigu atau tepung
jenis lainnya. Biskuit mengandung banyak karbohidrat dan lemak sehingga kita
harus memperhatikan kualitas mutu pada biskuit. Mutu biskuit ditentukan oleh
dua kriteria, kriteria bagian dalam dan kriteria bagian luar. Kriteria bagian dalam
meliputi warna daging, porositas, dan sifat tekstural sedangkan kriteria bagian luar
meliputi warna kulit, bentuk simetri, karakteristik kulit hingga volume biskuit
(Kramer dan Twigg, 1973).
Syarat mutu snack diatur dalam SNI 01-2886-1992 yang mencakup analisa
organoleptik dari rasa, bau hingga warna. Kadar air pada biskuit dan kadar lemak
juga menjadi faktor yang penting terhadap mutu biskuit dimana fungsi air dalam
pembuatan biskuit sebagai pelarut dari beberapa bahan seperti gula, garam, dan
susu (Winarno, 2002).
Faktor lain seperti kondisi penyimpanan, pengemasan dan cara pengolahan
yang tepat juga akan mempengaruhi kualitas dari biskuit. Lamanya penyimpanan
yang dilakukan cenderung akan menaikkan kadar air yang masuk dan terserap
oleh biskuit. Tingginya kadar air juga akan meningkatkan pertumbuhan mikroba
yang akan semakin menurunkan mutu produk bahan pangan.

1.2 Tujuan
Tujuan pada praktikum ini adalah melakukan pengujian mutu pada sampel
produk biskuit dan snack dengan membandingkan pada SNI 01-2886-1992 dan
melihat health claim dan food standards and labeling pada sampel.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mutu Biskuit


Menurut Kramer dan Twigg (1973), mutu yang baik merupakan faktor
penting pada produk pangan. Mutu pada produk dapat meliputi parametr keadaan
(bau, rasa, dan warna), kandungan kadar air dalam sampel, kadar lemak, kadar
silikat maksumum, bahan tambahan makanan, cemaran logam hingga cemaran
mikroba. Kadar air akan menentukan ketahanan dan keadaan pada produk
tersebut. Air memiliki pengaruh yang vital terhadap mutu dari bahan pangan.
Penetapan kandungan air yang ada di dalam bahan dapat dilakukan berdasarkan
beberapa cara seperti metode pengeringan yang dilakukan pada produk pangan.
Faktor lain yang mempengaruhi mutu snack dan biskuit adalah dari sistem
pengemasan dan penyimpanan pada bahan pangan tersebut. Penyimpanan yang
tepat akan memperpanjang umur simpan dan menghasilkan produk pangan yang
tetap memiliki mutu yang baik meskipun sudah melewati proses penyimpanan.
Cemaran mikroba hingga penyerapan air dapat dicegah dengan pengemasan dan
penyimpanan yang tepat.
Biskuit merupakan produk pangan yang berbahan dasar terigu yang
dipanggang hingga memiliki kandungan akdar air kurang dari 5%. Kandungan
lemak dan minyak yang terdapat dalam biskuit berfungsi untuk melembutkan
adonan biskuit dan membuat hasil biskuit menjadi lebih renyah. Penambahan
bahan lain seperti gula, garam, soda kue, air, perasa, dan susu juga menjadi
komponen pada biskuit yang harus diperhatikan kebersihannya untuk mencegah
pertumbuhan mikroba di dalamnya. Kandungan komponen-komponen pada
biskuit tersebut harus dilakukan pengujian terhadap mutu dari biskuit tersebut.
Snack diproses melalui tahap penggorengan dengan menggunakan minyak
yang berperan sebagai media transfer panas. Kandungan minyak yang terserap
dan masuk ke dalam adonan akan menjadi faktor yang akan mempengaruhi umur
simpan dan mutu dari produk. Kualitas dan kebersihan minyak akan menjadi
faktor mutu penting. Minyak dan lemak merupakan komponen penting dalam
bahan pangan yang akan menyebabkan adanya ketengengikan sehingga

3
mengalami adanya penurunan mutu. Faktor udara, intensitas cahaya, dan aktivitas
enzim menjadi faktor yang menentukan umur simpan biskuit. Proses oksidasi dan
bleaching akan meningkat ketika penyimpanan tidak tepat. Off flavor juga
menjadi hasil lewat mutu dari produk bahan pangan akibat kerusakan faktor-
faktor tersebut (Man dan Jones, 2000).

2.2 Standard Labeling


Banyaknya perdagangan produk bahan pangan saat ini menyebabkan
dibentuknya peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 69 tahun 1999
tentang label dan iklan pangan. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan
diatur di dalam peraturan tersebut. Perdagangan pangan yang sehat dan
memberikan informasi yang jelas kepada konsumen diharapkan dari peraturan ini
seperti kejelasan produk, tanggal produksi, tanggal kadarluarsa, batas penggunaan
komponen bahan-bahan di dalam produk pangan tersebut diperlukan agar
konsumen dapat mengetahui dan tidak salah ketika membeli produk. Perdagangan
yang jujur dan bertanggung jawab dilakukan untuk melindungi konsumen
terhadap pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Label merupakan keterangan yang terdapat pada produk pangan berupa
gambar, tulisan atau kombinasi keduanya yang memuat informasi mengenai
barang dan keterangan pihak yang memproduksi produk tersebut yang disertakan
pada produk, dimasukkan pada kemasan, ditempelkan di bagian kemasan atau
dapat juga sudah menjadi bagian langsung dari kemasan.
Informasi mengenai kuantitas, isi hingga kualitas dari produk menjadi
bagian label. Label digunakan agar konsumen dapat lebih paham mengenai
produk pilihannya tersebut. Pada proses labeling diharuskan terdapatnya
informasi yang lengkap dari produk yang akan dibutuhkan oleh kondumen ketika
konsumen akan menentukan pilihan sebelum memilih untuk membeli produk
tersebut sehingga konsumen tidak akan menjadi pihak yang dirugikan karena
kurangnya informasi dari produk tersebut.
Menurut peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 69 tahun 1999,
produk yang akan dipasarkan harus sesuai dengan syarat yang ditentukan oleh
pemerintah seperti terdapatnya informasi berat bersih, isi bersih atau netto,

4
komposisi dari produk, tanggal, bulan, dan tahun kadarluarsa, nama barang atau
produk, ukuran, berat atau isi bersih produk, keterangan mengenai halal atau
tidaknya produk, produk, aturan penggunaan produk, efek samping dari produk
hingga pihak dan alamat pihak yang memproduksi produk menjadi ketentuan
yang harus terdapat dan dimuat pada label produk dengan menggunakan bahasa
yang sesuai dengan tempat pendistribusian. Isi dan penggunaan label yang tepat
sesuai dengan peraturan pemerintah tersebut akan memudahkan konsumen dalam
menentukan pilihan dan menghindarkan konsumen dari lewat mutu produk,
pemalsuan komposisi isi produk hingga adanya pemanfaatan pada produk.
2.3 Penyimpanan Biskuit
Penyimpanan dilakukan untuk dapat mempertahankan mutu dan kualitas
produk yang akan disimpan. Untuk dapat mempertahankan mutu dan kualitas
produk maka penyimpanan harus dilakukan dengan benar dan seragam sesuai
dengan karakteristik produk tersebut. Penyimpanan yang bahan yang tidak
seragam dan tidak benar akan merusak produk sehingga menghasilkan mutu dan
kualitas yang tidak baik (Syarief dan Halid 1993). Biskuit merupakan makanan
yang terbuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan makanan lain dengan
proses pemanasan dan pencetakan (BSN, 1992). Mutu biskuit dapat dinilai
melalui uji organoleptik seperti berdasarkan warna, aroma, rasa dan tekstur.
Penampakan warna biskuit yang baik akan berwarna kuning kecoklatan, aroma
biskuit merupakan aroma yang khas dari lemak dan butter pada bahan pembuatan,
tekstur biskuit yang baik dihasilkan dengan tekstur yang renyah, dan rasa pada
biskuit yang baik akan gurih (Kartika, 1988).
Biskuit harus disimpan menggunakan kemasan yang kedap terhadap
cahaya, uap air dan oksigen (Man dan Jones, 2000). Kemasan yang digunakan
pada biskuit ini bertujuan untuk dapat menjaga mutu dan kualitas biskuit selama
penyimpanan. Biskuit sangat rentan mengalami kerusakan oleh mikroorganisme
sehingga akan mempengaruhi tekstur, ukuran, warna, dan flavor (Matz,1992).
Kondisi penyimpanan menyebabkan zat gizi yang ada di dalamnya menjadi
berkurang dan dapat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme yang akan
menyebabkan kerusakan. Suhu penyimpanan juga perlu diperhatikan karena dapat
mempengaruhi aktivitas air. Aktivitas air yang tinggi akan menyebabkan kondisi

5
menjadi lembab sehingga mempengaruhi kualitas dari produk yang disimpan
(Syarief dan Halid 1993).

6
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah tabel SNI dan tabel standar nutrisi. Bahan
yang digunakan adalah biskuit untuk kelompok umur tertentu (toddler keju,
farleys apel, Promina marie biscuit, Promina baby rusk susu, sun susu dan
madu), biskuit untuk kelompok general (biskuat susu danone, roma kelapa, snips
snaps coklat, genji mini pie, choco mania), biskuit dengan health claim (litebite
diabetic, WRP, Murray Sugar Free, Tango Less Sugar, Cookies import)
3.2 Prosedur Kerja
1. Dilihat dan dicatat kandungan gizi pada setiap biskuit
2. Dihitung berdasarkan standar nutrisi yang ada dan dibandingkan dengan SNI

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kandungan Gizi dalam Biskuit


4.1.1 Kandungan gizi biskuit kelompok umur tertentu
Sampel yang digunakan pada pengamatan kali ini adalah biskuit dengan
kelompok umur tertentu yaitu biskuit bayi. Sampel yang digunakan ada lima yaitu
Toddler keju, Farleys apel, Promina Marie Biskuit, Promina Baby Rusk Susu,
dan Sun Susu dan Madu. Kandungan gizi kelima produk tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kandungan gizi pada biskuit bayi
Nilai gizi Toddler keju Farleys apel Promina Promina baby Sun susu & madu
marie biskuit rusk susu
Takaran saji 3 keping 2 keping/ pcs 4 keping (24 2 keping (21 3 keping (19.29 g)
22 g (20 g) g) g)
Jml sajian per 5 6 5 6 4
kemasan
Jml per sajian:
Energi total 100 kkal 80 kkal 90 kkal 80 kkal
Energi dari lemak 35 kkal
Lemak total 3.5 g = 2 g = 10% 2.5 g = 2 g = 9.52 1.5 g = 7.78%
15,91% 10,42%
Protein 2g5% 2g9%= 3 g 14 % 2g8%= 1 g 7 % = 5.17%
10% = 12,5% 9,52%
Vitamin A 375 IU 25 40 % 15 % 20 % 20 %
%
Vitamin C 15 mg 30 10 % 6%
%
Vitamin D 75 % 15 % 25 % 60 %
Vitamin D3 50 IU 25
%
Vitamin E 1 mg 15 20 % 15 %
%
Vitamin B1 0.07 mg 30 % 25 % 15 %

8
10 %
Vitamin B2 0.13 mg 45 % 15 % 15 %
20 %
Niacin 1.1 mg 15 55 % 15 % 10 %
%
Vitamin B6 0.07 mg 30 % 25 % 20 %
10 %
Vitamin B12 0.13 g 20 % 65 %
15 %
Vitamin K 85 %
Karbohidrat total 15 g = 15 g = 75% 17 g = 17 g = 16 g = 82,944%
68,182% 70,833% 80,95%
Serat pangan 44 mg =
(inulin) 0,2%
Serat makanan 1 g = 5% 2 g = 8,33% 1 g = 4,76% 1 g = 5,18%
Gula 5 g = 25% 4g= 6g= 5 g = 25,92%
16,67% 28,57%
Natrium 90 mg = 4 mg = 0,02% 100 mg = 10 mg = 20 mg = 0,103%
0,41% 0,4175 0,047%
Asam folat 17 g 10 80 % 20 %
%
Asam pantotenat 0.37 mg 25 % 30 %
10 % =
1,68x10-3%
Asam linoleat 312 mg 270 mg
48 mg
Asam linolenat 40 mg
Kalsium 40 mg 30 25 % 10 % 20 % 25 %
% = 0,182%
Besi 1.5 mg 20 6% 15 % 25 % 30 %
%=
6,18x10-3%
Fosfor 70 mg 20 15 % 20 % 20 %
% = 0,318%
Magnesium 14 mg 15
% = 0,063%
Seng 1.5 mg 15 15 % 8% 15 %
%=

9
6,81x10-3%
DHA 2.2 mg 2 mg = 0,01% 3.8 mg 4.2 mg
Kolin 3.2 mg 7.6 mg 7.6 mg
Inositol 2.2 mg 2.9 mg 2.9 mg
Yodium 10 %
Frukto- 1 g = 5%
oligosakarida
Prebiotik fos 19.2 mg 0.42 g 0.38 mg
Lesitin 72 mg 4 mg
Omega 3 12 mg 29 mg 29 mg
Omega 6 31.2 mg 500 mg
Biotin 2.5 mcg 2.5 mcg
Asam linoleat 565 mg
(omega 6)

Tabel 4.1 menunjukkan jumlah kandungan-kandungan yang terdapat


didalam kelima produk biskuit bayi. Dapat dilihat bahwa pada kelima produk
biskuit bayi tersebut ditandai dengan warna kuning yang menunjukkan bahwa
biskuit bayi tersebut memiliki kandungan lemak yang sedang. Karbohidrat total
untuk kelima produk ditandai dengan warna merah dan menunjukkan bahwa
kelima produk biskuit bayi tersebut memiliki karbohidrat total yang tinggi
sedangkan untuk kandungan natrium biskuit merek Toddler keju, Promina Marie
Biskuit memiliki kandungan natrium sedang, dan untuk merek Farleys apel,
Promina Baby Rusk Susu, dan Sun Susu dan Madu memiliki kandungan natrium
yang rendah. Standar mutu gizi biskuit bayi dapat dilihat dalam SNI 01-7111.2-
2005.
4.1.2 Kandungan dalam Biskuit Health Claim
andungan dalam biskuit yang memiliki health claim dapat dilihat pada
Tabel 4.2. Hasil yang didapt kemudian dibandingkan dengan SNI. Produk yang
digunakan adalah biskuit dengan health claim sugar free/ less sugar dengan lima
merek yang berbeda yaitu Litebite, WRO, Murray Sugar Free, Tnago Less Sugar,
Cookies Import.

10
Tabel 4.2 Kandungan gizi pada biskuit yang memiliki health claim
Nilai gizi Litebite WRP Murray Sugar Tango Less Cookies import
(diabetic) Free Sugar
Takaran saji 4 pcs (20 g) 30 g (1 28g 16 g 27 g
sachet)
Jml sajian per 10 12 6 1 10
kemasan
Jml per sajian:
Energi total 100 kkal 100 kkal 464 kkal 500 kkal 500 kkal
Energi dari 35 kkal 45 kkal
lemak
Lemak total 4g7%= 5g8% 25% 28% 14%
20% = 16.7%
Protein 1g3% 1g2% 4% 6.25% 3.7
Karbohidrat 15 g 5 % 11 g 4 75% 50% 48%
total %=
36.67%
Serat pangan
(inulin)
Serat makanan 6g 2g8% 3.6% 0%
Gula 0g 0g 0 <4%
Natrium 35 mg 1 100 mg 0.36% 0.03% 0.068%
% = 0.175% 4%=
0.33%
Besi 3 mg 12
%
Seng 15 %
DHA 2 mg
Laktitol 0.5 g/ pcs
sukralosa 1 mg/ pcs

Biskuit yang memiliki health claim memiliki kandungan gizi yang dapat
dilihat pada Tabel 4.2. Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari kelima produk
yang diamati terbukti memiliki kandungan gula yang rendah tetapi memiliki
kandungan lemak yang cukup tinggi. Ketika dibandingkan dengan SNI tidak
semua kandungan gizi yang tercantum pada label kelima biskuit tersebut masuk
kedalam standar mutu yang sudah ditetapkan oleh SNI. Produk yang diklaim

11
sebagai produk yang rendah lemak belum tentu memiliki standar mutu yang
sesuai dengan SNI meskipun kandungan lemak yang tertera pada label memang
menunjukkan angka yang rendah. Kandungan gizi yang dapat dibandingkan
dengan SNI adalah energy total, lemak total, protein, dan karbohidrat. Tidak
terdapat spesifikasi khusus untuk kandungan gula dalam SNI sehingga tidak ada
acuan khusus apakah produk tersebut termasuk kedalam standar mutu yeng telah
ditetapkan oleh SNI atau tidak, Produk yang dijual dipasaran sudah cukup banyak
yang mengklaim bahwa produk tersebut rendah lemak atau rendah gula namun
dalam SNI belum terdapat standar mutu sampai batas mana kandungan gula yang
boleh dipakai untuk suatu produk yang dibuat rendah gula.
4.1.3 Kandungan Gizi pada biskuit general
Produk biskuit lain yang diamati adalah biskuit yang tergolong general atau
tidak diklaim sugar free atau khusus untuk balita. Biskuit general yang digunakan
adalah biskuit dengan merek Biskuat susu danone, Roma kelapa, Snips Snaps,
Genji mini pie, dan Choco Mania.
Tabel 4.3 Kandungan Gizi pada Biskuit General
Nilai gizi Biskuat susu Roma Kelapa Snips Snaps Genji mini pie Choco mania
Danone (coklat)
Takaran saji 7 keping 6 keping (33 g) 3 keping (38 g) 25 g 4 keping (21
(28 g) g)
Jml sajian per 1.2 10 3 2 4
kemasan
Jml per sajian:
Energi total 130 kkal 157 kkal 190 kkal 140 kkal 100 kkal
Energi dari 40 kkal 45 kkal 80 kkal 80 kkal 40 kkal
lemak
Lemak total 5g9%= 6 g 11 %= 8 g 15 % = 9 g 15 % = 4.5 g 8 % =
17.85% 18.18% 21.05% 36% 21.42%
Lemak jenuh 4.5 g 23 % = 2.5 g 12 %
11.84% = 11.9%
Lemak trans 0g
Kolesterol 10 g 3 % 4 mg 1 %
Protein 2g4% 2g4% 2g4% 2g3% 1g2%
Vitamin D 25 %
Vitamin E 1.1 mg 11 %

12
Vitamin B1 25 % 0.05 mg 4 %
Vitamin B2 25 % 0.08 mg 6 %
Vitamin B5 20 %
Vitamin B6 20 %
Vitamin B12 20 %
Karbohidrat 19 g 6 % 24 g 7 % = 27 g 8 % 13 g 4 % 14 g 4 %
total = 67.85% 72.72%
Serat makanan 2g7% 1g4% 1g3%
Gula 14 g = 36.84% 3 g = 12% 8 g = 38%
Natrium 80 mg 3 112 mg 5 % 80 g 3 % = 100 mg 4 105 mg 4
% = 0.28% = 0.33% 0.21% % = 0.40% % = 0.5%
Asam folat 42.9 mcg 11
%
Kalsium 20 % 7.9 mg 1 %
Besi 0.69 mg 2%
Seng 0.92 mg 9 %

Tabel 4.3 menunjukkan kandungan gizi pada biskuit general dan


dibandingkan dengan SNI. Dilihat dari tabel kandungan gizi pada biskuit merek
Biskuat susu danone dan Roma kelapa memiliki jumlah karbohidrat yang tinggi,
sedangkan untuk biskuit merek Snips Snaps dan Choco Mania memiliki
kandungan gula yang tinggi. Didalam SNI kandungan gizi yang dapat
dibandingkan hanya energy total, lemak total, protein, dan karbohidrat. Dari
keempat parameter yang dibandingkan tidak semua masuk kedalam standar mutu
yang ditetapkan oleh SNI.
4.2 Takaran Saji
Dari hasil pengamatan yang dilakukan kepada beberapa orang mengenai
takaran saji makanan kemasan yang dimakan, dengan takaran saji yang tertera
pada kemasan, didapatkan tiga jenis hasil, yang pertama adalah konsumen yang
mengkonsumsi lebih dari yang dituliskan pada takaran saji, konsumen yang
mengkonsumsi tepat sesuai dengan label takaran saji, dan dengan konsumen yang
memakan lebih sedikit dari takaran saji.

Konsumen yang mengkonsumsi makanan melebihi takaran saji pada label


takaran saji kemasan cukup banyak pada saat pengamatan. Pada umumnya,

13
masyarakat di negara maju seperti Amerika sudah jauh lebih familiar dengan
takran saji pada label kemasan, dan masyarakat di negara berkembang seperti
Indonesia masih belum familiar dengan takaran saji pada label kemasan, namun
pada dua kelompok negara masih banyak ditemukan konsumen yang
mengkonsumsi lebih banyak daripada yang tertera pada label kemasan. Hal ini
cukup membahayakan bagi konsumen karena mengkonsumsi melebihi takaran
saji dapat menyebabkan gizi berlebih. Contoh penyakit yang ditimbulkan dari
konsumsi biscuit adalah kanker rahim (Doni, 2012), resiko penyakit jantung
(McAllister, 2011), dan stroke (McAllister, 2011). Contoh lain dari masalah yang
ditimbulkan adalah tingginya akan angka Glikemik Indeks (GI) pada konsumen
jenis ini. TIngginya nilai GI dapat menyebabkan penyakit diabetes, kanker,
kegemukan, penyakit kandung empedu, dan penyakit jantung (Higdon, 2005).

Hanya sedikit konsumen yang mengkonsumsi makanan kemasan sesuai


yang tertera pada tabel. Banyak konsumen tidak memperhatikan label kemasan
mengenai takaran saji. Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti
pembacaan label kemasan yang sulit, konsumen kurang mengerti dalam membaca
tabel, dan konsumen tidak mengerti akan makna dari label tersebut. Pada negara
maju, hal yang berkenaan dengan label kemasan cukup familiar bagi konsumen,
sedangkan pada negara berkembang, hal-hal seperti label kemasan tidak
diacuhkan oleh konsumen yang dapat diakrenakan kurangnya pendidikan atau
wawasan tentang hal tersebut di masyarakat luas.

Konsumen yang mengkonsumsi lebih sedikit dibandingakn pada takaran saji


kemasan berjumlah sangat sedikit. Konsumen jenis ini pada umumnya
mengkonsumsi hal secara subjektif sehingga makanan yang kurang disukai, tidak
dikonsumsi dalam jumlah banyak.

14
BAB V
KESIMPULAN

Tidak semua kandungan gizi yang terdapat dalam biskuit baik biskuit yang
memiliki kategori umur, biskuit dengan health claim, dan biskuit general
termasuk didalam standar mutu yang ditetapkan oleh SNI. Kadar air pada mie
memiliki kualitas yang out of control dilihat dari control chart sedangkan melalui
diagram ishikawa dapat dilihat bahwa kemungkinan kualitas kadar air yang out of
control ini dapat disebabkan oleh bahan baku dan mesin yang digunakan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. SNI 01-2973-1992 MUTU DAN CARA UJI


BISKUIT. Jakarta: BSN, 1992.

Doni. 2012. Biskuit Pilihan Tepat Puasa, Google Online. Home-page Online.
Available from http://www.livestrong.com/article/544043-nutritional-
information-on-ham-egg-and-cheese-biscuit/; Internet; Accessed 26 April
2012.

Higdon, Jane. 2005. Glycemic Index dan Glycemic load, Google Online.
Home-page Online. Available from
http://lpi.oregonstate.edu/infocenter/foods/grains/gigl.html; Internet;
Accessed 26 April 2012.

Kartika, Bambang. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. Yogyakarta :


UGM.

Kramer, A. dan Twigg, B. A. 1973. Quality Control For The Food Industry, Vol.
11 3 edition. USA: St. Paul Minnesota.

Man, Dominic dan Jones, Adrian. Shelf-Life Evaluation of Foods, 2nd edition.
Gaithersburg: Aspen Publisher, Inc., 2000.

Matz, S. A. 1992. Snack Food Technology 3rd ed. Texas : Pan-Tech International,
Inc.

McAllister, Caleb. 2011. Nutritional Information on Ham, Egg and cheese


biscuit. Google online. Home page on-line. Available from
http://www.livestrong.com/article/544043-nutritional-information-on-ham-
egg-and-cheese-biscuit/; Internet; Accessed 26 April 2012.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan
Iklan Pangan, Pasal 10.

Syarief, Rizal dan Halid, hariyadi. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan.


Jakarta: Penerbit ARCAN.

16
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

17

Anda mungkin juga menyukai