Anda di halaman 1dari 2

Assalamu alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh,

Kaum muslimin yang berbahagia,

Pada kesempatan kali ini saya akan membawakan kultum yang bertemakan ghasab. Ghasab
berarti mengambil sesuatu secara zhalim. Ahli fikih berkata, Menguasai hak milik orang lain
secara paksa tanpa hak. Secara paksa, berarti bila tidak secara paksa maka ia bukan ghasab,
karena pemiliknya rela. Tanpa hak, berarti bila secara paksanya dengan hak seperti pengadilan
yang mengambil alih paksa harta seseorang karena menolak membayar hutang untuk
selanjutnya dibayarkan kepada yang berhak, maka ia bukan ghashab.
Hukum ghasab
Ghasab haram berdasarkan al-Qur`an dan sunnah. Allah berfirman,


Dan janganlah kalian memakan harta di antara kalian dengan cara yang batil. Al-
Baqarah: 188. Sabda Nabi shallallohu alaihi wasallam,


Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian adalah haram bagi kalian.
Diriwayatkan oleh Muslim no. 2941.
Apa yang Dilakukan Ghasib
Ghasab adalah kezhaliman dan pelanggaran terhadap hak orang lain, maka pelakunya harus
bertaubat kepada Allah, karena tangan ghasib adalah tangan pelanggar maka di samping
bertaubat dia harus:
1- Mengembalikan barang yang dighasab, bila barang masih utuh seperti sediakala maka dia
mengembalikannya, bila rusak maka dia memperbaikinya dan bila sudah tidak ada maka dia
mengganti sepertinya atau dengan harganya.
2- Meminta maaf kepada pemilik hak, karena dia telah melanggar haknya agar bebas dari
tuntutan darinya di akhirat.
3- Bila barang yang dighasab bertambah maka pertambahan ini harus dikembalikan bersama
barang pokoknya, karena tangan ghasib tidak memiliki hak padanya, termasuk pertambahan
yang terpisah.
4- Bila ghasib telah mendirikan bangunan atau menanam pohon di tanah yang dighasab,
maka dia harus merobohkan bangunan dan mencabut pohon bila pemiliknya menuntut itu.
5- Bila nilai harga barang yang dighasab berkurang selama ia ada di tangan ghasib maka
ghasib bertanggung jawab atasnya.
6- Ghasib juga harus membayar harga sewa barang kepada pemiliknya, karena dia telah
menghalangi pemiliknya untuk mengambil manfaat darinya.
Intinya semua tindakan ghasib terhadap barang yang dighasab adalah illegal secara hukum,
karena pemiliknya tidak mengizinkannya, maka siapa yang mengetahui tidak boleh berakad
dengannya melalui jual beli atau sewa menyewa atau yang sepertinya, bila dia tetap
melakukan maka dia bertanggung jawab.
Ghasab bisa dilakukan melalui jalur hukum melalui sumpah, saksi dan bukti palsu di
pengadilan. Allah berfirman,


Dan janganlah kamu membawa urusan harta ke pengadilan supaya kamu dapat memakan
sebagian harta orang lain dengan cara dosa padahal kamu mengetahui. Al-Baqarah: 188.
Bila hal ini terjadi maka harta tersebut tetap tidak halal sekalipun dengan dasar keputusan
pengadilan, karena Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda, Barangsiapa aku
memutuskan hak saudaranya untuknya maka jangan mengambilnya, karena aku hanya
memberinya pecahan api neraka. Muttafaq alaihi dari Ummu Salamah.
Tindak Perusakan
Haram melanggar hak kepemilikan orang lain dengan mengambil atau merusaknya
berdasarkan ayat dan hadits di atas.
Barangsiapa merusak milik orang lain maka dia bertanggung jawab, bila barang memiliki
padanan maka dia menggantinya dengan padanannya, bila tidak maka dengan harganya
berdasarkan sabda Nabi, Nampan dengan nampan. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari
Anas.
Haram membalas perusakan dengan perusakan, apalagi merusak pertama kali tanpa alasan,
berdasarkan sabda Nabi,


Tidak ada mudharat dan tidak ada memudharatkan. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, al-
Hakim, al-Baihaqi dan ad-Daraquthni. Artinya tidak boleh menimpakan mudharat kepada
orang lain dan tidak boleh membalasnya dengan kemudharatan.
Barangsiapa menjadi sebab hilangnya harta seperti orang yang membuka pintu kandang atau
melepas ikatan hewan atau memarkir kendaraan bukan di tempat semestinya atau melangar
lampu lalu lintas dan tindakan sepertinya, maka dia bertanggung jawab atas akibatnya.
Barangsiapa berusaha menolak pelanggaran terhadap diri, harta dan keluarga, maka dia tidak
bertanggung jawab, karena pelanggaran bukan dari dirinya.
Tabib, tukang khitan dan sepertinya tidak bertanggung jawab dengan syarat: Ada izin dari
pasien atau walinya, ahli dan mengetahui bidangnya dan tangannya tidak melanggar. Wallahu
alam.

Anda mungkin juga menyukai