Anda di halaman 1dari 8

Nama/NPM: Prayoga Agusto Haradi/1506746405

Departemen: Teknik Kimia


Akidah Islam

Pengertian Akidah Islam


Kata akidah atau itiqod secara bahasa berasal dari kata al aqdu yang artinya berputar sekitar
makna kokoh, kuat, dan erat. Adapun secara istilah umum, kata akidah bermakna keyakinan
yang kokoh akan sesuatu, tanpa ada keraguan. Jika keyakinan tersebut sesuai dengan realitas
yang ada maka akidah tersebut benar, namun jika tidak sesuai maka akidah tersebut bathil.

Setiap pemeluk suatu agama memiliki suatu akidah tertentu. Namun kebenaran akidah hanya
ada dalam islam. Karena dia bersumber dari Dzat yang Maha Mengetahui, yaitu Allah taala.
Sehingga karenanya tidak ada perbedaan antara akidah yang dibawa oleh para Nabi dari masa
ke masa.

Adapun akidah yang bathil, mencakup semua akidah yang bertentangan dengan wahyu. Yaitu
akidah yang hanya bersumber dari akal manusia, atau berasal dari wahyu namun dirubah dan
diselewengkan. Seperti akidahnya orang yahudi bahwa Uzair adalah anak Allah, atau
akidahnya orang Nashroni bahwa al masih adalah anak Allah, atau akidah syiah yang
berkeyakinan bahwa Allah menyesal setelah berkehendak, yang dinamakan akidah bada.

Dalam definisi syari, akidah dalam agama islam bermakna masalah masalah ilmiyah yang
berasal dari Allah dan Rosulnya, yang wajib bagi setiap muslim untuk meyakininya sebagai
pembenaran terhadap Allah dan Rosul Nya.

Meskipun kata akidah dalam hal ini merupakan istilah baru yang tidak dikenal dalam Al Quran
maupun Sunnah, namun para ulama menggunakan istilah ini. Yang menunjukan kebolehan
penggunaan istilah ini. Tidak ada masalah dalam penggunaan istilah jika maknanya dipahami.

Diantara para ulama yang menggunakan istilah ini adalah Imam Al Laalakaai (418 H) dalam
kitabnya Syarhul ushul Itiqod ahlu sunnah wal jamaah, kemudian Imam As-Shobuni (449
H) dalam kitabnya Aqidas Salaf Ashaabul Hadits.

Kemudian ada beberapa istilah yang semakna dengan akidah yang juga digunakan oleh para
ulama, diantaranya:

1
Al Fiqhul Akbar
Pada awal kemunculannya kata fiqih dimaksudkan kepada ilmu tentang agama islam secara
umum, dan terkhusus ilmu berkenaan dengan akherat, masalah masalah hati, penghancur amal
dan sebagainya. Namun kemudian makna ini berubah menjadi ilmu tentang hukum hukum
dhohir praktis syarI yang sekarang dikenal dengan ilmu fiqih.

Sehingga karenanya ilmu fiqih di masa dahulu mencakup seluruh ilmu agama baik ilmu akidah
yang bersifat bathin maupun ilmu hukum-hukum yang bersifat zahir. Dari sinilah kemudian
muncul istilah Fiqhul Akbar yang dimaksudkan ilmu akidah. Karena ilmu akidah lebih agung
dibandingkan ilmu cabang hukum-hukum zahir yang merupakan Fiqhul Ashghor.

Ulama yang pertama kali menggunakan istilah ini adalah Abu Hanifah (150 H) dalam
kitabnyaAl Fiqhul Akbar. Beliau berkata, Al Fiqhul Akbar dalam agama lebih baik dari fiqih
dalam ilmu, seseorang faqih tentang bagaimana cara beribadah kepada Rabb nya lebih baik
dari mengumpulkan seluruh ilmu.

Al Iman
Iman secara bahasa bermakna At Tashdiq (pembenaran) dan Al Iqroor (penetapan). Adapun
secara istilah syari iman adalah pembenaran dan penetapan serta ketundukan terhadap
kebenaran yang berasal dari wahyu. Dan para ulama sepakat bahwa Iman mencakup perkataan
dan perbuatan, perkataan hati dan lisan, perbuatan hati dan anggota badan.

Istilah iman merupakan kata yang paling sering disebutkan dalam Al Quran maupun sunnah.
Diantara para ulama yang menggunakan istilah ini adalah Ibnu Mandah (395 H) dalam
kitabnya Kitabul Iman, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (728 H) juga dalam dua kitabnya
yaitu Al Iman Ausath dan Al Imanul Kabir, kemudian juga Imam Bukhori dalam S- nya
membuat bab di awal sohihnya dengan nama kitabul iman.

As Sunnah
Kata sunnah memiliki makna yang bermacam macam tergantung disiplin ilmu masing masing.
Dalam ilmu fiqih sunnah adalah hal hal yang jika dikerjakan mendapatkan pahala, dan jika
ditinggalkan tidak apa apa. Dalam ilmu ushul fiqih assunnah bermakna sumber wahyu kedua
setelah Al Quran. Dalam ilmu hadits assunnah merupakan persamaan kata dari akidah, dan
seterusnya. Terkadang juga sunnah digunakan sebagai antitesa dari kata bidah. Namun
kemudian banyak ulama yang menggunakan istilah sunnah ditunjukan kepada makna akidah

2
dikarenakan urgensi ilmu akidah yang merupakan pokok agama islam. Diantara para ulama
yang menggunakan istilah sunnah adalah Imam Ahlus Sunnah Ahmad bin Hambal (327 H)
dalam kitabus Sunnah dan Imam Al Barbahaari (329 H) dalam kitabnya Syarhus Sunnah.

At Tauhid
Kata tauhid terdapat dalam hadits Muadz ketika diutus ke yaman diatas. Diantara para ulama
yang menggunakan kata ini adalah Ibnu Khuzaimah (311 H) dalam Kitabut Tauhid Wa
Itsbaatu Shifaatir Rabb Azza Wa Jalla, juga Imam Al Maqriizi (845 H) dalam
kitabnya Tajridut Tauhid Al Mufid, serta Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab (1206
H) dalam Kitabut Tauhid Alladzi Huwa Haqqullah Alal Abid. Kitab kitab yang ditulis dengan
istilah tauhid hanya membahas hal hal yang berkaitan dengan tauhid dengan ketiga macamnya,
yang merupakan bagian dari ilmu akidah. Sehingga kitab kitab akidah lebih bersifat
komprehensif (syumul). Selain membahas masalah tauhid, kitab kitab Akidah juga membahas
hal hal lain seperti iman dan rukun rukunnya, islam dan rukun rukunnya, hal hal yang bersifat
ghoib, kaidah kaidah dalam akidah yang pasti yang disepakati para ulama, wala dan baro,
bantahan terhadap aliran sesat dll.

As Syariah
Secara umum akidah seperti sunnah, terkadang dimaksudkan seluruh yang disyariatkan oleh
Allah kepada hambanya berupa hukum hukum yang disampaikan oleh para nabi. Terkadang
dimaksudkan hanya masalah akidah, dan terkadang dimaksudkan masalah amaliyah fiqhiyah
saja. Dalam Al Quran pun makna Syariah berbeda beda, terkadang syariat bermakna seluruh
ajaran yang dibawa para nabi, terkadang dikhususkan ajaran setiap nabi yang berbeda antara
satu nabi dengan yang lainnya, dan terkadang dikhususkan kepada kesamaan dawah seluruh
nabi yaitu tauhid.

Adapun secara khusus makna Syariah adalah akidah yang diyakini oleh ahlu sunnah wal
Jamaah. Dan ini lah yang dimaksud oleh para ulama ketika menulis kitab kitab akidah dengan
nama As-Syariah. Diantara ulama yang menggunakan istilah ini adalah Imam Al Ajurri (360
H) dalam kitab beliau As-Syariiah dan Ibnu Bathoh (387 H) dalam kitab beliau Al Ibaanah
Alaa Syariiati Firqotun Naajiyah.

Ashlu atau pokok adalah apa yang dibangun diatasnya sesuatu. Maka ushulud din adalah
sesuatu yang agama dibangun diatasnya. Dan agama islam dibangun diatas akidah yang benar.
Sehingga para ulama menggunakan istilah ini dengan makna ilmu akidah. Dan ini yang kita

3
kenal dalam perguruan perguruan tinggi di timur tengah, saudi arabia khususnya fakultas yang
berkonsentrasi membahas akidah adalah fakultas ushuluddin. Diantara ulama yang
menggunakan istilah ini adalah Abu Hasan Al Asyari (324 H) dalam kitab beliau Al Ibanah
An Ushulid Diyanah, dan Ibnu Bathoh (387 H) dalam kitabnya Asy Syarhu wal Ibanag An
Ushulis sunnah Wad Diyanah. Wallahu Alam.

Fungsi dan Peranan Akidah Islam

1. Menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang dimiliki manusia sejak lahir.
Manusia sejak lahir telah memiliki potensi keberagaman (fitrah), sehingga sepanjang
hidupnya manusia membutuhkan agama dalam rangka mencari keyakinan terhadap
tuhan. Aqidah islam berperan memenuhi kebutuhan fitrah manusia tersebut, menuntun
dan mengarahkan manusia kepada keyakinan yang benar tentang tuhan, tidak menduga-
duga atau mengira-ngira, melainkan menunjukan tuhan yang sebenarnya.

2. Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa.


Agama sebagai kebutuhan fitrah manusia akan senantiasa menuntut dan mendorongnya
untuk terus mencarinya. Aqidah memberikan jawaban yang pasti, sehingga kebutuhan
rohaniahnya dapa terpenuhi. Sehingga ia memperoleh ketenangan dan ketentraman
jiwa yang diperlukannya.

3. Memberikan pedoman hidup yang pasti.


Keyakinan terhadap tuhan yang diberikan aqidah islam memberikan arahan dan
pedoman yang pasti, sebab aqidah menunjukan kebenaran keyakinan yang
sesungguhnya. Aqidah memberikan pengetahuan darimana manusia datang, untuk apa
hidup dan ke mana manusia akan pergi, sehingga kehidupan manusia akan lebih jelas
dan lebih bermakna.

Aqidah islam sebagai keyakinan akan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi kehidupan
seorang muslim. Abu a'la Almaududi menyebutkan pengaruh aqidah tauhid sebagai berikut:
1. Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik
2. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri
3. Menumbuhkan sifat rendah hati dan khidmat
4. Membentuk manusia menjadi jujur dan adil

4
5. Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan
situasi
6. Membentuk pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan dan optimisme
7. Menanamkan sifat kesatria, semangat dan berani; tidak gentar menghadapi resiko,
bahkan tidak takut kepada maut
8. Menciptakan sikap hidup damai dan ridha
9. Membentuk manusia menjadi patuh, taat dan disiplin menjalankan peraturan ilahi

Ruang Lingkup Akidah


Menurut Hasan al-Banna ruang lingkup pembahasan akidah terdiri dari:
a. Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilah
(Tuhan, Allah) seperti wujud Allah, nama- nama dan sifat- sifat Allah, Afal dan lain-
lain.
b. Nubuwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi
dan Rasul, termasuk pembahasan tentang kitab- kitab Allah, mujizat, karamah dan
sebagainya.
c. Ruhaniyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam
metafisik seperti malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Roh dan lain- lain.
d. Samiyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat
sami (dalil naqli berupa Al- Quran dan sunnah seperti alam barzah, akhirat, azab
kubur, tanda- tanda kiamat, surga neraka, dan sebagainya).
Selain yang terpapar diatas, ruang lingkup aqidah bisa juga mengikuti sistematika arkanul
iman, yaitu:
1. Iman kepada Allah SWT.
2. Iman kepada malaikat- malaikat Allah.
3. Iman kepada kitab- kitab Allah.
4. Iman kepada Nabi dan Rasul.
5. Iman kepada hari akhir.
6. Iman kepada qadha dan qadar Allah.

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan,
aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq, adalah
sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan
yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan

5
atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.

Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya
suatu amal. Allah swt berfirman,

.

Artinya: Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat),
maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah
kepada Tuhannya. (Q.S. al-Kahfi: 110).

Allah SWT juga berfirman,




.
Artinya: Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu, bahwa
jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur, dan kamu
benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi. (Q.S. az-Zumar: 65)

Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan
dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah saw
berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-
nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang
lebih tiga belas tahun. Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan
minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian
terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang
kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan penegakan
hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih singkat, yaitu
kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa
penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.

6
Pengembangan Akidah Islam Dalam Ilmu Kalam
Ilmu kalam atau bisa disebut juga Ilmu Teologi adalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji secara
mendalam masalah ketuhanan dan sifat-sifat-Nya. Dengan kata lain, objek pembicaraan dalam
ilmu ini adalah Tuhan. Ilmu kalam berbicara secara mendetail tentang aqidah Islam yang benar;
menyangkut masalah keimanan, keislaman, dan ketauhidan. Dapat dipahami bahwa objek dari
ilmu kalam berkisar pada masalah wahyu, akal, iman, kufur, kehendak dan perbuatan Tuhan,
keadilan dan sifat-sifat Tuhan.

Ilmu kalam merupakan ilmu hasil ijtihad para ahli di bidang itu untuk mempertahankan aqidah
dan keimanan dengan menggunakan akal dan pikiran. Karena ilmu ini berkaitan dengan akidah
(keyakinan dan kepercayaan kepada Tuhan) yang merupakan fondasi utama yang permanen,
maka ilmu ini tidak mengalami perubahan dari dulu hingga sekarang, misal tentang keesaan
Tuhan. Para ulama dari berbagai aliran pemikiran sepakat bahwa Allah adalah Tuhan Yang
Maha Esa, baik zat, sifat, maupun Afal-Nya.

7
Daftar Pustaka
HD, Kaelany, 2010, Islam Agama Universal, Jakarta: Midada Rahma Press, Hal 75-
76.
Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahan, Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/Penafsiran Al-Quran, Departemen Agama RI., Jakarta, 1978.
Wahyuddin., Achmad., Ilyas, M., Saifulloh, M. & Muhibbin, Z. 2009. Pendidikan
Agama Islam. Surabaya: Grasindo.
Daud Ali, Muhammad. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai