Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan

oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak

selama 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas disertai dengan lemah,

lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda pendarahan di kulit berupa

bintik merah (Depkes RI, 2012).

Depkes RI (2012), menyatakan bahwa DBD merupakan

penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi

salah satu dari empat virus dengue. Virus tersebut dapat menyerang

bayi, anak-anak, dan orang dewasa. Sedangkan menurut Depkes RI

(2008), DBD merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh virus

DBD dan ditularkan kemanusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi

virus DBD.

Nyamuk Aedes tersebar diseluruh dunia dan diperkirakan

mencapai 950 spesies. Nyamuk ini dapat menyebabkan gangguan

gigitan yang serius terhadap manusia dan binatang, baik di daerah

tropik atau di daerah beriklim dingin. Aedes aegypti yang yang

tersebar luas di daerah tropik dan subtropik merupakan vector

penyakit demam kuning dan merupakan vektor utama virus dengue.

Termasuk dikawasan Asia Tenggara Aedes albopiktus merupakan

1
2

vector sekunder yang juga penting dalam mempertahankan

keberadaan virus. Nyamuk Aedes juga menularkan Filariasis (Sayono,

2008).

Achmadi (2008), menyatakan bahwa kota-kota di Indonesia

merupakan kota endemis DBD yang setiap tahunnya berkembang

menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Di Indonesia terdapat dua vektor

yang menularkan dengue yaitu Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Akan tetapi, saat ini Aedes aegypti adalah vektor yang mendapat

perhatian besar terhadap penyebaran penyakit DBD karena distribusi

dan hubungannya yang erat dengan manusia.

Kalimantan Timur berada di posisi keempat kejadian DBD

tertinggi setelah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun

2013. Kasus kejadian DBD terus meningkat tiap tahun ketahun di

daerah Kalimantan Timur. Pada tahun 2011 ditemukan 1.553 kasus,

lalu pada tahun 2012 naik menjadi 2.724 kasus dan pada tahun 2013

naik kembali menjadi 3.694 kasus (IR: 214,9 dan CFR: 0,6) (Dinkes

Kaltim, 2013).

Menurut Kemenkes RI (2015), posisi Kalimantan Timur

meningkat menjadi urutan kedua kejadian DBD tertinggi setelah

provinsi Bali, pada tahun 2015 ditemukan 4.702 kasus kejadian DBD

di provinsi Kalimantan Timur. Salah satu daerah yang kasus DBD

yang tinggi di Kalimantan Timur adalah Kabupaten Kutai Kartanegara.

Kasus DBD di Kabupaten Kutai Kartanegara ditemukan sebanyak 411


3

kasus dan 6 diantaranya meninggal dunia, Kabupaten Kutai

Kartanegara berada diposisi ketiga setelah Balikpapan dan Samarinda

pada tahun 2013. Pada tahun 2015 kasus demam berdarah di

Kabupaten Kutai Kartanegara meningkat menjadi 886 kasus DBD dan

8 diantaranya meninggal dunia (Dinkes Kaltim, 2015).

Kasus DBD di Kabupaten Kutai Kartanegara paling tertinggi

kejadiannya terjadi di Kecamatan Tenggarong dengan wilayah kerja

puskesmas tertinggi kejadian DBD berada di Puskesmas

Mangkurawang, kasus kejadian DBD di puskesmas Mangkurawang

pada tahun 2013 sebanyak 15 kasus, dengan kasus meninggal dunia

1 orang. Pada awal bulan Februari 2015 sudah terjadi kasus DBD

sebanyak 13 kasus dan tertinggi di Kecamatan Tenggarong

(Puskesmas Mangkurawang, 2016).

Wilayah kerja Puskesmas Mangkurawang meliputi 2 desa dan 5

kelurahan yaitu Kelurahan Mangkurawang, Kelurahan Loa Tebu,

Kelurahan Baru, Kelurahan Sukarame, Kelurahan Panji, Desa Rapak

Lambur Dan Desa Bendang Raya. Berdasarkan hasil penyeledikan

kepadatan jentik yang dilakukan sanitarian Puskesmas

Mangkurawang, wilayah tertinggi angka kepadatan jentik berada di RT

18 Kelurahan Mangkurawang. Rata-rata pada RT 18 setiap rumah

memiliki banyak drum, banyak bak, atau tendon yang digunakan untuk

menampung baik air PDAM atau air hujan yang mengakibatkan

tempat perkembangbiakan nyamuk semakin banyak.


4

Pengendalian nyamuk Aedes aegypti dapat dilakukan pada

nyamuk dewasa dan pada stadium larva atau jentik. Pemberantasan

nyamuk dewasa yang umum dilakukan adalah melalui pengasapan

(fogging) yang mati hanya nyamuk dewasa saja, larva nyamuk tidak

mati dengan melakukan pengasapan (Depkes RI, 2012).

Strategi pengendalian atau pemberantasan penyakit berbasis

vector penyakit diperlukan 5 pilar yaitu ; 1) Pengembangan peralatan

intrvensi (insektisida baru, kontrol agent biologi, instrument dasar

genetika), 2) Peningkatan strategi pencegahan penyakit, 3)

Pengembangan metode surveilans dan analisis data, 4)

Pengintegrasian secara ilmu multi disiplin (biologi vektor, riset klinis,

biologi lingkungan social dan alamiah), 5) Peningkatan peluang untuk

pelatihan (Luckhart, 2010).

Salah satu pengendalian nyamuk Aedes aegypti yang berhasil

menurunkan densitas di beberapa Negara adalah penggunaan

perangkap telur (ovitrap). Ovitrap adalah alat penarik nyamuk untuk

bertelur didalamnya. Alat ini dikembangkan oleh Fay dan Elianson

pada tahun 1966 dan disebarluaskan oleh Central of Deseases and

Prevention (CDP) dalam surveilens Aedes aegypti (Sayono, 2008).

Penelitian Aries Prasetyo dan Mochamad Yulianto (2016)

menunjukan bahwa lethal ovitrap yang dikombinasikan dengan

berbagai jenis atraktan (air rendaman jerami, air rendaman udang dan

air rendaman darah ayam) mampu mengurangi kepadatan jentik


5

Aedes sp. Rekomendasi lethal ovitrap dengan atraktan rendaman

cangkang udang untuk pengendalian nyamuk Aedes sp. masih perlu

penelitian lebih lanjut walaupun sudah terbukti dapat menarik nyamuk

Aedes sp. lebih banyak dibanding dengan atraktan yang lain.

Atraktan merupakan suatu zat baik berupa padatan maupun

cair dan bisa bersifat kimiawi maupun fisik yang memiliki daya tarik

terhadap serangga (nyamuk). Penggunaan atraktan dalam

pengendalian populasi nyamuk digunakan untuk mempengaruhi

perilaku, memonitor atau menurunkan populasi nyamuk secara

langsung tanpa menyebabkan cidera bagi binatang lain dan manusia,

dan tidak meninggalkan residu pada bahan pangan dan makanan

(Weinzierl, 2005).

Kelurahan Mangkurawang berada di pinggir sungai Mahakam,

dengan wilayah tersebut terdapat beberapa tambak yang dimiliki oleh

warga setempat. Sehingga dengan mudah untuk mendapatkan udang

sebagai bahan atraktan ovitrap.

Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui pengaruh

modifikasi ovitrap dengan atraktan dari rendamanan udang terhadap

kepadatan nyamuk Aedes sp. yaitu Container Index (CI), House Index

(HI), dan Angka Bebas Jentik (ABJ), di Kelurahan Mangkurawang

Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut,

rumusan masalah yang akan diteliti yaitu apakah terdapat pengaruh

modifikasi ovitrap dengan penambahan atraktan rendaman udang

terhadap kepadatan nyamuk Aedes sp. di Kelurahan Mangkurawang

Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh modifikasi ovitrap terhadap

kepadatan nyamuk Aedes sp. di Kelurahan Mangkurawang

Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh HI, CI, dan ABJ sebelum dan

sesudah perlakuan dengan modifikasi ovitrap menggunakan

atraktan rendaman udang.

b. Untuk mengetahui pengaruh modifikasi ovitrap dengan

penambahan atraktan rendaman udang terhadap kepadatan

nyamuk Aedes sp. di Kelurahan Mangkurawang Kecamatan

Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara.

D. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Mengembangkan dan menambah wawasan ilmu

pengetahuan khususnya dalam melakukan penelitian pengaruh


7

modifikasi ovitrap dengan penambahan atraktan rendaman udang

terhadap kepadatan nyamuk Aedes sp. di Kelurahan

Mangkurawang Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai

Kartanegara.

2. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Bertambahnya daftar karya ilmiah khususnya pada

departemen kesehatan lingkungan tentang modifikasi ovitrap yang

selanjutnya bisa dijadikan referensi untuk penelitian yang lebih

lanjut.

3. Dinas Kesehatan Kutai Kartanegara

Sebagai informasi bagi Dinas Kesehatan Kutai Kartanegara

dalam merencanakan program pengendalian nyamuk Aedes sp.

untuk menanggulangi kejadian demam berdarah dengue di

Kabupaten Kutai Kartanegara.

4. Masyarakat

Dapat menambah informasi mengenai upaya pengendalian

penyakit DBD.

Anda mungkin juga menyukai