BATUAN METAMORF
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan tekanan
(P), temperatur (T) atau keduanya di mana batuan memasuki kesetimbangan baru
tanpa adanya perubahan komposisi kimia (isokimia) dan tanpa melalui fasa cair
(dalam keadaan padat)..Proses metamorfosa membentuk batuan yang sama sekali
berbeda dengan batuan asalnya, baik tekstur dan struktur maupun asosiasi
mineral. Selain faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf
juga tergantung pada jenis batuan asalnya.
Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu (Jackson, 1970) :
Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak sama satu
dengan yang lainnya. Percobaan Becke (1904) menghasilkan seri kristaloblastik
yang menunjukan bahwa mineral pada seri yang tinggi akan lebih mudah
membuat ruang pertumbuhan dengan mendesak mineral pada seri yang lebih
rendah. Mineral dengan kekuatan kristaloblastik tinggi umumnya besar dan
euhedral (Tabel 3).
Seri Kristaloblastik
Struktur Foliasi
Struktur foliasi adalah struktur paralel yang dibentuk oleh mineral pipih/ mineral
prismatik, seringkali terjadi pada metamorfosa regional dan metamorfosa
kataklastik.
Struktur non foliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral yang
equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran granular, seringkali
terjadi pada metamorfosa termal. Beberapa struktur non foliasi yang umum
ditemukan :
Tekstur relic (sisa) : tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa
tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada
batuan metamorf tersebut. Penamaannya dengan memberi awalan blasto
(kemudian disambung dengan nama tekstur sisa), misalnya : tekstur
blastoporfiritik (batuan metamorf yang tekstur porfiritik batuan beku asal
nya masih bisa dikenali) atau dengan memberi awalan meta untuk
memberikan nama batuan metamorf bila masih dikenali sifat dari batuan
asalnya, misalnya metasedimen, metagraywacke, metavolkanik, dsb.
Tekstur kristaloblastik : setiap tekstur yang terbentuk pada saat
metamorfosa. Penamaannya dengan memberi akhiran blastik, dipakai
untuk memberikan nama tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses
metamorfosis, misal tekstur porfiroblastik yaitu batuan metamorf yang
memperlihatkan tekstur mirip porfiritik pada batuan beku, tapi tekstur ini
betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.
Batusabak (Slate)
Sekis (Schist)
Mineral utama : biotit, muskovit, kuarsa (sekis mika), klorit (sekis klorit), talk
(sekis talk) dll. Warna : tergantung dari mineralnya misalnya sekis mika
umumnya putih, hitam, mengkilap. Struktur : foliasi (sekistose tertutup). Tekstur :
granoblastik dan lepidoblastik, perselingan antara mineral pipih dan mineral
granular baik sekali, butiran umumnya sudah kasar. Metamorfosa : regional.
Geneis (Gneis)
Migmatit (Migmatite)
Filonit (Phyllonite)
Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit butirannya halus), sudah
terjadi rekristalisasi, derajat metamorfosa lebih tinggi dibanding milonit. Matriks
terdiri dari mika berserabut, terorientasi tak sempurna (berupa alur-alur sangat
halus), menunjukan kilap silky, butiran halus sekali. Metamorfosa : kataklastik.
Kuarsit (Quartzite)
Serpentinit (Serpentinite)
Mineral utama : serpentin, mineral tambahan : mineral bijih, mineral sisa : olivin,
piroksen. Warna : hijau terang hijau kekuningan. Struktur : masif, kadang-
kadang terdapat struktur sisa dari peridotit. Tekstur : lamelar, selular, tekstur sisa
dari piroksen (bastit). Metamorfosa : regional
Amfibolit (Amphybolite)
Granulit (Granulite)
Marmer (Marble)
Mineral utama : kalsit; kadang-kadang dolomit, piroksen, amfibol, flogopit, ada
mineral bijih atau oksida besi. Warna : putih dengan garis-garis hijau, abu-abu,
coklat dan merah. Struktur : masif dengan besar butir bervariasi. Tekstur :
granoblastik dengan tekstur sacaroidal. Metamorfosa : kontak dan regional
Hornfels (Hornfels)