Anda di halaman 1dari 15

ALBUM MINERAL

Disusun Oleh : Raras Prabowo


NIM : (410016130)
Kelas : 03

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

Sekolah Tinggi Teknologi Nasional


Jl.Babarsari,Catur Tunggal,Depok,Sleman Yogyakarta 55281

BATUAN METAMORF
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan tekanan
(P), temperatur (T) atau keduanya di mana batuan memasuki kesetimbangan baru
tanpa adanya perubahan komposisi kimia (isokimia) dan tanpa melalui fasa cair
(dalam keadaan padat)..Proses metamorfosa membentuk batuan yang sama sekali
berbeda dengan batuan asalnya, baik tekstur dan struktur maupun asosiasi
mineral. Selain faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf
juga tergantung pada jenis batuan asalnya.

Tipe-tipe metamorfosa Tipe-tipe metamorfosa :

Metamorfosa termal/kontak : terjadi akibat perubahan (kenaikan)


temperatur (T), biasanya dijumpai di sekitar intrusi/batuan plutonik, luas
daerah kontak bisa beberapa meter sampai beberapa kilometer, tergantung
dari komposisi batuan intrusi dan batuan yang diintrusi, dimensi dan
kedalaman intrusi.
Metamorfosa regional/dinamo termal : terjadi akibat perubahan (kenaikan)
tekanan (P) dan temperatur (T) secara bersama-sama, biasanya terjadi di
jalur orogen (jalur pembentukan pegunungan atau zona subduksi) yang
meliputi daerah yang luas, perubahan secara progresif dari P & T rendah
ke P & T tinggi..
Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi : terjadi di daerah pergeseran
yang dangkal (misal zona sesar) dimana tekanan lebih berperan daripada
temperatur, yang menyebabkan terbentuknya zona hancuran, granulasi,
breksi sesar (dangkal), milonit, filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh
rekristalisasi.
Metamorfosa burial : terjadi akibat pembebanan, biasanya terjadi di
cekungan sedimentasi, perubahan mineralogi ditandai munculnya zeolit.
Metamorfosa lantai samudera : terjadi akibat pembukaan lantai samudera
(ocean floor spreading) di punggungan tengah samudera.

Mineralogi Batuan Metamorf


Beberapa bentuk dan sifat fisik mineral karakteristik batuan metamorf dapat
dilihat pada tabel dan tabel 1.

Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat dapat
dibedakan menjadi 3 yaitu (Jackson, 1970) :

Secretionary growth : pertumbuhan kristal hasil reaksi kimia fluida yang


terdapat pada batuan yang terbentuk akibat adanya tekanan pada batuan
tersebut.
Concentionary growth : proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya
untuk membuat ruang pertumbuhan.
Replacement : proses penggantian mineral lama oleh mineral baru.

Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak sama satu
dengan yang lainnya. Percobaan Becke (1904) menghasilkan seri kristaloblastik
yang menunjukan bahwa mineral pada seri yang tinggi akan lebih mudah
membuat ruang pertumbuhan dengan mendesak mineral pada seri yang lebih
rendah. Mineral dengan kekuatan kristaloblastik tinggi umumnya besar dan
euhedral (Tabel 3).

Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas mineral pada batuan


metamorf. Dalam hal ini dikenal dua kelompok mineral yaitu stress mineral dan
antistress mineral. Stress mineral merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya
akan semakin besar bila terkena tekanan atau merupakan mineral yang tahan
terhadap tekanan, contoh : kloritoid, staurolit, dan kyanit.

Antistress mineral merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya akan


semakin kecil bila terkena tekanan atau merupakan mineral yang tidak tahan
terhadap tekanan, contoh : andalusit, kordierit, augit, hypersten, olivin, potasium
felspar dan anortit.

Seri Kristaloblastik

Struktur Batuan Metamorf

Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran,


bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut (Jackson, 1970).
Pembahasan mengenai struktur juga meliputi susunan bagian masa batuan
termasuk hubungan geometrik antar bagian serta bentuk dan kenampakan internal
bagian-bagian tersebut (Bucher & Frey, 1994). Secara umum struktur batuan
metamorf dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : struktur foliasi dan struktur non
foliasi (Gambar 1).

Struktur Foliasi

Struktur foliasi adalah struktur paralel yang dibentuk oleh mineral pipih/ mineral
prismatik, seringkali terjadi pada metamorfosa regional dan metamorfosa
kataklastik.

Beberapa struktur foliasi yang umum ditemukan :


Slaty cleavage : struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah
batu sabak/slate, mineral mika mulai hadir, batuannya disebut slate
(batusabak).
Phylitic : rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan lebih
mengkilap daripada batusabak (mulai banyak mineral mika), mulai terjadi
pemisahan mineral pipih dan mineral granular meskipun belum begitu
jelas/belum sempurna, batuannya disebut phyllite (filit).
Schistose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular,
mineral pipih orientasinya menerus/tidak terputus, sering disebut dengan
close schistosity, batuannya disebut schist (sekis).
Gneisose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular,
mineral pipih orientasinya tidak menerus/terputus, sering disebut dengan
open schistosity, batuannya disebut gneis.

Struktur Non Foliasi

Struktur non foliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral yang
equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran granular, seringkali
terjadi pada metamorfosa termal. Beberapa struktur non foliasi yang umum
ditemukan :

Granulose : struktur non foliasi yang terdiri dari mineral-mineral granular


Hornfelsik : struktur non foliasi yang dibentuk oleh mineral-mineral
equidimensional dan equigranular, tidak terorientasi, khusus akibat
metamorfosa termal, batuannya disebut hornfels.
Cataclastic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh pecahan/fragmen
batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya membentuk
kenampakan breksiasi, terjadi akibat metamorfosa kataklastik, batuannya
disebut cataclasite (kataklasit).
Mylonitic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh adanya penggerusan
mekanik pada metamorfosa kataklastik, menunjukan goresan-goresan
akibat penggerusan yang kuat dan belum terjadi rekristalisasi mineral-
mineral primer, batuannya disebut mylonite (milonit).
Phyllonitic : gejala dan kenampakan sama dengan milonitik tetapi
butirannya halus, sudah terjadi rekristalisasi, menunjukan kilap silky,
batuannya disebut phyllonite (filonit).

Tekstur Batuan Metamorf

Tekstur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran,


bentuk atau orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf
(Jackson, 1970).

Tekstur batuan metamorf berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa


(Gambar 1 dan 2) :

Tekstur relic (sisa) : tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa
tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada
batuan metamorf tersebut. Penamaannya dengan memberi awalan blasto
(kemudian disambung dengan nama tekstur sisa), misalnya : tekstur
blastoporfiritik (batuan metamorf yang tekstur porfiritik batuan beku asal
nya masih bisa dikenali) atau dengan memberi awalan meta untuk
memberikan nama batuan metamorf bila masih dikenali sifat dari batuan
asalnya, misalnya metasedimen, metagraywacke, metavolkanik, dsb.
Tekstur kristaloblastik : setiap tekstur yang terbentuk pada saat
metamorfosa. Penamaannya dengan memberi akhiran blastik, dipakai
untuk memberikan nama tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses
metamorfosis, misal tekstur porfiroblastik yaitu batuan metamorf yang
memperlihatkan tekstur mirip porfiritik pada batuan beku, tapi tekstur ini
betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis.

Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk individu kristal :

Idioblastik : mineralnya berbentuk euhedral


Hypidioblastik : mineralnya berbentuk subhedral
Xenoblastik/alotrioblastik : mineralnya berbentuk anhedral

Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk mineral (Gambar 2) :


Tekstur Homeoblastik : bila terdiri dari satu tekstur saja yaitu :
o Lepidoblastik : terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya
mineral mika (muskovit, biotit)
o Nematoblastik : terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya
mineral plagioklas, k-felspar, piroksen
o Granoblastik : terdiri dari mineral-mineral granular
(equidimensional), dengan batas mineralnya sutured (tidak teratur),
dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.
o Granuloblastik : terdiri dari mineral-mineral granular
(equidimensional), dengan batas mineralnya unsutured (lebih
teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.

Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur homeoblastik,


misalnya lepidoblastik dan granoblastik, atau lepidoblastik, nematobalstik
dan granoblastik.

Beberapa tekstur khusus lainnya yang umumnya tampak pada pengamatan


petrogarafi (pengamatan batuan/mineral dengan menggunakan mikroskop
polarisasi) yaitu (Gambar 2) :

Porfiroblastik : kristal yang lebih besar (porphyroblast) dikelilingi oleh


mineral-mineral yang berukuran lebih kecil.
Poikiloblastik (Sieve Texture) : tekstur porfiroblastik dengan
porphyroblast tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
Mortar Texture : fragmen mineral yang besar terdapat pada masa dasar
material yang berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan
(crushing).
Decussate Texture : tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak
menunjukan keteraturan orientasi.
Sacaroidal Texture : tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
Gambar 1. Beberapa tekstur batuan metamorfik, A. Granoblastic dengan
tekstur mosaic, B. Granoblastic (butir tak teratur), C. Schistose dengan
porfiroblast euhedral, D. Schistose dengan granoblastik lentikuler, E.
Metasandstone dengan Semischistose, F. Semischistose dalam batuan
blastoporphyritic metabasalt, G. Mylonite granite ke arah bawah menjadi
Protomylonite, H. Orthomylonite ke arah bawah menjadi Ultramylonite, I.
Granoblastic di dalam blastomylonite.

Penamaan dan Klasifikasi Batuan Metamorf


Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan komposisi kimia batuan asal

Batuan metamorf pelitik, berasal dari batuan lempungan (batulempung,


serpih, batulumpur); komposisinya banyak mengandung Al2O3, K2O, dan
SiO2; batuannya kebanyakan bertekstur skistosa contohnya sekis,
batusabak, dll.; mineralogi : muskovit, biotit, kianit, silimanit, kordierit,
garnet, stauroeit; secara umum batuan pelitik akan berubah menjadi batuan
metamorfosis dengan meningkatnya T, akan terbentuk berturut-turut : batu
sabak - filit sekis genes.
Batuan metamorf kuarsa-felspatik, berasal dari batupasir atau batuan beku
felsik (misalnya granit, riolit), dicirikan kandungan SiO2 tinggi dan MgO
serta FeO rendah, hasilnya batuannya bertekstur bukan skistosa.
Batuan metamorf karbonatan, berasal dari batuan yang berkomposisi
CaCO3 (batugamping, dolomit), hasil metamorfosa berupa marmer, bila
batuan asal (batugamping) mengandung MgO dan SiO2 diharapkan
terbentuk mineral tremolit, diopsid, wolastonit dan mineral karbonatan
yang lain, bila batuan asal mengandung cukup Al2O3 diharapkan
terbentuk mineral plagioklas, epidot, hornblenda yang hampir mirip
dengan mineralogi batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa.
Batuan metamorf basa, berasal dari batuan beku basa (SiO2 sekitar 50%),
batuan metamorfnya disebut metabasite, batuan asal banyak mengandung
MgO, FeO, CaO dan Al2O3 maka mineral metamorfosanya berupa klorit,
aktinolit, epidot (fasies sekis hijau) dan hornblenda (fasies amfibolit),
untuk T lebih tinggi akan muncul klino dan ortopiroksen dan plagioklas.
Batuan metamorf ultra basa, berasal dari batuan beku ultra basa, batuan
hasil metamorfosa berupa serpentinit, sering dijumpai pada daerah
metamorf yang mengandung glaukofan.

Penamaan batuan metamorf berdasarkan tekstur dan mineraloginya

Tekstur, struktur dan mineralogi memegang peranan penting dalam penamaan


batuan metamorf. Secara umum kandungan mineral di dalam batuan metamorf
akan mencerminkan tekstur, misalnya melimpahnya mika akan memberikan
tekstur sekistosa pada batuannya. Penamaan batuan metamorf bisa berdasarkan
struktur, misal sekis, gneiss, dll. Untuk memperjelas dalam penamaan, banyak
digunakan kata tambahan yang menunjukan ciri khusus batuan metamorf tersebut,
misalnya keberadaan mineral pencirinya (contoh sekis klorit), atau nama batuan
beku yang mempunyai komposisi sama (contoh granite gneiss). Bisa juga
berdasarkan jenis mineral penyusun utamanya (contoh kuarsit) atau berdasarkan
fasies metamorfiknya (contoh granulit). Tabel 4 di bawah ini bisa digunakan
untuk membantu dalam determinasi batuan metamorf.
Determinasi batuan metamorf:

Beberapa batuan metamorf yang penting :

Batusabak (Slate)

Mineral utama : seringkali masih berupa mineral lempung; mineral tambahan :


muskovit, biotit, kordierit, andalusit. Warna : abu-abu gelap yang mengkilap.
Struktur : foliasi (sekistose) mulai tampak namun belum jelas (slaty cleavage).
Tekstur : lepidoblastik dan granoblastik tetapi tanpa selang-seling mineral pipih
dan mineral granular dengan butiran yang halus. Metamorfosa : regional.
Filit (Phyllite)

Mineral utama : kuarsa, serisit, klorit; mineral tambahan : plagioklas, mineral


bijih. Warna : terang, abu-abu perak, abu-abu kehijauan, lebih mengkilap daripada
batu sabak. Struktur : foliasi (sekistose) mulai jelas dibandingkan dengan batu
sabak (tekstur filitik). Tekstur : mulai granoblastik sampai lepidoblastik dengan
mulai terlihat perselingan antara mineral pipih dan mineral granular, butiran mulai
lebih kasar daripada batusabak. Metamorfosa : regional.

Sekis (Schist)

Mineral utama : biotit, muskovit, kuarsa (sekis mika), klorit (sekis klorit), talk
(sekis talk) dll. Warna : tergantung dari mineralnya misalnya sekis mika
umumnya putih, hitam, mengkilap. Struktur : foliasi (sekistose tertutup). Tekstur :
granoblastik dan lepidoblastik, perselingan antara mineral pipih dan mineral
granular baik sekali, butiran umumnya sudah kasar. Metamorfosa : regional.

Geneis (Gneis)

Mineral utama : k-felsfar, plagioklas, biotit, muskovit, kuarsa. Warna : sesuai


dengan batuan asalnya, misalnya dari granit atau batupasir arkose. Struktur :
foliasi (sekistose terbuka/gneisose). Tekstur : granoblastik dan lepidoblastik,
mineral pipih dipotong oleh mineral granular. Metamorfosa : regional.

Migmatit (Migmatite)

Beberapa jenis batuan bertekstur gneisik secara megaskopik sering


memperlihatkan sifat yang heterogen dan terlihat seperti percampuran antara
metasedimen dan batuan granitis, batuan yang demikian ini lazim disebut
migmatit.Struktur : foliasi (sekistose terbuka/gneisose). Tekstur : granoblastik dan
lepidoblastik, mineral pipih dipotong oleh mineral granular. Metamorfosa :
regional, pada zona T tinggi, dan selalu dijumpai berasosiasi dengan batuan
granit.
Milonit (Mylonite)

Mineral dan warna tergantung batuan yang mengalami metamorfosa kataklastik.


Struktur dan tekstur : terlihat seperti adanya foliasi dengan lensa-lensa dari batuan
yang tidak hancur berbentuk mata, butiran umumnya halus. Tekstur :
granoblastik, poikiloblastik, dengan tekstur mosaik. Metamorfosa : kataklastik.

Filonit (Phyllonite)

Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit butirannya halus), sudah
terjadi rekristalisasi, derajat metamorfosa lebih tinggi dibanding milonit. Matriks
terdiri dari mika berserabut, terorientasi tak sempurna (berupa alur-alur sangat
halus), menunjukan kilap silky, butiran halus sekali. Metamorfosa : kataklastik.

Kuarsit (Quartzite)

Mineral utama : kuarsa (>80%), mineral tambahan : muskovit, biotit, k-felsfar,


mineral bijih. Warna : putih terang, warna lainnya tergantung warna mineral
tambahannya. Struktur : masif, kadang-kadang berfoliasi. Tekstur : granoblastik
tipe mosaik, kadang-kadang sacaroidal. Metamorfosa : regional dan termal

Serpentinit (Serpentinite)

Mineral utama : serpentin, mineral tambahan : mineral bijih, mineral sisa : olivin,
piroksen. Warna : hijau terang hijau kekuningan. Struktur : masif, kadang-
kadang terdapat struktur sisa dari peridotit. Tekstur : lamelar, selular, tekstur sisa
dari piroksen (bastit). Metamorfosa : regional

Amfibolit (Amphybolite)

Mineral utama : amfibol (horblenda), plagioklas, mineral tambahan : kuarsa,


epidot, klorit, biotit, garnet, mineral bijih. Warna : hijau/hitam bintik-bintik putih
atau kuning. Struktur : masif atau berfoliasi, kadang-kadang ada struktur sisa dari
metagabro atau meta lava basal. Tekstur : idioblastik/nematoblastik, kadang-
kadang poikiloblastik (plagioklas), lepido-blastik (biotit), porfiroblastik (garnet),
berukuran sedang-kasar. Metamorfosa : regional

Granulit (Granulite)

Mineral utama : kuarsa, k-felspar, plagioklas, garnet, piroksen, sedikit mika.


Warna : bervariasi dari terang sampai gelap, tergantung mineralnya. Struktur :
masif dengan besar butir bervariasi. Tekstur : granoblastik, gneisosa seringkali
mineral kuarsa berbentuk pipih, berukuran sedang-kasar. Metamorfosa : regional
Eklogit (Eklogite) Batuan metamorf berkomposisi basik, mineral utama : piroksen
ompasit (klinopiroksen/diopid yang kaya sodium dan aluminium), garnet kaya
pyrope, kuarsa. Warna : hijau-merah dengan bintik-bintik. Struktur : masif dengan
besar butir bervariasi. Tekstur : granoblastik seringkali porfiroblastik, berukuran
sedang-kasar. Metamorfosa : regional

Marmer (Marble)
Mineral utama : kalsit; kadang-kadang dolomit, piroksen, amfibol, flogopit, ada
mineral bijih atau oksida besi. Warna : putih dengan garis-garis hijau, abu-abu,
coklat dan merah. Struktur : masif dengan besar butir bervariasi. Tekstur :
granoblastik dengan tekstur sacaroidal. Metamorfosa : kontak dan regional

Hornfels (Hornfels)

Mineral utama : andalusit, silimanit, kordierit, biotit, k-felsfar. Warna : terang,


merah, coklat, ungu dan hijau. Struktur : masif kadang-kadang dengan sisa foliasi.
Tekstur : hornfelsik, granoblastik, poikiloblastik, kadang-kadang porfiroblastik,
dengan tekstur mosaik, butiran ekuidimensional, tidak berorientasi, butiran halus.
Metamorfosa : kontak.
DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN METAMORF
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan muhammad,2016,GEOLOGI untuk PERTAMBANGAN UMUM,ITB,Bandung


Djauhari Noor,2006,GEOLOGI LINGKUNGAN,Yogyakarta
https://id.wikipedia.org/wiki/Geolog
https://fitb.itb.ac.id/teknik-geologi

Anda mungkin juga menyukai