Anda di halaman 1dari 17

AUDIT SEKTOR PUBLIK

( PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

AZIZAH DWIYANA

AMINATUL AKHIRAT

AGNISA CESIDARILA Y

FAUZAN NOVRIANSYAH

INDRIARTA HN

MELVI RILIANA

MARIANA PUTRI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI
KATA PENGANTAR

Segala puji beserta syukur kami serahkan kepada Allah swt karna dengan berkat dan rahmat-Nya
lah kami kelompok 2 dapat menyelesaikan makalah audit sektor publik ini yang berjudul
PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan nya. Oleh karena itu besar harapan kami untuk mendapatkan masukan,saran dan
kritikan dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembacanya.

Wassalamualaikum wr.wb

Pekanbaru, 28 september 2017


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebuah sistem, baik dalam bisnis modern maupun dalam ketatanegaraan membutuhkan
pengendalian agar dapat berjalan dengan baik dan lancar. Negara Indonesia yang menganut
sistem pemerintahan presidensial dan menganut asas Demokrasi dalam bertata negara juga
membutuhkan sebuah sistem pengendalian yang berguna agar pemerintahan dapat berjalan
dengan baik dan lancar, serta tidak terjadi kecurangan-kecurang berupa korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Pengendalian yang cukup baik dapat dilihat dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
serta pertanggungjawaban setiap kegiatan yang melibatkan sebuah entitas.

Sebagai stakeholders dalam pemerintahan, rakyat menginginkan adanya pertanggungjawaban


yang baik dan benar dalam pengelolaan keuangan negara. Hal ini juga telah tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat 1 yang berbunyi,

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara
ditetapkan setiap tahun dengan Undang-Undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

dari ayat tersebut kita menemukan kata-kata dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Untuk mewujudkan keterbukaan tersebut,
maka dilakukanlah pemeriksaan keuangan negara oleh lembaga yang independen.
Pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan mencakup
pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab
keuangan negara. Apa saja yang termasuk kedalam lingkungan pemeriksaan keuangan negara,
bagaimanakah perlakuan Badan Pemeriksaan Keuangan terhadap lingkungan pemeriksaan
tersebut. Pada makalah ini penulis akan mengetengahkan pembahasan mengenai pemeriksaan
keuangan negara, sehingga kita dapat mengerti dan memahami dengan lebih baik mengenai
pemeriksaan keuangan Negara.
2. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan penjelasan kepada para pembaca
mengenai pemeriksaan laporan keuangan negara.

3. Rumusan Masalah

1. apa pengertian pemeriksaan keuangan ?

2. apa saja landasan hukum mengenai pemeriksaan keuangan?

3. apa tujuan pemeriksaan keuangan ?

4. apa saja lingkup pemeriksaan keuangan ?

5. apa tujuan standar keuangan dan mengapa penting ?

6. apa saja pembagian standar pemeriksaan keuangan?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pemeriksaan keuangan.


Secara sederhana pemeriksaan keuangan diartikan sebagai pemeriksaan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan yang diperiksa adalah laporan keuangan pemerintah pusat dan laporan keuangan
pemer intah daerah. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh Badan Pengawas Keuangan dalam
rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan di dalam
laporan keuangan pemer intah. Opini tersebut dibuat oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang intinya
menyimpulkan apakah laporan keuangan yang diperiksa telah disajikan secara wajar dalam semua hal
yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau bas is akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

B. Landasan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara


Adapun landasan hukum dalam pemeriksaan keuangan negara tercantum dalam:
1. Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-4
Pemeriksaan keuangan negara diatur di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 khususnya di bagian yang mengatur mengenai keuangan negara. Di pasal 23 dinyatakan
bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara merupakan wujud pengelolaan keuangan negara.
Kemudian di Bab VIIIA mengenai Badan Pemeriksa Keuangan pasal 23E dinyatakan bahwa pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara diperiksa oleh satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan
mandiri.
2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Di dalam penjelasan dar i Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 disebutkan bahwa salah satu
asas umum pengelolaan keuangan negara adalah pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang
bebas dan mandiri. Ketentuan mengenai pemeriksaan keuangan negara di dalam Bab VIII mengenai
pertanggungjawaban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
3. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Di dalam undang-undang ini memang tidak diatur mengenai pemeriksaan keuangan negara
secara tersurat. Hanya saja, di Bab IX tentang Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, disebutkan
keberadaan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai lembaga yang diserahi laporan keuangan oleh
Presiden.
4. Undang-Undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
Undang-undang ini merupakan pedoman utama bagi para pemeriksa Badan Pemeriksa Keuangan
untuk melakukan pemeriksaan keuangan negara. Di dalam undang-undang ini diatur mengenai
lingkup pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, hasil pemeriksaan dan tindak lanjut, hingga
pengenaan ganti kerugian negara.
5. Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
Undang-undang ini merupakan pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan sistem ketatanegaraan, baik
pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
6. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara
Pemeriksa dalam melakukan tugasnya memer lukan standar sebagai acuan dalam melakukan
pemeriksaan. Dengan adanya standar ini diharapkan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan
dapat lebih berkualitas dan member nilai tambah yang positif bagi perkembangan sistem
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

C. Tujuan pemeriksaan keuangan.


Tujuan dari pemeriksaan keuangan adalah untuk menilai kewajaran pelaporan keuangan entitas yang
diperiksa. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai
kewajaran penyajian laporan keuangan dalam semua hal yang material.

D. Lingkup pemeriksaan keuangan.


Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa pemeriksaan keuangan dilakukan atas laporan
keuangan pemer intah. Di dalam petunjuk pelaksanaan pemeriksaan keuangan disebutkan bahwa
pemeriksaan keuangan ini terdiri dari:
1) Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
2) Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga.
3) Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
4) Laporan Keuangan Bank Indonesia.
5) Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
6) Laporan Keuangan Badan Layanan Umum.
7) Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
8) Laporan Keuangan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

E. Standar Pemeriksaan Keuangan


Pentingnya Standar Pemeriksaan Sebagai suatu pedoman atau panduan, maka standar
audit memiliki arti yang sangat penting, bukan saja bagi pemeriksa tetapi juga pihak-pihak
lainnya seperti manajemen entitas yang diaudit, para pengguna laporan audit dan
stakeholder lainnya.

Berikut beberapa fungsi standar :

Standar audit sebagai pedoman bagi pemeriksa


Standar audit memuat persyaratan kualifikasi pemeriksa serta standar mutu pelaksanaan
dan pelaporan audit. Dengan demikian standar audit berfungsi sebagai pedoman bagi
pemeriksa mengenai persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh pemeriksa serta
memberikan arah bagi pemeriksa untuk dapat melaksanakan dan melaporkan hasil
auditnya.

Standar audit sebagai alat ukur kinerja pemeriksa


Pemeriksa yang memenuhi persyaratan dalam standar audit serta audit yang dilaksanakan
berdasarkan standar audit, akan memberikan jaminan terhadap kualitas hasil audit itu
sendiri. Sebaliknya apabila pemeriksa tidak memenuhi persyaratan dalam standar audit dan
audit tidak dilaksanakan berdasarkan standar audit, maka hasil audit tidak dapat dijamin
kualitasnya. Lebih dari itu, audit yang dilaksanakan berdasarkan standar audit akan menjadi
semakin efisien dan efektif. Dengan demikian standar audit dapat berfungsi sebagai alat
ukur kinerja bagi pemeriksa.

Jaminan mutu bagi para pengguna laporan audit


Standar audit mensyaratkan agar pemeriksa dapat mempertahankan kompetensi,
integritas, obyektivitas, dan independensi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan.
Dengan demikian audit yang dilaksanakan berdasarkan standar audit akan menghasilkan
laporan audit yang dapat diandalkan oleh para pengguna laporan audit. Para pengguna
laporan audit akan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap laporan hasil audit
karena audit (dimaksud) dilakukan oleh pemeriksa yang kompeten dan independen serta
dilaksanakan sesuai dengan standar audit.

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara memuat persyaratan profesional pemeriksa, mutu


pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional.
Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada Standar Pemeriksaan akan
meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang
diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti secara obyektif. Apabila pemeriksa
melaksanakan pemeriksaan dengan cara ini dan melaporkan hasilnya sesuai dengan
Standar Pemeriksaan maka hasil pemeriksaan tersebut akan dapat mendukung
peningkatan mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara serta pengambilan
keputusan Penyelenggara Negara.

Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara juga merupakan salah
satu unsur penting dalam rangka terciptanya akuntabilitas publik. Tujuan SPKN adalah
untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam
melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.Pemeriksaan Pengeloaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dalam rangka
mewujudkan akuntabilitas publik adalah bagian dari reformasi bidang keuangan negara
yang dimulai sejak tahun 2003. Pengertian pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan
Negara mencakup akuntabilitas yang harus diterapkan semua entitas oleh pihak yang
melakukan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Akuntabilitas diperlukan
untuk dapat mengetahui pelaksanaan program yang dibiayai dengan keuangan negara,
tingkat kepatuhannya terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
serta untuk mengetahui tingkat kehematan, efisiensi, dan efektivitas dari program tersebut.

Setiap pemeriksaan dimulai dengan penetapan tujuan dan penentuan jenis pemeriksaan
yang akan dilaksanakan serta standar yang harus diikuti oleh pemeriksa. Jenis
pemeriksaan yang diuraikan dalam SPKN meliputi: pemeriksaan keuangan, pemeriksaan
kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Pemeriksaan keuangan adalah
pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan keuangan tersebut bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pemeriksaan kinerja adalah
pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek
ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.

Contoh tujuan pemeriksaan atas hasil dan efektivitas program serta pemeriksaan atas
ekonomi dan efisiensi adalah penilaian atas:
Sejauhmana tujuan peraturan perundang-undangan dan organisasi dapat dicapai;
Kemungkinan alternatif lain yang dapat meningkatkan kinerja program atau menghilangkan
faktor-faktor yang menghambat efektivitas program;
Perbandingan antara biaya dan manfaat atau efektivitas biaya suatu program;
Sejauhmana suatu program mencapai hasil yang diharapkan atau menimbulkan dampak yang
tidak diharapkan;
Sejauh mana program berduplikasi, bertumpang tindih, atau bertentangan dengan program lain
yang sejenis;
Sejauh mana entitas yang diperiksa telah mengikuti ketentuan pengadaan yang sehat
Validitas dan keandalan ukuran-ukuran hasil dan efektivitas program, atau ekonomi dan efisiensi;
Keandalan, validitas, dan relevansi informasi keuangan yang berkaitan dengan kinerja suatu
program.

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu bertujuan untuk memberikan simpulan atas suatu hal
yang diperiksa. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dapat bersifat: eksaminasi
(examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).
Dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, setiap manajemen entitas yang
berkaitan dengan keuangan negara memiliki tanggung jawab sesuai kedudukan, fungsi,
dan tugasnya. Manajemen entitas yang diperiksa bertanggung jawab untuk:
Mengelola keuangan negara secara tertib, ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Menyusun dan menyelenggarakan pengendalian intern yang efektif guna menjamin:
pencapaian tujuan sebagaimana mestinya,
keselamatan/keamanan kekayaan yang dikelola,
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
perolehan dan pemeliharaan data/informasi yang handal, dan pengungkapan data/informasi
secara wajar.
Menyusun dan menyampaikan laporan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara
secara tepat waktu;
Menindaklanjuti rekomendasi BPK, serta menciptakan dan memelihara suatu proses untuk
memantau status tindak lanjut atas rekomendasi dimaksud.

Pemeriksa juga memiliki tanggung jawab secara profesi dalam melaksanakan dan
melaporkan hasil pemeriksaan sebagaimana diatur dalam SPKN. Pemeriksa harus
memenuhi beberapa tanggung jawab sebagai berikut:
Pemeriksa secara profesional bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan
untuk memenuhi tujuan pemeriksaan;
Pemeriksa harus mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik dalam
melakukan pemeriksaan;
Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, pemeriksa harus melaksanakan
seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan derajat integritas yang tertinggi;
Pelayanan dan kepercayaan publik harus lebih diutamakan di atas kepentingan pribadi;
Pemeriksa harus obyektif dan bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest)
dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya.;
Pemeriksa bertanggung jawab untuk menggunakan pertimbangan profesional dalam
menetapkan lingkup dan metodologi, menentukan pengujian dan prosedur yang akan
dilaksanakan, melaksanakan pemeriksaan, dan melaporkan hasilnya;
Pemeriksa bertanggung jawab untuk membantu manajemen dan para pengguna laporan
hasil pemeriksaan lainnya untuk memahami tanggung jawab pemeriksa berdasarkan

Standar Pemeriksaan dan cakupan pemeriksaan yang ditentukan berdasarkan ketentuan


peraturan perundang-undangan. Organisasi pemeriksa juga memiliki tanggung jawab untuk
meyakinkan bahwa:
Independensi dan obyektivitas dipertahankan dalam seluruh tahap pemeriksaan;
Pertimbangan profesional (professional judgment) digunakan dalam perencanaan dan
pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan;
Pemeriksaan dilakukan oleh personil yang mempunyai kompetensi profesional dan secara
kolektif mempunyai keahlian dan pengetahuan yang memadai, dan
Peer-review yang independen dilaksanakan secara periodik dan menghasilkan suatu pernyataan,
apakah sistem pengendalian mutu organisasi pemeriksa tersebut dirancang dan memberikan
keyakinan yang memadai sesuai dengan Standar Pemeriksaan.

F. pembagian standar pemeriksaan keuangan

1. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan


Untuk pemeriksaan keuangan, SPKN memberlakukan tiga pernyataan standar pekerjaan
lapangan SPAP yang ditetapkan IAI, berikut ini:
1. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten harus
disupervisi dengan semestinya;
2. Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan;
3. Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit;

Standar pemeriksaan menetapkan standar pelaksanaan tambahan berikut :

Komunikasi pemeriksa
Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan sifat, saat, lingkup
pengujian, pelaporan yang direncanakan, dan tingkat keyakinan kepada manajemen entitas
yang diperiksa dan atau pihak yang meminta pemeriksaan
Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya
Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnyaserta tindak lanjut atas
rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang sedang
dilaksanakan;
Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan,kecurangan (fraud) dan ketidakpastian)
Pemeriksa harus merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan yang memadai guna
mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian
laporan keuangan. Jika informasi tertentu menjadi perhatian pemeriksa, diantaranya
informasi tersebut memberikan bukti yang berkaitan dengan penyimpangan dari ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berpengaruh material tetapi tidak langsung berpengaruh
terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus menerapkan prosedur
pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa penyimpangan dari ketentuan peraturan
perundang-undangan telah atau akan terjadi;
Pengembangan temuan pemeriksaan
Pemeriksa harus waspada pada kemungkinan adanya situasi dan/atau peristiwa yang
merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan dan apabila timbul indikasi tersebut
serta berpengaruh signifikan terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa
harus menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa kecurangan
dan/atau ketidakpatutan telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap kewajaran
penyajian laporan keuangan; Pemeriksa juga harus merencanakan dan melaksanakan
prosedur pemeriksaan untuk mengembangkan unsur-unsur temuan pemeriksaan;

Dokumentasi pemeriksaan
Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi pemeriksaan dalam bentuk
kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, danpelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan
pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumentasi pemeriksaan tersebut dapat
menjadibukti yang mendukung pertimbangan dan simpulan pemeriksa. Dokumentasi
pemeriksaan harus mendukung opini, temuan,simpulan dan rekomendasi pemeriksaan.

2. Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan

Untuk pemeriksaan keuangan, SPKN memberlakukan empat standar pelaporan SPAP yang
ditetapkan IAI berikut ini:

Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau prinsip akuntansi yang lain yang
berlaku secara komprehensif (PSAP).
Prinsip akuntansi yang berlaku umum digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur
penyajian keuangan. Frase prinsip akuntansi yang berlaku umum merupakan suatu istilah
teknik akuntansi yang mencakup konvensi,aturan dan prosedur yang diperlukan untuk
merumuskan praktik akuntansi yang berlaku umum. Prinsip akuntansi yang berlaku
umum meliputi pedoman umum, hasil usaha dan arus kas dalam laporan keuangan.
Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya
Penerapan semestinya standar kedua ini menuntut auditor hubungan antara konsistensi
dengan daya banding laporan keuangan, perbandingan laporan keuangan dapat dipengaruhi
oleh :
a. perubahan akuntansi
b. kesalahan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dalam periode sebelumnya
c. perubahan penggolongan atau reklasifikasi
d. ketidaktepatan estimasi tahun-tahun sebelumnya dengan peristiwadalam tahun berjalan.

Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali


dinyatakan lain dalam laporan audit;
Standar ini berkaitan erat dengan informasi tambahan sebagai pendukung dan pelengkap
laporan keuangan. Informasi tambahan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk catatan
atas laporan keuangan maupun dalam bentuk pengungkapan lainnya. Laporan audit tidak
perlu menyatakan hal ini apabila pengungkapan audit sudah jelas.

Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus Standar Pelaporan
Pemeriksaan Keuangan dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit
yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor.

Standar pelaporan keempat ini bertujuan untuk mencegah terjadinya salah tafsir tentang
tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor bila namanya dikaitkan dengan laporan
keuangan. Auditor harus menyatakan bahwa tidak dapat memberikan pendapatnya atas
laporan keuangan yang tidak di audit tetapi namanya dikaitkan dengan laporan tersebut.
Auditor juga harus menyatakan bahwa ia tidak dapat memberikan pendapatnya meskipun
melakukan beberapa prosedur audit, tetapi ia tidak independen terhadap klien.

Standar pemerikasaan menetapkan standar pelaporan tambahan berikut

Laporan hasil pemeriksaan harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan
SPKN
Pemeriksaan ini mengacu pada standar pemeriksaan yang berlaku, yang harus diikuti oleh
pemeriksa selama melakukan pemeriksaan.

Pelaporan tentang kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan.


Laporan hasil pemeriksaan atau laporan keuangan harus mengungkapkan bahwa pemeriksa
tidak melakukan pengujian atau kepatuhan terhdap ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan.
Pelaporan tentang pengendalian intern
Laporan atas pengendalian internal harus mengungkapkan kelemahan dalam pengendalian
internal atas pelaporan keuangan yang dianggap sebagai kondisi yang dapat dilaporkan
Pelaporan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab.
Laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern,
kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan
ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung
jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan simpulan serta tindakan koreksi
yang direncanakan
Pelaporan informasi rahasia
Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Namun
laporan hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan
tersebut dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak
dilaporkannya informasi tersebut;
Penerbitan dan pendistribusian laporan hasil pemeriksaan
Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa,
pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang
bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain
yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN :
Pertanggung jawaban pemerintah dalam hal keuangan tercantum dalam Laporan Keuangan Pemerintah
Pusat, yang akhirnya akan diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Pertanggungjawaban tersebut yang
akhirnya akan dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan
Dewan Perwakilan Daerah sesuai dengan wewenangnya.
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah. Hasil pemeriksaan
keuangan adalah opini kewajaran pelaporan keuangan.Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh
Badan Pengawas Keuangan dalam rangka memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran
informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan pemer intah. Opini tersebut dibuat oleh Badan
Pemeriksa Keuangan yang intinya menyimpulkan apakah laporan keuangan yang diperiksa telah
disajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia atau bas is akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
Dalam menjalankan fungsi pemeriksaan tersebut, BPK memiliki wewenang untuk memeriksa
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik
Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan Lembaga atau badan lain yang
mengelola keuangan negara. Pemeriksaan keuangan negara saat ini tidak hanya terbatas pada
pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan saja tetapi juga meliputi pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan negara.
SUMBER PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

http://blogoblokgoblok.blogspot.co.id/2016/12/pemeriksaan-keuangan-negara-dasar-hukum.html

Anda mungkin juga menyukai