Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya "memotong menjadi
bagian-bagian kecil tak beraturan".
beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi aggregat dan
pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari
agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.
Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya,
beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen
lainnya bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk
membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan penyeberangan, struktur
parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok. Nama lama untuk
beton adalah batu cair.
Trikalsium silikat
Dikalsium silikat
Trikalsium aluminat
Tetrakalsium aluminofe
Gipsum
1. Penggalian/Quarrying:Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen: yang
pertama adalah yang kaya akan kapur atau material yang mengandung kapur (calcareous
materials) seperti batu gamping, kapur, dll., dan yang kedua adalah yang kaya akan silika atau
material mengandung tanah liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan
tanah liat dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat penghancur.
3. Pencampuran Awal: Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk
menentukan komposisi tumpukan bahan.
4. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku: Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan
yang sudah dicampur pada tahap awal ke penampung, dimana perbandingan berat umpan
disesuaikan dengan jenis klinker yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan
yang diinginkan.
5. Pembakaran dan Pendinginan Klinker: Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata
diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian
siklon ketika terjadi perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas
dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada preheater ini dan berlanjut dalam
kiln, ketika bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada kiln yang
bersuhu 1350-1400 C, bahan berubah menjadi bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal
dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke pendingin klinker, tempat udara pendingin akan
menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 C.
6. Penghalusan Akhir: Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan
dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan terhadap
bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin
penggiling akhir. Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker,
gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistem tertutup dalam penggiling
akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan pipa
menuju silo semen.
Sifat beton
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun kuat tarik
yang lemah. Untuk kuat tekan, di Indonesia sering digunakan satuan kg/cm dengan simbol K
untuk benda uji kubus dan fc untuk benda uji silinder. Kuat hancur dari beton sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor :
Sifat Semen :
1. Kehalusan
1. Luas permukaan spesifik partikel semen., Nilai ini diperoleh dengan metode permeabilitas
udara (Blaine). Semen semakin tinggi Blaine, semakin tinggi kehalusan
2. Residu pada saringan mesh 200 dan 325 mesh . Partikel> 45 memiliki reaktivitas rendah dan
tidak memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan kekuatan semen. Partikel>
75 mungkin tidak bereaksi sama sekali
2. Panas Hidrasi
Panas hidrasi dari komponen semen bersifat eksotermis, sehingga pada saat proses hidrasi
berlangsung, akan melepaskan sejumlah panas.
3. Kuat Tekan
Kuat tekan semen salah satunya ditentukan oleh komponen penyusun semen, terutama oleh
kalsium silikat. Pada pengembangan kuat tekan awal (misalnya sampai umur 28 hari),
didominasi oleh hidrasi C3S yang didukung oleh C3A. Untuk C2S dan C4AF akan memberikan
kontribusi terhadap kuat tekan untuk umur yang lebih lama. Selain itu yang mempengaruhi
pengembangan kuat tekan adalah kehalusan semen (fineness) dan kandungan gypsum dalam
semen.
4. Setting Time
Campuran semen dengan air akan membentuk adonan yang bersifat kenyal dan dapat dibentuk
(workable). Beberapa saat, pasta tidak berubah. Periode ini dikenal dengan periode tidak aktif
(dormant periode). Pada tahap selanjutnya, pasta yang terbentuk menjadi semakin kaku hingga
mencapai tingkat dimana pasta tetap lunak , tetapi sudah tidak dapat dibentuk lagi.
Periode ini disebut initial set, Sedang waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkatan ini
disebut initial setting time (waktu pengikatan awal).
Selanjutnya pasta menjadi semakin kaku menjadi padatan yang keras dan getas (rigid). Tahap ini
disebut final set dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkatan ini disebut final setting
time (waktu pengikatan akhir).
Proses ini berlanjut terus hingga pasta semen menjadi semakin keras dan kuat yang disebut
dengan pengerasan atau hardening.
5. Soundsness
6. Konsistensi
Konsistensi di definisikan sebagai kemampuan pasta semen untuk mengalir. Pada pengujian,
konsistensi normal ditunjukan dengan penetrasi jarum vicat sebesar 101 mm. Sifat ini
digunakan untuk mengatur perbandingan antara jumlah air dengan semen pada pembuatan pasta
semen
Salah satu hal penting dalam peggunaan semen dalam struktur beton adalah ketahanan terhadap
sulfat. Komponen penyusun semen yang mempengaruhi terhadap ketahanan terhadap sulfat
adalah C3A.
Pada saat terjadi proses hidrasi semen, C3A akan bereaksi dengan sulfat dan air membentuk
ettringite. Ettringite ini mempunyai volume yang lebih besar dibandingkan volume komponen
penyusunya sehingga bila berlebihan mengakibatkan terjadinya ekspansi yang dapat
menyebabkan kerusakan pada struktur beton.
a.Semen
Bahan beton :
campuran semen, air, agregat (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan.
a. Pengertian Semen
Semen adalah zat yang digunakan untuk merekat batu, bata, batako, maupun bahan bangunan lainnya.
Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya "memotong menjadi
bagian-bagian kecil tak beraturan".
b.Pengertian Beton
beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi aggregat dan
pengikat semen. Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari
agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air.
Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan peletakan. Sebenarnya,
beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen
lainnya bersama dan akhirnya membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk
membuat perkerasan jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan penyeberangan, struktur
parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok. Nama lama untuk
beton adalah batu cair.
2.
Trikalsium silikat
Dikalsium silikat
Trikalsium aluminat
Tetrakalsium aluminofe
Gipsum
campuran semen, air, agregat (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan.
1. Penggalian/Quarrying:Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen: yang
pertama adalah yang kaya akan kapur atau material yang mengandung kapur (calcareous
materials) seperti batu gamping, kapur, dll., dan yang kedua adalah yang kaya akan silika atau
material mengandung tanah liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan
tanah liat dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat penghancur.
3. Pencampuran Awal: Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk
menentukan komposisi tumpukan bahan.
4. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku: Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan
yang sudah dicampur pada tahap awal ke penampung, dimana perbandingan berat umpan
disesuaikan dengan jenis klinker yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan
yang diinginkan.
5. Pembakaran dan Pendinginan Klinker: Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata
diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian
siklon ketika terjadi perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas
dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada preheater ini dan berlanjut dalam
kiln, ketika bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada kiln yang
bersuhu 1350-1400 C, bahan berubah menjadi bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal
dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke pendingin klinker, tempat udara pendingin akan
menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 C.
6. Penghalusan Akhir: Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan
dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan terhadap
bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin
penggiling akhir. Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker,
gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistem tertutup dalam penggiling
akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan pipa
menuju silo semen.
1. Memberikan agregat atau campuran isian beton ringan, yang bisa berupa batu apung,
sterofoam, batu alwa, atau abu terbang yang dijadikan batu.
2. Menghilangkan agregat halusnya misalnya dengan menyaring dan membersihkan abu
terbangnya.
3. Meniupkan dengan tujuan mengisi udara di dalam beton.
Cara membuat beton ringan no. 3 di atas dibagi lagi menjadi cara kimiawi dan mekanis, namun
kini cara membuat beton ringan dengan cara kimiawi lebih banyak digunakan.
a.Semen
Sifat Semen :
1. Kehalusan
1. Luas permukaan spesifik partikel semen., Nilai ini diperoleh dengan metode permeabilitas
udara (Blaine). Semen semakin tinggi Blaine, semakin tinggi kehalusan
2. Residu pada saringan mesh 200 dan 325 mesh . Partikel> 45 memiliki reaktivitas rendah dan
tidak memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan kekuatan semen. Partikel>
75 mungkin tidak bereaksi sama sekali
2. Panas Hidrasi
Panas hidrasi dari komponen semen bersifat eksotermis, sehingga pada saat proses hidrasi
berlangsung, akan melepaskan sejumlah panas.
3. Kuat Tekan
Kuat tekan semen salah satunya ditentukan oleh komponen penyusun semen, terutama oleh
kalsium silikat. Pada pengembangan kuat tekan awal (misalnya sampai umur 28 hari),
didominasi oleh hidrasi C3S yang didukung oleh C3A. Untuk C2S dan C4AF akan memberikan
kontribusi terhadap kuat tekan untuk umur yang lebih lama. Selain itu yang mempengaruhi
pengembangan kuat tekan adalah kehalusan semen (fineness) dan kandungan gypsum dalam
semen.
4. Setting Time
Campuran semen dengan air akan membentuk adonan yang bersifat kenyal dan dapat dibentuk
(workable). Beberapa saat, pasta tidak berubah. Periode ini dikenal dengan periode tidak aktif
(dormant periode). Pada tahap selanjutnya, pasta yang terbentuk menjadi semakin kaku hingga
mencapai tingkat dimana pasta tetap lunak , tetapi sudah tidak dapat dibentuk lagi.
Periode ini disebut initial set, Sedang waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkatan ini
disebut initial setting time (waktu pengikatan awal).
Selanjutnya pasta menjadi semakin kaku menjadi padatan yang keras dan getas (rigid). Tahap ini
disebut final set dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tingkatan ini disebut final setting
time (waktu pengikatan akhir).
Proses ini berlanjut terus hingga pasta semen menjadi semakin keras dan kuat yang disebut
dengan pengerasan atau hardening.
5. Soundsness
6. Konsistensi
Konsistensi di definisikan sebagai kemampuan pasta semen untuk mengalir. Pada pengujian,
konsistensi normal ditunjukan dengan penetrasi jarum vicat sebesar 101 mm. Sifat ini
digunakan untuk mengatur perbandingan antara jumlah air dengan semen pada pembuatan pasta
semen
Salah satu hal penting dalam peggunaan semen dalam struktur beton adalah ketahanan terhadap
sulfat. Komponen penyusun semen yang mempengaruhi terhadap ketahanan terhadap sulfat
adalah C3A.
Pada saat terjadi proses hidrasi semen, C3A akan bereaksi dengan sulfat dan air membentuk
ettringite. Ettringite ini mempunyai volume yang lebih besar dibandingkan volume komponen
penyusunya sehingga bila berlebihan mengakibatkan terjadinya ekspansi yang dapat
menyebabkan kerusakan pada struktur beton.
b.Beton
Sifat beton
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun kuat tarik
yang lemah. Untuk kuat tekan, di Indonesia sering digunakan satuan kg/cm dengan simbol K
untuk benda uji kubus dan fc untuk benda uji silinder. Kuat hancur dari beton sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor :
a.Semen
b.Beton
Sebuah bangunan yang baik, tidak dapat dikatakan sempurna jika belum memenuhi 5 aspek, yakni aspek
estetika atau keindahan dimana hal ini menjadi nilai tambah bagi sebuah bangunan, aspek kekuatan
dimana konstruksi dan struktur dari bangunan menjadi tameng utama untuk memberi rasa aman bagi
pemiliknya, aspek manfaat dimana sebuah bangunan seharusnya mempunya manfaat dan fungsi yang
jelas dikarnakan apalah artinya bangunan jika tidak mempunyai manfaat dan aspek efisiensi dimana
perencanaan suatu bangunan harus benar benar matang serta dibuat semurah dan seefisien mungkin
namun tetap aman dan nyaman digunakan.
Dari keempat aspek diatas, yang akan menjadi titik berat pembahasan disini adalah aspek
kekuatan bangunan. Kekuatan bangunan yang dimaksud disini adalah perencanaan konstruksi dan
struktur yang baik agar dapat memikul beban bangunan, baik itu beban bangunan yang membebani
maupun beban dari bangunan itu sendiri sehingga bangunan aman dan nyaman ditempati. Dari berbagai
macam struktur bangunan, beton atau juga disebut batu cair adalah salah satu struktur bangunan yang
penting untuk diperhatikan sehingga nantinya tidak ada kesalahan yang dapat menyebabkan hal hal
yang fatal.
Beton digunakan dalam pembuatan jalan dan perkerasan badan jalan, struktur bangunan, fondasi
bangunan, jembatan jembatan penyeberangan maupun tembok blok.