101069-Erlina Sofiani-Fitk PDF
101069-Erlina Sofiani-Fitk PDF
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Sarjana Strata 1 (S.Pd)
Oleh :
ERLINA SOFIANI
NIM: 105016300583
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
iii
8. Bapak Ecep, S.Pd., selaku guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri I Sukajaya
Kab. Bogor.
9. Seluruh guru, karyawan dan siswa-siswi SMP Negeri I Sukajaya Kab. Bogor.
yang banyak memberikan pengetahuan selama penulis menjalankan penelitian
skripsi.
10. Ayah Bundaku tercinta terimakasih atas kasih sayang yang tercurah semenjak
penulis kecil sampai sekarang, yang tak henti-hentinya memberikan doa
kepada penulis, serta dorongan dan motivasi baik moral maupun material
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Kakakku Alfin Sofiyan, ST., adik-adikku tercinta Niar wahyuni, Lufti Aprian
dan Zahra Aryani yang telah memberikan doa, support dan motivasinya
kepada penulis sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.
12. Seseorang yang telah memberikan motivasi, support, doa dan selalu
mendukung, menyemangati penulis selama ini. Asrori Huda, S.PdI.,
terimakasih atas waktu dan dan pengorbanannya, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
13. Sahabat-sahabat Program Studi Pendidikan Fisika angkatan 2005 khususnya
Khutbah, Isti, Ana, Zuraida yang telah banyak memberikan pengalaman
kepada penulis tentang indahnya arti sebuah kebersamaan.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-
jasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada
Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan para pembaca umumnya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .................................................................................................. i
ABSTRACT ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
v
3. Belajar ............................................................................... 19
4. Hasil Belajar ..................................................................... 21
5. Pembelajaran Fisika ......................................................... 27
B. Hasil Penelitian Relevan .......................................................... 29
C. Kerangka Berpikir .................................................................... 31
D. Pengajuan Hipotesis ................................................................. 32
vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 56
A. Kesimpulan............................................................................... 56
B. Saran ........................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 57
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................. 59
vii
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sri Hartati Samhadi, Mengukur Kualitas, artikel diakses dari
http://202.146.5.33/kompas-cetak/0712/10/pddkn/4056294.htm, tanggal 30 januari 2010.
1
2
2
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
h.64
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas timbul
beberapa permasalahan, yaitu:
1. Rendahnya kemampuan fisika siswa SMP
2. Faktor motivasi internal dan eksternal siswa
3. Pembelajaran fisika yang tidak melibatkan peran aktif siswa
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, maka ruang lingkup masalah hanya akan
dibatasi sebagai berikut :
3
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), cet. 1, h. 136
4
D. Perumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
Apakah model inkuiri terbimbing (guided inquiry) berpengaruh terhadap hasil
belajar fisika siswa?
A. Deskripsi Teoritis
1. Pembelajaran Inkuiri
a. Pengertian Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang secara harfiah berarti
penyelidikan. Inkuiri merupakan pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada
pemecahan masalah, siswa memunculkan masalah dan siswa yang memecahkan
masalahnya sendiri.4
Berikut ini pengertian inkuiri menurut para ahli :
1) Suchman, seorang penggagas pembelajaran inkuiri di Amerika Serikat
menyatakan bahwa inkuiri adalah cara orang-orang belajar ketika mereka
ditinggalkan sendiri.5 Lebih lanjut Suchman mengatakan, inkuiri adalah suatu
cara alami yang manusia lakukan untuk mempelajari sekitar lingkungan
mereka.
2) Trowbridge menjelaskan model inkuiri sebagai proses mendefinisikan dan
menyelidiki masalah-masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen,
menemukan data, dan menggambarkan kesimpulan masalah masalah
tersebut.6 Lebih lanjut Trowbridge mengatakan bahwa esensi dari pengajaran
inkuiri adalah menata lingkungan atau suasana belajar yang berfokus pada
siswa dengan memberikan bimbingan secukupnya dalam menemukan konsep
konsep dan prinsip prinsip ilmiah.
3) Dewey menegaskan inkuiri itu adalah sesuatu yang aktif, gigih dan
perimbangan seksama dalam kepercayaan terhadap pengetahuan yang
4
Milla Listiawati, Jurnal Peningkatan Penguasaan Konsep dan keteranpilan Kerja
Ilmiah dengan Pendekatan Inkuiri Pada Konsep Bioteknologi di SMP Kelas IX, ( Jakarta: CSE,
2007), h. 16
5
Radha Mohan, Inquiry Models of Teaching , artikel diakses dari
http://books.google.co.id/books?id=xCfeUdolvM4C&pg/Radha+mohan+inquiry+models+of+teac
hing&source, pada tanggal 15 Maret 2010.
6
Ida Bagus Putrayasa, Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Inkuiri, (Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan), h. 2.
5
6
dipandang dari berbagai sudut alasan dan kesimpulan lebih lanjut.7 Proses
inkuiri itu menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan
pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang
kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembang keterampilan
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian sehingga
memungkinkan mereka menjadi pebelajar sepanjang hayat. Dengan kata lain
inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi
dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban dan
memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan
kemampuan berfikir logis dan kritis.
4) Gulo mengatakan inkuiri merupakan rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.8
5) National Science Education Standar mendefinisikan inkuiri sebagai berikut:9
Inkuiri adalah aktivitas beraneka ragam yang meliputi observasi,
membuat pertanyaan, memeriksa buku buku atau sumber informasi lain
untuk melihat apa yang telah diketahui, merencanakan investigasi, memeriksa
kembali apa yang telah diketahui menurut bukti eksperimen, menggunakan alat
untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menginterpretasikan data,
mengajukan jawaban, penjelasan dan prediksi, serta mengkomunikasikan
hasil. Inkuiri memerlukan identifikasi asumsi, berfikir kritis dan logis, dan
pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif.
7) Colburn, dalam An Inquiry Primer mendefinisikan inkuiri sebagai
penciptaan atau pengelolaan ruang kelas dimana siswa dilibatkan dalam dasar-
dasar pemecahan masalah melalui diskusi, berpusat pada siswa, dan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan oleh siswa.10
7
Radha Mohan, Inquiry Models of Teaching , artikel diakses dari
http://books.google.co.id/books?id=xCfeUdolvM4C&pg/Radha+mohan+inquiry+models+of+teac
hing&source, pada tanggal 15 Maret 2010
8
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana,
2009),cet ke.1, h.166.
9
Alan ColburnAn Inquiry Primer artikel diakses dari
http://www.google.co.id//an+inquiry+primer, pada tanggal 17 Maret 2010
10
Alan ColburnAn Inquiry Primer artikel diakses dari
http://www.google.co.id//an+inquiry+primer, pada tanggal 17 Maret 2010
7
11
Muslimin Ibrahim, Jurnal Pembelajaran Inquiri, diakses dari
http://www.teknologipendidikan.net/wp-content/Strategi-Pembelajaran-dan-Pemilihannya.pdf.
pada tanggal 5 april 2010
12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2006) h. 196197.
8
13
Kinkin Suartini, Pendekatan Baru Dalam Pembelajaran Sains Dan Matematika Dasar,
(Tangerang, PIC UIN Jakarta, 2007) h. 105106.
14
Alberta, Focus on Inquiry : A Teachers Guide to Implementing Inquiry-Based
Learning. ( Alberta Learning, Canada.2004), h.2
9
b. Karakteristik Inkuiri
Hinrichsen & Jarrett dalam progran report The Northwest Regional
Educational Laboratory menyatakan empat karakter inkuiri, yaitu :
1) Koneksi
Pada tahap ini :
a) Siswa mampu menghubungkan pengetahuan sains pribadi dengan konsep
komunitas sains
b) Dilakukan dengan diskusi bersama, eksplorasi fenomena
c) Guru mendorong untuk mendiskusikan dan menjelaskan pemahaman mereka
bagaimana suatu fenomena bekerja, menggunakan contoh dari pengalaman
pribadi, menemukan hubungan dengan literatur.
d) Proses koneksi melalui : konsiliasi, pertanyaan dan observasi
2) Desain
Pada tahap ini :
a) Proses melalui prosedur-materi
b) Siswa membuat perencanaan mengumpulkan data yang bermakna yang
ditujukan pada pertanyaan. Disini terjadi integrasi konsep sains dengan proses
sains.
15
Alberta, Focus on Inquiry : A Teachers Guide to Implementing Inquiry-Based
Learning. ( Alberta Learning, Canada.2004), h. 3
10
c. Tingkatan-tingkatan Inkuiri
Alberta Learning mengatakan bahwasannya model pembelajaran inkuiri
dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih baik, menumbuh-
kembangkan profsional pelajar, meningkatkan teknologi, meningkatkan strategi
dan keahlian dalam belajar, memasukkan pendekatan baru untuk penerimaan
instruksi pembelajaran, memasukkan informasi, teknologi informasi dan
kurikulum baru.
Menurut standartd for science teacher preparation (1998) terdapat tiga
tingkatan inkuiri, yakni :
1) Discovery Learning
16
Zulfiani, Pendekatan Baru Dalam Pembelajaran Sains Dan Matematika Dasar,
(Tangerang, PIC UIN Jakarta, 2007) , h. 18-19
11
17
Zulfiani, Pendekatan Baru Dalam Pembelajaran sains Dan Matematika Dasar,
(Tangerang, PIC UIN Jakarta, 2007) h. 17
12
4) Learning Cycle
Siswa terlibat dalam aktivitas memperkenalkan konsep baru. Guru
memberikan nama resmi untuk konsep. Siswa mengambil kepemilikan
konsep dengan menerapkan di dalamnya konteks yang berbeda.18
18
Alan ColburnAn Inquiry Primer artikel diakses dari
http://www.google.co.id//an+inquiry+primer, pada tanggal 17 Maret 2010
13
19
Alberta, Focus on Inquiry : A Teachers Guide to Implementing Inquiry-Based
Learning. ( Alberta Learning, Canada.2004), h. 11-13
20
David A. Jacobsen ,at.all. Methods for Teaching, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2009). Ed. ke-8. h. 209.
15
21
Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
(Jakarta: Bumi Aksara:2001). h. 188.
22
Carol C. Kuhlthau. At. All. Guided Inquiry: Learning in the 21st Century artikel
diakses dari http://cissl.rutgers.edu/guided_inquiry/introduction. pada tanggal 17 Mei 2010
16
23
Karyono. Skripsi dengan judul: Pengaruh Metode Guided Inquiry Melalui
Pembelajaran Bernuansa Nilai Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. (PU UIN Jakarta, 2009).
h. 31-32
18
lain, dan menggunakannya pada cara yang baru dan berbeda untuk
memecahkan masalah-masalah nyata di dunia.
5) Penutupan
Setiap kegiatan diakhiri dengan membuat validasi terhadap hasil yang mereka
dapatkan, refleksi terhadap apa yang telah mereka pelajari dan menilai
penampilan mereka. Validasi bisa diperoleh dengan melaporkan hasil kepada
teman atau guru untuk mendapatkan pandangan mereka mengenai isi dan
kalitas hasil.24
3. Belajar
Belajar adalah sebuah proses yang dialami oleh setiap manusia sejak lahir
hingga akhir hidupnya. Belajar adalah perubahan pada diri seseorang yang berlaku
relatif lama disertai dengan usaha orang tersebut dari tidak mampu menjadi
mampu. Perubahan yang dimaksud bukanlah perubahan fisik, namun perubahan
26
Muslimin Ibrahim, Jurnal Pembelajaran Inquiri, diakses dari http:// www.google.com
pada tanggal 5 april 2010
27
Sudirman at.all, Ilmu Pendidikan. (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1987) h. 169-171
20
tingkah laku yang terjadi sebagai akibat latihan dan pengalaman dalam
pengumpulan sejumlah pengetahuan.
Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah
mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara
relatif bersifat menetap (permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang
saat ini nampak tetapi perilaku yang mungkin terjadi dimasa mendatang.
Perubahan-perubahan itu terjadi karena latihan atau pengalaman.28 Hal ini senada
dengan yang diungkapakan oleh Hamalik bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku yang relatif berkat latihan dan pengalaman.29
Proses belajar mengajar, peserta didik bukan hanya sebagai objek, tetapi
harus aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya. Semakin aktif peserta didik
berinteraksi, maka akan semakin baik hasil perubahan yang didapatnya. Belajar
bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya,
kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain
aspek yang ada pada individu.30
Menurut Gage belajar adalah suatu proses dimana suatu organisma
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.31 Definisi belajar menurut
psikologi adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau
latihan berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki atau
meningkatkan perilaku yang sudah ada yang terjadi melalui usaha dan mendengar,
membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan menghayati dan meniru
serta mencoba. Gagne berpendapat bahwa belajar terjadi apabila situasi stimulus
bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
28
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta : PT.
Kizi Brothers, 2006), h.76.
29
Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan pendekatan Sistem (Jakarta:
Bumi Aksara, 2001).h. 154.
30
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Algesindo
Offset), cet. 5, h. 28.
31
Ratna Wilis Dahar. Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1989).h. 11.
21
4. Hasil Belajar
Tujuan proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah
laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik setelah menerima atau
menempuh pengalaman belajar. Perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat
dikuasai peserta didik biasa disebut dengan hasil belajar.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil
32
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. (Jakarta: Rineka Cipta,
2010). h. 2.
22
belajar.dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak
proses belajar.33 Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
mengajar yang diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi peserta
didik, hasil belajar merupakan berakhirnya dari proses rangkaian belajar. Gagne
membagi hasil belajar menjadi lima katagori, yaitu:
a. Informasi verbal; mengkomunikasikan secara verbal pengetahuannya tentang
fakta-fakta. Informasi verbal ini diperoleh secara lisan, membaca buku,
mendengarkan radio dan sebagainya. Pengungkapan informasi yang tersimpan
di dalam tempat penyimpanan ingatan itu dapat juga menggunakan kunci
verbal yang lain.
b. Keterampilan intelektual; kecakapan untuk membuat diskriminasi, menguasai
konsep dan aturan serta memecahkan masalah.
c. Strategi kognitif ; kecakapan untuk mengelola dan mengembangkan proses
berfikir dengan cara merekam, memuat analisis dan sintesis. Kecakapan-
kecakapan ini memungkinkan terjadinya pengaturan, yaitu proses-proses yang
mengaktifkan dan memodifikasikan proses belajar lain. Peserta didik
menggunakan strategi lainnya untuk mengungkapkannya.
d. Sikap ; kecakapan yang dicerminkan untuk merespon secara ajeg terhadap
stimulus. Respon tersebut dapat bersifat positif (menerima) atau negatif
(menolak) tergantung kepada penilaian terhadap objek yang dimaksud sikap
dapat mempengaruhi tindakannya dalam memilih sesuatu.
e. Keterampilan motorik ; kecapatan yang dicerminkan oleh adanya kecepatan,
ketepatan dan kelancaran gerakan otot-otot dan anggota badan.
Sementara itu dalam pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan
menggunakan klasifikasi hasil belajar dalam Bunyamin Bloom yang secara garis
besar menjadi tiga ranah yaitu:
a. Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
evaluasi.
33
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999),
Cet. Ke-3, h. 3-4
23
b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu
penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi dan
pembentukan pola hidup.
c. Ranah Psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada tujuh ranah psikomotorik ini yaitu persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks,
penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.34
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. di antara
ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru
di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam
menguasai isi bahan pengajaran.
Hasil belajar merupakan salah satu yang dijadikan pusat perhatian dalam
dunia pendidikan, karena hasil belajar menentukan tingkat keberhasilan dalam
proses belajar mengejar, guru berusaha semaksimal mungkin agar input dalam hal
ini berupa mata pelajaran yang disampaikan dapat diproses di dalam kelas dengan
pola-pola tertentu, sehingga outputnya adalah peserta didik mendapatkan
pemahaman, pengertian dan kemampuan dalam pemecahan masalah.
Cara penilaian untuk mengukur hasil belajar adalah dengan menggunakan
tes, baik objektif maupun tes essay, tes tertulis maupun tes lisan. Dengan tes dapat
dilihat tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pengajaran dan
dapat memberikan umpan balik kpada guru sebagai dasar untuk memperbaiki
proses belajar mengajar bagi peserta didik.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara
lain:
a. Internal/dalam, yakni:
1) Fisiologi, yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indera.
2) Psikologi, yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan
kemampuan kognisi.
b. Eksternal/luar, yakni:
34
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999),
Cet. Ke-3,,h. 28-30
24
35
Ahamad Sofyan dkk, Evaluasi Pembelajaran. (Jakarta: UIN JKT Press, 2006). h. 14.
25
Pada jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari
materi yang dipelajarinya, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram atau
grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematis,
meramalkan berdasarkan kecenderungan tertentu (ekstrapolasi dan interpolasi)
menjelaskan informasi yang diterima dengan kata-kata sendiri.
3) Jenjang kemampuan penerapan/aplikasi (application)/C3.
Jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi,
prinsip, aturan, atau metode yang telah dipelajari dalam situasi konkrit yang
baru.
4) Jenjang kemampuan analisis (analysis) / C4.
Jenjang ini didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan suatu
materi ke dalam bagian-bagiannya, atau menguraikan suatu informasi yang
dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta
hubungan antara komponen informasi tersebut menjadi jelas.
5) Jenjang kemampuan sintesis (synthesis) / C5.
Jenjang ini merupakan kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian
yang terpisah menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Termasuk ke dalamnya
kemampuan merencanakan eksperimen, menyusun karangan, menyusun cara
baru untuk mengklasifikasikan objek-objek, peristiwa, dan informasi lainnya.
6) Jenjang kemampuan evaluasi (evaluation) / C6.
Jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempertimbangkan nilai
suatu materi (pernyataan, uraian, pekerjaan) berdasarkan criteria tertentu yang
ditetapkan.
Untuk menilai atau mengukur aspek penguasaan materi (kognitif) ini
digunakan bentuk tes, yang dapat mengukur keenam tingkatan tersebut.
b. Afektif
Hasil belajar proses yang berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi
pada penguasaan dan pemilihan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri belajar
ini akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatian
terhadap mata pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada guru,
26
dan sebagainya. Hasil belajar afektif diklasifikasikan oleh David Krathwohl dkk.
ke dalam lima jenjang secara hierarkis yaitu:36
1) Receiving/attending
Receiving/attending yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus)
dari luar kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala dll.
2) Responding
Responding yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi
yang datang dari luar. Hasil belajar pada peringkat ini menekankan
diperolehnya respon, keinginan memberi respon, atau kepuasan memberi
respon.
3) Valuing
Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala
atau stimulus yang menunjukan derajat internalisasi dan komitmen. Hasil
belajar pada peringkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan
stabil agar nilai dikenal secara jelas.
4) Organization
Organization (organisasi) yaitu konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu
sistem nilai.
5) Characterization
Characterization merupakan ranah afektif yang tertinggi yaitu karakterisasi
nilai. Hasil belajar pada peringkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan
rasa sosialis.
Untuk menilai aspek atau mengukur hasil belajar ini dapat digunakan
insterumen evaluasi yang bersifat nontes, misalnya: kuesioner dan observasi.
c. Psikomotor
Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan
(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
36
Ahamad Sofyan dkk, Evaluasi Pembelajaran. (Jakarta: UIN JKT Press, 2006). h. 20.
27
5. Pembelajaran Fisika
Fisika berasal dari bahasa Yunani Physic yang berarti Alam atau Hal
ikhlam alam sedangkan fisika dalam bahasa inggris Physis ialah ilmu yang
mempelajari aspek-aspek alam yang dapat dipahami dengan dasar-dasar
pengertian terhadap prinsip-prinsip dan hukum-hukum elementernya. Dari
pengertian di atas kita juga perlu mengetahui tentang pembelajaran fisika. Pada
hakikatnya pembelajaran fisika adalah proses yang sengaja dirancang dengan
tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang
melaksanakan kegiatan belajar fisika.
37
Ahamad Sofyan dkk, Evaluasi Pembelajaran. (Jakarta: UIN JKT Press, 2006). h. 23.
28
Banyak definisi yang diberikan oleh para ahli tentang fisika. Alonso dan
J. Finn menyatakan bahwa fisika adalah suatu ilmu yang tujuannya mempelajari
komponen materi dan saling antar aksinya. Dengan menggunakan pengertian
antar aksi ini ilmuwan menerangkan sifat materi dalam benda sebagaimana gejala
alam lain yang kita amati. Brochaus mengemukakan bahwa fisika adalah pelajaran
tentang kejadian dalam alam yang memungkinkan penelitian dengan percobaan,
pengukuran apa yang didapat, penyajian secara matematis dan berdasarkan
peraturan-peraturan umum.38 Melalui analisa berbagai gejala alam ahli fisika
mampu menemukan aturanaturan alam yang selanjutnya dimanifestasikan dalam
teori dan hukum, sehingga gejala alam dapat dipahami manusia.
Fisika mempelajari sifat-sifat benda dialam berdasarkan pengamatan,
pengukuran, pengelompokkan membuat hipotesa, melakukan percobaan dan
menarik kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh. Fisika sangat berkaitan
dengan ilmu ilmu lain. Pengetahuan fisika tentang cahaya dapat diterapkan
untuk mempelajari struktur jaringan kulit dalam ilmu biologi. Pengetahuan fisika
tentang sinar Rontgen berguna untuk mendiagnosis penyakit kanker dibidang ilmu
kedokteran, teknik bangunan, teknik persenjataan, dan mesin uap juga merupakan
jangkauan fisika.
Jadi secara keseluruhan fisika dapat dianggap sebagai ilmu pengetahuan
yang berusaha menguraikan serta menjelaskan hukum-hukum alam dan kejadian-
kejadian dalam alam menurut pemikiran manusia.
38
Endi Suhendi, The Use Of Cooperative Learning Nht Type To Increase Students
Activity On The Change Of Energy Topic
(http://FPMIPA/JUR.PEND.20FISIKA/ENDISUHENDI/TulisanIlmiah/Makalah International
Conference on Lesson Study 2009). h. 1.
29
39
Munawaroh,Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa, (Jakarta: UIN ,2009),h.60
40
Henik Ismawati, dalam penelitiannya yang berjudul Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Sains-Fisika Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Sub Pokok Bahasan
Pemantulan Cahaya Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran
2006/2007. ( Semarang: UNNES, 2007), h. 79
30
2006/2007, hal ini dibuktikan dengan harga statistik uji Fhitung = 15,877 dengan
taraf signifikan 0,000 sehingga Ho ditolak.41
Idah dengan judul Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Terhadap Penguasaan Konsep Fisika, dari hasil penelitian diketahui bahwa
terdapat pengaruh yang positif antara pembelajaran inkuiri terbimbing (guided
inquiry) terhadap penguasaan konsep siswa pada konsep system pernapasan pada
manusia.42
Karyono dengan judul Pengaruh Metode Guided Inquiry Melalui
Pembelajaran Bernuansa Nilai Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang
diajar dengan metode guided inquiry bernuansa nilai dengan siswa yang diajar
dengan metode konvensional (ceramah dan Tanya jawab). Sedang berdasarkan
hasil uji hipotesis menggunakan uji t diperoleh thitumg sebesar 3.296 dan ttabel
sebesar 2.00 (thitung > ttabel), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
hasil belajar antara siswa yang diajar dengan metode guided inquiry bernuansa
nilai dengan tidak diajar dengan metode guided inquiry bernuansa nilai.43
41
Wisnu Broto, dalam penelitiannya yang berjudul Pembelajaran Fisika Menggunakan
Pendekatan Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Pada Materi Pokok
Listrik Dinamis ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa. (Surakarta: Universitas Sebelas Maret,
2009).
42
Idah dengan judul Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap
Penguasaan Konsep Fisika. (Jakarta: UIN, 2007).
43
Karyono dengan judul Pengaruh Metode Guided Inquiry Melalui Pembelajaran
Bernuansa Nilai Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. ( Jakarta: UIN, 2009)
31
C. Kerangka Berpikir
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
meperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Artinya
tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan, sikap bahkan segenap aspek pribadi.
Fisika merupakan mata pelajaran IPA yang berkaitan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya belajar kumpulan
pengetahuan konsep-konsep dan prinsip saja tetapi belajar fisika juga merupakan
penemuan. Belajar fisika menekankan pada pemberian pengalaman secara
langsung untuk mengembangkan sejumlah keterampilan dalam menggali alam
sekitar dan memahaminya.
Salah satu alternatif tersebut adalah dengan memberlakukannya model
pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry). Model pembelajaran inkuiri
terbimbing ini merupakan salah satu model pembelajaran inkuiri yang
mengharuskan siswa melakukan investigasi/penyelidikan berdasarkan
permasalahan yang diajukan guru, tetapi siswa sendiri yang menentukan prosedur
penyelidikannya. Sedangkan guru memfasilitasi dan membimbing siswa dalam
kegiatan penyelidikan yang dirancangnya.
Dalam model inkuiri terbimbing (guided inquiry), siswa diprogramkan
agar selalu aktif. Materi yang disajikan guru, bukan begitu saja diberikan dan
diterima oleh siswa. Siswa diusahakan sedemikian rupa hingga mereka
memperoleh berbagai pengalaman dengan melakukan percobaan yang
memungkikan mereka menemukan konsepnya sendiri. Dalam inkuiri terbimbing
ini terdapat proses-proses mental yaitu menyajikan pertanyaan atau masalah,
membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk
memperoleh informasi, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik
kesimpulan, melalui proses ini dapat membiasakan diri siswa dalam kegiatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri
terbimbing diduga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
32
C. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis penelitian yang diperoleh dari kajian teori dan kerangka pikir
adalah sebagai berikut: Inkuiri terbimbing (guided inquiry) berpengaruh terhadap
hasil belajar fisika siswa SMP pada konsep listrik dinamis.
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode penelitan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
metode kuasi eksperimen (quasi eksperimental). Dalam penelitian kuasi
eksperimen tidak dilakukan randomisasi untuk memasukkan subjek kedalam
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melainkan menggunakan kelompok
subjek yang sudah ada sebelumnya. kuasi eksperimen adalah eksperimen semu
dimana penelitian menggunakan rancangan penelitian yang tidak dapat
mengontrol secara penuh terhadap ciriciri dan karakteristik sampel yang diteliti,
tetapi cenderung menggunakan rancangan yang memungkinkan pada
pengontrolan dengan situasi yang ada.
C. Desain Penelitian
Pada penelitian ini desain atau rancangan penelitian yang digunakan
adalah Nonrandomized Control group Pretest Postest Design (pretest-postest
grup kontrol tidak secara beraturan), Dimana dalam rancangan ini dilibatkan hasil
belajar dari dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol berdasarkan perbedaan antara pengukuran awal dan pengukuran
akhir dari kedua kelompok. Desain penelitian ini tampak pada tabel berikut;
Tabel 3.1. Desain Penelitian
33
34
Keterangan :
KE : Kelompok eksperimen (Guided inquiry)
Kk : Kelompok kontrol (Konvensional)
XE : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu dengan
menggunakan model inkuiri terbimbing (guided inquiry).
Xk : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok kontrol menggunakan
metode konvensional.
T1 : Test awal (pretest) yang diberikan sebelum proses belajar mengajar
dimulai, diberikan kepada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol).
T2 : Test akhir (postest) yang diberikan sesudah proses belajar mengajar
dimulai, diberikan kepada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol).
46
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13, h. 130
47
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-13,h. 131
35
pengumpulan data penelitian ini adalah cara test yang terdiri dari pretest dan
posttest.
Pretest adalah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan awal
sebelum program pembelajaran dilakukan. Posttest adalah tes yang dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi dasar atau indikator yang
disampaikan dalam program pembelajaran telah dikuasai oleh peserta didik.
Posttest juga dapat dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara
tes yang dilakukan setelah suatu program pembelajaran dilakukan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati.48 Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes hasil belajar fisika.
Instrumen Tes
Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
siswa menguasai materi yang diberikan. Tes yang diberikan merupakan tes tertulis
berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan (option) pada pokok bahasan listrk
dinamis, yang didasarkan pada aspek kognitif meliputi jenjang pengetahuan (C1),
pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan Analisis49. Sebelum tes ini diberikan kepada
siswa kelas IX, tes ini terlebih dahulu diuji cobakan dikelas X untuk diketahui
validitas dan reliabilitasnya. Setelah tes di uji cobakan di kelas X MA Al-
Muhajirin jumlah soal yang valid ada 23, maka dua soal lagi sudah di revisi oleh
dosen pembimbing.
Adapun kisi-kisi instrumen tes hasil belajar model pembelajaran inkuiri
terbimbing dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
48
Sugiono, MetodogiPenelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2007), cet ke-3 h. 148.
49
Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta : UIN
Jakarta Press, 2006), Cet I, hal. 106.
36
Jumlah 3 3 24 5 35 25
37
G. Kalibrasi Instrumen
Sebelum instrumen digunakan, instrumen terlebih dahulu di uji coba. Data
hasil uji coba yang dianalisis yaitu, validitas butir soal, reliabilitas instrumen,
tingkat kesukaran butir soal dan daya pembeda butir soal.
1. Validitas instrumen
Validitas merupakan ukuran yang menunjukan keshahihan atau ketepatan
suatu instrument. Instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang hendak
diukur dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Rumus
yang digunakan untuk menguji validitas tes hasil belajar adalah teknik analisis
point biserial (rpbi) yang dinyatakan secara matematis sebagai berikut.50
Mp Mt p
r pbi
SD t q
50
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000),
Cet. Ke-10. h. 258.
38
2. Reliabilitas
Perhitungan reliabilitas ini dilakukan untuk menunjukan apakah instrumen
tes yang akan diujikan reliabel atau tidak, suatu tes dapat dikatakan reliabel jika
tes tersebut menunjukan hasil yang mantap. Suatu instrumen tes dapat dikatakan
mantap apabila instrumen tes tersebut digunakan berulangkali, dengan syarat saat
pengukuran tidak berubah, instrumen tes tersebut memberikan hasil yang sama.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menunjukkan reliabilitas suatu
instrumen tes adalah rumus KR-20 yang ditunjukkan dengan rumus berikut ini;51
n S pq
2
r11
n 1 S2
keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
(q = 1 - p)
pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
Menurut ketentuan yang sering diikuti, taraf kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut;
51
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,2009), h.186
39
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang
digunakan adalah uji Chi-Kuadrat, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mencari skor terbesar dan terkecil
b. Mencari nilai rentangan (R)
R = skor terbesar skor terkecil
c. Mencari banyaknya kelas (BK)
BK = 1 + 3,3 log N (Rumus Sturgess)
d. Mencari nilai panjang kelas (i)
R
i
BK
e. Membuat tabulasi dengan tabel penolong
52
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)
h. 218
42
Jumlah f - - f X 1 fX 1
2
X
f X 1
n
g. Mencari simpangan baku (Standard Deviasi)
fX 1
2
fX 1
2
n
S
n 1
h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara:
1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama
dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor skor kanan kelas interval ditambah
0,5.
2) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus:
Batas Kelas X
Z
S
3) Mencari luas 0 Z dari tabel kurva normal dari 0 Z dengan menggunakan
angka-angka untuk batas kelas.
4) Mencari luas setiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0
Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua
dikurangi angka baris ketiga dan begitu pula seterusnya, kecuali untuk angka
yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan angka pada baris
berikutnya.
5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas setiap
interval dengan jumlah responden.
i. Mencari Chi Kuadrat hitung (2)
43
2
k
fo fe2
i 1 fe
j. Membandingkan 2 hitung dengan 2 tabel untuk = 0,05 dengan derajat
kebebasan (dk) = n 1, dengan kriteria:
Jika 2 hitung 2 tabel, artinya distribusi data tidak normal dan
Jika 2 hitung 2 tabel, artinya data distribusi normal
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua
keadaan atau populasi. Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan
kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Fisher, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Hipotesis
b. Bagi data menjadi dua kelompok
c. Cari masing-masing kelompok nilai simpangan bakunya
d. Tentukan F hitung dengan rumus:
2
S1 var ians terbesar
F 2
S2 var ians terkecil
n X 1
2
X1
2
Dimana S 2
n n 1
e. Tentukan kriteria pengujian:
1) Jika F hitung F tabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi
homogen.
2) Jika F hitung F tabel maka Ho ditolak, yang berarti varians kedua populasi
tidak homogen.
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka untuk menguji
data yang diperoleh digunakan rumus uji-t. Adapun langkah-langkah dalam
pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut:
44
a. Rumusan hipotesis
Ho : 1 2
Ha : 1 2
b. Tentukan uji statistik
X1 X 2
t
1 1
Sg
n1 n2
Dengan:
n1 1S1 2 n2 1S 2 2
Sg
n1 n2 2
Keterangan:
X1 = rata-rata skor kelompok eksperimen
X2 = rata-rata skor kelompok kontrol
Sg = varians gabungan (kelompok eksperimen dan kontrol)
2
S1 = varians kelompok eksperimen
2
S2 = varians kelompok kontrol
n1 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
n2 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol
c. Tentukan kriteria pengujian
Untuk menentukan kriteria pengujian pada pengolahan data dilakukan
dengan operasi perhitungan, pengujiannya dengan melihat perbandingan anatara t
hitung dengan t tabel.
d. Melakukan pengambilan kesimpulan
Jika operasi perhitungan pada langkah sebelumnya ternyata:
1) t hitung < t tabel, maka Ho diterima
2) t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
45
I. Hipotesis Statistik
Ho : A = B
H1 : A B
Keterangan :
H0 = Hipotesis nihil
H1 = Hipotesis alternatif
A = Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diberi model guided inquiry
B = Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajarkan dengan metode
konvensional
53
David E. Meltzer, Addendum to: The Relationship between Mathematic Preparation dan
Conceptual Learning Gains in Physic: a Possible-hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores,
dari http://physic.iastate.edu/per/docs/Addendum_on_normalized_gain.pdf.
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil belajar diperoleh melalui instrumen penelitian berupa tes. Sebelum
menerapkan pembelajaran fisika dengan menggunakan model inkuiri terbimbing
(kelompok eksperimen) dan pembelajaran fisika dengan menggunakan metode
konvensional (kelompok kontrol), kedua kelompok masing-masing diberikan
pretest. Pretest ini bertujuan untuk mengukur pengetahuan awal siswa mengenai
konsep listrik dinamis. Setelah masing-masing kelompok melakukan proses
belajar mengajar dengan perlakuan yang berbeda, setelah itu pada masing-masing
kelompok dilakukan postest yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana
peningkatan hasil belajar siswa.
Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan di atas, data yang telah
terkumpul meliputi data skor pretest dan skor postest dari kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Adapun hasilnya sebagai berikut :
Tabel 4.1
Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kelompok Kelompok
Data
Eksperimen Kontrol
N 30 30
Nilai terendah 16 12
Nilai tertinggi 56 52
Pretest
Mean 35,8 34,83
Standar deviasi 10,17 11,04
Varians (10,17)2 (11,04)2
46
47
Tabel 4.2
Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kelompok Kelompok
Data
Eksperimen Kontrol
N 30 30
Nilai terendah 48 40
Nilai tertinggi 88 80
Posttest
Mean 70,37 61,40
Standar deviasi 11,13 12,39
Varians (11,13)2 (12,39)2
Tabel 4.3
Data N-Gain Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Kelompok Kelompok
Data
Eksperimen Kontrol
N 30 30
Nilai terendah 0,17 0,06
Nilai tertinggi 0,83 0,70
N-gain
Mean 0,52 0,38
Standar deviasi 0,18 0,23
Varians (0,18)2 (0,23)2
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Chi Square Test
Eksperimen Kontrol Keputusan
Data
Pretest Posttest Pretest Posttest
Data
N 30 30 30 30
Berdistribusi
2hitung 3.12 5.06 4.87 9,06
Normal
2tabel 11.07 11.07 11.07 11.07
Tabel 4.5
Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest
Statistik
Pretest Posttest
S2eksperimen 10.16 11.13
S2kontrol 11.04 12.39
F hitung 1.18 1.24
Ftabel 1.85 1.85
Keputusan Homogen Homogen
Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas, pada uji
homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis homogenitas
yaitu jika nilai F hitung < F tabel maka dinyatakan bahwa kedua kelompok homogen,
sebaliknya jika nilai Fhitung > Ftabel maka dinyatakan bahwa kedua kelompok tidak
homogen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi = 0,05 dengan derajat
50
kebebasan (29;29) untuk kelompok sampel penelitian. Pada tabel tampak bahwa
hasil perhitungan tersebut nilai Fhitung < Ftabel sehingga dinyatakan bahwa kedua
kelompok tersebut homogen.
Tabel 4.6
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Pretest
Kelompok
Data
Eksperimen Kontrol
N 30 30
Xrata-rata 35.80 34.80
S2 10.16 11.04
thitung 0.37
ttabel 1.98
Kesimpulan Ho diterima
Pada tabel diperoleh bahwa nilai thitung adalah 0.37 dan nilai ttabel pada taraf
signifikansi 5% adalah 1.98. Berdasarkan perolehan nilai tersebut, tampak bahwa
nilai thitung < ttabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen
dengan rata-rata skor pretest kelompok kontrol.
51
Tabel 4.7
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Posttest
Data Kelompok
Eksperimen Kontrol
N 30 30
Xrata-rata 70.37 61.43
2
S 11.13 12.39
thitung 2.94
ttabel 1.98
Kesimpulan Ha diterima
Pada tabel diperoleh bahwa nilai thitung adalah 2.94 dan nilai ttabel pada taraf
signifikansi 5% adalah 1.98. Berdasarkan perolehan nilai tersebut, tampak bahwa
nilai thitung > ttabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-
rata skor posttest kelompok kontrol.
Tabel 4.8
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Normal Gain
Data Kelompok Kelompok
Eksperimen Kontrol
N 30 30
Xrata-rata 0.52 0.38
S2 0.18 0.23
thitung 2.80
ttabel 1.98
Kesimpulan Berbeda
Ketentuan pengujian hipotesis normal gain yaitu jika nilai thitung > ttabel
maka dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara normal gain
kelompok eksperimen dengan normal gain kelompok kontrol, sebaliknya jika
nilai thitung < ttabel maka dinyatakan bahwa kedua kelompok tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara normal gain kelompok eksperimen dengan
normal gain kelompok kontrol. Pada tabel tampak bahwa hasil perhitungan
tersebut nilai thitung > ttabel sehingga dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara normal gain kelompok eksperimen dengan normal gain
kelompok kontrol.
B. Pembahasan
Berdasarkan data pretest menunjukkan rata-rata kelompok eksperimen
lebih tinggi dibanding kelompok kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa input
kelompok eksperimen lebih baik dari pada input kelompok kontrol, tetapi rata-rata
kelompok eksperimen dan kontrol masih sama-sama rendah. Rendahnya rata-rata
pretest ini disebabkan materi yang di ujikan belum diajarkan kepada siswa, jadi
mereka menjawab pertanyaan sesuai dengan pengalaman siswa dalam kehidupan
53
54
David A. Jacobsen, at.all Methods For Teaching (Yogyakarta, Pustaka Pelajar.2009)
54
meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya,55 selain itu penelitian
yang dilakukan oleh Broto, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara
penggunaan pembelajaran fisika menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing
dengan metode eksperimen dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar
fisika materi pokok listrik dinamis siswa kelas IX SMP Negeri 3 Randublatung
Blora.56
Berdasarkan perhitungan N-gain kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, diperoleh nilai rata-rata N-gain kelompok eksperimen lebih besar dari
pada nilai rata-rata N-gain kelompok kontrol. Peningkatan hasil belajar kelompok
eksperimen lebih tinggi karena dalam pembelajarannya menggunakan inkuiri
terbimbing (guided inquiry), dimana dalam pembelajarannya siswa aktif dalam
kegiatan belajar serta dapat melakukan aktifitas ilmiah dalam menemukan konsep
yang sedang dipelajari. Pembelajaran inkuiri terbimbing ini salah satunya
melakukan praktikum. Pada kegiatan praktikum siswa merencanakan prosedurnya
sendiri untuk memecahkan masalah, guru memfasilitasi penyelidikan dan
mendorong siswa mengungkapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang
membimbing mereka untuk penyelidikan lebih lanjut. Model belajar guided
inquiry dibagi ke dalam 5 tahapan, yang mana lima tahapan tersebut sangat
menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan model ini.
Pada tahap pertama (orientasi), menggali pengetahuan awal siswa
sehingga siswa tertarik dan siap untuk mengikuti proses pembelajaran. Pada tahap
ini guru mengajak siswa untuk memperhatikan realitas yang terjadi di alam
sekeliling yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari serta menstimulus
siswa dengan memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan konsep. Pada
tahap ini siswa diberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat dan
berdiskusi. Hal ini dilakukan agar siswa termotivasi dan juga untuk meningkatkan
rasa keingintahuan siswa terhadap konsep yang akan dipelajari.
55
Munawaroh, Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa, (Jakarta: UIN, 2009), h. 60
56
Wisnu Broto, dalam penelitiannya yang berjudul Pembelajaran Fisika Menggunakan
Pendekatan Inkuiri Terbimbing dengan Metode Eksperimen dan Demonstrasi Pada Materi Pokok
Listrik Dinamis ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa. (Surakarta: Universitas Sebelas Maret,
2009).
55
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, model inkuiri terbimbing (guided
inquiry) berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep listrik
dinamis. Pengaruh tersebut terlihat dari meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar
siswa pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol. Rata-
rata N-gain pada kelompok eksperimen berdasarkan kategorisasi mengalami
peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah disebutkan, penulis ingin memberian
saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi guru :
a. Pembelajaran dengan inkuiri terbimbing, sebaiknya dipilih materi yang
dapat dikaitkan dengan dunia nyata siswa, serta alat dan bahan yang
digunakan untuk melakukan praktikum bisa dengan mudah dan terjangkau
didapatkan oleh siswa, sehingga tidak menyulitkan siswa baik dari sarana
dan dana.
b. Sebaiknya pembelajaran inkuiri terbimbing tidak hanya diterapkan pada
materi listrik dinamis saja tetapi bisa dipakai untuk konsep lain.
2. Bagi peneliti selanjutnya, agar mendapat hasil belajar yang lebih baik maka
perlu memberikan motivasi dan konseptual awal mengenai bahan pelajaran
serta mengarahkan dan merangsang siswa agar konsentrasinya terarah pada
bahan pelajaran.
3. Bagi sekolah, agar pembelajaran berjalan dengan aktif dan fokus, sebaiknya
waktu pembelajaran fisika tidak dilakukan di jam terakhir.
56
DAFTAR PUSTAKA
57
58