Anda di halaman 1dari 12

Nama : I Gede Peri Arista

NIM : P07120215037

Tingkat : III.A

Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan asal katanya dari to guide kemudian menjadi guidance

yang mana bimbingan disini diberikan kepada orang atau sekelompok

orang yang mengalami maladjusmen, yaitu kegoncangan pribadi, konflik

batin, salah aturan stress dan lain-lain. Sedangkan menurut para ahli,

bimbingan adalah arahan, tuntunan, pertolongan, yang diberikan kepada

individu atau kelompok individu dalam menghindari atau mengatasi kesu-

litan hidupnya sesuai dengan perkembangan pribadinya agar supaya me-

nyesuaikan dirinya untuk kesejahteraan hidupnya.

Konseling diambil dari bahasa Inggris counseling dulu diter-

jemahkan dengan penyuluhan (bersifat umum), sekarang diartikan konsel-

ing itu sendiri (bersifat spesifik mengenai kejiwaan). Pelayanan konseling

merupakan jantung hati dari usaha layanan bimbingan secara keseluruhan

(counseling is the heart of guidance program). Konseling adalah bantuan

pertolongan, tuntunan yang di berikan kepada seseorang untuk mengatasi

kesulitan atau masalah secara langsung berhadapan muka atau face to face

relation untuk mencapai kesejahteraan hidup.

2. Persamaan dan Perbedaan Bimbingan, Konseling, dan Penyuluhan

a. Persamaan Bimbingan Dan Konseling


Persamaan bimbingan dan konseling adalah sama-sama memberikan

pertolongan untuk kesejahteraan.

b. Perbedaan Bimbingan Dan Konseling

1) Konseling itu merupakan salah satu teknik bimbingan karena

bimbingan lebih luas dari konseling

2) Bimbingan belum punya masalah, konseling sudah ada masalah

3) Bimbingan menitikberatkan pada preventif sedangkan konseling

menitikberatkan pada kuratif

4) Konseling dilaksanakan secara berhadapan muka atau individual

sedangkan bimbingan tidak

c. Persamaan Penyuluhan Dan Konseling

Pesamaan penyuluhan dan konseling adalah sama-sama memberikan

pertolongan untuk kesejahteraan

d. Perbedaan Penyuluhan Dan Konseling

1) Penyuluhan tergantung kepada penyuluh, sedangkan konseling itu

inisiatif dari klien

2) Penyuluhan bersifat umum yang berlaku di Indonesia, sedangkan

konseling khusus di bidang psikologi dan pendidikan

3) Program penyuluhan sudah ditentukan oleh pemerintah atau instan-

si, sedangkan konseling dimusyawarahkan oleh klien dan konselor

4) Penyuluhan bersifat masal, sedangkan konseling bersifat individual

3. Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling

a. Ruang lingkup dari segi pelayanan


1) Pelayanan Bimbingan Konseling di Sekolah

2) Pelayanan Bimbingan Dan Konseling di Luar Sekolah

b. Ruang lingkup dari segi sasaran

1) Perorangan / individual

2) Kelompok

c. Ruang lingkup dari segi

1) Bimbingan konseling pendidikan: siswa, prestasi, pergaulan dll.

2) Bimbingan konseling karir: pekerja, motivasi, dll

d. Ruang lingkup dari segi sosial budaya

Layanan bimbingan dan konseling tidak hanya untuk peserta didik

yang mempunyai masalah saja akan tetapi, layanan bimbingan dan

konseling juga untuk peserta didik yang tidak mempunyai permasala-

han.

Mengingat Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembela-

jaran dalam konteks adegan mengajar yang layaknya dilakukan guru

sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan layanan ahli dalam

konteks memandirikan peserta didik.

4. Sifat-Sifat Bimbingan Dan Konseling

a. Bimbingan preventif (pencegahan), yaitu bimbingan yang diberikan

kepada siswa atau sekelompok siswa yang belum mempunyai masalah.

b. Bimbingn kuratif (pengobatan), yaitu suatu bimbingan yang diberikan

kepada seseorang siswa atau sekelompok siswa yang sudah mempu-

nyai masalah secara face to face relation.


c. Bimbingan persevaratif (pemeliharan), yaitu suatu bimbingan yang

diberikan kepada seseorang siswa atau sekelompok siswa yang sudah

baik dan sudah mempunyai prestasi.

5. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling

a. Diberikan kepada individu yang sedang berada dalam proses berkem-

bang . Ini berarti bahwa bantuan yang diberikan kepada siswa harus

bertolak dari perkembangan dan kebutuhan siswa.

b. Diperuntukan bagi semua siswa. Bimbingan tidak hanya ditunjukan

kepada siswa yang bermasalah atau salah satu dari mereka, tetapi di-

tunjukan kepada semua siswa. Prinsip ini mengandung arti bahwa

pembimbing perlu memahami perkembangan dan kebutuhan siswa

secara menyeluruhdan menjadikan perkembangan dan kebutuhan

siswa tersebut sebagai salah satu dasar bagi penyusunan program

bimbingan disekolah.

c. Dilaksanakan dengan mempedulikan semua segi perkembangan siswa,

prinsip ini mengandung arti bahwa dalam bimbingan semua segi

perkembangan siswa, baik fisik, mental, social, emosional, maupun

moral-spiritual dipandang sebagai satu kesatuan dan saling berkaitan.

d. Berdasarkan kepada kemampuan individu untuk menentukan pilihan.

Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap siswa memiliki kemam-

puan untuk menentukan pilihansendiri tentang apa yang akan dia

lakukan. Pembimbing tidak memilihkan sesuatu untuk siswa melain-


kan membantu mengembangkan kemampuan siswa untuk melakukan

pilihan.

e. Bagian terpadu dari proses pendidikan. Proses pendidikan bukanlah

proses perkembangan asfek intelektual semata, proses pendidikan

bukanlah proses pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa. Ini

berarti bahwa didalam praktik, pendidikan tidak cukup hanya

melaksanakan proses pembelajaran yang lebih banyak terfokus kepada

membantu siswa menguasai pengetahuan secara intelektual, melain-

kan, juga harus disertai dengan pengembangan aspek lain, seperti ket-

erampilan social, kecerdasan emosional, disiplin diri, pemaham-

an nilai, sikap dan kebiasaan belajar.

f. Dimaksudkan untuk membantu siswa merealisasikan dirinya. Prinsip

ini mengandung arti bahwa bantuan didalam proses bimbingan diara-

hkan untuk membantu siswa memahami dirinya, mengarahkan dirinya

kepada tujuan yang realistic, dan mencapai tujuan yang realistic itu

sesuai dengan kemampuan diri dan peluang yang diperoleh.

6. Fungsi Bimbingan Dan Konseling

a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu

konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan

lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasar-

kan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan po-

tensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan ling-

kungan secara dinamis dan konstruktif


b. Fungsi preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor

untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin ter-

jadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh kon-

seli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada kon-

seli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang

membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah

pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa

masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka

mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya :

bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-

obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).

c. Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang si-

fatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa

berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang

memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel

Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi se-

bagai teamworkberkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan

melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinam-

bungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkem-

bangannya.

d. Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang ber-

sifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan

kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek


pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan

adalah konseling, dan remedial teaching. Teknik bimbingan yang dapat

digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi ke-

lompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan kar-

yawisata.

7. Asas- asas bimbingan dan konseling

Penyelengaraan bimbingan dan konseling selain harus memper-

hatikan aspek, fungsi dan prinsip juga dituntut untuk mempedulikan be-

berapa asas yang mendaasari kinerja pembimbing atau konselor dalam

pelaksanaan tugasnya. Asas-asas tersebut adalah sebagai berikut.

a. Asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut

dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli)

yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak

boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru

pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data

dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.

b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseli (konseli) mengi-

kuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam

hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan

kesukarelaan tersebut.

c. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghen-

daki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan


bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan

keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai

informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan

dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengem-

bangkan keterbukaan konseli (konseli). Keterbukaan ini amat terkait

pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada

diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli

dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap ter-

buka dan tidak berpura-pura.

d. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki

agar konseli yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif

di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal

ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap

pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan bag-

inya.

e. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk

pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli)

sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan men-

jadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan

menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil kepu-

tusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing

hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan


konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian

konseli.

f. Asas kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki

agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasa-

lahan konseli dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan

dengan masa depan atau kondisi masa lampau pun dilihat dampak

dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat

sekarang.

g. Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli)

yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan ter-

us berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap

perkembangannya dari waktu ke waktu.

h. Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghen-

daki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling,

baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling

menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru

pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan

pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.

Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu

harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

i. Asas keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan


konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai

dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan pera-

turan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.

Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang

dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak

berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pela-

yanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat

meningkatkan kemampuan konseli memahami, menghayati, dan

mengamalkan nilai dan norma tersebut.

j. Asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki

agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan

atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pe-

layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang

benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofe-

sionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyeleng-

garaan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun da-

lam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

k. Asas alih tangan kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang

menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan

pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu

permasalahan konseli mengalihtangankan permasalahan itu kepada

pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan

kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian pula
guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata

pelajaran/praktik dan lain-lain.

8. Tujuan Bimbingan Dan Konseling

Tujuan bimbingan dan konseling merupakan pernyataan yang

menggambarkan kualitas perilaku atau pribadi peserta didik yang diharap-

kan berkembang melalui berbagai strategi layanan kegiatan yang diberi-

kan. Adapun tujuan bimbingan dan konseling, diantaranya sebagai berikut.

a. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta

kehidupannya dimasa yang akan datang.

b. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seop-

timal mungkin.

c. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan

masyarakat serta lingkungan kerjanya.

d. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,

penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun

lingkungan kerja (Juntika, 2002).

e. Memiliki kemampuan menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung

dalam tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasainya.

REFERENSI

Sukardi, D. K., & Kusmawati, D. N. (2008). Proses Bimbingan dan Konseling Di

Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai