Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KIMIA FISIKA

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Oleh:

1. ARINDA PASKAYORISA S (061630400987)

2. BUNGSU MAULANA PUTRA (061630400990)

3. MEIDITHA WULANDARI (061630400999)

4. RENGGI PUTRA PRATAMA (061630401005)

Dosen Pengampuh: Idha Silviyati, S.T., M.T.


KELAS: 1 KC

PROGRAM DIII TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN 2016

i
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Sifat Koligatif Larutan Elektrolit dan Larutan Non Elektrolit ini
dalam waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah kimia fisikaI. Makalah
ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Allah SWT. Yang telah meridloi pembuatan makalah dengan baik.
2. Dosen Mata Kuliah Kimia Fisika
3. Orang tua penulis yang telah memberikan dorongan dan motivasi
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan karya tulis ini sangat
penulis harapkan.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
khususnya guna mengetahui sifat koligatif larutan elektrolit dan non elektrolit.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................


DAFTAR ISI.....................................................................................................................
PENDAHULUAN ............................................................................................................
A. LATAR BELAKANG ..........................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................................
C. TUJUAN PERCOBAAN ......................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................
A. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN .........................................................................
B. PENURUNAN TEKANAN UAP ........................................................................
C. KENAIKAN TITIK DIDIH ..................................................................................
D. PENURUNAN TITIK BEKU...............................................................................
E. TEKANAN OSMOSIS .........................................................................................
F. KEMOLARAN DAN KEMOLALAN .................................................................
G. FRAKSI MOL ......................................................................................................
H. DIAGRAM FASE ZAT ........................................................................................
PENUTUP.........................................................................................................................
A. KESIMPULAN .....................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat
terlarut tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat
koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan
sifat koligatif larutan nonelektrolit. Sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih
rendah daripada sifat koligatif larutan elektrolit.
Pelarut murni (air) memiliki sifat titik beku, titik didih, dan tekanan uap. Bila
zat non elektrolit seperti gula, urea, dan gliserol dimasukkan kedalam pelarut
murni, maka akan mengubah sifat-sifat larutan tersebut. Perubahan tersebut
meliputi penurunan titik beku, kenaikan titik didih, penurunan tekanan uap, dan
memiliki tekanan osmosis.
Apabila suatu senyawa nonelekrolit terlarut di dalam pelarut. Sifat-sifat
pelarut murni berubah dengan adanya zat terlarut. Sifat-sifat fisika seperti titik
didih, titik beku, tekanan uap berbeda dengan pelarut murni. Adanya perubahan
ini tergantung pada jumlah partikel-partikel pelarut yang terdapat di dalam larutan.
Makin berat larutan, makin rendah titik beku, dan makin tinggi titik didih.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu sifat koligatif larutan eletrolit dan non elektrolit ?
2. Apa saja macam sifat koligatif larutan elektrolit dan non elektrolit?

1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk menentukan penurunan tekanan


uap larutan, menentukan titik beku larutan, menetukan titik didih larutan dan
menentukan tekanan osmotik suatu larutan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sifat Koligatif Larutan

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada
macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat
terlarut (konsentrasi zat terlarut). Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu
sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit. Hal itu
disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena
terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan nonelektrolit
jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-
hal tersebut maka sifat koligatif larutan nonelektrolit lebih rendah daripada sifat
koligatif larutan elektrolit.
Larutan merupakan suatu campuran yang homogen dan dapat berwujud
padatan, maupun cairan. Akan tetapi larutan yang paling umum dijumpai adalah
larutan cair, dimana suatu zat tertentu dilarutkan dalam pelarut berwujud cairan
yang sesuai hingga konsentrasi tertentu.
Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif larutan. Keempat sifat itu
ialah:
1. Penurunan tekanan uap relatife terhadap tekanan uap pelarut murni
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejalah tekanan osmotic

2.2. Penurunan Tekanan Uap

Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat dari cair menjadi gas.
Ada kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan
penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan
semakin mudah menguap jika suhunya semakin tinggi.
Tekanan uap larutan adalah salah satu sifat fisik yang dipengaruhi oleh
adanya suatu solut. Sedangkan penurunan tekanan uap adalah kecenderungan
2
molekul-molekul cairan untuk melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di
sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut
yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut
saja yang menguap karena sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat
terlarut.Besarnya penurunan ini di selidiki oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai
berikut :

P= P0 . Xterlarut atau P = P0 . Xpelarut

Keterangan :
P = penurunan tekanan uap jenuh larutan

P0 = tekanan uap jenuh pelarut


P = tekanan uap jenuh larutan
Xterlarut = fraksi mol zat terlarut
Xpelarut = fraksi mol zat pelarut
2.3. Kenaikan Titik didih

Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 0C. Hal itu berarti
tekanan uap air murni akan mencapai 1 atm (sama dengan tekanan udara luar)
pada saat air dipanaskan sampai 100 C. Dengan demikian bila tekanan udara luar
kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang dari
100 C.Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka
pada suhu 100 C tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum
mendidih. Untuk dapat mendidih (tekanan uap air mencapai 1 atm) maka
diperlukan suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut
kenaikan titik didih.Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih
pelarut. Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding
dengan hasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb).

Dapat dirumuskan sebagai:


Tb = Kb . m Jika M = n x 1000
P
3
Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tb = Kb ( n x 1000 )
p

Tb = besar penurunan titik beku


Kb = konstanta kenaikan titik didih
m = molalitas dari zat terlarut
n = jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb diperoleh dengan mengukur
kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui (artinya,
mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah dan massa
molalnya). Titik didih larutan merupakan titik didih pelarut murni ditambah

dengan kenaikan titik didihnya atau Tb = Tb0 + Tb

2.4. Penurunan Titik Beku

Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak
antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik
menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut
akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang,
akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih
rendah. Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan
titik beku. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan
terjadi penurunan titik beku larutan tersebut.
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan
penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya
peningkatan titik didih,penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil kali
molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf) dinyatakan
dengan persamaan:

4
Tf = Kf . m atau Tf = Kf (n x 1000)
p

Tf = penurunan titik beku

Kf = tetapan ttitik beku molal

n = jumlah mol zat terlarut


p = massa pelarut
2.5. Tekanan Osmosis

Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari
larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis
dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut
tekanan osmotik.Besar tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan
memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada
permukaan sebelumnya. Tekanan osmotik dirumuskan :
=MRT

Keterangan : = tekanan osmotik

M = konsentrasi molar

R = tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol)


T = suhu mutlak (K)
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff.
Penyimpangan ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air
menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini
dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan
sebagai berikut :
=MRTi i = {1-(n-1)}
Keterangan : n = jumlah ion
= derajat ionisasi (0 < < 1)
5
2.6. Kemolaran dan Kemolalan

Kemolaran adalah konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah mol zat


terlarut dalam 1 Liter larutan. Sedangkan kemolalan adalah konsentrasi larutan
yang menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 Kg larutan.
Berdasarkan pengertian diatas maka terdapat kesamaan dan perbedaan antara
Molaritas dan Molalitas. Kesamaan dari keduanya adalah sama sama
menentukan suatu ukuran konsentrasi larutan, tetapi yang membedakan keduanya
adalah satuan larutan yang berbeda antara molaritas dan molalitas. Pada Molaritas,
konsentrasi suatu larutan diukur dalam 1 liter lautan, sedangkan pada Molalitas,
konsentrasi suatu larutan diukur dalam 1 kg larutan.
Kemolalan = m = jumlah mol zat terlarut / 1 kg pelarut.
Kemolaran = 'M' = jumlah mol zat terlarut / 1 liter larutan.
Maka dapat disimpulkan bahwa Molaritas bergantung pada Volume larutan
sedangkan Molalitas bergantung pada massa Pelarut.
M = g 1000 m = g 1000

Mr V Mr p

Keterangan: M = kemolaran (M)

m= kemolalan (m)

Mr=massa molekul relatif zat terlarut


g= massa zat terlarut (g)
V = volume (ml)

p=massa zat pelarut (g)

6
2.7. Fraksi Mol

Fraksi mol merupakan pernyataan konsentrasi suatu larutan yang menyatakan


perbandingan jumlah mol zat terlarut terhadap jumlah mol zat pelarut.
Xp = np Xt = nt

np+nt np +nt

Keterangan : Xp= fraksi mol zat pelarut Xt


= fraksi mol zat terlarut np=
jumlah mol zat pelarut nt=
jumlah mol zat terlarut
2.8. Diagram Fase Zat

Wujud zat dibedakan menjadi tiga, yaitu padat, cair, dan gas.Zat padat memiliki
sifat rigid, yaitu mempertahankan volume dan bentuknya seperti bebatuan dan
es. Zat cair mempertahankan volumenya tapi bentuknya berubah- ubah sesuai
dengan wadahnya. Air misalnya, menyerupai bentuk gelas ketika dalam gelas.
Terakhir gas, baik volume dan bentuknya berubah-ubah sesuai dengan
wadahnya. Udara di dalam balon misalnya, volumenya bertambah ketika balon
membesar, begitu juga bentuknya.
Yang membedakan satu dengan yang lain adalah jarak antarmolekul penyusun
zat tersebut.Pada zat padat, jarak antarmolekul penyusunnya sangat dekat
(rapat) sehingga molekul-molekulnya tidak dapat bebas bepergian. Ini seperti
sebuah orang-orang yang berdesakan di dalam lift sempit, mereka tidak dapat ke
mana-mana kecuali berdiri di tempat. Kalau pun dapat bergerak, hanya sedikit. Jika
sebagian orang tadi keluar dari lift, maka sebagian yang tinggal merasa
lega dan dapat bergerak relatif lebih leluasa. Ini analogi dengan zat cair, yang
jarak antarmolekulnya relatif lebih besar daripada zat padat. Dengan demikian,
sejumlah air dapat berubah-ubah bentuknya menyesuaikan wadah yang ditempatiny.
Terakhir, jika jarak antarmolekul sangat jauh (renggang) sehingga molekul bebas
bergerak, maka wujud zatnya adalah gas seperti udara. Dia tidak dapat
mempertahankan bentuk dan volumenya.
Zat juga dapat berubah wujud dari satu ke yang lain yang disebut
dengan perubahan fase zat (phase change). Wujud padat ke cair melewati proses
pencairan (melting) seperti es mencair menjadi air kebalikannya disebut
pembekuan (freezing). Wujud cair ke gas melewati proses penguapan
(vaporation) seperti air mendidih menjadi uap air kebalikannya disebut
pengembunan atau kondensasi (condensation). Wujud gas juga dapat menjadi
padat lewat proses deposisi (deposition) kebalikannya disebut penyubliman

(sublimation) seperti pada kasus kapur barus.

Gambar 3. Diagram Fase Zat


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat
terlarut tetapi tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam larutan.
Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan
elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit.
Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif larutan. Keempat sifat itu ialah:
1. Penurunan tekanan uap relatife terhadap tekanan uap pelarut murni
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejalah tekanan osmotic

Kemolaran adalah konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah mol zat


terlarut dalam 1 Liter larutan.
kemolalan adalah konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah mol zat terlarut
dalam 1 Kg larutan.
Fraksi mol merupakan pernyataan konsentrasi suatu larutan yang menyatakan
perbandingan jumlah mol zat terlarut terhadap jumlah mol zat pelarut.
Wujud zat dibedakan menjadi tiga, yaitu padat, cair, dan gas.
Zat juga dapat berubah wujud dari satu ke yang lain yang disebut
dengan perubahan fase zat (phase change).

Anda mungkin juga menyukai