(Ningrum Suhenda)
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor dan terdiri atas dua tahap. Tahap
pertama tujuannya adalah untuk menentukan lama inkubasi kapang R. oligosporus yang tepat dalam proses
fermentasi dedak padi dan dedak polar. Parameter yang diukur yaitu kadar nutriea dedak dan polar dengan
uji proksimat. Pada tahap kedua dilakukan pengujian bahan hasil fermentasi tersebut yang digunakan
sebagai penyusun ransum pakan untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan ikan mas. Pada kegiatan
tahap satu dilakukan penentuan lama inkubasi R. oligosporus yaitu 2, 4, dan 6 hari. Untuk kegiatan tahap 2
digunakan benih ikan mas dengan bobot rata-rata 5,47 g/ekor. Wadah percobaan yang digunakan yaitu
akuarium volume 100 L, dengan padat penebaran ikan uji 30 ekor per akuarium. Sebagai perlakuan yaitu
pakan uji berupa pakan buatan yang mengandung dedak padi, dedak padi fermentasi, polar, dan polar
fermentasi. Kadar protein semua pakan uji sama yaitu 26% dan kadar lemak 7%. Parameter yang diuji
meliputi bobot akhir rata-rata, pertambahan bobot relatif, retensi protein, retensi lemak, protein efisiensi
rasio, dan sintasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisa proksimat ternyata
kandungan nutriea tertinggi baik untuk dedak maupun polar setelah difermentasi dengan lama inkubasi 4
hari. Kandungan protein dedak padi naik 19,02% sedangkan kandungan lemaknya turun 13,33%. Kadar
protein polar naik 38,14% dan kadar lemaknya turun sebesar 19,28%. Hasil pengujian tahap 2 mengenai
pakan yang mengandung bahan yang difermentasi ternyata dedak polar memberikan hasil lebih baik
daripada dedak padi. Bobot akhir rata-rata tertinggi diperoleh pada ikan yang diberi polar fermentasi, dan
selanjutnya polar dan dedak padi. Retensi protein dedak padi fermentasi, polar, dan polar fermentasi
berbeda nyata (P<0,05) dengan dedak padi tanpa fermentasi. Retensi lemak tertinggi (35,25%) diperoleh
pada ikan mas yang diberi pakan mengandung polar fermentasi dan berbeda nyata (P<0,05) dengan
perlakuan lainnya. Sintasan ikan uji berkisar antara 96,67%100%.
KATA KUNCI: R. oligosporus, fermentasi, dedak padi, dedak polar, ikan mas
PENDAHULUAN
Ketersediaan pakan yang efektif, efisien, ramah lingkungan, dan dengan harga yang terjangkau
perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan peranan pakan cukup besar baik dilihat sebagai penentu
pertumbuhan maupun dilihat dari sisi biaya. Pakan mempengaruhi aspek biologis seperti kehidupan,
pertumbuhan, dan reproduski ikan yang dipelihara. Pada budidaya ikan biaya produksi terbesar
(40%60%) adalah biaya untuk pengadaan pakan. Pembudidaya mengharapkan dapat memperoleh
pakan yang relatif murah sesuai dengan kemampuan daya belinya. Untuk mencapai hal ini perlu
diusahakan penggunaan bahan baku lokal antara lain dedak padi yang harganya relatif murah. Dedak
padi mengandung protein 12,9%; lemak 13%; dan serat kasar 11,4% (Anggorodi, 1995) serta merupakan
sumber vitamin B dan E. Dedak gandum adalah hasil sampingan dari perusahaan tepung terigu.
Menurut Lovell (1989), polar mengandung protein cukup tinggi (15,5%), lemak 4% dan serat kasar
10%. Kandungan pati kedua bahan tersebut cukup tinggi yaitu diatas 60% tetapi kecernaan pati pada
ikan relatif rendah.
Fermentasi merupakan proses yang relatif murah yang telah lama dilakukan. Proses fermentasi
dengan cara dan dosis yang sesuai mampu menghasilkan produk protein, menurunkan kadar lemak,
dan membentuk (menyederhanakan) karbohidrat kompleks. Winarno et al. (1980) menyatakan bahwa
nilai gizi bahan pakan yang difermentasi lebih tinggi daripada bahan asalnya.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 690
Fermentasi adalah segala macam proses metabolik dengan bantuan enzim dari mikroba (jasad
renik) untuk melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisa, dan reaksi kimia lainnya sehingga terjadi
perubahan kimia pada suatu substrat organik (Saono, 1976). Mikroba yang banyak digunakan sebagai
inokulum fermentasi adalah kapang, bakteri, khamir, dan ganggang. Pemilihan inokulum yang akan
digunakan lebih berdasarkan pada komposisi media, teknik proses, aspek gizi, dan aspek ekonomi
(Tannembeum & Wang, 1975).
Penggunaan kapang sebagai inokulum fermentasi sudah banyak dilakukan karena pertumbuhannya
relatif mudah dan cepat, dan kadar asam nukleat rendah (Scherllat, 1975). Pertumbuhannya pun
mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas berwarna putih (Fardiaz, 1989).
Rhizopus oligosporus merupakan kapang dari genus Rhizopus, famili Mucoraceae, dan ordo Mucorales
(Fardiaz, 1989). Kapang ini banyak digunakan dalam pembuatan tempe, banyak terdapat di alam
karena hidupnya bersifat saprofit (Shurtleff & Aoyogi, 1979). Menurut Aunstrop (1979), kapang ini
dikenal sebagai kapang yang mampu memproduksi enzim lipase untuk merombak lemak media.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka dilakukan penelitian mengenai penggunaan Rhizopus
oligosporus untuk meningkatkan nilai gizi dedak padi dan dedak polar. Selanjutnya bahan yang telah
difermentasi tersebut digunakan sebagai bahan baku pakan uji yang digunakan dalam pembuatan
pakan ikan mas. Sebagai parameter yang diuji yaitu aspek pertumbuhan dan sintasan ikan yang
dipelihara.
BAHAN DAN METODE
Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas dua tahap. Tahap pertama adalah untuk menentukan lama
inkubasi yang tepat dalam proses fermentasi bahan baku pakan dedak padi dan dedak polar. Pada
tahap kedua adalah pengujian bahan tersebut yang digunakan sebagai penyusun ransum untuk
melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan ikan mas.
Tempat pelaksanaan penelitian baik untuk Tahap I maupun Tahap II yaitu Laboratorium Kimia dan
Laboratorium Basah Nutrisi Ikan, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor. Kapang yang
digunakan adalah Rhizopus oligosporus, produksi Laboratorium Mikrobiologi, Pusat Antar Universitas
(PAU), Institut Pertanian Bogor.
Pada pengujian Tahap I, dilakukan penentuan lama inkubasi kapang Rhizopus oligosporus yaitu 2,
4, dan 6 hari. Untuk tiap lama inkubasi dilakukan analisis proksimat bahan baku tersebut (dedak
padi dan dedak polar hasil fermentasi) untuk melihat kandungan nutrieanya.
Pembuatan Larutan Inokulum
Bahan yang digunakan untuk pembuatan larutan inokulum adalah satu tabung biakan murni
Rhizopus oligosporus berumur 3 hari. Kemudian biakan murni ini diperbanyak dengan membiakan
kembali ke dalam beberapa tabung media Potatos Dextrosa Agar (PDA), dan diinkubasi selama 3 hari
pada inkubator suhu 30C. Rhizopus oligosporus umur 3 hari dipanen dengan menggunakan spatula
dan pada masing-masing tabung reaksi ditambahkan akuades sebanyak 50 mL. Setelah itu, larutan
dipindahkan ke dalam erlenmeyer 100 mL sehingga diperoleh larutan inokulum dengan kepadatan
107 spora Rhizopus oligosporus.
Fermentasi Dedak Padi dan Dedak Polar
Ke dalam 18 wadah tampah alumunium foil masing-masing dimasukkan sebanyak 100 g dedak
padi dan dedak polar dan kadar airnya ditingkatkan menjadi sekitar 70% dengan cara menambahkan
akuades sebanyak 53 mL untuk dedak padi dan 52 mL untuk dedak polar, kemudian dikukus selama
30 menit. Setelah dikukus, didinginkan dan kemudian diinokulasi dengan larutan inokulum sebanyak
9 mL untuk setiap wadah. Selanjutnya diinkubasikan selama 0, 2, 4, dan 6 hari pada suhu ruang dan
dalam kondisi aerob.
Setelah itu, dengan menggunakan 3 wadah tampah alumunium foil untuk setiap lama fermentasi
atau waktu inkubasi yang berbeda baik untuk dedak padi maupun untuk dedak polar. Setelah waktu
inkubasi dicapai, diperoleh dedak padi dan dedak polar fermentasi dan ditentukan nilai gizinya
dengan melakukan analisis proksimat.
691 Peningkatan kualitas bahan nabati ... (Ningrum Suhenda)
Pakan uji
Bahan pakan Dedak padi Dedak polar
Dedak padi Dedak polar
fermentasi fermentasi
Tepung ikan 14 13 13 12
Bungkil kedelai 26 25 25 24
Dedak padi 40 0 0 0
Dedak padi fermentasi 0 40 0 0
Dedak polar 0 0 40 0
Dedak polar fermentasi 0 0 0 40
Terigu 10 10 10 10
Vitamin 2 2 2 2
Mineral 1 1 1 1
Minyak 1 2 3 3.5
Tapioka 6 7 6 7.5
Pakan uji
Bahan pakan Dedak padi Dedak polar
Dedak padi Dedak polar
fermentasi fermentasi
Air 6,00 5,00 9,00 5,00
Protein 26,55 26,50 26,95 26,40
Lemak 7,51 7,38 7,75 7,30
Abu 12,88 12,80 11,92 12,25
Serat kasar 3,64 3,39 3,72 3,24
BETN* 49,42 49,93 49,66 50,75
Keterangan: * BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 692
Pakan uji diberikan sebanyak 5%7% (bobot kering) dari total bobot ikan. Pemberian pakan dilakukan
4 kali sehari yaitu pukul 8.00; 10.30;13.00; dan 15.30. Sampling atau penimbangan ikan secara total
dilakukan setiap 10 hari untuk menentukan atau penyesuaian jumlah pakan yang diberikan. Para-
meter yang diuji meliputi bobot akhir rata-rata, pertambahan bobot rata-rata relatif, retensi protein,
retensi lemak, rasio efisiensi protein, dan sintasan. Parameter-parameter tersebut dihitung berdasarkan
persamaan sebagai berikut:
Pertumbuhan bobot rata-rata relatif
Tingkat sintasan
Perubahan lemak menjadi asam-asam lemak ditunjukkan dengan adanya penurunan kadar lemak
dari dedak padi dan polar. Hal ini sangat menguntungkan terutama untuk asam lemak linoleat dan
linolenat yang dibutuhkan ikan baik untuk kehidupan (kesehatan) maupun pertumbuhannya. Dedak
padi maupun dedak polar hasil fermentasi berbau spesifik, hal ini mungkin disebabkan terjadinya
penguraian protein menjadi asam amino aromatik seperti dinyatakan oleh Shurtleff & Aoyagi (1979).
Peningkatan kadar protein dedak polar hasil fermentasi (38,14%) lebih tinggi daripada dedak padi
(19,02%). Hal ini dibuktikan pada uji tahap kedua yang menunjukkan bahwa bobot rata-rata ikan
mas yang diberi pakan dedak polar fermentasi berbeda nyata (P<0,05) dengan yang diberi pakan
dedak padi hasil fermentasi.
Hasil uji tahap 2:
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan dedak polar fermentasi dalam pakan ikan
mas memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan dedak padi fermentasi
dalam pakan. Dedak polar yang difermentasi memberikan bobot akhir rata-rata tertinggi (P<0,05)
yaitu 9,27 g atau naik sebesar 69,47%.
Dari hasil yang diperoleh ternyata bahwa pakan yang mengandung baik dedak padi maupun
dedak polar hasil fermentasi memberikan hasil yang lebih baik daripada pakan yang mengandung
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010 694
Tabel 5. Bobot akhir (g) rata-rata dan pertambahan bobot relatif (%) ikan mas
yang diberi pakan berbeda
bahan aslinya. Hal ini disebabkan antara lain karena dari hasil uji proksimat ternyata bahwa terjadi
peningkatan kadar nutriea bahan yang difermentasi atau berbeda dengan bahan aslinya (Tabel 3 dan
4). Bobot akhir rata-rata ikan yang diberi pakan polar fermentasi tertinggi (9,27 g) dan berbeda
nyata dengan ikan yang diberi pakan dedak padi.
Data perhitungan retensi protein dan retensi lemak tercantum pada Tabel 6.
Tabel 6. Retensi protein (%) dan retensi lemak (%) ikan mas yang diberi pakan
berbeda
Pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai retensi protein dedak padi fermentasi, polar, dan polar fermentasi
berbeda nyata (P<0,05) dengan dedak padi tanpa fermentasi. Retensi lemak tertinggi (35,25%)
diperoleh pada ikan mas yang diberi pakan mengandung polar fermentasi dan berbeda nyata (P<0,05)
dengan perlakuan lainnya. Sintasan ikan uji berkisar antara 96,67%100%.
Informasi lain yang diperoleh yaitu:
Pertumbuhan ikan yang diberi pakan yang mengandung dedak polar lebih baik daripada dedak
padi
Kadar dedak padi maupun dedak polar sebesar 40% (pada formulasi) terlalu tinggi untuk pakan
ikan mas
Pada formulasi pakan sebaiknya digunakan kombinasi antara dedak padi dan dedak polar
KESIMPULAN
Pengujian tahap 1: Lama inkubasi R. oligosporus yang meningkatkan kandungan nutriea tertinggi
untuk dedak padi dan dedak polar yaitu 4 hari.
Pengujian tahap 2: Bobot akhir rata-rata tertinggi diperoleh pada ikan yang diberi pakan dedak
polar fermentasi dan selanjutnya polar dan dedak. Retensi protein terendah diperoleh pada ikan
yang diberi pakan dedak padi dan retensi lemak tertinggi diperoleh pada ikan yang diberi pakan
mengandung polar fermentasi (35,25%).
Sintasan ikan uji berkisar antara 96,67%100%.
Saran
Saran yang dapat diajukan yaitu perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai dosis inokulum
yang tepat, suhu pada waktu fermentasi, dan jenis mikroba (inokulum) lain yang diharapkan dapat
memberikan hasil yang lebih baik.
695 Peningkatan kualitas bahan nabati ... (Ningrum Suhenda)
DAFTAR ACUAN
Anggorodi, H.R. 1995. Nutrisi aneka ternak unggas. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 5-91.
Aunstrop, K. 1979. Production, isolation and economic of extracellular enzymes in: LE. Wingard, E.K.
Katair and Goldstein (Eds. Applied Biochemistry Bioengineering Enzymes Technology Academic
Press, New York.
Castell, J.D. & Tiews, K. 1980. Report of the EIFAC, IUNS and ICES working group on the standardiza-
tion of methodology in fish nutrition research.Hamburg. Germany, EIFAC Tech. Paper, 24 pp.
Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. PAU IPB dengan LSI IPB. Bogor.
Lovell, T. 1989. Nutrition and feeding of fish. Van Nostrand Reinhold, New York, p. 26-45.
NRC (National Research Council). 1977. Nutrient requirements of warmwater fishes. National Acad-
emy of Sciences. Washington, D.C., 71 pp.
Saono, S. 1976. Koleksi jasad renik suatu prasarana yang diperlukan bagi pengembangan mikrobiologi.
Berita Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 22(4): 1-11.
Shurtleff, W. & Aoyogi, A. 1979. The book of tempe: A Super soy food from Indonesia. Harper & Row.
New York.
Tannenbaum, S.R. & Wang, D.L.C. 1975. Single cell protein. The Massachussets Institute of Technologi
Press. London.
Viola, S. & Rappaport, U. 1979. The extra calorie effect of oil in nutrient of carp. Bamidgeh, 31(3): 51-
69.
Winarno, F.G., Fardiaz, S., & Fardiaz, D. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia.