Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi

pada otot polos dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah

leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid.1 Angka kejadian

mioma uteri antara 20-25% pada wanita berusia di atas 35 tahun. Angka

kejadian mioma uteri di Indonesia ditemukan 11,70% pada semua

penderita kasus ginekologi yang dirawat di rumah sakit.2 Menurut data

yang tersedia dari Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, tercatat

kasus mioma uteri mengalami peningkatan. Dari data beberapa kabupaten

yang tersedia, kasus mioma uteri pada tahun 2013 sebanyak 582 kasus

dengan 320 kasus rawat jalan dan 262 rawat inap.3 Kasus mioma uteri

meningkat pada tahun 2014 yaitu sebanyak 701 kasus dengan 529 kasus

rawat jalan dan 172 kasus rawat inap.4

Menurut data dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panembahan

Senopati Bantul selama dua tahun terakhir kasus mioma uteri mengalami

peningkatan yaitu sebanyak 359 kasus pada tahun 2013 yang terdiri dari

25 kasus rawat inap dan 334 kasus rawat jalan.5 Kasus mioma uteri

bertambah menjadi 389 kasus pada tahun 2014 yang terdiri dari 24 kasus

rawat inap dan 365 kasus rawat jalan.6 Sebagian besar kasus mioma uteri

adalah tanpa gejala. Oleh sebab itu, kebanyakan penderita tidak menyadari

1
2

adanya kelainan pada uterusnya. Hanya 10-20% yang membutuhkan

penanganan. Gejala yang paling sering dilaporkan yaitu nyeri haid atau

kram parah atau sangat parah (29%), perdarahan berat atau

berkepanjangan (29%), bekuan selama menstruasi (26%), kelelahan

(25%), dan perut tidak nyaman (24% ).7 Penelitian yang dilakukan oleh

Pradhan, gejala klinik yang ditimbulkan terutama perdarahan pervaginam

sebanyak 73%, diikuti pembesaran perut bagian bawah dan nyeri 58,4%,

dismenore 18,2%, dan infertilitas 7,3%.8 Perdarahan pervaginam pada

kasus mioma uteri merupakan gejala yang banyak terjadi dan

menyebabkan pasien menderita anemia ringan hingga anemia berat.

Anemia pada kasus mioma uteri mengakibatkan penurunan kondisi tubuh

pada penderita.9

Diagnosis mioma uteri sering dicurigai bila bentuk uterus yang tidak

teratur membesar teraba pada pemeriksaan panggul. Pemeriksaan

Ultrasonografi (USG) adalah standar non-invasif utama yang digunakan

untuk mengkonfirmasi diagnosis. USG bertujuan untuk mendeteksi

karakteristik mioma uteri sehingga dapat dilakukan penanganan.10 Selain

itu, pada kasus mioma uteri dengan perdarahan pervaginam dapat

dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan Hemoglobin (Hb).

Pemeriksaan Hb dilakukan untuk mendeteksi anemia pada pasien,

sehingga pasien mendapatkan penanganan yang tepat. Mioma uteri yang

berukuran kecil dan tanpa gejala dilakukan observasi selama 6 bulan.9

Apabila ukuran mioma uteri kurang dari 3 cm dan mioma tidak


3

berkelompok, maka tidak dianjurkan untuk dilakukan laparoskopi

miomektomi.9,11

Meningkatnya angka kejadian mioma uteri yang cukup signifikan

tersebut disebabkan masih kurangnya kesadaran dan pengetahuan

masyarakat mengenai mioma uteri. Masyarakat belum mengetahui faktor

yang dapat berpengaruh, gejala, dampak, dan penanganan yang tepat pada

mioma uteri saat gejala telah muncul. Promosi kesehatan pada masyarakat

dengan memaparkan faktor-faktor penyebab mioma uteri yang tepat

merupakan langkah strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa dengan promosi kesehatan

mengenai mioma uteri masyarakat dapat mengetahui dan menghindari

faktor-faktor penyebab mioma uteri sehingga angka kejadian mioma uteri

mengalami penurunan.

Hingga saat ini belum ditemukan secara pasti faktor utama penyebab

mioma uteri. Namun, sampai saat ini diduga hormon estrogen

mempengaruhi timbulnya mioma uteri. Pada jaringan mioma jumlah

reseptor estrogen lebih tinggi bila dibandingkan dengan jaringan otot

kandungan (myometrium) sekitarnya.1 Pertumbuhan jaringan pada uterus

sangat sensitif terhadap estrogen, maka wanita yang terpapar estrogen

dalam waktu yang lama akan memiliki resiko yang besar terhadap insiden

mioma uteri. Faktor hormon dapat dipengaruhi dari luar maupun dalam

tubuh.12 Faktor dari dalam tubuh yaitu estrogen yang dihasilkan oleh

ovarium, sedangkan dari faktor exogen (luar ovarium) dapat dipengaruhi


4

oleh sel lemak atau sel adipose yang dapat menghasilkan estrogen.

Sehingga tubuh yang memiliki sel lemak lebih banyak seperti obesitas,

dapat meningkatkan hormone estrogen dalam tubuh.13,14

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Babah di Nigeria, indeks

massa tubuh 25 sangat mempengaruhi mioma uteri. Penelitian yang

dilakukan Babah mendapatkan hasil 169 wanita yang mengalami mioma

uteri 69,16% memiliki indeks massa tubuh 25 dan masuk dalam kategori

kelebihan berat badan.15 Selain itu, di Indonesia juga telah dilakukan

penelitian oleh Tri Kurniasari di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada 114

wanita yang mengalami mioma uteri. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan dari 114 wanita yang mengalami mioma uteri, 53 wanita

(46,49%) mengalami kelebihan berat badan.16

Menurut World Health Organization (WHO), di seluruh dunia

setidaknya 2,8 juta orang meninggal setiap tahun sebagai akibat dari

kelebihan berat badan atau obesitas dan diperkirakan 35.800.000 (2,3%)

disebabkan oleh kelebihan berat badan atau obesitas. Tingkat kematian

meningkat dengan meningkatnya derajat kelebihan berat badan, yang

diukur dengan indeks massa tubuh.17 Untuk mencapai kesehatan optimal,

indeks massa tubuh rata-rata untuk populasi orang dewasa harus dalam

kisaran 21 sampai 23 kg/m2, sedangkan pada individu normalnya harus

menjaga indeks massa tubuh dalam kisaran 18,5-24,9 kg/m2. Ada

peningkatan risiko penyakit penyerta untuk indeks massa tubuh 25,0-29,9


5

kg/m2 dan berisiko sedang sampai parah untuk indeks massa tubuh lebih

besar dari 30 km/m2.18,19

Data yang didapatkan dari WHO, pada tahun 2014 lebih dari 1,9

miliar orang dewasa ( 18 tahun) kelebihan berat badan. Dari jumlah

tersebut lebih dari 600 juta mengalami obesitas.18 Secara keseluruhan pada

tahun 2014 dari 39% jumlah orang dewasa berusia 18 tahun ke atas (38%

laki-laki dan 40% perempuan) mengalami kelebihan berat badan. Dari

jumlah tersebut, sekitar 13% dari populasi orang dewasa di dunia (11%

laki-laki dan 15% perempuan) mengalami obesitas pada tahun 2014.18,19

Berdasarkan data dari WHO tahun 2008, prevalensi obesitas pada

usia dewasa di Indonesia sebesar 9,4% dengan pembagian pada pria

mencapai 2,5% dan pada wanita 6,9%. Survey sebelumnya pada tahun

2000, persentase penduduk indonesia yang obesitas hanya 4,7% (9,8 juta

jiwa). Ternyata hanya dalam 8 tahun prevalensi obesitas di Indonesia telah

meningkat dua kali lipatnya.20

Berdasarkan data kasus di atas, penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Mioma

Uteri di RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2014.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, peneliti ingin

mengetahui Adakah Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian

Mioma Uteri di RSUD Panembahan Senopati Bantul Tahun 2014?


6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indeks

massa tubuh dengan kejadian mioma uteri di RSUD Panembahan

Senopati Bantul tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui angka kejadian indeks massa tubuh di RSUD

Panembahan Senopati Bantul tahun 2014.

b. Untuk mengetahui angka kejadian mioma uteri di RSUD

Panembahan Senopati Bantul tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan masukan dan referensi dalam proses belajar

mengajar terhadap mata ajaran yang berhubungan dengan tumor jinak

maupun pengaruh IMT pada wanita.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Bidan

Memberikan informasi tentang pengaruh IMT dengan

kejadian mioma uteri, sehingga dapat memberikan upaya preventif

mioma uteri secara maksimal melalui promosi kesehatan seperti

penyuluhan dan pada konseling tentang pengaruh berat badan.


7

b. Bagi Institusi Kesehatan

Sebagai bahan masukan bagi dinkes, rumah sakit, puskesmas,

dan unit pelayanan kesehatan swasta dalam penyusunan promosi

kesehatan dan upaya preventif bagi masyarakat khususnya kasus

mioma uteri.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang hubungan obesitas dengan kejadian mioma uteri

sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan di RSUD Panembahan

Senopati Bantul. Namun, ada beberapa penelitian yang berhubungan

dengan mioma uteri antara lain :

1. Gita (2009) dengan judul Hubungan Umur Penderita dengan Mioma

Uteri di RSUD DR. Moewardi Surakarta Bulan Januari-Juni 2008.

Peneliti menggunakan desain penelitian cross sectional. Lokasi

penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Provinsi Jawa Tengah.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penderita mioma uteri

terbanyak yaitu pada kelompok umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 38

penderita (65,51%) dan tidak ditemukan pada usia di bawah 20 tahun.

Hasil pengolahan data dilakukan menggunakan metode Chi Kuadrat.

Hasil yang didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara umur

penderita dengan mioma uteri di RSUD Dr, Moewardi Surakarta.


8

Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel penelitian dan

lokasi penelitian.

2. Tri (2010) dengan judul Karakteristik Mioma Uteri di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta Periode Januari 2009-Januari 2010. Penelitian ini

menggunakan desain penelitian observasional deskriptif. Lokasi

penelitian di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, Provinsi Jawa Tengah.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penderita mioma uteri banyak

ditemukan pada wanita kelompok usia 41-50 tahun (61,40%), kadar

hemoglobin (Hb) 7-11,9 gram% sebanyak (52,63%), dan nulipara

(24,56%). Selain itu, gejala yang ditimbulkan lebih banyak pada

perdarahan pervaginam dan benjolan perut bagian bawah masing-

masing sebesar 57,02% dan 12,28%. Perbedaan dengan penelitian ini

terletak pada variabel, desain penelitian, cara pengolahan data, dan

lokasi penelitian.

3. Azmunir (2009) dengan judul Insidensi Mioma Uteri pada Akseptor

KB di Rumah Sakit Umum Daerah DR, Zainoel Abidin Banda Aceh ::

Studi Retrospektif Kasus Mioma Uteri di Rumah Sakit Umum Daerah

DR, Zainoel Abidin Banda Aceh. Peneliti menggunakan jenis

penelitian metode survei bersifat observasional berdimensi retrospektif

menggunakan desain studi case control. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan

kontrasepsi hormonal dengan insiden mioma uteri. Namun, lama

pemakaiaan kontrasepsi hormonal memiliki hubungan terhadap


9

kejadian mioma uteri. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada

desain penelitian, lokasi penelitian, dan variabel penelitian.

Anda mungkin juga menyukai