PENDAHULUAN
Jeruk purut (Citrus hystrix D.C.) merupakan tumbuhan perdu yang dimanfaatkan
terutama buah dan daunnya sebagai bumbu penyedap masakan. Jeruk purut termasuk
suku rutaceae yang berasal dari Asia Tenggara yang banyak ditanam dibeberapa
negara termasuk Indonesia. Tanaman ini berpotensi sebagai penghasil minyak atsiri
yang mempunyai nama dagang kaffir lime oil. Minyak atsiri yang berasal dari daun
jeruk purut disebut combava petitgrain oil. Penggunaan daun jeruk purut telah dikenal
oleh masyarakat sejak dahulu sebagai obat tradisional dan juga untuk penyedap
masakan (Copriady dkk., 2005).
Kandungan senyawa kimia yang utama dari minyak daun jeruk purut adalah
senyawa sitronelal 81,49 %. . Adapun beberapa komposisi lainnya yang dihasilkan
dari identifikasi dan karakterisasi yaitu meliputi Sitronelol 8,22%, Linalol 3,69%,
Geraniol 0,31%, dan Komponen Lain 6,29% (Haiyee and Winitkitcharoen, 2012).
Senyawa sitronelal yang dimiliki daun jeruk purut tersebut berpotensi untuk dapat
diambil melalui proses destilasi (penyulingan)
Minyak atsiri umumnya merupakan komponen pemberi bau yang khas, atau
disebut minyak eteris, minyak menguap atau essential oil yaitu bahan aromatis alam
yang berasal dari tumbuhan. Ciri minyak atsiri antara lain mudah menguap pada
suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi
sesuai tanaman penghasilnya dan bersifat larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam air (Guenther, 1987). Minyak atsiri memiliki bau mirip tanaman asalnya
yang diambil dari bagian-bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar,
rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri selain dihasilkan
oleh tanaman, dapat juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh enzim atau dibuat
secara sintetis.
Beberapa penelitian tentang isolasi minyak atsiri dari daun jeruk purut dengan
metode destilasi yang telah dilakukan Hidayat (1999) menggunakan metode
destilasi air dengan waktu selama 6 jam dan sampel daun jeruk purut daerah
Ponorogo dan Madiun menghasilkan 4 senyawa utama salah satunya sitronelal
84,202 %. Sedangkan Loh et al. (2011) menggunakan daun jeruk purut yang
berasal dari Selangor dengan metode destilasi uap selama 8 jam, menghasilkan
komponen utamanya sitronelal 66,85% dan senyawa lainnya yaitu sitronelol dan
linalool. Sriuskh et al. (2012) menggunakan daun jeruk purut berasal dari
Thailand dan China menggunakan metode destilasi uap dengan waktu 4 jam
menghasilkan komponen utamanya sitronelal 80,04%.
Hasil penelitian tersebut telah bagus dan sesuai dengan standar minyak atsiri
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Hasil penelitian Hidayat (1999)
dengan waktu destilasi selama 6 jam menghasilkan kadar sitronelal 84,202 %, hasil
penelitian Loh et al (2011) dengan waktu destilasi selama 8 jam menghasilkan kadar
sitronelal 66,85 %, dan hasil penelitian Sriuskh et al (2012) dengan waktu destilasi
selama 4 jam menghasilkan kadar sitronelal 80,04 %.
Dari hasil penelitian tersebut, dapat diketahui waktu destilasi yang optimum
untuk menghasilkan kadar sitronelal paling tinggi adalah selama 6 jam. Sehingga
dapat dilakukan pengembangan dengan cara melakukan variasi perlakuan
pendahuluan bahan baku daun jeruk purut yang akan di destilasi. Variasi perlakuan
pendahuluan bahan baku dapat mempengaruhi karakteristik fisik dan kimia minyak
atsiri yang didapat.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian