Anda di halaman 1dari 24

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM PILOT PLANT


DESTILASI CRUDE OIL

DI SUSUN OLEH
Nama/NIM : Dinda Putri Amalia (14 644 008)
Resky Novianti (14 644 039)
Diyah Wulan Sari (14 644 040)
Aditya Rivan P (14 644 061)
Kelompok : VII (Tujuh)
Kelas : VII A-/S-1 Terapan
Dosen Pembimbing : Muh. Syahrir, S.T., MT

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal.................. 2017

Mengesahkan dan Menyetujui,


Dosen Pembimbing

Muh. Syahrir, S.T., MT


NIP. 1969024 199802 1 001
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Untuk melakukan destilasi dari minyak mentah
2. Untuk mempelajari penggunaan bubble tray column
3. Untuk mempelajari fenomena yang terjadi pada kilang minyak
4. Untuk menghubungkan antara struktur senyawa kimia terhadap sifatnya
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Crude Oil
Minyak mentah atau crude oil adalah cairan gelap, lengket, dan dapat dibakar
untuk menghasilkan energi. Bersama dengan natural gas, crude oil merupakan
sumber bahan bakar yang sangat dahsyat dan strategis. Crude oil adalah campuran
dari berbagai macam hidrokarbon. Hidrokarbon ini tersusun kebanyakan oleh
karbon dan hidrogen, dan beberapa oksigen dan sulfur. Ada komponen ringan,
sedang, dan berat di crude oil. Hidrokarbon terkecil adalah berbentuk gas pada suhu
kamar. Molekul hidrokarbon terbesar adalah berbentuk cair, dan beberapa
berbentuk padat/solid. Keseluruhan kompleks crude oil disebut sebagai mixtures of
hydrocarbon. (Juanda. A, 2011)
Minyak bumi atau bahan bakar fosil merupakan kebutuhan yang sangat
penting bagi kehidupan makhluk hidup, khususnya bagi manusia selain itu minyak
bumi juga memberikan pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan dunia
contohnya didalam kehidupan sehari-hari hampir sebagian besar kita temui
produk-produk yang banyak menggunakan minyak bumi. Minyak mentah (crude
oil) merupakan komponen senyawa hidrokarbon yang terbentuk dari fosil, lalu
mengalami pengendapan serta mengalami pemanasan dan mengalami sedimentasi
di dalam bumi. Hidrokarbon adalah golongan senyawa karbon yang paling
sederhana. Hidrokarbon hanya terdiri dari dua unsur karbon (C) dan hidrogen (H).
Walaupun hanya terdiri dari dua jenis unsur hidrokarbon merupakan suatu senyawa
kelompok yang besar. (Puspasari. R, 2012)
Untuk dapat digunakan sebagai bahan bakar maka hasil destilasi crude oil
dikelompokkan menjadi beberapa fraksi atau tingkatan dengan urutan sederhana
sebagai berikut :
1. Gas memiliki rentang rantai karbon C1 sampai C5 dan rentang titik didih 0
o
C sampai 50 oC.
2. Gasoline (Bensin) memiliki rentang rantai karbon C6 sampai C11 dan
rentang titik didih 50 oC sampai 180 oC.
3. Kerosene (Minyak Tanah) memiliki rentang rantai karbon C12 sampai C14
dan rentang titik didih 180 oC sampai 250 oC.
4. Solar memiliki rentang rantai karbon C15 sampai C17 dan rentang titik didih
250 oC sampai 300 oC.
5. Minyak Pelumas memiliki rentang rantai karbon C18 sampai C20 dan rentang
titik didih 300 oC sampai 350 oC.
6. Lilin memiliki rentang rantai karbon C20 ke atas dan titik didih diatas 350
o
C.
7. Minyak Berat memiliki rentang rantai karbon C31 sampai C40 dan titik didih
di atas 350 oC.
8. Residu memiliki rentang rantai karbon C40 dan C50. Titik didih di atas 350
o
C. (Tim Laboratorium Polnes, 2015)

1.2.2 Destilasi
Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak mentah
dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan suhu 4000 C.
Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom
fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawah
kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu
pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi). Destilasi
berdasarkan prosesnya terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Distillation batch
Distillation batch adalah destilasi yang dilakukan satu kali proses, yakni bahan
dimasukkan dalam peralatan, diproses kemudian diambil hasilnya (destilat dan
residu).
b. Distillation continue
Distillation continue adalah destilasi jika prosesnya berlangsung terus-menerus.
Ada aliran bahan masuk sekaligus aliran bahan keluar.

Destilasi berdasarkan penggunaanya :


a. Destilasi Sederhana
Prinsipnya destilasi sederhana memisahkan dua atau lebih komponen cairan
berdasarkan perbedaan titik didih yang jauh berbeda. Proses ini dilakukan dengan
mengalirkan uap zat cair tersebut melalui kondensor lalu hasilnya ditampung dalam
suatu wadah, namun hasilnya tidak benar-benar murni atau bisa dikatakan tidak
murni karena hanya bersifat memisahkan zat cair yang titik didih rendah atau zat
cair dengan zat padat atau minyak.
b. Destilasi Bertingkat
Destilasi bertingkat memiliki prinsip sama dengan distilasi sederhana, hanya
destilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik, sehingga
mampu memisahkan dua komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang
berdekatan. Pada dasarnya sama dengan destilasi sederhana, hanya saja memiliki
kondensor yang lebih banyak sehingga mampu memisahkan dua komponen yang
memliki perbedaan titik didih yang bertekanan. Pada proses ini akan didapatkan
substan kimia yang lebih murni, kerena melewati kondensor yang banyak.
c. Destilasi Azeotrop
Destilasi azeotrop memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih
komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa
lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan
tekanan tinggi.
d. Destilasi Kering
Destilasi kering memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap dan
cairnya. Biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau
batu bata.
e. Destilasi vakum
Destilasi vakum memisahkan dua kompenen yang titik didihnya sangat tinggi,
metode yang digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih
rendah dari 1 atm, sehingga titik didihnya juga menjadi rendah, dalam prosesnya
suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi.
(Hana. K. J, 2011)

Sumber : Septianadeva. R, 2008


Gambar 1.1 Destilasi Fraksinasi Minyak Mentah

1.2.3 Alat Destilasi


1.2.3.1 Bubble Tray Column
Bubble cup tray merupakan jenis tray yang paling tua dibandingkan dengan
jenis tray yang lain. Pada bubble cup tray cairan (feed) akan turun ke bawah kolom
melalui tray-tray, dengan adanya weir pada setiap tray maka cairan yang turun akan
mengisi tray dengan ketinggian tertentu dan cairan yang melebihi weir ini akan
turun melalui downcomer ke tray dibawahnya. Uap naik ke atas melalui riser
kemudian oleh bubble cup dibelokkan melalui slot-slot dan menembus cairan.
Aliran uap berfungsi untuk menurunkan tekanan parsial senyawa hidrokarbon.
Kelebihan bubble cup tray ini yaitu pada penggunaan riser yang memastikan
banyaknya cairan yang tertahan di tray adalah tetap, berapapun kecepatan aliran
uapnya.
(Coulson, 1983)

Sumber : Ardiyanto. A, 2005


Gambar 1.2 Bubble Tray Column

1.2.3.2 Kondensor
Kondensor adalah sebuah alat yang digunakan untuk membuang kalor ke
lingkungan, sehingga uap refrigeran akan mengembun dan berubah fasa dari uap ke
cair. Sebelum masuk ke kondenser refrigeran berupa uap akan bertemperatur dan
bertekanan tinggi, sedangkan setelah keluar dari kondensor refrigeran berupa cairan
jenuh yang bertemperatur lebih rendah dan bertekanan (tinggi) seperti sebelum
masuk ke kondensor. (Raharjo. H. T, 2013)

Sumber : Raharjo. H. T, 2013


Gambar 1.3 Kondensor
1.2.3.3 Distillation Bridge
Distillation Bridge memiliki ukuran diameter sebesar 25 mm dengan dua
sambungan yakni dengan dua sambungan yakni dengan kolom destilasi dan
kondensor. Perangkat ini juga memiliki koneksi untuk dipasangkan termometer
atau termokopel di bagian atasnya. Destilation Bridge berfungsi sebagai
penghubung antara kolom fraksinasi dengan kondensor sekaligus memperbesar
waktu tinggal uap sebelum masuk ke dalam kondensor. (Tim laboratorium Polnes,
2015)

Sumber : Petra. B, 2008


Gambar 1.4 Distillation Bridge

1.2.3.4 Termokopel
Termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk mengubah
perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase).

Sumber : Dermonto. T, 2013


Gambar 1.5 Thermocouple dan Temperature Controller
Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor
standar yang sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang
cukup besar dengan rentang -200 oC hingga 1200 oC. (Dermonto. T, 2013)

1.2.3.5 Pemanas
Pemanas yang digunakan dalam unit destilasi ini adalah jenis heating mold
dengan dimensi panjang 80 cm, lebar 70 cm dan tinggi 90 cm. Autoclave pada
pemanas ini bekerja pada tegangan 220 V dan kuat arus 10 A. karena tidak
dilengkapi dengan motor pengaduk yang berfungsi sebagai pemutar magnetic,
stirrer bar, maka dalam praktiknya dianjurkan menggunakan batu didih untuk
menyeragamkan temperatur di dalam labu leher dua sehingga menghindari
terjadinya letupan. Batu didih dapat berupa pecahan silica. (Tim Laboratorium
Polnes, 2015)

Sumber : Ali, 2004


Gambar 1.6 Pemanas jenis heating mold

1.2.3.6 Unit Vakum dan Unit Sirkulasi Air Pendingin


Pengoperasian unit destilasi ini berada dibawah kondisi vakum yang
dikondisikan dengan double jet vakum. Pengkondisian ini dimaksudkan untuk
membantu proses destilasi dalam mengalirkan komponen-komponen ringan ke
puncak kolom destilasi kemudian masuk ke dalam kondensor dan tempat
penampungan. Unit vakum terdiri dari sebuah pompa sirkulasi, double jet vaccum,
dan bak penampungan sirkulasi. Pompa sirkulasi mengalirkan air dari bak
penampungan menuju ke dalam dua unit jet vakum ke dalam koil kondensor sebagai
air pendingin. Unit sirkulasi air pendingin merupakan suatu kesatuan dengan unit
vakum dimana air yang dipompakan dari bak penampungan akan dialirkan juga
menuju kondensor. Hal yang perlu diperhatikan adalah kestabilan dari laju air
pendingin agar tidak memperngaruhi proses destilasi saat berjalan. (Tim
Laboratorium Polnes, 2015)

1.2.4 Specific Grafity


Specific gravity pada crude oil didefinisikan sebagai perbandingan antara
densitas minyak sebagai hasil dari destilasi crude oil dengan densitas air yang dikur
pada tekanan dan temperature yang sama yang dirumuskan sebagai berikut :

Sg = ..... (1)

Keterangan :
Sg = Specific Gravity
= densitas fluida sampel
= densitas refrensi air
Biasanya specific grafity digunakan dalam pembicaraan tentang sifat-sifat
fisik cairan yang diukur pada keadaan standar yaitu pada suhu 60 oF dan tekanan
atmosfer (14.7 Psia). Selain itu, didalam dunia industri perminyakan juga
digunakan besaran specific grafity yang lain yaitu oAPI Gravity yang dirumuskan
sebagai berikut :
141.5
0
API = 131,5 .. (2)

(Ardiyanto. A, 2005)

1.2.5 Hydrometer
Hydrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis atau
kepadatan relatif dari suatu cairan, yaitu rasio kepadatan cairan dengan densitas air.
Hydrometer biasanya terbuat dari kaca dan terdiri dari sebuah batang silinder dan
bola pembobotan dengan merkuri (raksa) untuk membuatnya mengapung tegak.
Supaya tabung kaca terapung tegak dalam zat cair, bagian bawah tabung dibebani
dengan butiran timbal. Diameter bagian bawah tabung kaca dibuat lebih besar
supaya volume zat cair yang dipindahkan hydrometer lebih besar. Dengan
demikian, dihasilkan gaya ke atas yang lebih besar dan hydrometer dapat
mengapung di dalam zat cair.
Cara kerja hydrometer didasarkan pada prinsip Archimedes dimana benda
padat yang tersuspensi pada fluida akan terkena gaya ke atas sebesar gaya berat
fluida yang dipindahkan. Dengan demikian, semakin rendah kerapatan zat tersebut,
semakin jauh hydrometer tenggelam. Seberapa jauh hydrometer tersebut teggelam
dapat dilihat dari skala pembacaan yang terdapat dalam hydrometer itu sendiri.
(Ginanjar. W, 2014)

Sumber : Dazzle. E. R. A, 2013


Gambar 1.7 Hydrometer
Adapun faktor faktor yang mempengaruhi ketepatan test dengan
menggunakan hydrometer diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Ukuran hydrometer yang dapat mendeterminasikan Gravity minyak mentah
yang bebas air dengan ketelitian yang tinggi.
2. Adanya campuran fluida lain seperti air.
Hal ini akan menyebabkan kekurangan ke akuratan, sebab gelembung-
gelembung gas yang sering timbul pada suspense akan menempel pada
hydrometer dan cenderung menahan instrument, sehingga sulit mencapai posisi
yang diharapkan.
3. Titik air pada permukaan Hydrometer
Hal ini menyebabkan instrument tenggelam melewati posisi sebenarnya.
(Puspasari. R, 2012)
1.2.6 Bensin
Bensin tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai dari C6-C12. Dengan
kata lain, bensin terbuat dari molekul yang hanya terdiri dari hidrogen dan karbon
yang terikat antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk rantai. Bensin
memiliki titik didih 50-180C.
Bensin dibuat dari minyak mentah, cairan berwarna hitam yang dipompa
dari perut bumi dan biasa disebut dengan petroleum. Cairan ini mengandung
hidrokarbon; atom-atom karbon dalam minyak mentah ini berhubungan satu
dengan yang lainnya dengan cara membentuk rantai yang panjangnya yang
berbeda-beda.
Kualitas bensin dapat ditentukan dari banyaknya kandungan isooktan atau
yang disebut juga dengan nilai bilangan oktan. Semakin tinggi bilangan oktannya,
semakin efisien proses pembakaran bensin tersebut. ( Anonim, 2015 )

1.2.7 Kerosin

Minyak tanah atau kerosin merupakan cairan hidrokarbon yang tak


berwarna dan mudah terbakar dan memiliki titik didih antara 170 C dan 290 C.
Minyak tanah atau disebut juga parafin Menurut Direktorat Jendral Minyak dan Gas
Bumi No. 002/P/D.M./Migas/1979 batasan maksimum specific gravity at 60/60 OF
sebesar 0,835. Kerosin terdiri dari senyawa hidrokarbon jenuh, harus bebas dari
aromatik dan hidrokarbon tak jenuh dan sebaiknya dengan kandungan sulfur
serendah mungkin. Struktur molekul hidrokarbon terdiri dari C11C16 per
molekulnya.
Minyak tanah banyak digunakan untuk lampu minyak dan kompor,
sekarang banyak digunakan sebagai bahan bakar mesin jet (Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-
4 atau JP-8). Kerosen dikenal sebagai RP-1 digunakan sebagai bahan bakar roket.
Pada proses pembakarannya menggunakan oksigen cair. Kerosin didestilasi
langsung dari minyak mentah dan memerlukan pengendalian khusus dalam sebuah
unit merox atau hydrotreater untuk mengurangi kadar belerang dan perkaratan.
Kerosin dapat juga diproduksi oleh hydrockraker, yang digunakan untuk
meningkatkan bagian dari minyak mentah yang cocok untuk bahan bakar minyak.
Minyak tanah sifatnya berada antara minyak gas dan bensin.
Salah satu sifat yang terpenting bagi kerosin adalah bahwa kerosin harus
dapat memberikan intensitas terang nyala yang tinggi dan sedikit mungkin
memberikan asap yang dapat mengganggu lingkungan. Titik asap ialah tinggi nyala
maksimum dalam milimeter dimana kerosin yang dibakar dengan menggunakan
lampu uji baku tidak memberikan asap. Makin tinggi titik asap,makin baik mutu
kerosin. Asap yang timbul pada pembakaran kerosin disebabkan oleh senyawa
aromatik. (Anonim,2015).

1.2.8 Solar
Minyak solar ialah fraksi minyak bumi berwarna kuning coklat yang
jernih yang mendidih sekitar 260-350C dan yang digunakan sebagai bahan bakar
mesin diesel. Solar tersusun dari struktur molekul hidrokarbon yang terdiri dari
C14C18 per molekulnya.Umumnya, solar mengandung belerang dengan kadar
yang cukup tinggi. Penggunaan solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar
pada semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (diatas 1000 rpm),yang juga
dapat digunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam dapur-
dapur kecil yang terutama diinginkan pembakaran yang bersih. Minyak solar
ini biasa disebut juga Gas Oil, Automotive Diesel Oil, High Speed Diesel.
Diantara sifat-sifat bahan bakar solar yang terpenting ialah kualitas
penyalaan, volatilitas, viskositas, titik tuang dan titik kabut. Menurut Direktorat
Jendral Minyak dan Gas Bumi No. 002/P/D.M./Migas/1979 batasan maksimum dan
minimum specific gravity at 60/60 OF sebesar 0,870 dan 0,820. Sifat-sifat bahan
bakar solar lainnya yang perlu juga diperhatikan ialah kebersihan, kecenderungan
bahan bakar untuk memberikan endapan karbon dan kadar belerang. Bahan bakar
solar harus bebas dari kotoran seperti air dan pasir. Adanya pasir yang sangat halus
yang terikut bahan bakar solar dapat mengakibatkan keausan bagian injektor
bahan bakar. Kadar abu dalam bahan bakar merupakan ukuran sifat abrasi
bahan bakar. (Anonim, 2015).
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat yang digunakan :
1. Satu set alat destilasi 4. Gelas Ukur 100 ml
fraksinasi 5. Gelas Kimia 500 ml
2. Hydrometer Specific 6. Erlenmeyer
Gravity Skala 0,7 1 7. Thermometer
3. Batang Pengaduk 8. Aluminium Foil

2.1.2 Bahan yang digunakan :


1. Kerosine (Minyak Tanah)
2. Gasoline (Bensin)
3. Solar
4. Heavy Crude Oil

2.2 Prosedur Kerja


1. Mengolesi setiap sambungan pada unit destilasi dengan silicon grease
2. Memasukkan bensin, minyak tanah, dan solar ke dalam labu leher dua yang
telah berisi heavy crude oil masing-masing sebanyak 400 ml kemudian
menggaduknya hingga tercampur
3. Menghubungkan kembali labu leher dua yang telah berisi campuran pada
unit destilasi
4. Memasang erlenmeyer sebagai wadah penampungan produk atas yaitu
bensin
5. Mengganti air dalam reservoir tank dengan air bersih dan memasukkan 3
buah es batu ke dalamnya
6. Menghubungkan alat dengan sumber arus listrik
7. Memutar tombol power pada posisi ON
8. Memutar tombol Heater pada posisi ON dan mengatur temperatur pada 400
o
C secara manual dengan cara menekan ^ atau v sampai display akan
berubah naik atau turun sesuai dengan temperatur yang diinginkan yaitu 400
o
C
9. Mengatur proses pemvakuman dengan memutar valve kondensor sebanyak
bukaan dan valve vaccum sebanyak bukaan
10. Memutar tombol vaccum pada posisi ON
11. Mencatat temperatur pada bottom (T1), tray 1 (T2), tray 2 (T3), top (T4), dan
heater (T5) setiap 15 menit selama 4 jam dan sampai diperoleh volume pada
setiap fraksi hasil destilasi yang cukup untuk dianalisa dengan menekan
tombol select untuk melihat temperature tiap bagian
12. Mengambil dan menampung produk pada tray 1 dan tray 2 dalam gelas
kimia dan menutupnya dengan aluminium foil
13. Menurunkan temperatur pemanas pada temperatur ruang yaitu 29 oC apabila
proses destilasi dihentikan sehingga pemanas akan aman. Setelah
temperature control menunjukkan temperatur di bawah 100 oC maka
matikan pemanas dengan memutar tombol heater dan vaccum ke posisi OFF
dan display akan mati.
14. Memutar tombol power pada posisi OFF
15. Melepaskan alat dari sumber arus listrik
16. Melakukan uji nilai specific gravity pada setiap produk hasil destilasi
dengan metode ASTM D.1298-99 dengan cara :
a. Memasukkan produk bensin sebanyak 125 ml ke dalam gelas ukur 100
ml
b. Memasukkan termometer dan batang pengaduk, kemudian melakukan
pengadukan sampai rata dan mencatat temperatur yang terbaca pada
termometer
c. Mengangkat termometer dan batang pengaduk dari gelas ukur dan
memasukkan Hydrometer Specific Gravity ke dalam gelas ukur secara
perlahan.
d. Membaca skala pada hydrometer apabila hydrometer sudah terapung
bebas dan stabil sehingga diperoleh nilai Sg bensin
e. Mengoreksi nilai Sg yang diperoleh dari praktikum dengan
menggunakan Correction Table for Specific Gravity Hydrometer 60 oF /
60 oF
f. Mengulangi Langkah a sampai e untuk melakukan uji nilai Sg pada
produk hasil destilasi lainnnya yaitu minyak tanah dan solar
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


3.1.1 Temperatur saat tetesan pertama pada produk atas atau Top (bensin):

1. T1 : 39 C
2. T2 : 126 C
3. T3 : 46 C
4. T4 : 40 C
5. T5 : 130,5 C

Tabel 3.1 Data Pengamatan Perubahan Temperatur Tiap Bagian


T1 (C) T2 (C) T3 (C) T4 (C) T5 (C)
No Waktu (menit)
(tray 1) (bottom) (tray 2) (TOP) (heater)
1 15 72 141 56 40 135.4
2 30 102 126 71 47 224.6
3 45 113 101 97 47 238.9
4 60 122 106 99 44 245.7
5 75 135 91 93 44 249.2
6 90 160 103 74 44 253.4
7 105 160 163 66 43 255.8
8 120 161 2121 62 43 257.2
9 135 157 215 60 43 258.9
10 150 148 216 58 43 260.1
11 165 143 217 58 43 259.8
12 180 138 218 57 43 260.0
13 195 138 219 57 43 260.7
14 210 138 220 57 43 262.8
15 225 143 221 57 42 263.4
16 240 141 222 57 43 263.7
Temperatur rata-rata 141,28 219 57,28 42,86 261,5
dari data ke 10 - 16

Tabel 3.2 Data Pengamatan Nilai Sg dan Temperatur tiap produk


Volume T (oC) Specific Gravity
Produk
(ml) Observasi Observasi
Tray 1 (Solar) 200 31 0.786
Tray 2 (Kerosine) 78 30,5 -
TOP (Gasoline) 98 29 -

Tabel 3.3 Data Pengamatan Densitas untuk tiap Produk


Densitas
Massa Densitas
Volume Massa pikno Referensi
Produk pikno Produk
pikno (mL) + sampel (g) [ASTM D-
kosong (g) (g/mL)
1298] (g/mL)
Tray 1 14,6665 22,1735 0,7507 0,815-0,860
(Solar)
Tray 2 14,6687 22,4958 0,7827 0,835
(Kerosine) 10
TOP 14,6673 21,3763 0,6709 0,715-0,770
(Gasoline)

Tabel 3.5 Nilai Sg Observasi, Hasil Koreksi (60F/60F), dan Sg Standar


Crude Oil
Specific Sg hasil
Sg Standar
Fraksi Gravity koreksi Metode Test
Crude Oil
Observasi (60F/60F)
Tray 1 (Solar) 0,786 0,8091 0,82-0,87 ASTM D-1298
Tray 2 (Kerosine) - - 0,78-0,82 ASTM D-1298
TOP (Gasoline) - - 0,71-0,77 ASTM D-1298

3.2 Pembahasan
Destilasi crude oil pada praktikum ini menggunakan umpan berupa minyak
bumi yang telah dicampur dengan bensin, kerosene dan solar dengan komposisi
masing-masing 400 ml. Crude oil yang terdiri dari beberapa fraksi yaitu bensin,
kerosin dan solar dimasukkan ke dalam labu dasar bulat.
Pada dasarnya prinsip proses destilasi fraksinasi sama dengan proses
destilasi sederhana. Pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan titik didih antar
komponen. Selain diperlukan perbedaan yang signifikan dari titik didih, derajat
volatilitas antar komponen yang relatif tinggi juga diperlukan untuk menunjang
proses pemisahan melalui destilasi. Berbeda dengan destilasi sederhana yang
langsung menggunakan kondensor untuk memisahkan komponen volatile dari
komponen yang lebih non-volatile, pada destilasi fraksinasi digunakan tray-tray
yang disusun vertikal sebagai pengganti kondensor pada destilasi sederhana.
Kondensor tetap digunakan namun khusus untuk komponen yang sangat volatile.
Proses distilasi ini menggunakan prinsip pemisahan berdasarkan perbedaan titik
didih masing - masing komponen. Pada distilasi fraksinasi ini merupakan distilasi
bertingkat yang menggunakan tray tray yang disusun secara vertikal kemudian
diteruskan ke kondensor dan tempat penampungan. Kondensor ini digunakan untuk
zat yang lebih volatile sedangkan zat yang kurang volatile akan berada pada tray
tray.
Fraksi dari crude oil yang menetes pertama kali adalah bensin karena bensin
memiliki titik didih yang rendah dengan temperatur saat tetesan pertama yaitu 39
C dan Trata-rata 42,86C. Hal ini hampir mendekati dengan temperatur secara teoritis,
di mana titik didih bensin berkisar antara 50-180 C dengan jumlah C6C12. Fraksi
selanjutnya yaitu kerosin yang menghasilkan destilat pada tray 2 dengan Trata-rata
57,28C dengan jumlah C11 C16, dimana lebih banyak pada fraksi ringan. Hingga
fraksi dengan titik didih paling tinggi yaitu solar yang menghasilkan destilat pada
tray 1 dengan Trata-rata 141,28C. Titik didih pada solar yang didapat sangat rendah
dikarenakan kondisi operasi yang digunakan adalah kondisi vakum. Dimana secara
teoritis, titik didih solar berkisar antara 260 350 C dengan jumlah C14 C18.
Sedangkan temperatur alat maksimal yakni berkisar 255 C. Diduga pada tray 1
tidak diperoleh produk berupa solar karena titik didih aktual berbeda dengan titik
didih referensi. Hasil dari destilasi crude oil yang diperoleh kemudian diukur berat
jenis dan dihitung specific gravity-nya.
Specific gravity adalah perbandingan berat jenis cairan tertentu dengan berat
jenis air pada volume dan kondisi temperatur yang sama. Didapat spesific gravity
solar sebesar 0,786 g/cm3. Sedangkan spesific gravity kerosine dan gasoline tidak
dapat dianalisa karena destilat yang diperoleh tidak mencukupi untuk dilakukan
analisa sehingga pengukuran hanya dilakukan dengan cara mengukur densitas.
Diperoleh densitas kerosine dan gasoline yaitu 0,7827g/ml dan 0,6709 g/ml.
Perbandingan antara densitas observasi dan densitas referensi berdasarkan
metode ASTM D-1298 menunjukkan bahwa produk solar memiliki nilai densitas
yang tidak sesuai dengan referensi. Sedangkan bensin dan kerosin memiliki sedikit
perbedaan nilai densitas. Hal ini disebabkan pada saat melakukan pengukuran
densitas observasi, kondisi temperatur aktual berbeda dengan kondisi temperatur
referensi.
BAB IV

KESIMPULAN

1.1 Kesimpulan
1. Fraksi dari destilasi crude oil yang menetes pertama kali adalah bensin
karena memiliki titik didih rendah yaitu 50-180 C.
2. Spesific gravity Solar adalah 0,8091; densitas kerosin adalah 0,7827 g/ml
dan densitas bensin adalah 0,6709 g/ml.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN

1. Interpolasi nilai Specific Gravity Koreksi Solar


Spesific Grafity /
30 C 31 C 35 C
Temperature [C]
0,7 1,9 2,04 2,6
0,785 2,155 2,31 2,94
0,8 2,2 2,36 3,0

Maka, nilai Specific Gravity Koreksi Solar = Sg observasi + nilai koreksi


= 0,786 + 0,0231
= 0,8091
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Bensin, Kerosene dan Solar. From: repository.uin-


suska.ac.id/3322/3/ BAB%2011.pdf. Diakses pada tanggal 14 November
2017. 21.30 WITA.

Fatimah, S.S. 2008. Perangkat Perkuliahan Kimia Industri. Universitas


Pendidikan Indonesia.

Ginting, J dkk. 2014. Evaluasi Proses Pembuatan Avtur (Aviation Turbine)


Berdasarkan Analisa Sifat Fisik Dan Kimia Minyak Mentah (Crude Oil) Di
Pt Pertamina Ru Ii Dumai. Palembang: Universitas Sriwijaya.

Hardjono, A. 2000. Teknologi Minyak Bumi. Edisi Pertama. Yogyakarta : Gadjah


Mada University Perss.

Mc.Duell,B. 1995. A Level Chemistry. Edisi Revisi. London:Letts Educationa.

Pudin, K.H.P. 2014. Destilasi Fraksionasi. 17 November 2016.

Putra, Z.A. 2014. Buku Pintar Migas Indonesia. Universiti Teknologi Petronas.

Tim Laboratorium. 2015. Penuntun Praktikum Perpindahan Panas dan


Termodinamika. Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai