Anda di halaman 1dari 4

PERAN IMUNISASI DALAM PENCEGAHAN HEPATITIS B

Oleh dr. Dasril Nizam, Sp.PD-KGEH


Dalam Acara JIMDACE 2017
Workshop.4 Penanganan Hepatitis Kronis Terkini
RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur
Jumat, 15 September 2017

Hepatitis B merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang masuk
dalam famili hepadnaviridae dengan genus Orthohepadnavirus.
Penyakit hepatitis B ini sangat luas mengenai berbagai daerah baik daerah perkotaan
maupun pedesaan atau negara maju dan juga negara terkebelakang. Menurut sensus WHO yang
dikeluarkan pada tahun 2015 perkiraan jumlah penderita hepatitis B berkisar 325 juta orang, yang
terbagi dibeberapa regio yaitu regio Pasifik Barat: 6,25%, Afrika: 6,1 %, Mediterania Timur: 3,3%,
Asia Tenggara: 2%, Eropa: 1,6%, dan Amerika: 0,7%.
Pada laporan riskesdas 2013 rata-rata prevalensi hepatitis B di berbagai provinsi di
Indonesia berkisar 1,2% dengan prevalensi di 5 provinsi tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur
(4,3%), Papua (2,9%), Sulawesi Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%), Maluku (2,3%), dan
prevalensi di 6 provinsi terendah adalah Kalimantan timur (0,6%), Riau (0.7%), Bali (0,7%),
Sumatera selatan (0,7%), Jambi (0,7%), Banten (0,7%).
Menurut hasil riskesdas 2013 tersebut jumlah penderita hepatitis B di Indonesia
diperkirakan sekitar 28 juta penduduk, 14 juta diantaranya berpotensi menjadi kronis, dan dari
penderita hepatitis B kronik ini sekitar 1,4 juta diantaranya berpotensi menderita kanker hati.
Prevalensi penderita hepatitis B pria lebih banyak dibandingkan dengan penderita hepatitis B
wanita yaitu sebesar 1,3%, sedangkan prevalensi penderita hepatitis B wanita adalah 1,1%.
Pada pasien hepatitis B kronis sekitar 20% di antaranya akan berkembang menjadi sirosis
hati, dan diketahui pula bahwa pasien dewasa carrier dengan HBsAg positif berisiko 98x lipat
lebih besar untuk berkembang menjadi HCC (hepato cellular carcinoma) dibandingkan dengan
yang HBsAg-negative.
Data Journal of Hepatology tahun 2012 memperkirakan lebih dari 200.000 karier HBV
(hepatitis B virus) kronik meninggal karena sirosis hati dan lebih dari 300.000 meninggal karena

1
HCC setiap tahunnya. Pria memiliki tingkat kematian lebih tinggi daripada wanita, baik untuk
kematian total (8,9% versus 4,1%) dan untuk kematian terkait HBV (4,8% versus 1,2%).
Dalam upaya pencegahan infeksi HBV adalah sangat penting untuk mencegah
bertambahnya insidensi dan angka kematian akibat komplikasinya. Diantara upaya pencegahan
yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan HBsAg sebelum transfusi darah, pelaksanaan imunisasi
yang diinisiasi oleh kemenkes baik berupa imunisasi aktif dengan vaksin hepatitis B maupun
imunisasi pasif pada kasus-kasus tertentu dengan menggunakan imunoglobulin hepatitis B (HBIg).
Vaksin hepatitis B telah ditemukan sejak tahun 1965 oleh Baruch Samuel Blumberg yaitu
seorang ilmuwan dari Amerika Serikat. Vaksin hepatitis B mulai masuk ke dalam program
imunisasi di Indonesia secara bertahap pada tahun 1991, dan akhirnya pada bulan April tahun 1997
imunisasi hepatitis B telah masuk dalam program nasional Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Ada dua jenis vaksin yang telah diperkenalkan yaitu vaksin dari hasil purifikasi antigen
virus hepatitis B (HBsAg) yang diambil dari plasma penderita carrier kronik, dan Produksi HBsAg
menggunakan teknik DNA rekombinan. Di Indonesia sudah tersedia beberapa jenis vaksin
rekombinan seperti Engerix B, Euvax B, Hepavax-Gene, Vaqta, dan lain-lain. Engerix B adalah
vaksin yang telah terbukti aman, memiliki kualitas yang baik, dan mudah didapat.
Secara global, 84% bayi baru lahir pada tahun 2015 mendapatkan 3 dosis rekomendasi
vaksin Hepatitis B. Waktu pemberian vaksin yang direkomendasikan yaitu segera saat bayi lahir,
memasuki bulan pertama, dan bulan ke-6 dapat dilihat pada gambar 1.
Vaksinasi hepatitis B 95% efektif dapat mencegah kejadian hepatitis B yang mana
menurunkan angka mortalitas karena komplikasinya. Dari hasil laporan penelitian pada tahun
1995, program imunisasi di Lombok terbukti menurunkan prevalensi HBsAg dari 6,2% menjadi
1,4% pada kelompok balita. Pada tahun 2014 juga telah dilaporkan bahwa prevalensi HBsAg pada
kelompok preschool adalah 0% di Surabaya dan Sulawesi Utara, selain itu peran imunisasi dalam
menurunkan insidensi infeksi hepatitis B juga telah terbukti di berbagai negara lain seperti Jepang
dan China. Pada kasus HCC, lembaga medis terkait menganjurkan dilakukannya skrining dan
survei sistematis (deteksi dini) pada populasi yang berisiko tinggi menjadi HCC. Yang menjadi
perhatian pada risiko HCC adalah sirosis hati, Hepatitis B kronis, Hepatitis C, Konsumsi alkohol
berlebih, Non-alcoholic fatty liver disease, riwayat keluarga dengan HCC, Obesitas, Diabetes
mellitus tipe 2, dan Merokok.

2
Gambar 1. Jadwal Imunisasi

Program imunisasi hepatitis B secara nasional terstruktur dari pusat sampai daerah provinsi
seluruh Indonesia perlu digalakkan kembali, dengan prioritas target populasi adalah bayi dan
balita, anak remaja, serta dewasa yang berisiko tinggi tertular hepatitis B. Data rutin imunisasi
hepatitis B memperlihatkan cakupan yang tinggi selama 9 tahun terakhir (2007-2015) yaitu selalu
diatas 90%.

3
REFERENSI
1. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.2013.
Riskesdas 2013.
2. Centers for Disease Control and Prevention. A comprehensive immunization strategy to
eliminate transmission of hepatitis B virus infection in the United States: recommendations
of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP); Part 1: Immunization of
Infants, Children, and Adolescents. MMWR 2005;54(No. RR-16)
3. Centers for Disease Control and Prevention. Recommended Immunization Schedule for
Children and Adolescents Aged 18 Years or Younger, UNITED STATES, 2017
4. Centers for Disease Control and Prevention.2016. Hepatitis B Vaccine
5. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI. 2016. Info Datin: Situasi
Imunisasi di Indonesia tahun 2007-2015. ISSN 2442-7659.
6. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI. 2014. Info Datin : Situasi
dan Analisis Hepatitis.
7. EMI Guidelines. 2016. Appendix 21 Hepatitis B virus: epidemiology and transmission
risks.
8. El-Serag, H. B. (2012). Epidemiology of Viral Hepatitis and Hepatocellular Carcinoma.
Gastroenterology, 142(6), 12641273.e1. http://doi.org/10.1053/j.gastro.2011.12.061
9. J. Stephenne. 1988. Recombinant versus plasma-derived hepatitis B vaccines: issues of
safety, immunogenicity and cost-effectiveness. Vaccine, Vol. 6
10. Saltolu, N., Inal, A. S., Tasova, Y., & Kandemir, O. (2003). Comparison of the accelerated
and classic vaccination schedules against Hepatitis B: three-week Hepatitis B vaccination
schedule provides immediate and protective immunity. Annals of Clinical Microbiology
and Antimicrobials, 2, 10. http://doi.org/10.1186/1476-0711-2-10
11. The National Academy of Sciences.2000.The Hepatitis B Story
12. Wang, T. (2009). Model of Life Expectancy of Chronic Hepatitis B Carriers in an Endemic
Region. Journal of Epidemiology, 19(6), 311318. http://doi.org/10.2188/jea.JE20090039

Anda mungkin juga menyukai