PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan ideal untuk bayi dan menjamin status
gizi yang baik bagi bayi (WHO, 2016b; Kemenkes, 2014). Air Susu Ibu (ASI)
aman, bersih, dan mengandung antibodi yang membantu melindungi anak dari
berbagai penyakit. Anak yang diberi ASI memiliki kecerdasan yang lebih baik,
jarang kelebihan berat badan atau obesitas, dan menurunkan risiko terhadap
Diabetes Melitus (DM) dikemudian hari. Risiko kanker payudara dan ovarium
nyawa anak-anak berusia di bawah 5 tahun dan 20.000 nyawa perempuan setiap
Menyusui akan meningkatkan hubungan atau ikatan batin antara ibu dan
anak (Sekartini dan Tikoalu, 2013). Proses penyatuan kejiwaan antara ibu dan
anak terjadi secara alami dan sehat saat menyusui, saat itu proses resonansi
limbik terjadi. Menyusui yang dilakukan dengan penuh cinta dan keikhlasan akan
terekam dalam sistem saraf bayi dan akan menanamkan rasa cinta dalam diri bayi.
Proses menyusui yang didasari oleh kesadaran jiwa, keselarasan hati, dan cinta
makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan
ASI tanpa makanan atau minuman lain selama 6 bulan pertama kehidupan dan
tetap harus mendapatkan ASI serta makan-makanan yang cukup aman dan bergizi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga tahun 2013
memiliki 10 indikator, yaitu: persalinan oleh tenaga kesehatan, memberi Air Susu
Ibu (ASI) eksklusif, menimbang bawah lima tahun (balita) setiap bulan,
menggunakan air bersih, cuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan
jamban sehat, memberantas jentik sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap
hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga yang memiliki balita
terdiri 10 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah 10 dan rumah tangga yang
tidak memiliki balita terdiri dari 7 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah 7.
proporsi nasional rumah tangga yang memiliki PHBS baik adalah 32,3%,
makan buah dan sayur setiap hari (10,7%) (Kemenkes, 2013). Bayi usia 0-6 bulan
yang mendapatkan ASI eksklusif di dunia tahun 2007-2014 hanya 36% (WHO,
ASI eksklusif bayi usia 0-6 bulan di Indonesia adalah 53,3% dan Aceh sebesar
yang dikeluarkan Februari 2016 pencapaian ASI eksklusif bayi usia 0-6 bulan di
eksklusif pada bayi 0-6 bulan terendah (43%) di antara Puskesmas lain yang
Ibu 2,5 kali lebih mungkin untuk menyusui ketika mendapatkan dukungan
(Bustreo, 2016). Dukungan suami adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu
Pengisapan puting susu ibu oleh bayi, akan terjadi 2 refleks yang
menyebabkan ASI dapat keluar, yaitu refleks produksi ASI/refleks prolaktin dan
Carrey, 2016; Suratno, 2011). Peran suami diperlukan pada refleks oksitosin,
karena refleks ini sangat dipengaruhi oleh keadaan emosional atau perasaan ibu.
Emosi yang tidak stabil dapat menghambat dan mempengaruhi jumlah
Para suami mempunyai peran memberi dukungan dan ketenangan bagi ibu
menepis komentar negatif dari teman dan kerabat terhadap ibu, membantu
menenangkan bayi yang rewel, dan membawa makanan dan minum saat ibu
menyusui. Tugas terpenting yang harus dilakukan suami adalah mengingatkan ibu
bahwa menyusui adalah hal yang paling penting dilakukan ibu agar anak mereka
dapat memulai kehidupan dengan baik (Lllli, 2016). Limpahan kasih sayang
suami kepada ibu dan bayi menentukan kadar emosi kebahagiaan (Evelin dan
Djamaludin, 2010).
keberhasilan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Banda Sakti juga belum
pernah dilakukan.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan ideal untuk bayi. Angka keberhasilan
adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu. Ibu dapat mempunyai emosi yang
stabil ketika mendapat dukungan dari suami. Emosi ibu yang stabil dapat