Anda di halaman 1dari 5

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan ideal untuk bayi dan menjamin status

gizi yang baik bagi bayi (WHO, 2016b; Kemenkes, 2014). Air Susu Ibu (ASI)

aman, bersih, dan mengandung antibodi yang membantu melindungi anak dari

berbagai penyakit. Anak yang diberi ASI memiliki kecerdasan yang lebih baik,

jarang kelebihan berat badan atau obesitas, dan menurunkan risiko terhadap

Diabetes Melitus (DM) dikemudian hari. Risiko kanker payudara dan ovarium

juga menurun pada wanita yang menyusui. Analisis terbaru mengungkapkan

bahwa peningkatan pemberian ASI dapat menyelamatkan lebih dari 820.000

nyawa anak-anak berusia di bawah 5 tahun dan 20.000 nyawa perempuan setiap

tahun. Peningkatan angka menyusui secara signifikan akan mengurangi biaya

keluarga dan pemerintah dalam pengobatan penyakit anak seperti pneumonia,

diare, dan asma (WHO, 2016b).

Menyusui akan meningkatkan hubungan atau ikatan batin antara ibu dan

anak (Sekartini dan Tikoalu, 2013). Proses penyatuan kejiwaan antara ibu dan

anak terjadi secara alami dan sehat saat menyusui, saat itu proses resonansi

limbik terjadi. Menyusui yang dilakukan dengan penuh cinta dan keikhlasan akan

terekam dalam sistem saraf bayi dan akan menanamkan rasa cinta dalam diri bayi.

Proses menyusui yang didasari oleh kesadaran jiwa, keselarasan hati, dan cinta

kasih akan mempengaruhi ekspresi genetik yang ideal, sehingga menghasilkan

kesehatan fisik yang optimal (Gunawan, 2013).


Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan

makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan

(Kemenkes, 2015a). World Health Organization (WHO) dan United Nations

Children's Fund (UNICEF) merekomendasikan bahwa bayi harus mendapatkan

ASI tanpa makanan atau minuman lain selama 6 bulan pertama kehidupan dan

tetap harus mendapatkan ASI serta makan-makanan yang cukup aman dan bergizi

lainnya hingga berusia 2 tahun atau lebih (WHO, 2016b).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga tahun 2013

memiliki 10 indikator, yaitu: persalinan oleh tenaga kesehatan, memberi Air Susu

Ibu (ASI) eksklusif, menimbang bawah lima tahun (balita) setiap bulan,

menggunakan air bersih, cuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan

jamban sehat, memberantas jentik sekali seminggu, makan buah dan sayur setiap

hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga yang memiliki balita

terdiri 10 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah 10 dan rumah tangga yang

tidak memiliki balita terdiri dari 7 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah 7.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa

proporsi nasional rumah tangga yang memiliki PHBS baik adalah 32,3%,

sedangkan Provinsi Aceh berada di bawah proporsi nasional yaitu 19,6%

(Kemenkes, 2013). Hasil Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor Hk.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian

Kesehatan Tahun 2015-2019 salah satunya adalah meningkatkan persentase

PHBS menjadi 80% (Kemenkes, 2015b).


Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan proporsi memberi ASI eksklusif

(38%) merupakan indikator PHBS di rumah tangga nomor 2 terendah setelah

makan buah dan sayur setiap hari (10,7%) (Kemenkes, 2013). Bayi usia 0-6 bulan

yang mendapatkan ASI eksklusif di dunia tahun 2007-2014 hanya 36% (WHO,

2016a). Hasil Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 menunjukkan pencapaian

ASI eksklusif bayi usia 0-6 bulan di Indonesia adalah 53,3% dan Aceh sebesar

55,4% (Kemenkes, 2015a). Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Lhokseumawe

yang dikeluarkan Februari 2016 pencapaian ASI eksklusif bayi usia 0-6 bulan di

Kota Lhokseumawe adalah 58%. Wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) Banda Sakti merupakan wilayah dengan persentase pemberian ASI

eksklusif pada bayi 0-6 bulan terendah (43%) di antara Puskesmas lain yang

berada di Kota Lhokseumawe (Puskesmas Mon Geudong, Muara Dua, Muara

Satu, Blang Mangat, dan Blang Cut) (Dinkes, 2016).

Ibu 2,5 kali lebih mungkin untuk menyusui ketika mendapatkan dukungan

(Bustreo, 2016). Dukungan suami adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu

dan dapat membantu keberhasilan menyusui (Adiguna dan Dewi, 2016).

Dukungan suami memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberian ASI

eksklusif (Pratama, 2013).

Pengisapan puting susu ibu oleh bayi, akan terjadi 2 refleks yang

menyebabkan ASI dapat keluar, yaitu refleks produksi ASI/refleks prolaktin dan

refleks pengaliran (ejeksi) ASI/let down reflex/refleks oksitosin (William dan

Carrey, 2016; Suratno, 2011). Peran suami diperlukan pada refleks oksitosin,

karena refleks ini sangat dipengaruhi oleh keadaan emosional atau perasaan ibu.
Emosi yang tidak stabil dapat menghambat dan mempengaruhi jumlah

pengeluaran ASI (Suratno, 2011).

Para suami mempunyai peran memberi dukungan dan ketenangan bagi ibu

yang sedang menyusui. Peran suami/ayah bayi dalam menyusui (breastfeeding

father) menentukan keberhasilan ASI eksklusif karena dapat memperlancar

pengeluaran ASI. Breastfeeding father merupakan peran dan keterlibatan aktif

suami/ayah bayi memberi dukungan moral dan emosional dalam pemberian

ASI(Evelin dan Djamaludin, 2010). Suami dapat mencegah kekecewaan ibu,

menepis komentar negatif dari teman dan kerabat terhadap ibu, membantu

menenangkan bayi yang rewel, dan membawa makanan dan minum saat ibu

menyusui. Tugas terpenting yang harus dilakukan suami adalah mengingatkan ibu

bahwa menyusui adalah hal yang paling penting dilakukan ibu agar anak mereka

dapat memulai kehidupan dengan baik (Lllli, 2016). Limpahan kasih sayang

suami kepada ibu dan bayi menentukan kadar emosi kebahagiaan (Evelin dan

Djamaludin, 2010).

Rendahnya angka pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Banda Sakti membuat peneliti ingin mengaitkan/ meninjaunya dari faktor

dukungan suami. Penelitian mengenai hubungan dukungan suami dengan

keberhasilan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Banda Sakti juga belum

pernah dilakukan.

1.2. Rumusan Masalah

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan ideal untuk bayi. Angka keberhasilan

pemberian ASI eksklusif di dunia, Indonesia, Aceh, bahkan Kota Lhokseumawe


masih rendah. Persentase pemberian ASI eksklusif yang paling rendah di Kota

Lhokseumawe terdapat di wilayah kerja Puskesmas Banda Sakti. Dukungan suami

adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu. Ibu dapat mempunyai emosi yang

stabil ketika mendapat dukungan dari suami. Emosi ibu yang stabil dapat

memperlancar pengeluaran ASI.

Anda mungkin juga menyukai