Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Protoplas dinyatakan bahwa suatu sel dikatakan mati apabila di dalam
lumen sel itu tidak terkandung lagi protoplas. Di dalam protoplas terkandung
protoplasma yaitu zat-zat kehidupan. Dengan demikian maka benda-benda
dalam sel yang nonprotoplasmik berarti benda-benda yang tanpa zat-zat
kehidupan, yang artinya pula benda mati. Benda-benda mati yang terdapat
dalam sel-sel tumbuhan disebut benda ergas (Ergastic Substances). Dalam
buku-buku lain benda ergas tersebut dinamakan Inclusion of the protoplas
dan pada buku lainnya sering disebut Non-protoplasmic components atau
Non protoplasmic materials.
Di dalam sel tumbuh-tumbuhan terdapat banyak benda-benda yang
nonprotoplasmik, yang biasanya berada dalam vakuola, dalam plasma sel dan
kerap kali pula dalam plastid. Benda yang nonprotoplasmik ini terdiri dari
substansi (bahan) organik atau anorganik, dapat bersifat cair ataupun padat.
Menurut para ahli botani, benda-benda yang nonprotoplasmik itu umumnya
merupakan makanan cadangan dan sering diketemukan dalam jumlah besar
pada tempat-tempat penimbunan cadangan makanan cadangan, seperti
misalnya pada akar, umbi, buah, biji dan lain-lain.
Di atas disebutkan bahwa benda-benda yang nonprotoplasmik biasanya
terdapat dalam vakuola, yaitu rongga-rongga dalam sitoplasma yang
berbatasan dengan tonoplasma. Vakuola ini mempunyai kegunaan bagi
pengaturan tegangan turgor, bagi kepentingan kegiatan metabolisme, dan
sebagai tempat penimbunan bahan-bahan yang tidak digunakan lagi, yang
merupakan hasil akhir dari metabolisme. Di antara benda-benda ergas
tersebut ada yang telah diketahui fungsinya, ada pula yang belum diketahui.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan benda-benda dalam sel yang
nonprotoplasmik?

1
2. Apa saja sifat benda non-protoplasmik (ergas)?
3. Apa saja benda atau komponen dalam sel yang non-protoplasmik (benda
ergastik) yang bersifat cair?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian benda-benda dalam sel yang
nonprotoplasmik.
2. Untuk mengetahui sifat benda non-protoplasmik.
3. Untuk mengetahui benda atau komponen dalam sel yang non-
protoplasmik (benda ergastik) yang bersifat cair

D. Manfaat
Untuk mengetahui benda - benda mati dalam sel (Ergastic Substances)
atau nonprotoplasmik yang bersifat cair.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Benda Non Protoplasmik (Ergas)


Protoplas dinyatakan, bahwa suatu sel dikatakan mati apabila di dalam
lumen sel itu tidak terkandung lagi protoplas. Di dalam protoplas terkandung
protoplasma yaitu zat-zat kehidupan. Dengan demikian maka benda-benda
dalam sel yang nonprotoplasmik berarti benda-benda yang tanpa zat-zat
kehidupan, yang artinya pula benda mati. Benda-benda mati yang terdapat
dalam sel-sel tumbuhan disebut benda ergas (Ergastic Substances).
B. Sifat Benda Non Protolasmik (Ergas)

2
Komponen non protoplasmik, berdasarkan sifatnya dapat dibedakan
menjadi cair dan padat. Komponen non protoplasmik (benda ergastik) yang
bersifat cair itu terdapat di dalam vakuola dan komponen non protoplasmik
(benda ergastik) yang lazimnya berbentuk butiran padat Kristal Ca-oksalat,
Kristal an-organik, butir amilum dan aleuron.
1. Benda Ergas yang Bersifat Cair
Penjelasan yang bersifat cair akan meliputi: a. cairan sel, b. minyak
dan lemak, c. minyak yang mudah menguap dalm sel tumbuh-tumbuhan,
yang dikenal dengan nama minyak eteris dan dammar (harsa).
2. Benda Ergas yang Bersifat Padat
Benda-benda nonprotoplasmik (mati) dalam sel yang bersifat padat
tentunya berwujud lebih nyata daripada yang bersifat cair, karena yang
bersifat padat lazimnya berbentuk butiran atau Kristal. Butiran atau
Kristal ini terbentuk sebagai hasil akhir metabolism (pertukaran zat)
dalam tumbuh-tumbuhan. Ada pula yang terbentuk karena terjadinya
pengendapan zat-zat cair makanan cadangan, sehingaa berwujud butiran.
C. Komponen Dalam Benda Non Protolasmik (Ergas)
1. Cairan sel
Cairan cell atau Cell sap adalah cairan yang terdapat dalam
rongga-rongga vakuola. Cairan sel tersebut merupakan larutan dari
bermacam-macam zat yang larut dalam air, baik yang berupa
persenyawaan organik maupun persenyawaan anorganik. Susunan cairan
sel tidak tetap, selalu berubah-ubah karena di dalam sel terus-menerus
berlangsung reaksi-reaksi metabolisme. Persenyawaan-persenyawaan
yang biasa terdapat dalam cairan sel diantaranya:
a. Air
Bagian paling besar dari cairan sel adalah air. Air dalam vakuola
tersebut biasanya disebut air sel. Dalam air sel tersebut terlarut
berbagai bahan, baik organik maupun anorganik.
b. Asam-asam Organik
Asam-asam organik dalam vakuola menyebabkan PH cairan sel
rendah, misalnya pada buah-buah yang masih mentah berasa asam.

3
Susunan cairan sel tidak selalu konstan, tetapi selalu berubah-ubah,
karena itu PH cairan sel berubah-ubah pula.
c. Karbohidrat
Dalam cairan sel bahan ini terkandung guna memenuhi
kebutuhan tumbuh-tumbuhan. Beberapa macam macam di antaranya
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Disakarida, yang cepat larut dalam air, seperti misalnya gula
tebu (sakarosa), gula bit (maltosa).
2) Monosarida, yang melarut dalam air, seperti misalnya gula
anggur (glukosa), gula buah-buahan (fruktosa).
3) Sejenis karbohidrat lainnya adalah lendir, yang banyak
diketemukan pada tumbuh-tumbuhan golongan serofita
(xerophyta).
Pada jenis tumbuh-tumbuhan tertentu terdapat kadar gula yang
sangat tinggi seperti misalnya pada tebu (Saccharum officinarum)
makanan cadangannya ini mengandung sekitar 10% sampai 15%
sakrosa. Yang banyak menghasilkan maltosa misalnya tumbuh-
tumbuhan Beta saccharifera.
d. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa basa organik yang mengandung
nitrogen. Alkaloid biasanya terdapat pada jenis-jenis tumbuh-
tumbuhan tertentu. Manfaat dari alkaloid ini diantaranya dapat
dipergunakan sebagai bahan obat-obatan. Bagi tumbuh-tumbuhan
yang mengandung bahan itu sendiri fungsi dari bahan tersebut belum
diketahui. Adapun tentang tempat pembentukan dan penimbunan
bahan tersebut dalam tumbuh-tumbuhan dapat dikatakan tergantung
pada jenis-jenis tumbuhannya, tetapi diantaranya ada yang
menimbunnya pada daun-daunan, ada yang pada akar-akar, pada
kulit batangnya atau adapula pada buah-buahnya. Macam-macam
alkaloid yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan tertentu dapat
dikemukakan sebagai berikut;

4
1) Pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum) terdapat nikotin.
2) Pada pepaver (Pepaver somniferum) terdapat morfin.
3) Pada Atropa belladonna dan Datura sp terdapat atropin.
4) Pada kopi (Coffea sp) terdapat kafein.
5) Pada teh (Thea sinensis) terdapat tein.
e. Tanin (Zat penyamak)
Pada tumbuh-tumbuhan tertentu terdapat tanin, yaitu sejenis zat
cair yang merupakan campuran dari beberapa macam zat. Zat
tersebut terutama misalnya asam gallus dan glukosit. Fungsi tanin
yang utama mencegah terjadinya pembusukan pada jaringan,
disamping berguna bagi pelindung protoplas dari gangguan luar
misalnya gangguan binatang. Tanin biasanya terdapat:
1) Pada batang tumbuh-tumbuhan bagian dalam dengan
memberikan warna yang agak gelap, terutama pada batang-
batang yang tua, juga ada yang terdapat dalam daun, kulit batang
dan akar.
2) Dalam sel-sel tersendiri atau dalam suatu alat khusus yang
dalam hal ini disebut tannin sac atau kantung zat penyamak. Sel-
sel yang mengandung tannin sering melakukan hubungan antara
satu dengan yang lainnya yang merupakan suatu sistem,
tempatnya dalam sel-sel tersendiri ini yaitu dalam protoplasma
atau dapat juga melekat pada dinding sel.
3) Dalam protoplasma lazimnya terdapat dalam vakuola, bagaikan
tetesan-tetesan kecil, vakuola ini lazimnya disebut vakuola
tannin.
f. Antosian
Antosian (Anthocyan) adalah suatu glukosida, dapat
memberikan warna, yang dapat larut dalam air sel dari vakuola.
Dengan demikian maka dalam vakuola itu terdapat pula zat-zat
warna yang terlarut dalam cairan selnya. Pengaruhnya dapat
memberikan bermacam-macam warna, seperti warna merah pada

5
bunga Canna, warna biru pada Clitoria ternatea (bunga telang),
warna ungu pada daun Coleus.
Apabila antosian ini mengalami kehilangan zat gula, maka yang
tertinggal adalah aglukon atau susunan yang tidak mengandung gula,
yaitu yang disebut aantosianidin. Jadi antosianidin ini bebas larut
dalam cairan sel tanpamelakukan senyawa dengan glukosa.
Beberapa ketentuan tentang antosianidin dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1) Susunannya seperti flavon /flavonol
2) Dalam lingkungan asam warna zat adalah merah.
3) Dalam lingkungan basa warna zatnya biru.
4) Dalam lingkungan netral warna zat adalah ungu.
Walaupun para ahli botani belum dapat memastikan mengenai
fungsi dari antosian, sementara ada yang mengemukakan bahwa
fungsinya adalah sebagai penangkap sinar dalam fotosintesis, dengan
alasan yang dikemukakan sebagai berikut:
1) Tumbuh-tumbuhan berbunga yang ditanam didataran rendah
atau tempat panas, antosian yang dihasilkannya ternyata hanya
sedikit.
2) Sebaliknya tumbuh-tumbuhan berbunga yang ditanam didataran
tinggi atau tempat dingin, ternyata antosian yang dihasilkannya
jauh lebih banyak daripada yang ditanam di dataran rendah.
Dalam sel epidermis dari tumbuh-tumbuhan tertentu sering
terjadi kerjasama antara antosian dalam sel tersebut dengan klorofil
yang terdapat didalam sel-sel dibawahnya, dan menyebabkan terjadi
warna merah darah.
f. Asparagin dan glutamin
Pada tumbuh-tumbuhan tertentu selain terdapat protein, terdapat
pula senyawa-senyawa N lainnya, antara lain asparagin dan
glutamine, yang termasuk golongan amide. Pembentukan zat-zat ini
(misalnya pada kecambah-kecambah yang tumbuh dalam gelap)

6
kemungkinannya untuk membantu berlangsungnya respirasi. Hal ini
mengingat bahwa dengan berlangsungnya pemecahan protein
cadangan dapat menghasilkan banyak NH3, yang sesungguhnya
merupakan racun bagi tumbuh-tumbuhan. Rupa-rupanya demi
pertumbuhan tumbuh-tumbuhan (kecambah diatas) sebagian dari
NH3, mengalami perubahan yang hasilnya adalah asparagin dan
glutamin tadi.
2. Minyak dan Lemak
Zat-zat minyak dan lemak terutama banyak terdapat pada biji
tumbuh-tumbuhan golongan Spermatophyta dengan kadar minyaknya
tidak terlalu tinggi. Seperti diketahui zat-zat minyak dan lemak
merupakan makanan cadangan yang nilai klorinnya demikian besar jika
dibandingkan dengan karbohidrat dan protein.
Pada beberapa jenis tumbuh-tumbuhan tertentu, seperti pada kelapa
(Cocos nucifera) pada buahnya, ada kacang tanah (Arachis hayepogaea),
dan tumbuh-tumbuhan sejenis lainnya, ternyata kadar minyak ini cukup
tinggi. Sedang dalam sel-sel yang banyak mengandung air, zat-zat ini
berwujud sebagai tetes-tetes minyak dalam vakuolanya, sehingga disebut
vakuola minyak atau vakuola lemak.
Lemak dan minyak dalam tumbuh-tumbuhan merupakan senyawa
antara gliserin dengan asam-asam organik (asam lemak), yang
selanjutnya dikenal sebagai suatu ester. Biasanya berupa cairan yang
disebut minyak yang ternyata lebih ringan dari air dengan berat jenis
sekitar 0,875 sampai 0,970. Minyak tidak larut dalam air. Asam-asam
lemak yang bersenyawa dengan gliserin adalah asam palmitat, asam
stearat, asam laurat, asam oleat, dan asam noleat.
3. Minyak eteris dan dammar
Dalam sel-sel tumbuh-tumbuhan terdapat pula sejenis minyak yang
mudah menguap, seperti halnya minyak eteris (aetheris). Akibat dan
pengaruh dari terjadinya penguapan tersebut segera dapat kita rasakan,
seperti misalnya:

7
a. Rasa pedas pada lombok (Capsicum annuum), pada jahe (Zingiber
officinalle).
b. Rasa nyereng pada kulit buah jeruk (Citrus).
c. Tercium harum pada bunga melati, kenanga.
d. Tercium bau merangsang pada pinus.
Kesemuanya dikarenakan terjadinya penguapan minyak yang
terkandung dalam sel tumbuh-tumbuhan. Minyak yang mudah menguap
(eteris) termasuk dalam suatu rangkaian isoprene seperti misalnya
minyak sereh, minyak kayu putih, minyak pokok, minyak mawar dan
lain-lain.
Dalam sel tumbuh-tumbuhan minyak eteris, berupa tetes-tetes
minyak yang membiaskan cahaya. Biasanya sel-selnya telah mati, dan
dinding selnya ber-zat suberin (zat gabus). Hars atau damar dapat
dikatakan memiliki susunan yang tidak berbeda dengan minyak eteris,
akan tetapi lebih kompleks. Tentang fungsi hars dan minyak eteris,
sementara ada yang menduga bahwa kemungkinannya sama dengan zat
penyamak, yaitu sebagai pencegah terjadinya pembusukan, namun fungsi
yang sebenarnya belum diketahui dengan pasti.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Benda-benda didalam sel yang non-protoplasmik adalah benda-benda
mati yang terdapat didalam sel-sel tumbuhan, yang biasanya disebut
benda ergas (ergastic substances).
2. Sifat dari benda ergas ialah bersifat cair dan padat.
3. Benda dalam sel yang non-protoplasmik yang bersifat cair meliputi:
cairan sel (cell sap) yaitu cairan yang terdapat dalam rongga vakuola.
Senyawa-senyawa yang terdapat dalam cairan sel diantaranya air, asam-

8
asam organik, karbohidrat, alkaloid, tanin (zat penyamak), antosian,
asparagin dan glutamin. Minyak dan lemak serta minyak eteris dan
dammar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Fauziyah. 2012. Fisiologi Tumbuhan (Suatu Pengantar). Universitas Medan:


Medan.

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Kanisius: Yogyakarta.


Sutrian, Yayan. 2011. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (Tentang Sel dan
Jaringan). Rineka Cipta: Jakarta.
Hery PurnobasukI. 2011. Inklusi Sel. http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-
Indonesia/InklusiSel_HeryPurnobasuki _242.pdf.

Anda mungkin juga menyukai