TAHUN 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai demam berdarah.
Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai
pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi
diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti; bintik merah pada kulit, mimisan, bahkan pada
keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,d engan genusnya adalah flavivirus. Virus ini
mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara
klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue.
Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit
DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda.
Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang
menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi
antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah
berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya.
Keistimewaan lain dari nyamuk ini yaitu nyamuk betinanya cenderung menggigit manusia pada pagi
hari antara jam 09.00 10.00 dan sore hari antara jam 16.00 17.00, sehingga resiko mengalami
gigitan lebih banyak pada anak-anak. Karena pada saat itu anak-anak yang paling banyak tidur.
(Warta Posyandu, 1998/1999)
Kondisi penyakit DHF di Indonesia yang sering menimbulkan wabah dengan angka kesakitan yang
masih cukup tinggi, sangat membutuhkan penanganan yang serius. Pengetahuan dari individu,
keluarga dan masyarakat tentang penyakit DHF dan cara penanggulangannya sangat penting untuk
menurunkan angka kesakitan yang terjadi di masyarakat.
Oleh karena itu upaya penanggulangan penyakit ini tidak hanya bergantung pada sektor kesehatan
semata tetapi kerjasama lintas program, lintas sektoral dan peran serta masyarakat sangat penting
dilakukan secara terpadu (Nasrul, 2002). Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko terjangkitnya
penyakit DHF. Menurut data dari departemen kesehatan, penyakit ini bahkan telah endemis di 650
kecamatan dan 116 kota kabupaten. (Depkes RI, 1997).
Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus golongan albovirus yang
ditularkan dengan perantara nyamuk aedes aegypti dan sering menimbulkan wabah penyakit di
masyarakat. Vaksin dan obat untuk mencegah penyakit DHF sampai saat ini belum ditemukan, oleh
karena itu untuk menanggulangi masalah penyakit DHF diperlukan kerja sama dengan masyarakat.
(Depkes RI, 1997).
Menurut Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi lingkungan yang mempengaruhi dan
berakibat terhadap perkembangan perilaku seseorang. Dengan pemahaman tentang lingkungan
yang baik akan membantu masyarakat dalam mengurangi resiko akibat dari lingkungan sekitarnya.
(Nursalam, 2002).
Pengetahuan tentang kesehatan terutama dalam hal ini pemahaman dari individu, keluarga dan
masyarakat tentang penularan dan penanggulangan, terutama di daerah bengkulu khususnya di
rumah sakit Bayangkara dalam dua minggu terakhir kasus dengan DHF (Dengue Haemorraghic
Fever), banyak terjadi dan karna itulah saya mengambil seminar kasus tentang DHF (Dengue
heamorajic fiver) .
B. Rumusan masalah
Berdasarkan pernyataan pada latar belakang di atas DHF terjadi hampir disemua daerah di
indonesia. Apapun perumusan masalahnya adalah bagaimana asuhan keperawatan DHF pada Tn. D
di Ruang IGD Rumah sakit bayangkara kota Bengkulu.
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi dan gambaran pelaksanan asuhan keperawatan pasin dengan kasus
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) di Ruang IGD Rumah sakit bayangkara kota Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
2. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kasus DHF (Dengue Haemorraghic Fever).
3. Mampu menuntukan diagnosa keperawatan pada klien dengan kasus DHF (Dengue
Haemorraghic Fever).
4. Mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan kasus DHF (Dengue Haemorraghic
Fever).
5. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan kasus DHF (Dengue
Haemorraghic Fever).
6. Mampu melakukan evaluasi proses keperawatan pada paien dengan kasus DHF (Dengue
Haemorraghic Fever).
7. Mampu menganalisa kesenjangan maupun kesamaan antara teori dengan aplikasi asuhan
keperawatan pada pasien dengan kasus DHF (Dengue Haemorraghic Fever).
Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus DHF
(Dengue Haemorraghic Fever).
D. Manfaat penulisan
Hasil studi kasus ini dapat memberikan masukan bagi para tenaga kesehatan khususnya perawat
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan DHF (Dengue
Haemorraghic Fever).
Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi lingkungan akademik khususnya prodi DIII
Keperawatan tentangan asuhan keperawatan pada kasus DHF (Dengue Haemorraghic Fever)
3. Peneliti selanjutnya
Informasi didapat dari penulusan ini berguna sebagai bahan literatur atau referensi dalam
melakukan studi kasus selanjutnya.
E. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan seminar kasus ini adalah metode diskriftif dengan
pendekatan studi kasus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus
yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegepty betina (Seoparman , 1990).
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan
beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar
secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996). DHF (Dengue Haemoragic Fever)
berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986):
1) Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet, trombositopenia dan
hemokonsentrasi.
2) Derajat II
Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3) Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi),
gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).
4) Dejara IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
2. Anatomi Fisiologi
Struktur nyamuk terdiri atas ; kepala, toraks yang setiap segmenya dilengkapi dengan sepasang kaki
yang beruas-ruas dan abdomen. Daerah kepala terdiri atas mata, antena berbentuk poliform yang
terdiri atas 15 segmen. Antena nyamuk betina disebut pilose dengan bulu-bulu yang lebih sedikit
sedangkan yang jantan memiliki banyak bulu disebut plumose. Seperti halnya dengan serangga lain
nyamuk memiliki sepasang mata majemuk oseli (mata tunggal). Di bagian dorsal toraks terdapat
bentuk bercak yang keras berupa dua garis sejajar pada bagian tengah dan dua garis lengkung di
bagian tepi. Vena sayap meliputi seluruh bagian sayap sampai ke ujung berukuran 2,5 3,0 mm. Di
bagian abdomen nyamuk betina berukuran kecil terdapat dua caudal cerci yang berukuran kecil,
sedangkan pada nyamuk jantan terdapat organ seksual yang disebut hypopygium.
Nyamuk ini bersifat antropofilik ( senang sekali pada manusia), biasanya nyamuk betina menggit di
dalam rumah, kadang-kadang di luar rumah di tempat yang agak gelap. Pada malam hari nyamuk
beristirahat dalam rumah pada benda-benda yang digantung seperti pakaian, kelambu, pada dinding
dan tempat yang dekat dengan tempat peridukannya. Nyamuk A.aegypti memilliki kebiasaan
menggigit berulang-ulang (multiple biters) yakni menggit beberapa orang secara bergantian dalam
waktu singkat. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap peranannya sebagai vektor penyebab
penyakit DBD ke beberapa orang dalam sekali waktu. Nyamuk jantan juga tertarik terhadap manusia
pada saat melakukan perkawinan, tetapi tidak menggigit.
3. Etiologi
Vektor utama :
a. Aedes aegypti.
b. Aedes albopictus.
b. Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters) yaitu
menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat, (Noer, 1999).
4. Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstra seluler. Hal pertama
yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremiayang mengakibatkan
penderita demam, sakit kepala, mual, nyeri sendi, dan otot-otot, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
ruam atau bintik-bintik merah pada kulit ( petekie ), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati ( hepatomegali ) dan
pembesarab limpa ( splenomegali ).
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunujukan kebocoran plasma
telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk
mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan. Gangguan hematosis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu :
perubahan vaskuler, trombositopenia, dan gangguan koagulasi.
Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir diseluruh alat tubuh, seperti
dikulit, paru, saluran pencernaan, dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau para sentral
lobilus hati.
Woc
Gigitan nyamuk
Virus dengue
2. muntah
Hepatomegali
Pendarahan
Viremia
Syok
Termoregulasi instabil
Kematian
MK: Hipertermie
5. Manifestasi klinik
d. Suara serak
e. Batuk
f. Epistaksis
g. Disuria
i. Muntah
j. Ptekie
k. Ekimosis
l. Perdarahan gusi
m. Muntah darah
n. Hematuria massif
o. Melena
Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :
Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C disertai ruam dan
infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.
b. Demam tyfoid
Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia,
limfositosis relatif.
c. Anemia aplastik
Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena
infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.
Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi
hemokonsentrasi.
6. Komplikasi
a. Perdarahan luas.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
6. Klasifikasi
a. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi.
b. Derajat II :
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti
peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
c. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system sirkulasi
berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita
gelisah.
d. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan yang
berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :
a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai
gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.
b. Manifestasi perdarahan:
4. Hematemesis, melena.
Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang
terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
Laboratorium
Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dan
meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nilai hematokrit pada masa
konvalesen.
Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi
tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat.
Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat
peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnyam limfosit pada saat
peningkatan suhu pertama kali.
8. Penatalaksanaan Medis
c. Minum banyak (2 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita
sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
d. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling
sering digunakan.
e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam.
b. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital,
hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
Pencegahan
b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat
rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Nama, umur, alamat, tanggal, masuk, tanggal pengkajaan, diagnosa medis, dll
b. Penanggung jawab
c. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada
waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
p. Imunisasi
Biasanya anak mendapatkan imunisasi dasar lengkap
Usia 1 bulan : BCG
Usia 2-3 bulan : Hep. B I, II, III, Polio I, II dan DPT I, II
Usia 4 bulan : DPT III dan Polio III
Usia 9 bulan : Polio IV dan Campak
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit
DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
1. Pre Natal
Biasanya ibu yang sedang hamil akan melakukan pemeriksaan kehamilan rutin kebidan kurang
lebih 6x dan mendapatkan imunisasi TT 2x. Dan biasanya ibu mandapatkan tablet penambah darah
dari bidan.
2. Natal
Biasaya di fase ini siapa penolong, berapa berat, berapa panjng bayi, lanung menanggis tidak.
3. Post Natal
Biasanya di fase ini fase setela dilahirkan apakah anak dirawat ibunya atau tdak dan diberi asi
tidak.
1. Pertumbuhan
Biasanya anak lahir normal atau tidak dan bagimana kondisa anak saat di kaji
2. Perkembangan
Biasanya di fase ini lebih difokuskan ke kapn anak bsa merangkak, berdiri, berjalan, belajar berjalan
dll.
1. Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi
sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
2. Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS
3. Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III
dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan
jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
4. Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa,
pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan,
dapat hematemesis, melena.
5. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing,
kencing berwarna merah.
6. Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet,
terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
2. Diagnosa keeperawatan
c. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
d. Resiko kekuranagan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
3. Intervensi keperawatan
Tabel 1.1
5. Pemberian
cairan sangat penting
bagi pasien dengan
suhu tubuh yang
tinggi. Obat
khususnyauntuk
j. Kolaborasi menurunkan suhu
pemberian cairan tubuh pasien.
intravena dan
pemberian obat sesuai
program.
4. Cairan intravena
diperlukan untuk
mengatasi kehilangan
cairan tubuh secara
hebat.
5. Kolaborasi:
pemeriksaan : HB, PCV,
trombosit
6. Menurunkan
f. Hindari makanan distensi dan iritasi
yang merangsang dan gaster.
mengandung gas.
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama : An. C
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
2. Penanggung jawab
3. Keluhan utama
Kurang lebih 3 hari yang lalu anak panas tinggi, mendadak, timbul bintik - bintik dikulit seperti digigit
nyamuk, anak rewel, menanggis, muntah 2 kali dengan konsistensi cair seperti apa yang dimakan
dan diminum, batuk, tidak pilek dan oleh keluarga untuk dibawa berobat ke Rumah Sakit Bayangkara
jitra kota Bengkulu, untuk perawatan lebih lanjut.
1) Ibu mengatakan anaknya baru pertama kali ini dirawat dirumah sakit, sebelumnya belum
pernah dirawat di RS.
2) Tindakan operasi
An.C belum pernah dilakukan tindakan operasi.
3) Kecelakaan
An.C tidak pernah mengalami kecelakaan.
4) Imunisasi
An. C sudah lengkap mendapatkan imunisasi dasar
Usia 1 bulan : BCG
Usia 2-3 bulan : Hep. B I, II, III, Polio I, II dan DPT I, II
Usia 4 bulan : DPT III dan Polio III
Usia 9 bulan : Polio IV dan Campak
1) Pre Natal
Selama kehamilan Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan rutin kebidan kurang lebih 6x dan
mendapatkan imunisasi TT 2x. ibu pertama kali periksa kehamilan pasa saat usia 4 bulan kehamilan.
Ibu juga menyatakan tidak pernah menderita sakit selama hamil, obat yang diminum selama hamil
yaitu tablet penambah darah dari bidan.
2) Natal
An. C lahir ditolong oleh dukun, lahir spontan, langsung menangis, lahir cukup bulan (9 bulan 4 hari).
BBL tidak ditimbang dan untuk panjang badan, LK, LLA, LD juga tidak diukur karena didukun tidak
ada alatnya.
3) Post Natal
An. C diasuh sendiri oleh kedua orang tuanya dan diberi ASI sejak lahir sampai usia 2 tahun. Sejak
usia 6 bulan An. C diberikan susu formula dan bubur tim dan diberi makan nasi biasa sampai
sekarang.
Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit seperti klien, ibu juga menyatakan
tidak ada tetangganya yang menderita penyakit yang sama dengan yang diderita An.C.
1) Pertumbuhan
Ibu menyatakan An. C lahir cukup bulan (9 bulan 4 hari), menurut ibu An. C tumbuh normal seperti
anak- anak yang lain. Ibu menyatakan BBL dan PB tidak diukur, BB Sekarang : 14,4 Kg, dengan TB :
102 cm.
2) Perkemnbangan
Menurut keterangan ibunya An. C saat usia 11 bln sudah bisa berjalan dengan dipegangi kedua
lengannya. Saat ini semenjak sakit An. C lebih banyak berada di tempat tidur karena badanya lemas
dan anak juga kurang gerak. Perkembangan bahasa An. C sudah mulai mengoceh sejak usia 6,5 bulan
dan sekang anak sudah bisa mengucapkan kata-kata dan menyusun kalimat serta menjawab
pertanyaan yang diberikan kepadanya.
4. Pemeriksaan fisik
N : 100 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 38,6o C
b. Sistem pernafasan
Nafas melalui hidung, tidak ada nafas cuping hidung, dan tidak menggunakan otot bantu
pernafasan, RR 20 x/menit (reguler).
Paru-paru
Ins : Simetris statis dinamis (SSD)
Pal : taktil fremitus teraba sama kuan pada paru kanan-kiri
Pe : sanor di semua lapang paru.
Aus: Vesikuler
c. Sistem kardiovaskuler
Tidak ada cyanosis, kapiler refill 3 detik, akral hangat.
Jantung :
Ins : ictus cordis tak tampak
Pal : ictus cordis teraba di IC ke V
Pe : pekak
Aus: S1 dan S2 murni, tidak ada suara tambahan (s3)
d. Sistem Pencernaan
Ibu mengatakan sebelum dirawat anaknya BAB 1-2 x/hari, konsisitensi padat, warna coklat, saat ini
an. C BAB 1-2 x/hari, konsistensi lembek, warna hitam.
Ins : Perut datar
Aus : Bising Usus 20 x/menit
Per : Timpani
Pal : Hepar dan Lien tidak teraba
e. Sitem perkemihan
Ibu menyatakan sebelum dirawat anak BAK tidak mengalami keluhan sakit, dan BAK 6-8 x/hari,
selama dirawat anak BAK 6-7 x/hari, warna kuning, bau khas. Anak tidak mengelug saat berkemih.
f. Sistem Muskuloskletal
Anak tidak mengalami kelemahan otot, naka kurang gerak hanya tiduran ditempat tidur, ADL
sepenuhnya dibantu oleh orang tua, kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah 5. pada tangan
kanan terpasang infuse Z-A N 15 tpm. Dengan tonus otot baik.
g. Sistem reproduksi
Anak berjenis kelamin laki-laki, tidak ada pembesaran pada scrotum, tidsak ada hipospadia.
h. Sistem Integumen
Kulit anak berwarna coklat, turgor kulit cukup, tekstur kenyal, anak terpasang infus di tangan
kanan dan terdapat bintik-bintik warna merah dibawah kulit. (ptecie).
5. Pemeriksa penunjang
Tabel 1.2
Data Penunjang
2 Hematokrit 40 53 % 35,3%
6 MCV 81 96 fL 83,8
7 MCH 27 36 pg 27,6
Tabel 1.3
Analisa data
TTV
S : 38,6 0 C Viromia
N : 100x/mnt
RR : 20x/menit
2 Ds : Kekurangan volume
cairan
Ibu mengatakan An. C , malas Gigitan nyamuk
minum.
Do :
Viemia
Mual muntah
Virus dengue
Do :
- Trombosit 195.000 m
Permebelitas kapiler
meningkat
Resiko pendarahan
B. Prioritas Masalah
1. Hipertermi.
C. Diagnosa keperawatan
3. Resiko kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan anoreksia.
Tabel 1.4
Intervensi
3. anjurkan
banyak minum air
putih kurang lebih 4. Memberikan
600-800 ml/hari. rasa nyaman
memperbesar
penguapan.
4. anjurkan
memakai pakaian 5. Menurunkan
yang tipis. panas
5. berikan
antibiotik/
antipiretik sesuai
program
5. Berikan cairan
tambahan infuse RL
N 15 tetes/menit.
h. Menunjukkan 3. Mengawasi
berat badan yang penurunan.
seimbang. c. Timbang BB
tiap hari (bila
memungkinkan )
d. Berikan
4. Makanan sedikit
makanan sedikit
namun sering dan dapat menurunkan
atau makan kelemahan dan
diantara waktu meningkatkan
masukan juga
makan
mencegah distensi
gaster.
f. Hindari
makanan yang 6. Menurunkan
merangsang dan distensi dan iritasi
mengandung gas. gaster.
5. Mencegah
terjadinya perdarahan
lebih lanjut.
E. Implemantasi keperawatan
Tabel 1.5
Implentasi
S : 38OC
RR : 20x/mnt
N : 100x/mnt
4. Anjurkan untuk
memakai pakaian yang 4. Klien menggunakan kaos
tipis. yang tipis.
5. Memberikan
antibiotic/antipiretik
(sanmol 1 sth, amoxsan 5. Obat masuk dan tidak
250 mg dan kalmetason terdapat tanda-tanda alergi.
16:25 ampul IV
16:00
2. TTV :
2. Memonitor TTV
- N : 100 X/ menit
- P : 20 x/menit
- S : 38oC
16:20 3. Memotivasi klien
untuk banyak minum air 3. Pasien minum air sedikit
putih kurang lebih 600-
800 ml/hari.
5. Memberiken cairan
tambahan infuse RL N
15 tetes/menit.
16:25 5. tpm infus RL N masuk
15 tpm
3. Menimbang BB tiap
hari (bila memungkinkan
) 2. Pasien makan porsi
dari makanan yang di
4. Memberikan sediakan.
makanan sedikit namun
sering dan atau makan
diantara waktu makan
5. Memberikaa dan
Bantu oral hygiene.
17:00 3. BB 14, 5 kg
6. Menghindari
makanan yang
merangsang dan
mengandung gas.
2. Memonitor
trombosit setiap hari.
3. Menganjurkan
pasien untuk banyak 2. Trombasit pasien tetap.
istirahat ( bedrest ).
4. Memberikan
penjelasan kepada klien
dan keluarga untuk
3. Pasien tidur malam 10
melaporkan jika ada
jam dan tidur siang 4 jam.
tanda perdarahan
seperti: BAB hitam, gusi
berdarah dll.
5. Mengantisipasi
adanya perdarahan :
gunakan sikat gigi yang
4. Keluarga dan pasien
lunak, pelihara
18:20 tidak ada menunjukan
kebersihan mulut,
pendarahan.
berikan tekanan 5-10
menit setiap selesai ambil
darah.
5. Pasien menggunakan
sikat gigi yang lembut.
18:25
F. Evaluasi keperawatan
Tabel 1.6
Evaluasi
O:
TTV :
Suhu : 37,7 oC,
Nadi : 88 x/menit,
RR : 22 x/menit.
KU : composmentis
A:
P:
Pasien dipindahkan
keruangan rawat inap
A:
Pasien dipindahkan
keruangan rawat inap.
P:
Pasien dipindahkan
keruang rawat inap.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Pasien dipindahkan
keruangan
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada An. C dengan kasus DHF ( Dengue haemoragic
fever ) di Ruang IGD Rumah sakit Bayangkara jitra kota Bengkulu pada tahun 2014 yang dimulai dari
tangal 10 Oktober Sampai 10 Oktober ditemukan beberapa persamaan/ kesenjangan antar teori
yang ada dengan data yang didapatkan.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Dalam mengumpulkan data ditemukan
beberapa kesenjangan dan persamaan. Pada pengkajian yang penulis lakukan selama studi kasus ini
tidak banyak perbedaan antara teori dan hasil pengkajian. Menurut Smeltzer (2002), pasien dengan
DHF akibat dari gigitan nyamuk Aedes Aegyti (Betina) dengan manifetasi klinis panas tinggi, timbul
bintik-bintik seperti gigitan nyamuk dan pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada An.C
ditemukan adanya panas tinggi, timbul bintik-bintik seperti gigitan nyamuk.
Pada pengkajian kebiasaan hidup sehari-hari dan kondisi lingkungan dan biasanya penyakit ini terjadi
lebih rentang pada anak-anak karna nyamuk Aedes menggigit pada pagi hari sesuai saat anak sedang
tidur.
B. Diagnosa keperawatan
Pada konsep dasar teori yang dikemukakan oleh doengoes (2000), akan muncul lima diagnosa
keperawatan yahitu:
3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
4. Resiko kekuranagan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Sedangkan diangnosa keperawatan yang muncul pada An. C pada pengkajian yang dilakaukan pada
tanggal 10 Oktober 2014 tersusun diagnosa keperawatan sebagai berikut:
Dari hasil pengkajian ditemukan data yang mendukung untuk menegakan diagnosa tersebut
Hipertermi yang dirasakan pada pasien. Hal ini dikarnakan adanya virus dengue yang masuk
menyebabkan viremia. diagnosa ini ditegakan sebagai diagnosa actual karna memiliki data yang
mendukung sesuai dengan teori yakni. Ibu klien mengatakan An.C badanya panas semakin tinggi
sudah tiga hari.Badan An.C teraba hangat,muka tampak memerah TTV: S : 38,6 0 C, N :
100x/mnt, RR : 20x/menit, Leokosit : 6.100 jt/mm
Gangguan keseimbangan cairan terjadi karna hipertermi yang dialami pasien menyebabkan
penguapan, dan akibat muntah yang dialami pasen. Mukosa bibir kering, Mata terlihat cekung,
Turgor kulit cukup. Sesuai dengan manifestasi klinis menutut Lewis (2006)
Resiko kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terjadi karana: Ibu
mengatakan An,C malas makan, karna takut muntah, Pasien tampak lesu, Pasien tampak lemah.
Resiko terjadi perdarahan terjadi karna pasien mengalamidengan manifestasi klinis: Ibu mengatakan
anaknya tidak mengalami gusi berdarah, Gusi pasien tamapak merah, Di bawah kulit ada bintik-
bintik mereh, Trombosit 195.000 m
C. Intervensi Keperawatan
Dalam tahap intervensi keperawatan harus lebih speseifik pada penderita DHF ( Dengue haemoragic
fever ) penulis susun sesuai dengan prioritas masalah keperawatan yang dirumuskan tetap mengacu
pada asuhan keperawatan teori dan sesuai dengan perencanaan pada kasus.
D. Implementasi keperawatan
Pada tahap implementasi keperawatan nyata terhadap pasien dalam rangka mencapai tujuan yang
diinginkan, pemenuhan kebutuhan klien harus disesuaikan dengan masing-masing diagnose
keperawatan yang ditemukan pada kasus. Perencanaan dapat penulis susun dan laksanakan
berdasarkan acuan tindakan seperti yang tertuang dalam konsep teori, namun demikian tidak semua
rencana keperawatan dapat diwujudkan dalam bentuk nyata, tetapi harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan keadaan klien.
Implimentasi dapat dilakukan selama sehari pada tanggal 10 oktober 2014 dan dilakukan sesuai
dengan kondisi klien. Pada diagnosa Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan
Proses penyakit. Implementasi yang dilakukan antara lain: Memberikan kompres air, Memonitor
TTV terutama suhu, Menganjurkan dan memotivasi banyak minum air putih krg lbh 600 - 800ml/hr,
menganjurkan untuk memakai pakaian yang tipis, Memberikan antibiotic/antipiretik (sanmol 1
sth, amoxsan 250 mg dan kalmetason ampul IV.
Implementasi yang dilakukan penulis pada tanggal 10 oktober 2014 pada diagnosa Peningkatan suhu
tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan Proses penyakit yahitu menkaji penurunaan suhu klien
dan memberikan antibiotic/antipiretik (sanmol 1 sth, amoxsan 250 mg dan kalmetason ampul
IV, sesuai dengan indikasi.
E. Evaluasi
Dari dua diagnosa keperawatan yang ditegakkan sesuai dengan masalah utama klien saat melakukan
studi kasus ini dalam perawatan dari tanggal 10 Oktober sampai tanggal 10 Oktober Dikatakan baru
berhasil sebagian. Dari diagnosa keperawatan tersebut belum ada yang di katakan berhasil karna
pasien pindah ke ruangan rawat, Karna penulis berdinas diruang IGD.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. DHF ( Dengue haemoragic fever ) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti (betina).
2. Dari pengkajian yang dilakukan ditemukan pasien mengeluh panas tinggi. Dari analisa data
yang telah dilakukan, ditemukan masalah keperawatan bagian kekebalan tubuh sehingga diagnosa
keperawatan yang ditegakkan adalah Proses penyakit, peningkatan metabolisme dalam tubuh, nyeri
pada bagian persendihan
3. Dari diagnosa keperawatan yang telah ditemukan, maka intervensi keperawatan yang dibuat
adalah etiologi dan masalah
4. Dari intervensi keperawatan yang telah dibuat, maka implementasi yang dilakukan adalah
tujuan dan kreteria hasil
5. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan studi kasus ini dalam beberapa hari tanggal 10 Oktober
sampai 10 Oktober dikatakan belum berhasil. Karna pasien dipindahkan ke ruang rawat inap, karna
saya berdinas dirungan IGD.
6. Dari hasil pembahasan, ditemukan adanya kesenjangan antara masalah kasus denghan
riwayat kesehatan pasien.
7. Dari proses keperawatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pada An.C
B. Saran
Hasil study kasus ini dapat memberikan masukan bagi para tenaga kesehatan khususnya perawat
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan asuha keperawatan pada pasien.
2. Pihak akademik
Dapat memberikan sumbangan pikiran bagi lingkungan akademik khususnya prodi DIII keperawatan
tentang asuhan keperawatan pada kasus DHF (Dengue Haemoragic Fever)
3. Peneliti selanjutnya
Informasi yang didapat dari penulusan ini berguna sebagai bahan literature atau referensi dalam
melakukan study kasus selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC ;
Jakarta.