Anda di halaman 1dari 2

Bagaimana Hipnotis

Memanfaatkan Perilaku Spontan Subjek


A.S. Laksana

Karena perkembangan kondisi trance sangat tergantung pada proses-proses internal

subjek, sudah semestinya hipnotis atau hipnoterapis selalu berupaya menciptakan

situasi yang menyenangkan. Erickson mengumpamakan sesi hipnotik dengan proses

yang terjadi pada mesin penetas telur.

Katanya, Mesin penetas hanya berfungsi menghadirkan suasana menyenangkan bagi

penetasan telur, sementara setiap telur menetas karena perkembangan proses

kehidupan di dalam telur itu sendiri.

Ada sebuah contoh kasus menarik di mana Erickson menghadapi subjek

eksperimental yang berkecenderungan melawan. Ketika diminta duduk rileks, ia

justru menegakkan tubuhnya dalam posisi menantang. Memanfaatkan perilaku

tersebut, Erickson mengatakan bahwa hipnosis sesungguhnya tidak harus selalu

bergantung kepada relaksasi, tetapi hipnosis bisa diinduksikan pada subjek yang

punya kesediaan asalkan sang hipnotis sendiri juga punya kesediaan untuk menerima

sepenuhnya perilaku subjek.

Subjeknya merespons kalimat itu dengan bangkit dan menanyakan apakah ia bisa

dihipnotis dengan cara berdiri. Erickson menanggapi pertanyaan tersebut dengan

sugesti, Kenapa tidak menunjukkan bahwa hal itu bisa? Jawaban ini mengandung

penerimaan total terhadap perilaku subjek, dan sekaligus meminta komitmen subjek

untuk membuktikannya, yakni mengalami hipnosis dalam cara yang ia inginkan.

Subjek kemudian memasuki trance dalam waktu cepat.


Maka, penting bagi anda untuk menerima perilaku apa pun yang dipertunjukkan oleh

subjek dan memanfaatkannya untuk mengembangkan lebih lanjut perilaku responsif

mereka. Jika anda memaksa subjek untuk melakukan hal-hal yang mereka tidak

tertarik melakukannya, itu bisa penghambat induksi trance dan tentunya

menghambat deep trance. Ketika perilaku mereka dipahami dan diterima, subjek akan

merasa sepenuhnya dihargai sebagai pribadi yang menjalankan fungsinya dalam

sebuah kerjasama.***

Anda mungkin juga menyukai