Laporan Akhir
Laporan Akhir
Disusun Oleh :
BAB I ............................................................................................................................ 1
i
1.10 Horison Penciri Dalam Taksonomi Tanah................................................ 12
BAB 2 ......................................................................................................................... 18
BAB 3 ......................................................................................................................... 21
KEMAMPUAN LAHAN............................................................................................ 21
BAB 4 ......................................................................................................................... 26
KESIMPULAN ........................................................................................................... 29
ii
BAB I
KLASIFIKASI TANAH
1
2) Menetapkan lahan-lahan terbaik,
3) Menduga produktivitas tanah,
4) Menentukan wilayah penelitian untuk tujuan agrotechnology transfer.
e. Mempelajari hubungan sifat-sifat tanah yang baru.
2
kebutuhan kapur dan lain-lainnya. Penentuan pH tanah dapat dikerjakan secara
ekeltrometrik dan kolorimetrik.
e. Konsistensi tanah
Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi di antara partikel-partikel
tanah dan ketahanan massa tanah terdapat perubahan bentuk oleh tekanan dan
berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah yang ditentukan oleh tekstur dan
struktur tanah. Pentingnya konsistensi tanah adalah untuk menentukan cara
penggrapan tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan.
Penentuan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan kandungan air tanah yaitu
dalam keadaan basah, lembab atau kering.
f. Padas
Padas adalah lapisan tanah yang mampat, padat dan keras terbentuk selama
bagian proses pembentukan tanah atau warisan suatu daur pelapukan menjadi bahan
induk tanah yang sekarang ada.
3
Setiap individu tanah harus diklasifikasikan pada masing-masing kategori
berdasarkan atas sifat-sifat tanah pembeda yang telah dipilih untuk kategori tersebut.
d. Pembatas asas bebas (Ciling of independence principle)
Sifat tanah yang digunakan sebagai pembeda untuk tanah tingkat kategori tanah,
tidak dapat digunakan tapi sebagai faktor pembeda untuk kategori yang lebih rendah.
4
4. Entisol
Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat
muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri
lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru.
Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.
5. Gelisol
Tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak dijumpai di Indonesia.
6. Histosol
Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30%
(untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut
tebalnya lebih dari 40 cm. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk
tanah Organik atau Organosol.
7. Inceptisol
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih
berkembang daripada Entisol. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini
belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol,
Gleihumus, dll.
8. Mollisol
Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon
lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari
1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras
bila kering. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah
Chernozem, Brunize4m, Rendzina, dll.
9. Oxisol
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah
lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar
kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung
oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini
5
menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi
lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning),
Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.
10. Spodosol
Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah
terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan
atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.
11. Ultisol
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi
penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman
180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi
lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf
Kelabu.
12. Vertisol
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat
tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan
mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras.
Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama
adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.
1.5.2 Kelebihan
Memberikan penamaan tanah berdasarkan sifat utama dari tanah tersebut,
definisi-definisi horison penciri, dan beberapa sifat penciri lainnya.
Sistem klasifikasi USDA ( Departemen Pertanian AS ) dirilis pada tahun 1975.
Dibuat karena sistem-sistem klasifikasi yang telah ada sebelumnya saling
tumpang tindih dalam penamaan yang disebabkan oleh perbedaan kriteria.
Dalam penggunaannya, memberikan kriteria yang jelas dibanding sistem
klasifikasi lainnya. Oleh karena itu, Sistem USDA ini hampir selalu disertakan
dalam pengklasifikasian tanah untuk mendampingi penamaan berdasarkan sistem
6
FAO atau PPT (Pusat Penelitian Tanah), dan sistem ini sangat membantu karena
penamaannya yang konsisten.
Baik dalam cara-cara penanaman (tata nama) maupun definisi-definisi mengenai
horison-horison penciri ataupun sifat-sifat penciri lain yang digunakan untuk
menentukan jenis-jenis tanah.
1.5.3 Kekurangan
Sistem Klasifikasi USDA memiliki kelemahan karena kriterianya yang sangat
mendasarkan pada analisis laboratorium yang rinci, sehingga para praktisi sulit untuk
mengaplikasikannya langsung di lapangan.
7
6. Gleisol: merupakan tanah yang memperlihatkan sifat hidromorfik pada kedalaman 0
50 cm dari permukaan dan dijumpai horison histik, umbrik, molik, kalsik atau
gipsik.
7. Aluvial: merupakan tanah yang berkembang dari bahan induk alluvial muda, terdapat
stratifikasi dengan kadar C organik yang tidak teratur. Horison permukaan dapat
berupa horison A okrik, horison histik atau sulfuric.
8. Regosol: merupakan tanah yang bertekstur kasar dari bahan albik dan tidak dijumpai
horison penciri lainnya kecuali okrik, hostol atau sulfuric dengan kadar pasir kurang
dari 60 persen pada kedalaman antara 25 100 cm dari permukaan tanah.
9. Koluvial: merupakan tanah yang tidak bertekstur kasar dari bahan albik, tidak
mempunyai horison diagnostik lainnya kecuali horison A umbrik, histik atau sulfurik.
10. Arenosol: merupakan tanah yang bertekstur kasar dari bahan albik yang terdapat pada
kedalaman kurang dari 50 cm dari permukaan tanah dan hanya mempunyai horison A
okrik.
11. Andosol: merupakan tanah yang berwarna hitam sampai coklat tua dengan
kandungan bahan organik tinggi, remah dan porous, licin (smeary) dan reaksi tanah
antara 4.5-6.5. Horison bawah-permukaan berwarna coklat sampai coklat kekuningan
dan kadang dijumpai padas tipis akibat semenatsi silika. Horison A dapat terdiri dari
molik atau umbrik yang terdapat diatas horison kambik.
12. Latosol: merupakan tanah yang mempunyai distribusi kadar liat tinggi (>60%), KB <
50%, horison A umbrik dan horison B kambik.
13. Brunizem: merupakan tanah yang mempunyai distribusi kadar liat tinggi (>60%),
gembur, KB > 50%, horison A molik dan horison B kambik.
14. Kambisol: merupakan tanah yang mempunyai horison B kambik dan horison A
umbrik atau molik, tidak terdapat gejala hidromorfik.
15. Nitosol: merupakan tanah yang mempunyai horison B argilik dengan penurunan liat
kurang dari 20% terhadap liat maksimum, tidak ada plintit, tidak mempunyai sifat
vertik tetapi mempunyai sifat ortoksik (KTK dengan amoniumasetat < 24 cmpl/kg
liat).
16. Podsolik: merupakan tanah yang mempunyai horison B argilik, kejenuhan basa <
50% dan tidak mempunyai horison albik.
8
17. Mediteran: merupakan tanah yang mempunyai horison argilik dengan kejenuhan basa
> 50% dan tidak mempunyai horison albik.
18. Planosol: merupakan tanah yang mempunyai horisol E albik yang terletak diatas
horison argilik atau natrik, perubahan tekstur nyata, adanya liat berat atau fragipan di
dalam kedalam 125 cm. Pada horison E albik dijumpai cirri hidromorfik.
19. Podsol: merupakan tanah yang mempunyai horison B spodik.
20. Oksisol: merupakan tanah yang mempunyai horison B oksik.
1.6.2 Kelebihan
Sistem ini disukai oleh pekerja lapangan pertanian karena mudah untuk diterapkan
di lapangan. Selalu diperbaharui perkembangannya.
Penamaannya mudah untuk dihafal.
1.6.3 Kekurangan
Banyak nama-nama baru, sehingga sedikit membingungkan.
Penamaannya tidak mempunyai ciri khusus dari klasifikasi tersebut, hanya
mengadaptasi dari klasifikasi yang lain.
Dalam penamaan tidak disertakan sifat tanah.
9
1.7.2 Kelebihan
Dapat diterima oleh semua pihak karena menggunakan perpaduan antara
klasifikasi dari FAO sendiri dan dari USDA.
Mempunyai ciri khas, karena dalam pengklasifikasiannya berdasarkan horison-
horison penciri dan kriteria horisonnya.
Nama-nama tanah sebagian diambil dari nama-nama klasik yang sudah terkanal
didaerah Eropa, Rusia, Kanada, dan Amerika. Sehingga namanya sudah bersifat
umum.
Cocok untuk peta berskala 1: 5.000.000
1.7.3 Kekurangan
Sistem ini lebih tepat disebut sebagai suatu sistem satuan tanah daripada suatu
sistem klasifikasi tanah karena tidak disertai dengan pembagian kategori yang
lebih terperinci hanya subgroup dan greatgroup.
Dalam penamaan tidak secara langsung orang dapat mengetahui sifat tanah
tersebut.
10
Vertisol, Inceptisol, Aridosol, Mollisol, Spodosol, Alfisol, Ultisol, Oxisol dan
Histosol.
2. Sub-Order
Tiap-tiap order dibagi dalam sub-order yang masing-masing mempunyai
keseragaman genetik yang lebih besar. Faktor-faktor pembatas pada sub-order ini
adalah ada tidaknya penggenangan, adanya iklim atau vegetasi, tekstur yang extrem
(pasir), kadar allophan atau seskwioksida bebas yang menentukan arah dan kecepatan
(derajat) perkembangan tanah.
3. Great Group
Great group dari tiap-tiap sub order terutama ditentukan oleh tidaknya horizon
penciri serta sifat horison penciri tersebut. Bila dalam satu sub order horison penciri
tidak berbeda, maka digunakan penciri lain. Termasuk horison penciri adalah horison
illuviasi (liat, besi, humus), horizon permukaan yang tebal dan berwarna gelap,
lapisan yang mempengaruhi perakaran dan pergerakan air dalam tanah dan horison
anthropic yang terbentuk pada tanah-tanah yang digarap. Tiap-tiap great group
mempunyai horison penciri atau faktor-faktor penentu lain
yang jenis dan sifatnya sama.
4. Subgroup
Subgroup adalah sekumpulan tanah yang di samping memiliki sifat-sifat great
groupnya memiliki pula sifat-sifat lain sebagai berikut :
Memiliki sifat-sifat lain yang terdapat pada order, suborder great group dari
golongan sendiri atau golongan lain.
Memiliki sifat-sifat lain yang baru yang tidak terdapat pada order, suborder dan
great group tersebut.
5. Famili
Famili adalah bagian dari subgroup berdasarkan atas sifasifat tanah yang penting
bagi pertumbuhan tanaman. Pembagiannya untuk tiap-tiap subgroup berbeda-beda.
Yang digunakan sebagai penentu adalah lapisan di bawah lapisan oleh atau yang
sama dalamnya. Faktor pembedanya adalah tekstur, ketebalan horison, susunan
(keadaan) mineral, kemasaman, konsistensi dan permeabilitas.
11
6. Seri
Seri adalah sekumpulan tanah yang mempunyai sifat-sifat dan susunan horison
yang sama terutama di bagian bawah lapisan olah. Suatu seri tanah dapat mempunyai
perbedaan-perbedaan lereng, tingkat erosi, sifat-sifat lapisan olah dan lain-lain selama
faktor-faktor tersebut tidak menyebabkan perbedaan sifat dan susunan horison di
bawahnya. Sifat-sifat tanah yang digunakan untuk menentukan seri tanah dapat
dipilih dari beberapa sifat belum di bawah lapisan olah tersebut misalnya tekstur,
drainase (permeabilitas), mineralogi tanah, tanah, tebal horison, konsistensi, struktur,
kemasaman tanah dan sebagainya.
12
a. Epipedon Umbric
Epipedon Umbric adalah lapisan atas setebal 18 cm, yang terdiri dari hasil
akumulasi dan dekomposisi bahan organik, biasanya dalam lingkungan asan dan
dicirikan oleh sifat-sifat berikut :
Perkembangan struktur tanah cukup kuat, tidak masif dan keras sampai keras
sekali jika kering.
Warna chroma horison C.
Kejenuhan basa < 50% (NH4OAc).
Kadar bahan organik paling sedikit 1% (0,58% C organik).
25 cm jika epipedon bertekstur lebih kasar dari pada pasir sangat halus
berlempung (very fine loamy sand).
b. Epipedon ochric
Epipedon ini mempunyai warna lebih muda, lebih rendah kadar bahan organik,
atau tipis dari pada mollic, umbric, anthropic atau histic. Epipedon ochric dicirikan
oleh :
Yang tidak termasuk mollic, umbric, anthropic, plaggen atau histic karena lebih
tipis.
Termasuk horison eluviasi pada atau dekat permukaan (A2 dan horison albic).
Tidak terdapat batuan, juga tidak termasuk sedimen-sedimen muda dengan
stradifikasi halus.
Keras dan masif bila kering.
c. Epipedon histic
Epipedon histic adalah horison permukaan yang jenuh akan air untuk lebih dari
30 hari berturut-turut pada suatu musim dalam setahun atau telah mengalami,
perbaikan drainase dan mempunyai salah satu sifat berikut:
Tebalnya < 30 cm, jika ada pernaikan drainase
Mengandung lebih dari 17,4% Corganik (30% atau lebih bahan organik) jika
bagian mineralnya sebagain besar terdiri dari liat
13
Mengandung lebih dari 11,6% C-organik (20% atau lebih atau lebih bahan
organik) jika bagian mineral tidak mengandung lempung dan Corganik yang
seimbang.
Suatu lapisan permukaan yang tebalnya kurang dari 50% atau telah mengalami
penimbunan terletak di atas lapisan gambut (peat atau muck) yang mengandung
bahan organic dan mempunyai ketebalan diantara 10-30 cm.
d. Epipedon mollic
Epipedon mollic adalah horison permukaan yang tebal dan berwarna gelap,
mempunyai kejenuhan basa tinggi dengan tingkat perkembangan struktur sedang
sampai kuat. Horison ini terbentuk karena terjadinya dekomposisi bahan organik di
dalam tanah yang banyak mengandung kation-kation bervalensi dua. Ciri-ciri
epipedon mollic adalah sebagai berikut :
Tingkat perkembangan struktur cukup kuat, dan tidak keras bila kering.
Mengandung paling sedikit 0,58% C (1% bahan organik).
Kadar P2O5 larut dalam asam sitrat kurang dari 250 ppm.
Merupakan horizon penciri dari order mollisol dan beberapa great group dan
subgroup dari Inceptisol.
e. Epipedon anthropic
Mempunyai ciri-ciri yang sama dengan epipedon mollic, kecuali kasar P2O5 larut
dalam asam sitrat yang lebih dari 250 ppm. Terbentuk pada tanah-tanah yang dipupuk
dengan pupuk organik dalam jumlah besar sehingga warna tanah menjadi gelap dan
banyak mengandung phosphate. Batas dengan horison dibawahnya pada umumnya
jelas sekali. Hanya merupakan horison penciri pada great group Anthrumberpt.
f. Epipedon plaggen
Epipedon plaggen merupakan horison buatan manusia (man made surface
layer). Mempunyai ciri:
Tebal lebih dari 50 cm, dan merupakan hasil dari pemupukan yang terus-menerus
dengan sejenis rumput (sod) atau saresah hutan (forest litter).
Warna dan kandungan bahan organik tergantung dari bahan yang ditambahkan.
14
Pada horison ini sering ditemukan pecah-pecahan batu bata, atau benda-benda
lain, yang warna dan ukurannya berbeda-beda.
1.10.2 Endopedon (subsurface penciri)
a. Horison Oxic
Horison oxic yang umum terdapat pada Oxisol (Latosol), dijumpai dalam
kedalaman antara 45 cm sampai 175 cm. Horison oxic mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
Ketebalan paling sedikit 30 cm, terdiri dari oksida-oksida besi dan aluminium,
mineral liat 1 : 1, dan kadang-kadang kuarsa.
Perbatasan antar subhorison di dalam oxic berangsur-angsur atau baur. Batas
antara epipedon dengan horison oxic biasanya baur kecuali pada tanah yang telah
dikerjakan.
Konsistensi remah dan tidak plastis.
Pori-pori biasa tidak sampai banyak dan tidak ada selaput liat (clay skin).
b. Horison Argillic
Horison argillic adalah horison illuviasi, mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
Mengandung lebih banyak liat halus (< 0,2 ) daripada lapisan eluviasi.
Mengandung lebih banyak liat (< 2 ) daripada lapisan eluviasi.
Penambahan liat dalam sub b tersebut dicapai dalam suatu jarak vertikal < 30 cm.
Pada permukaan ped (umpalan struktur) dijumpai selaput liat (caly skin) paling
sedikit 1 % (thin section)
c. Horison Agik
Horison argik adalah horison illuviasi liat dan humus yang terbentuk pada tanah
tanah yang diusahakan. Sebagai horison penciri hanya untuk great group Agrudalf
(Alfisol).
d. Horison Natrik
Horison natrik banyak ditemukan pada tanah solodized, solonetz atau tanah
solonetz. Mempunyai sifat seperti horison argilk dengan beberapa ciri khusus sebagai
berikut :
15
Struktur prismatik atau columnar.
Kompleks adsorpsi lebih dari 15 % Na dapat dipertukarkan maka horison argilik
+ yang kandungan Mg dan Na dapat ditukar lebih besar dari Ca + H disebut pula
horison natrik.
Lidah-lidah horison eluviasi yang di tasnya, menyusup kedalam horison natrik
sampai lebih dari 2,5 cm.
Merupakan horison penciri untuk beberapa great group dan sub group dari order
Aridisol, Mollisol dan Alfisol.
e. Horison Spodic
Horison spodic adalah horison illuviasi dimana terjadi akumulasi humus + Al atau
Fe dalam bentuk amorf (Podzol B horison). Bahan yang amorf ini memiliki kapasitas
penukaran kation yang tinggi, permukaan yang luas dan daya menahan air yang
besar. Horison spodic kebanyakan ditemukan di daerah dingin dan sedang, tetapi
ditemukan pula di daerah-daerah tropica basah. Horison ini biasanya terbentuk pada
tanah-tanah berasal dari bahan induk yang bertesktur kasar.
f. Horison Cambic
Horison cambic adalah horison yang pembentukannya baru dalam tingkat
permulaan, sudah terlihat adanya bentuk-bentuk struktur tertentu tetapi tanpa ada
sedikit sekali bahan-bahan illuviasi. Horison cambic merupakan horison penciri untuk
beberapa sub-order, great group dan subgroup dari Inceptisol. Aridisol dan Mollisol
(misalnya Camborthid). Ciri-ciri dari horison cambic adalah :
Tekstur pasir sangat halus berlempung atau lebh halus.
Terdapat mineral-mineral yang mudah lapuk.
Bahan illuviasi sedikit sekali
Tak ada fragipan atau duripan.
Biasanya tak terdapat horison albic di atasnya.
Tebalnya paling sedikit 25 cm.
Tidak ada lapisan berwarna gelap (epipedon mollic atau umbric).
16
1.10.3 Horizon Lain
a. Horison calcic
Horison calcic adalah horison dimana terdapat akumulasi CaCO3 dapat terjadi
pada horison C, pada epipedon mollic, horison argillic, horison natric atau pada
duripan.
b. Horison Gypsic (gipsum = gips)
Horison gypsic adalah horison dimana terdapat akumulasi CaSO4. Cara terbentuk
dan terdapatnya horison ini sama dengan horison calcic. Horison gypsic terdapat di
bawah horison calcic (bila ada) karena daya larut CaSO4 lebih besar daripada
CaCO3.
c. Horison Salic
Horison salic adalah horison dimana terdapat akumulasi garam yang lebih mudah
larut dalam air dingin daripada gypsum. Biasanya terdapat di bawah horison calcic
dan gypsic karena daya larutnya lebih tinggi. Merupakan horison penciri terhadap
beberapa great group dan subgroup dari order Mollisol dan Ardisol.
d. Horison Albic
Horison Albic adalah horison elluviasi dimana terdapat pemindahan lempung dan
oksida-oksida bebas sehingga berwarna putih dan bertekstur pasir atau debu.
Sebagian besar terdiri dari mineral kuarsa atau mineral-mineral primer lain-lain yang
berwarna kelabu sampai putih.
17
BAB 2
PEMETAAN TANAH
18
tergantung dari skala dan intensitas pengamatannya. Kadang-kadang, satu satuan peta
lahan dapat terdiri dari dua jenis lahan atau lebih dengan sifat yang masing-masing
berbeda.
19
Maksud : untuk memberi gambaran lebih jelas lagi mengenai hal-hal yang
dalam peta tanah tinjau tanah belum dapat dijelaskan.
Pembuatan dengan cara rupa (family) batas penyebaran tanah berdasarkan
penjelajahan dan pengamatan tanah di lapangan dibantu dengan analisis
potret udara.
Satuan peta digunakan kombinasi antara rupa tanah dan bentuk wilayah.
Peta tanah detil (skala 1 : 5.000 1 : 25.000)
Maksud : untuk proyek-proyek khusus seperti transmigrasi, rencana
pengairan, kebun percobaan dan sebagainya.
Pembuatan seri tanah dan batas penyebarannya ditentukan dengan teliti
berdasarkan penjelajahan dan pengamatan tanah di lapang.
Satuan peta digunakan seri tanah. Seri tanah adalah segolongan tanah berasal
dari bahan induk yang sama dan mempunyai susunan dan sifat-sifat horison
yang serupa, kecuali tekstur horison (lapisan) yang paling atas. Penentuan
seri tanah didasarkan atas tiga unsur menurut cara berikut : macam tanah,
klas tekstur, dan klas drainase.
20
BAB 3
KEMAMPUAN LAHAN
21
Jika digarap untuk usaha pertanian semusim diperlukan tindakan pengawetan
tanah yang ringan.
3. Kelas III
Sesuai untuk segala jenis penggunaan dengan hambatan dan ancaman lebih besar
dari tanah kelas II sehingga memerlukan tindakan tindakan pengawetan khusus
seperti penanam dalam strip,pembuatan teras dll. Ciri-ciri lahan :
Lereng agak miring
Drainase buruk
Kedalaman sedang
Permeabilitas cepat
4. Kelas IV
Sesuai untuk segala jenis penggunaan dengan hambatan dan ancaman lebih besar
dari tanah kelas III. Ciri-ciri lahan :
Kemiringan lereng (15-30 %)
Drainase buruk
Kedalaman dangkal
Memerlukan tindakan khusus yang lebih berat dan lebih terbatas waktu
5. Kelas V
Tidak sesuai untuk digarap bagi tanaman semusim, tetapi lebih sesuai untuk
ditanami tanaman makanan ternak secara permanen atau dihutankan.
6. Kelas VI
Tidak sesuai digarap bagi usaha tani tanaman semusim. Lebih sesuai untuk
padang rumput atau dihutankan. Ciri-ciri lahan :
Kecuraman lereng (30 45%)
Kedalaman sangat dangkal atau telah mengalami erosi berat
7. Kelas VII
Sama sekali tidak sesuai untuk digarap bagi usaha tani tanaman semusim. Lebih
sesuai untuk ditanami vegetasi permanen. Ciri ciri lahan :
Lereng curam (45 65 %)
22
Tanah dangkal
8. Kelas VIII
Tidak sesuai untuk usaha tani dan harus dibiarkan pada keadaan alami atau
dibawah vegetasi alam. Tanah ini dapat digunakan untuk cagar alam daerah rekreasi
atau hutan lindung. Ciri ciri :
Lereng sangat curam ( < 65 < 90 %)
Permukaan ditutupi batuan lepas
3.2.2 Tingkat Subklas
Subklas adalah pembagian lebih lanjut dari klas berdasarkan jenis faktor
penghambat yang sama. Faktor-faktor tersebut dikelmpokkan kedalam empat jenis
yaitu :
1. Subklas (e) erosi
Lahan dimana erosi merupakan masalah utama. Penentuan berdasarkan kepekaan
erosi dan erosi yang telah terjadi.
2. Subklas (w) kelebihan air
Penentuan berdasarkan drainase yang buruk, air tanah yang tinggi, dan bahaya
banjir.
3. Subklas (s) penghambat terhadap perakaran tanaman
Penentuan berdasarkan tanah yang dangkal, banyak batu batuan, daya
memegang air rendah yang sulit diperbaiki, garam dan Na tinggi.
4. Subklas (c) iklim
Lahan dimana iklim (suhu dan curah hujan) merupakan penghambat utama.
Jenis-jenis faktor penghambat ditulis dibelakang angka kelas.
3.3.3 Tingkat Unit (satuan pengelolaan)
Kemampuan lahan dalam tingkat unit memberi keterangan yang lebih spesifik
dan detail dari subklas. Tanah yang termasuk dalam suatu unit kemampuan lahan
mempunyai kemampuan dan memerlukan cara pengelolaan yang sama untuk
pertumbuhan tanaman. Dalam kemampuan lahan diberi simbol dengan menambahkan
angka Arab di belakang simbol subklas.
23
Faktor-faktor klasifikasi pada kategori kelas adalah faktor-faktor (karakteristik
lahan) yang dapat menjadi penghambat dan bersifat permanen atau sulit diubah.
Karakteristik lahan tersebut digolongkan berdasarkan besarnya intensitas faktor
penghambat, sebagai berikut (Arsyad, 1979) :
1. Tekstur tanah (t)
T1 = halus : liat bedebu, liat
T2 = agak halus : liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat,
lempung liat berpasir
T3 = sedang : debu, lempung berdebu, lempung
T4 = agak kasar : lempung berpasir
T5 = kasar : pasir berlempung, pasir
2. Permeabilitas
P1 = lambat (< 0,5 cm/jam)
P2 = agak lambat (0,5 2,0 cm/jam)
P3 = sedang (2,0 6,25 cm/jam)
P4 = agak cepat (6,25 12,5 cm/jam)
P5 = cepat (> 12,5 cm/jam)
3. Kedalaman sampai kerikil, padas, plintik (k)
K0 = dalam ( > 90 cm)
K1 = sedang ( 90 50 cm )
K2 = dangkal ( 50 25 )
K3 = sangat dangkal ( < 25 cm)
4. Lereng permukaan (l)
L0 (A) = 0 -3 % ; datar
L1 (B) = 3-8 % ; landai/berombak
L2 (C) = 8-15 % ; agak miring
L3 (D) = 15-30 % ;miring/berbukit
L4 (E) = 30-45 % ; agak curam
L5 (F) = 45-65 % ; curam
L6 (G) = > 65 % : sangat curam
24
5. Darinase tanah (d)
d0 = baik : peredaran udara baik, profil tanah berwarna terang, tidak terdapat
becak-becak karatan
d1 = agak baik : peredaran udara baik, tidak terdapat becak kuning, coklat, atau
kelabu pada lapisan atas dan bawah tanah
d2 = agak buruk : peredaran udara baik, becak becak terdapat pada lapisan
bawah
d3 = buruk : bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat becak-
becak
d4 = sangat buruk : seluruh lapisan tanah brwarna kelabu dan terdapat becak-
becak
6. Erosi (e)
e0 = tidak ada erosi
e1 = ringan ( < 25% ) lapisan atas hilang
e2 = sedang ( 25-75 %) lapisan atas hilang
e3 = berat ( > 75% ) lapisan atas hilang, < 25% lapisan bawah hilang
e4 = sangat berat ( > 25% ) lapisan bawah hilang
7. Faktor-faktor khusus
Faktor-faktor penghambat lain yang mungkin terdapat adalah batu-batuan dan bahaya
banjir
25
BAB 4
KESESUAIAN LAHAN
26
4.2.2 Kesesuaian Tingkat Kelas
Pembagian lebih lanjut dari ordo dan menunjukkan tingkat kesesuaian dari ordo
tersebut. Kelas diberi nomor urut yang ditulis dibelakang simbol ordo, menunjukkan
tingkat kelas. Semakin tinggi nomor semakin jelek kelas. Banyaknya kelas dalam
setiap ordo tidak terbatas, tetapi dianjurkan hanya memakai tiga sampai lima kelas
dalam ordo S dan dua kelas dalam ordo N.jumlah kelas didasarkan keperluan
minimum untuk mencapai tujuan-tujuan penafsiran.
Pembagian serta definisi secara kualitatif :
1. Kelas S1 : sangat sesuai (highly suitable)
Lahan tidak mempunyai penghambat yang besar atau mempunyai penghambat
yang secara tidak nyata berpengaruh terhadap produksi.
2. Kelas S2 : cukup sesuai (moderately suitable)
Lahan mempunyai pembatas agak besar yang akan mengurangi produk atau
keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.
3. Kelas S3 : sesuai marginal (marginally suitable)
Lahan mempunyai pembatas yang besar yang akan mengurangi produksi dan
keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.
4. Kelas N1 : tidak sesuai pada saat ini (currently not suitable)
Lahan mempunyai pembatas lebih beasar tetapi masih mungkin diperbaiki
dengan tingkat pengolahan tinggi.
5. Kelas N2 : tidak sesuai untuk selamanya (permanently not suitable)
Lahan mempunyai pembatas permanen yang sangat berat.
4.2.3 Kesesuaian Tingkat Subkelas
Menunjukkan jenis pembatas (penghambat) atau jenis perbaikan yang harus
dijalankan dalam masing-masing kelas. Jenis pembatas ditunjukkan dengan simbol
huruf kecil yang ditempatkan setelah simbol kelas. Dalam satu subkelas dapat
mempunyai satu, dua, atau paling banyak tiga simbol pembatas, dimana simbol
pembatas yang dominan ditulis paling depan. Jika terdapat lebih tiga, maka harus
dipilih tiga pembatas terberat, sedang pembatas lainnya cukup dijelaskan dalam
uraian.
27
4.2.4 Kesesuaian Tingkat Unit
Menunjukkan perbedaan-perbedaan besarnya faktor penghambat yang
berpengaruh dalam pengelolaan subkelas. Semua unit yang berada dalam satu
subkelas mempunyai tingkat kesesuaian yang sama dalam kelas dan jenis pembatas
yang sama pada tingkat subkelas. Pemberian simbol dengan cara penambahan angka-
angka arab yang dipisah oleh strip dari simbol subkelas. Unit dalam satu subkelas
tidak terbatas.
28
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 1979. Konservasi Tanah. Progam Studi Jurusan Tanah. Bogor : Institut
Pertanian Bogor.
Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Mega, I Made,dkk. 2010. Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan. Program Studi
Agroteknologi. Denpasar : Universitas Udayana.
Sutanto, Rachmat. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius,
Yogyakarta.
ii