Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I.
PENDAHULUAN

1. A. LATAR BELAKANG

Pengembangan kurikulum merupakan suatu kegiatan yang


memberikan jawaban atas sejumlah tuntutan kebutuhan yang
berkembang pada pendidikan. Pengembangan kurikulum dilakukan atas
sejumlah komponen pada pendidikan, di antaranya pada pembelajaran
yang merupakan implementasi dari kurikulum. Hasil dari proses ini
adalah adanya perubahan pada guru dan siswa, serta komponen lainnya.
Pandangan tentang kurikulum dikenal dalam dimensi kurikulum yang
membedakan peran dan fungsinya. Oleh karena itu perlu dipahami
mengenai seluk beluk kurikulum.

1. B. RUMUSAN MASALAH

A. Apa saja komponen - komponen dari kurikulum?


B. Bagaimana konsep dan teori kurikulum?
C. Bagaimana langkah - langkah pengembangan kurikulum?
D. Bagaimana prinsip pengembangan kurikulum?

1. C. TUJUAN

A. Menjelaskan tentang komponen - komponen dari kurikulum


B. Menjelaskan konsep dan teori kurikulum
C. Menjelaskan langkah - langkah pengembangan kurikulum
D. Menjelaskan prinsip pengembangan kurikulum.
2

1. D. MANFAAT

A. Pengembangan Kurikulum
B. Komponen Kurikulum
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

Merujuk pada fungsi kurikulum dalam proses apendidikan, yakni


merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka hal ini berarti,
sebagai alat pendidikan kurikulum mempunyai komponen-komponen
penunjang yang saling mendukung satu sama lainnya. Para pemikir
pendidikan seperti Subandijah, Soetopo, soemato dan Nasution
mempunyai ragam dalam menentukan jumlah komponen tersebut,
meskipun pada dasarnya pemahaman dan pengertiannya hampir sama.
Subandijah (1993) membagi komponen kurikulum antara lain:
tujuan, Isi atau materi, Organisasi atau strategi, Media, daan Komponen
proses belajar mengajar. Sedangkan yang dikat egorikan komponen
penunjang kurikulum mencakup: Sistem administrasi dan supervisi,
Pelayanan bimbingan dan penyuluhan dan Sistem evaluasi.
Kemudian Soetopo dan Sumato (1993) membagi komponen
kurikulum ke dalam 5 komponen, yaitu:

1. Tujuan,
2. Isi dan struktur program,
3. Organisasi dan strategi,
4. Sarana
5. Evaluasi.
4

Nasution (1993) membagi komponen kurikulum menjadi tiga, yaitu:


1. Tujuan,
2. Bahan belajar mengajar,
3. Penilaian.
Berikut ini akan diuraikan secara beberapa komponen tersebut

B. KONSEP TEORI DARI KURUKULUM

Teori kurikulum adalah suatu perangkat pernyataan yang


memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi
karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum,
karena adanya petunjuk perkembangan/penggunaan dan evaluasi
kurikulum.
Konsep terpenting yang perlu mendapat penjelasan dalam teori
kurikulum adalah konsep kurikulum.

1. Konsep kurikulum
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori
kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang
kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai
bidang studi.

a) Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi:


Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan
belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan
yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu
dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan
belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat
5

digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama


antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan
pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup
lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun
seluruh negara.

b) konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem:


Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari
sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat.
Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur
kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan,
mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem
kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem
kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.

c) Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:


Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para
ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum
sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum
dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum
mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi
kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka
menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan memperkuat
bidang studi kurikulum.
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum
juga dituntut untuk:
6

Mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari


istilah- istilah teknis,
Mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam
pengetahuan-pengetahuan baru,
Melakukan penelitian inferensial dan prediktif,
Mengembangkan subsubteori kurikulum, mengembangkan
Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori
kurikulum. Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai
subtansi, sebagai sistem, maupun bidang studi kurikulum dapat
bertahan dan dikembangkan.

C. LANGKAH PENEGMBANGAN DARI KURIKULUM

Dari kajian sejarah kurikulum, kita mengetahui beberapa hat yang


menjadi sumber atau landasan inti penyusunan kurikulum.
Pengembangan kurikulum pertama bertolak dari kehidupan dan
pekerjaan orang dewasa. Karena sekolah mempersiapkan anak bag!
kehidupan orang dewasa, kurikulum terutama isi kurikulum diambil dari
kehidupan orang dewasa. Para pengembang kurikulum mendasarkan
kurikulumnya atas hasil analisis pekerjaan dan kehidupan orang dewasa.
Dalam pengembangan selanjutnya, sumber in! menjadi lugs
meliputi semua unsur kebudayaan. Manusia adalah makhluk yang
berbudaya, hidup dalam lingkungan budaya, dan turut menciptakan
budaya. Untuk dapat hidup dalam lingkungan budaya, ia harus
mempelajari budaya, maka budaya menjadi sumber utama isi kurikulum.
Budaya ini mencakup semua disiplin ilmu yang telah ditemukan dan
dikembangkan para pakar, nilai-nilai adat-istiadat, perilaku, benda-
benda, dan lain-lain.
7

Sumber lain penyusunan kurikulum adalah anak. Dalam


pendidikan atau pengajaran, yang belajar adalah anak. Pendidikan atau
pengajaran bukan memberikan sesuatu pada anak, melainkan
menumbuhkan potensipotensi yang telah ada pada anak. Anak menjadi
sumber kegiatan pengajaran, ia menjadi sumber kurikulum. Ada tiga
pendekatan terhadap anak sebagai sumber kurikulum, yaitu kebutuhan
siswa, perkembangan siswa, serta minat siswa. Jadi, ada pengembangan
kurikulum bertolak dari kebutuhan-kebutuhan siswa, tingkat-tingkat
perkembangan siswa, serta hal-hal yang diminati siswa.
Beberapa pengembang kurikulum mendasarkan penentuan
kurikulum kepada pengalaman-pengalaman penyusunan kurikulum yang
lalu. Pengalaman pengembangan kurikulum yang lalu menjadi sumber
penyusunan kurikulum kemudian.
Pertanyaan pertama yang muncul dalam kurikulum yang
berdasarkan nilai adalah: Apakah yang harus diajarkan di sekolah? Ini
merupakan pertanyaan tentang nilai. Nilai-nilai apakah yang harus
diberikan dalam pelaksanaan kurikulum? Nilai-nilai apa yang digunakan
sebagai kriteria penentuan kurikulum dan pelaksanaan kurikulum.
Terakhir yang menjadi sumber penentuan kurikulum adalah
kekuasaan sosial-politik. Di Amerika Serikat pemegang kekuasaan
sosial-politik yang menentukan kebijaksanaan dalam kurikulum adalah
board of education lokal yang mewakill negara bagian. Di Indonesia,
pemegang kekuasaan sosialpolitik dalam penentuan kurikulum adalah
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang dalam pelaksanaannya
dilimpahkan kepada Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah serta Dirjen
Pendidikan Tinggi bekerja sama dengan Balitbangdikbud. pada
pendidikan dasar dan menengah, kekuasaan penyusunan kurikulum
sepenuhnya ada pada pusat, sedangkan pada perguruan tinggi rektor
8

diberi kekuasaan untuk menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam


penyusunan kurikulum.

a. Langkah - Langkah Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum meliputi empat langkah, yaitu merumuskan
tujuan pembelajaran (instructional objective), menyeleksi pengalaman-
pengalaman belajar (selection of learning experiences), mengorganisasi
pengalaman-pegalaman belajar (organization of learning experiences),
dan mengevaluasi (evaluating).

1. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (instructional objective)


Terdapat tiga tahap dalam merumuskan tujuan pembelajaran.
Tahap yang pertama yang harus diperhatikan dalam merumuskan
tujuan adalah memahami tiga sumber, yaitu siswa (source of student),
masyarakat (source of society), dan konten (source of content).
Tahap kedua adalah merumuskan tentative general objective atau
standar kompetensi (SK) dengan memperhatikan landasan sosiologi
(sociology), kemudian di-screen melalui dua landasan lain dalam
pengembangan kurikulum yaitu landasan filsofi pendidikan
(philosophy of learning) dan psikologi belajar (psychology of
learning).
Tahap ketiga adalah merumuskan precise education atau kompetensi
dasar (KD).

2. Merumuskan dan Menyeleksi Pengalaman-Pengalaman Belajar


(selection of learning experiences)
9

Dalam merumuskan dan menyeleksi pengalaman-pengalaman


belajar dalam pengembangan kurikulum harus memahami definisi
pengalaman belajar dan landasan psikologi belajar (psychology of
learning). Pengalaman belajar merupakan bentuk interaksi yang dialami
atau dilakukan oleh siswa yang dirancang oleh guru untuk memperoleh
pengetahuan dan ketrampilan. Pengalaman belajar yang harus dialami
siswa sebagai learning activity menggambarkan interaksi siswa dengan
objek belajar. Belajar berlangsung melalui perilaku aktif siswa; apa yang
ia kerjakan adalah apa yang ia pelajari, bukan apa yang dilakukan oleh
guru. Dalam merancang dan menyeleksi pengalaman-pengalaman belajar
juga memperhatikan psikologi belajar.

3. Mengorganisasi Pengalaman Pengalaman Belajar (organization of


learning experiences)
Pengorganisasi atau disain kurikulum diperlukan untuk
memudahkan anak didik untuk belajar. Dalam pengorganisasian
kurikulum tidak lepas dari beberapa hal penting yang mendukung, yakni:
tentang teori, konsep, pandangan tentang pendidikan, perkembangan
anak didik, dan kebutuhan masyarakat. Pengorganisasian kurikulum
bertalian erat dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Oleh karena
itu kurikulum menentukan apa yang akan dipelajari, kapan waktu yang
tepat untuk mempelajari, keseimbangan bahan pelajaran, dan
keseimbangan antara aspek-aspek pendidikan yang akan disampaikan.

4. Mengevaluasi (evaluating) Kurikulum


Langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum adalah
evaluasi. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan di mana data yang
terkumpul dan dibuat pertimbangan untuk tujuan memperbaiki sistem.
10

Evaluasi yang seksama adalah sangat esensial dalam pengembangan


kurikulum. Evaluasi dirasa sebagai suatu proses membuat keputusan,
sedangkan riset sebagai proses pengumpulan.

Perencana kurikulum menggunakan berbagai tipe evaluasi dan


riset. Tipe-tipe evaluasi adalah konteks, input, proses, dan produk.
Sedagkan tipe-tipe riset adalah aksi, deskripsi, historikal, dan
eksperimental. Di sisi lain perencana kurikulum menggunakan evaluasi
formatif (proses atau progres) dan evaluasi sumatif (outcome atau
produk).

Terdapat dua model evaluasi kurikulum yaitu model Saylor,


Alexander, dan Lewis, dan model CIPP yang didesain oleh Phi Delta
Kappa National Study Committee on Evaluation yang diketuai Daniel L.
Stufflebeam. Menurut model Saylor, Alexander, dan Lewis terdapat lima
komponen kurikulum yang dievaluasi, yaitu tujuan (goals, subgoals, dan
objectives), program pendidikan secara keseluruhan (the program of
education as a totality), segmen khusus dari program.
11

D. PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan


kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang
akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat
menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan
sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh
karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan
sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan
kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga
akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam
suatu pengembangan kurikulum.

Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan


prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua
kelompok : (1) prinsip prinsip umum : relevansi, fleksibilitas,
kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip
berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan
pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses
belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat
pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima
prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :

1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki


relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan,
bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara
eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi
dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi
12

epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi


psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan
masyarakat (relevansi sosilogis).
2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum
mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur
dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat
dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar
bekang peserta didik.
3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam
kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal.
Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus
memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas,
antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan
dengan jenis pekerjaan.
4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan
kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-
sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga
hasilnya memadai.
5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan
pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang
mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan


kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki
13

posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi


manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta
tuntutan lingkungan.
2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat
istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum
meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan
lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam
keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antarsubstansi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis,
dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
14

keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan


vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum
mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan
secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan
keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan
informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan
yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan
nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional
dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan
sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara


penerapan satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum
sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena
prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum

Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih


terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari
kurikulum . Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural
15

(perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung


dalam pengembangan kurikulum.
16

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan
proses berlajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggunga jawab
sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya. Kurikulum
merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan
sekolah, jadi selain kegiatan kulikuler yang formal juga kegiatan yang
tak formal. (Nasution, 2008:5)

Fungsi kurikulum dalam proses apendidikan, yakni merupakan


alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka hal ini berarti, sebagai alat
pendidikan kurikulum mempunyai komponen-komponen penunjang
yang saling mendukung satu sama lainnya. Lima komponen kurikulum
yaitu:

1. Tujuan,
2. Isi dan struktur program,
3. Organisasi dan strategi,
4. Sarana
5. Evaluasi.

Teori kurikulum adalah suatu perangkat pernyataan yang


memberikan makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi
karena adanya penegasan hubungan antara unsur-unsur kurikulum,
karena adanya petunjuk perkembangan/penggunaan dan evaluasi
kurikulum.
17

Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi,


sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan
kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang
akan menjiwai suatu kurikulum.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua
kelompok : (1) prinsip prinsip umum : relevansi, fleksibilitas,
kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip
berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan
pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses
belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat
pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.
18

DAFTAR PUSTAKA

Abbatt. 1998. Pengajaran yang Efektif. Jakarta: IKAPI.

Ali, Mohammad. 2003. Pendidikan untuk Pembangunan Nasional.


Bandumg: Grasindo.

Hasan, Said Hamid. 2005. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung:


Imperial Bhakti Utama.

Prayitno. 2002. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Bandung:


Grasindo.

Sukmadinata, Nana Saodih. 2007. Pengembangan Kurikulum, Teori dan


Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai