Anda di halaman 1dari 18

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1. Karakteristik Responden Masyarakat

6.1.1. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 68 responden bahwa sebagian besar

berpendidikan terakhir SMA yaitu sebesar 55,9% responden. Hal ini menunjukkan

bahwa rata-rata masyarakat lebih memilih bekerja setelah menamatkan SMA

daripada melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Selain itu, faktor perekonomian

menjadi sebab utama masyarakat lebih memilih bekerja setelah tamat SMA.48

6.1.2. Profesi/Pekerjaan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 45,6% responden yang

berprofesi selain mahasiswa/pelajar, PNS, pegawai swasta dan wiraswasta.

Responden ibu-ibu rata-rata berprofesi sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga). Selain

itu, profesi untuk laki-laki biasanya menjadi buruh dan petani.

6.1.3. Penghasilan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,8% responden memiliki pendapatan

di bawah 1 juta. Hal ini berbanding lurus dengan pendidikan yang telah ditamatkan

dan profesi/pekerjaan yang didapatkan responden. Akibatnya, banyak pekerja yang

bekerja di sektor- sektor informal hanya bekerja sebagai pekerja kasar dan pekerja

tingkat rendah dengan pendapatan yang rendah pula.44

93
94

6.1.4. Jenis Pelayanan yang Pernah Digunakan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa 82,4% responden pernah menggunakan

pelayanan kesehatan gigi dan mulut, seperti klinik/puskesmas/rumah sakit.

Sebagian besar dari responden lebih banyak menggunakan puskesmas untuk

berobat. Hal ini disebabkan tersedianya BPJS kesehatan karena ketidakmampuan

responden membayar perawatan/pengobatan di klinik/rumah sakit swasta.46

6.2. Persepsi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut (Masyarakat)

6.2.1. Jarak Rumah ke Pusat Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40% responden memiliki jarak rumah

yang jauh dengan pusat pelayanan kesehatan. Dari data Ditjen Cipta Karya dalam

Profil Kota Padang menjelaskan bahwa Pemerintah dalam rangka meningkatkan

pelayanan kesehatan melakukan berbagai cara, salah satunya dengan cara

membangun Puskesmas, Puskesmas Bantu dan tenaga medis di setiap Kecamatan

di Kota Padang.49 Tetapi untuk Kecamatan Pauh dengan luas geografis terbesar

yang luasnya 21,05% dari luas Kota Padang hanya mengandalkan satu Puskesmas

untuk pelayanan kesehatan dirasakan berat bagi masyarakat.43

6.2.2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui total 62% responden mengatakan

fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas lengkap dan cukup

lengkap. Untuk 32 % responden masih merasakan kurang lengkapnya fasilitas

kesehatan gigi dan mulut di puskesmas. Hal ini dikarenakan masih ada Puskesmas
95

yang tidak bisa melakukan tindakan penambalan gigi sehingga gigi yang sakit

biasanya dilakukan ekstraksi / pencabutan.45

6.2.3. Tingkat Kepuasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 43% responden puas dan 44% responden

mengatakan cukup dan kurang puas dengan kinerja dan pelayanan yang diberikan

oleh Puskesmas. Ketidakpuasan yang dirasakan masyarakat beralasan karena masih

ditemukannya pelayanan yang kurang tanggap terhadap pasien di beberapa

Puskesmas. Tetapi, banyak juga responden yang puas dengan pelayanan yang

diberikan oleh Puskesmas. Kepuasan setiap orang berbeda beda tergantung

kebutuhan dan keinginan pasien. Kepuasan pasien ialah suatu tingkat perasaan

pasien yang timbul akibat dari kinerja pelayanan kesehatan yang diperoleh setelah

pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan.50

6.2.4. Biaya Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 56% responden mengatakan biaya

perawatan/pengobatan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas murah dan sisanya

44% mengatakan mahal. Responden yang mengatakan bahwa murahnya biaya

perawatan/pengobatan gigi karena ikut serta dalam program pemerintah JKS

(Jaminan Kesehatan Nasional) oleh BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan

Sosial). Tujuan diberlakukannya program JKS adalah memenuhi kebutuhan

kesehatan masyarakat yang layak diberikan kepada setiap orang yang telah

membayar iuran atau iurannya telah dibayarkan Pemerintah.51 Untuk responden

yang berpedapat tentang mahalnya biaya perawatan/pengobatan karena biasanya


96

penyakit gigi yang diderita mengharuskan kotrol berkala atau lebih dari satu kali ke

dokter gigi. Hal ini menyebabkan biaya yang dikeluarkan lebih mahal. Apalagi

pengobatan/perawatan dilakukan di klinik/rumah sakit tanpa asuransi kesehatan.

6.3. Persepsi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut (Dokter Gigi, Dinas

Kesehatan dan DPRD Kota Padang)

6.3.1. Wilayah yang Penduduknya Jauh dari Pusat Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa 50% responden dokter gigi

mengatakan masih ada penduduk yang wilayah pemukimannya jauh dari pusat

pelayanan kesehatan. Dari data Badan Pusat Statistik berdasarkan sebaran

Puskesmas di Kota Padang terdapat dua puskesmas yang luas wilayah kerjanya

paling besar dan tergolong jauh dari pemukiman masyarakat dibeberapa Kelurahan,

yaitu Puskesmas Pauh dan Puskesmas Bungus.43,52 Hal ini berbanding lurus karena

dari data Badan Pusat Statistik Kota Padang 2015 menyebutkan bahwa 50,8%

masyarakat Kota Padang lebih memilih mengobati penyakitnya sendiri daripada

berobat jalan.44

6.3.2. Wilayah yang Penduduknya Sulit Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 52,5% responden dokter gigi

mengatakan masih ada wilayah penduduk yang sulit mendapat pelayanan

kesehatan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Padang 2015, Kecamatan

Pauh dan Kecamatan Bungus Teluk Kabung juga sulit dijangkau masyarakat karena

beberapa Kelurahan sangat jauh dari Puskesmas tersebut. Beberapa kendala


97

diantaranya : masyarakat yang tinggal di daerah geografis perbukitan dan

kemiringan landai di tepi pantai hingga tidak adanya transportasi umum dari rumah

ke pusat pelayanan kesehatan dan tingkat sosial-ekonomi yang rendah. Dari

beberapa Kelurahan di dua Kecamatan tersebut juga masih terkendala dengan akses

jalan yang rusak dan sempit.43,52

6.3.3. Kelengkapan Fasilitas Kesehatan Gigi dan Mulut di Kota Padang

Hasil penelitian menunjukkan 62,5% responden dokter gigi mengatakan

fasilitas kesehatan gigi dan mulut Puskesmas cukup lengkap di Kota Padang.

Menurut Kemeterian Kesehatan RI dalam Pedoman Kesehatan Puskesmas tahun

2013 untuk fasilitas Poliklinik Gigi terdiri dari :53

PUSKESMAS
No Jenis Layanan, Alat dan Sarana Kesehatan
Non Perawatan Perawatan
A. Layanan Poliklinik Gigi
1 Atraumatic Restorative Treatmen (ART)
1.1. Enamel Access Cutter
1.2. Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Kecil (Spoon
Excavator Small)
1.3. Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Sedan g
(Spoon Excavator Medium)
1.4. Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Besar (Spoon
Excavator Large)
1.5. Double Ended Applier and Carver
1.6. Spatula Plastik
1.7. Hatchet
1.8. Batu Asah
2 Bein Lurus Besar
3 Bein Lurus Kecil
Bor Intan (Diamond Bur Assorted) untuk Air Jet Hand
4
Piece (Kecepatan Tinggi) (round, inverted dan fissure)
Bor Intan Kontra Angle Hand Piece Conventional
5
(Kecepatan Rendah) (round, inverted dan fissure)
98

6 Polishing Bur
7 Ekskavator Berujung Dua (Besar)
8 Ekskavator Berujung Dua (Kecil)
9 Gunting Operasi Gusi (Wagner) (12 cm )
10 Handpiece Contra Angle
11 Handpiece Straight
12 Kaca Mulut Datar No.4 Tanpa Tangkai
13 Tangkai Untuk Kaca Mulut
14 Klem/Pemegang Jarum Jahit (Mathieu Standar)
15 Korentang, Penjepit Sponge (Foerster)
16 Set Kursi Gigi yang terdiri dari:
16.1. Kursi Gigi:
- Up Down Movement
- Reclining
- Head Rest
- Lampu Halogen Tanpa Bayangan
16.2. Cuspidor Unit:
- Spitton Bowl + Bowl Flush
- Water Cup Filler
- Saliva Ejector
- Transparent Water Tank (1000 cc)
16.3. Meja Instrumen
- Air Turbin Hand Piece 400.000 rpm
- Air Motor 20.000 rpm dengan Straight dan
Contra Angle Hand
- Triple Syringe
16.4. Foot Controller untuk Hand Piece
16.5. Kompresor Oilless 1 PK
17 Light Curing
Mikromotor dengan Straight dan Contra Angle Hand
18
Piece (Low Speed Micro Motor portable)
19 Pelindung Jari
20 Pemegang Matriks (Matrix Holder)
21 Penahan Lidah
22 Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Distal)
23 Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Mesial)
24 Penumpat Plastis
25 Periodontal Probe
26 Penumpat Semen Berujung Dua
27 Pinset Gigi
Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kiri (Type
28
Chisel/Mesial)
99

Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kanan (Type


29
Chisel/Mesial)
30 Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type Hook)
Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan (Type
31
Chisel/Mesial)
Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri (Type
32
Chisel/Mesial)
33 Skeler Ultrasonik
34 Sonde Lengkung
35 Sonde Lurus
36 Spatula Pengaduk Semen
37 Spatula Pengaduk Semen Ionomer
38 Set Tang Pencabutan Dewasa
38.1. Tang gigi anterior rahang atas dewasa
38.2. Tang gigi premolar rahang atas
38.3. Tang gigi molar kanan rahang atas
38.4. Tang gigi molar kiri rahang atas
38.5. Tang molar 3 rahang atas
38.6. Tang sisa akar gigi anterior rahang atas
38.7. Tang sisa akar gigi posterior rahang atas
38.8. Tang gigi anterior dan premolar rahang bawah
38.9. Tang gigi molar rahang bawah kanan/kiri
38.10. Tang gigi molar 3 rahang bawah
38.11. Tang sisa akar rahang bawah
39 Set Tang pencabutan anak
39.1. Tang gigi anterior rahang atas
39.2. Tang molar rahang atas
39.3. Tang molar susu rahang atas
39.4. Tang sisa akar rahang atas
39.5. Tang gigi anterior rahang bawah
39.6. Tang molar rahang bawah
39.7. Tang sisa akar rahang bawah
40 Skalpel, Mata Pisau Bedah (Besar)
41 Skalpel, Mata Pisau Bedah (Kecil)
42 Skalpel, Tangkai Pisau Operasi
43 Silinder Korentang Steril
44 Tempat Alkohol (Dappen Glas)
Toples Kapas Logam dengan Pegas dan Tutup (50 x
45
70 mm)
46 Toples Pembuangan Kapas (50 x 75 mm)
47 Baki Logam Tempat Alat Steril Bertutup
48 Lampu Spiritus Isi 120 cc
100

49 Lempeng Kaca Pengaduk Semen


50 Needle Destroyer
51 Sterilisator kering
52 Waskom Bengkok (Neirbeken)

B. Bahan Habis Pakai


1 Tumpatan Sementara
2 Glass Ionometer
3 Composite Light Curing
4 Articulating Paper (Kertas Artikulasi)
5 Jarum Jahit, Lengkung No.13
6 Jarum Jahit, Lengkung No.16
7 Jarum Suntik, Hipodermis (No.12)
8 Jarum Suntik, Hipodermis (No.18)
9 Kapas
10 Dental Hand Piece Lubricant/Oil Spray
11 Pita Matrix (Matrix Band) 5 mm X 100 mm
12 Seluloid Kotak/Strip
13 Suction Tip
14 Tampon
15 Antiseptik Oral
16 Betadine Solution atau Desinfektan lainnya
17 Sabun Tangan atau Antiseptik

C. Perlengkapan
1 Generator Listrik 2000 watt
2 Sikat untuk Membersihkan Peralatan
3 Baki Logam Tempat Alat Steril Bertutup
4 Tempat jarum bekas
5 Stabilizer
6 Tempat Alat Gigi (Tas Peralatan)
7 Tempat Sampah Tertutup

D. Perabotan
1 Kursi kerja
2 Meja tulis biro

Dari pedoman di atas dapat disimpulkan bahwa Puskesmas di Kota Padang

belum dapat memenuhi seluruh standar alat dan bahan yang dibutuhkan pasien.
101

Contohnya, sterilisator alat yang tidak berfungsi karena tidak adanya dana

pemeliharaan. Tidak semua alat, bahan dan obat untuk pelayanan kesehatan gigi

disediakan Puskemas. Alasannya, karena tidak semua prosedur pelayanan

kesehatan standar dilakukan oleh Puskesmas dan juga stok bahan dan obat yang

habis dari Dinas Kesehatan. Ketidaktersediaan genset, seperti di Puskesmas Pauh

membuat pelayanan kesehatan khususnya yang menggunakan listrik di Poliklinik

Gigi tidak berfungsi apabila terjadi pemadaman listrik.46

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kemeterian

Kesehatan Nomor: HK.02.04/II/964/2012 tentang Pedoman Paket Dasar Pelayanan

Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas, bagian b dikatakan bahwa pelayanan gigi

dasar dimaksudkan untuk menyediakan pelayanan preventif dan kuratif, yang

meliputi penanganan kegawatdaruratan gigi dan mulut (Oral Urgent

Treatment/OUT), penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride (Affordable

Fluoride Toothpaste/AFT), penambalan gigi dengan invasi minimal (tanpa bur) /

Atraumatic Restorative Treatment (ART).54 Dilihat dari pedoman tersebut, tidak

semua Puskesmas di Kota Padang yang dapat menerapkan pelayanan kesehatan

dasar. Contohnya, masih ditemukan Puskesmas yang tidak bisa melakukan

prosedur penambalan karena ketidaktersediaan alat dan bahan. Hal ini

menyebabkan masih tingginya perbanding cabut : tambal di Kota Padang. Selain

itu, tidak semua Puskesmas di Kota Padang melakukan prosedur kegawatdaruratan

karena masalah kurangnya skill dokter gigi menangani hal tersebut. Puskesmas

biasanya merujuk pasien tersebut ke klinik/rumah sakit terdekat.


102

6.3.4. Biaya Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut di Kota Padang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 57,5% responden dokter gigi

mengatakan biaya perawatan/pengobatan gigi dan mulut di puskemas murah. Hal

ini dikarenakan adanya bantuian dari BPJS dari Pemerintah yang dapat

meringankan beban masyarakat kurang mampu dalam pembayaran pengobatan.

Peserta BPJS Kesehatan mendapatkan pelayanan gigi di Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama maupun di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan yang bekerja

sama dengan BPJS Kesehatan.51

6.3.5. Kebijakan dalam Meningkatkan Kesehatan Gigi dan Mulut di Kota

Padang

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 05 Tahun 2009 tentang

Retribusi Pelayanan Kesehatan, pasal 8 ayat 1 berbunyi : Pelayanan Kesehatan di

Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling untuk rawat jalan tidak

dikenakan retribusi dan ayat 2 (b) berbunyi : Dalam hal ada penunjang diagnostik,

tindakan medik tidak dikenakan retribusi yang meliputi : tindakan gigi, gigi susu,

ektraksi/satu gigi, tambalan gigi/satu gigi, perawatan saraf gigi/satu gigi, scalling

dan pencabutan gigi terpendam. Pemerintah Kota Padang melalui Perda tersebut

berupaya membantu masyarakat dalam perawatan/pengobatan gigi dan mulut tanpa

memungut biaya (gratis).55 Faktanya 50,8% masyarakat Padang lebih memilih

mengobati sakitnya dibanding memeriksakan ke dokter gigi.44 Bila dilihat dari

tujuannya, Perda ini sebenarnya sangat membantu masyarakat Padang untuk lebih

sadar dan peka terhadap usaha preventif kesehatan gigi dan mulut. Realisasi Pemko
103

Padang kepada masyarakat yang rendah tentang adanya Perda tersebut dan

kebiasaan serta pengetahuan masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut yang

masih rendah membuat tujuan pengadaan Perda tidak dapat dirasakan oleh

masyarakat Padang.

6.3.6. Kebijakan untuk Mengalokasikan Dana/APBD Kesehatan Gigi dan

Mulut di Kota Padang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal

171 ayat 2 tentang besarnya Anggaran Kesehatan Pemerintah Daerah Provinsi,

Kabupaten/Kota sebesar 10% dari APBD di luar gaji.7 Persentase APBD kesehatan

untuk Kota Padang pada tahun 2014 sebesar 6,5% (Rp. 141.605.905.808) dan naik

pada tahun 2015 (Rp 152.489.616.837).7,56 Jumlah dana yang terealisasikan pada

semester 1 tahun 2015 hanya berjumlah Rp 38.450.876.310. Dengan kata lain,

APBD kesehatan hanya sebagai ukuran kebutuhan saja karena realisasinya jauh dari

kebutuhan yang ada.

Berdasarkan laporan Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPKA) dari

Dinas Kesehatan Kota Padang, secara garis besar dana APBD untuk kesehatan gigi

dan mulut tidak dirincikan/dikhususkan sebab dana dilaporkan dalam bentuk

kebutuhan setiap Puskesmas. Artinya, persentase APBD tidak dapat dipastikan

karena dana yang disalurkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing Puskesmas.56

Pemerintah Kota Padang, khususnya Dinas Kesehatan hanya memberikan dana

kepada Puskesmas yang melaporkan kebutuhan pengadaan alat dan fasilitas yang

rusak atau perlu diperbaiki. Dinkes Kota Padang tidak memilik dana pemeliharaan
104

atau pengadaan alat karena harus bernegosiasi dengan Pemko Padang dan DPRD

Komisi IV untuk mendapatkan dana yang dibutuhkan Puskesmas. Kesimpulannya,

dana APBD Kesehatan tidak secara langsung dikelola oleh Dinas Kesehatan karena

hanya dapat dicairkan bila negosiasi sejalan dengan Pemerintah. Sebagai contoh

dana pemeliharaan Puskesmas pada tahun 2015 semester 1 dimana hanya 2

(Puskesamas Lubuk Buaya dan Puskesmas Alai) dari 22 Puskesmas yang

mendapatkan dana pemeliharaan alat kedokteran dengan jumlah yang jauh dari

kebutuhan. Puskesmas Lubuk Buaya membutuhkan biaya pemeliharaan Rp

5.000,000,00 hanya terealisasikan Rp 3.400.000,00 dan Puskesmas Alai

membutuhkan Rp. 3.000.000,00 hanya terealisasikan Rp 500.000,00.56

Sulitnya pengadaan barang kesehatan di Puskesmas dikarenakan dana yang

dibutuhkan sulit teralisasikan. Menurut data Dinas Kesehatan 2015, biaya modal

pembeliaan alat-alat kesehatan termasuk kesehatan gigi di seluruh Puskesmas

belum terealiasikan oleh Pemerintah. Lambatnya realisasi dana dan negosiasi

dengan Pemerintah yang rumit harus dihadapi oleh Dinas Kesehatan untuk

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat Kota Padang.56 Sehingga

untuk mewujudkan pengadaan MDC, Dinas Kesehatan harus melakukan negosiasi

secara tepat dengan DPRD Komisi IV dan Pemko Padang sehingga rencana

pengada MDC dapat terealisasikan. DPRD Komis IV dalam hal ini merencanakan

pengalokasian dana pengadaan MDC dengan dana bantuan hibah dan dana bantuan

sosial yang dikelola oleh Pemko Padang. Dana ini sangat membantu dalam

permodalan pembelian MDC. Pencairan dana diharapkan tidak terkendala oleh


105

Pemko Padang, sehingga pemanfaatan MDC dapat segera dirasakan oleh

masyarakat kota Padang.

6.3.7. Jarak Pengadaan Mobile Dental Clinic di Kota Padang

Berdasarkan hasil penelitian 58% responden dokter gigi mengatakan jarak

pengadaan MDC karena jarak pemukiman penduduk yang jauh dari pusat

pelayanan kesehatan yaitu lebih dari 3 kilo meter. Berbeda dengan pemerintah,

jarak rumah masyarakat 1-3 km dari pusat pelayanan kesehatan disarankan untuk

mengadakan MDC. Diharapkan dengan pengadaan MDC masalah jarak dapat

diatasi sehingga pemerataan kesehatan gigi dan mulut dapat tercipta di Kota

Padang.

6.3.8. Mobile Dental Clinic dapat Menyelesaikan Masalah Kesehatan Gigi

dan Mulut di Kota Padang

Hasil penelitian menunjukkan 70% responden dokter gigi, 100% responden

Dinas Kesehatan dan 87% responden DPRD Komisi IV menyatakan pengadaan

MDC merupakan salah satu cara alternatif mengatasi masalah kesehatan gigi dan

mulut masyarakat Kota Padang, khususnya masyarakat yang sulit menjangkau

akses pelayanan kesehatan. Bukan berarti dengan diadakannya MDC, pusat

pelayanan kesehatan menjadi tidak berfungsi. Program kolaborasi antara MDC

dengan Pusat Pelayanan Tingkat Satu maupun Lanjutan harus dilakukan agar

terwujud masyarakat yang sehat. Salah satu contoh yaitu UKGS oleh Puskesmas di

Kota Padang hanya melakukan program promotif dan preventif.46 Pengadaan MDC

sangat membantu dokter dokter melakukan program kuratif. Prosedur kuratif


106

yang tidak dapat dikerjakan perlu dilakukan rujukan ke Pelayanan Tingkat Satu atau

Lanjutan untuk pemeriksaan selanjutnya. Karena itulah, kerja sama setiap pihak

yang terkait diperlukan.

6.3.9. Rencana Pengalokasian Dana untuk Pengadaan Mobile Dental Clinic di

Kota Padang

Menurut hasil penelitian untuk rencana pengalokasian dana pengadaan MDC

di Kota Padang diketahui Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Bidang Jaminan

Sarana Kesehatan telah merencanakan pengalokasian dana tersebut. DPRD Komisi

IV juga sudah merencanakan pengalokasian dana APBD untuk MDC sebanyak

75% responden. Menurut salah seorang anggota DPRD Komisi IV yang tahun lalu

memegang program kerja kesehatan gigi dan mulut di Kota Padang mengatakan

kendala utama dalam penyelanggaran MDC di Kota Padang yaitu pendanaan

APBD yang sangat rendah hingga tahun ini. Untuk mewujudkan MDC di Kota

Padang, salah satu cara yang dilakukan yaitu perlunya pengalokasian dana hibah

dan bantuan sosial pemko Padang. Dengan bantuan dana tersebut, pengadaan MDC

dirasakan dapat merealisasikan pengadaan MDC secepatnya di Kota Padang. Perlu

ditekankan juga, kolaborasi dengan pihak swasta terkait kesehatan gigi dan mulut

sangat diperlukan demi keberlangsungan pengoperasian MDC jangka panjang.

6.3.10. Pengadaan Mobile Dental Clinic di Kota Padang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui 60% responden dokter gigi, 57%

responden Dinas Kesehatan dan 100% responden DPRD Komisi IV menyatakan

perlunya 1 - 5 tahun lagi diadakan MDC di Kota Padang. Urgensi pengadaan MDC
107

di Kota Padang menurut anggota DPRD Komisi IV terkendala karena dana

sehingga permintaan pengalokasian dana dari Dinas Kesehatan belum bisa

terealisasikan sampai saat ini.

6.4. Gambaran Persepsi DPRD, Dinas Kesehatan, Dokter Gigi dan

Masyarakat tentang Pentingnya Pengadaan Mobile Dental Clinic di

Kota Padang

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang persepsi/pendapat

masyarakat terhadap pentingnya pengadaan MDC di Kota Padang dengan 12 total

pertanyaan dengan nilai maksimal skor 60 apabila masyarakat menjawab Sangat

Penting (SP) di setiap pertanyaan, sedangkan dari 68 responden masyarakat

diketahui rata rata skor 55,10. Dari klasifikasi skor skala pentingya pengadaan

MDC di Kota Padang yaitu di kategorikan Tinggi. Artinya, responden masyarakat

sangat berharap pemerintah secepatnya mengadakan fasilitas MDC di Kota Padang.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MenPAN)

Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 bahwa di dalam memberikan pelayanan publik

harus mengandung empat unsur. Salah satunya yaitu pengaturan setiap pelayanan

umum harus disesuaikan dengan kondisi kebutuhan dan kemampuan masyarakat

untuk membayar berdasarkan ketentuan perundang undangan yang berlaku

dengan tetap berpegang pada efisiensi dan efektitif.52 Dengan berbagai masalah

kesehatan gigi dan mulut masyarakat Padang yang masih sulit diatasi oleh

Puskesmas, urgensi pengadaan MDC dirasa penting untuk 1 5 tahun ke depan.


108

Peran serta dokter gigi sebagai pelayan kesehatan untuk masyarakat juga

sangat dibutuhkan. Permasalahan dokter gigi Puskesmas juga masih banyak

dikeluhkan oleh masyarakat, sehingga masyarakat lebih memilih datang ke

klinik/rumah sakit. Ujung tombak awal sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat

pertama yang harusnya di arahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic

health care services) dengan mengedepankan fungsi promotif dan preventif (public

health service). Karena fungsi kuratif dan rehabilitative lebih di tekankan kepada

pusat pelayanan kesehatan tingkat lanjut (Rumah Sakit Umum/Swasta).52 Untuk

membantu peran promotif dan preventif oleh puskesmas, MDC sangatlah dapat

diandalkan. Persepsi dokter gigi tentang pentingya pengadaan MDC di Kota Padang

dengan 14 total pertanyaan dengan nilai maksimal skor 70 apabila dokter gigi

menjawab Sangat Penting (SP) di setiap pertanyaan, sedangkan dari 40 responden

dokter gigi diketahui rata rata skor 58,28. Dari klasifikasi skor skala pentingya

pengadaan MDC di Kota Padang yaitu di kategorikan Tinggi. Artinya, responden

dokter gigi juga sangat berharap pemerintah secepatnya mengadakan fasilitas MDC

di Kota Padang.

Jenis pelayanan jasa seperti MDC merupaka jenis pelayanan diberikan oleh

unit pelayanan berupa penyediaan sarana dan prasarana serta penunjang.

Pengorganisasiannya berdasarkan suatu sistem pengorganisasian tertentu dan pasti,

dengan produk akhir berupa jasa yang mendatangkan manfaat bagi penerimanya

secara langsung dan habis terpakai dalam jangka waktu tertentu. Penyediaan

pelayanan kesehatan mengharuskan adanya birokrasi dengan pemerintah.52 Peran

pemerintah dalam pengadaan MDC sangat diperlukan. Dinas Kesehatan merupakan


109

unsur pelaksana otonomi daerah yang memiliki tugas utama dalam meningkatkan

kesehatan, termasuk kesehatan gigi dan mulut. Begitu juga dengan DPRD sebagai

badan legislatif yang memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. Fungsi

legislasi (pengaturan) dalam hal ini berkaitan dengan membentuk dan mengesahkan

kebijakan kebijakan pro rakyat, termasuk kebijakan dalam meningkatkan

kesehatan gigi dan mulut.53

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang persepsi / pendapat

pemerintah (DPRD Komisi IV dan Dinas Kesehatan Kota Padang) terhadap

pentingnya pengadaan MDC di Kota Padang dengan 14 total pertanyaan dengan

nilai maksimal skor 70 apabila responden menjawab Sangat Penting (SP) di setiap

pertanyaan, sedangkan dari 15 responden masyarakat diketahui rata rata skor

62,27. Dari klasifikasi skor skala pentingya pengadaan MDC di Kota Padang yaitu

di kategorikan Tinggi. Artinya, responden DPRD Komisi IV dan Dinas Kesehatan

sangat setuju secepatnya pengadaan MDC diadakan di Kota Padang.

Kendala kendala yang ditemukan untuk mengadakan MDC harusnya

menjadikan peran birokrasi (consensus building) yaitu membangun permufakatan

antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat. Kolaborasi antar semua sektor

yang terkait akan sangat bermanfaat demi kepentingan kesehatan gigi dan mulut

masyarakat Kota Padang. Pemerintah harus mengambil inisiatif dan memperlopori

kebijakan serta memfasilitasi kepentingan kepentingan yang muncul dari

masyarakat maupun kepentingan negara. Dengan birokrasi juga, perubahan kearah

yang lebih baik dapat lebih cepat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.52
110

6.5. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dimana pada penelitian ini menggunakan

kuisioner persepsi untuk DPRD, Dinas Kesehatan, Dokter Gigi dan masyarakat

yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka. Subjek penelitian

yang dipilih oleh peneliti bekerja di bawah Pemerintahan Kota Padang, seperti

anggota DPRD, Dinas Kesehatan dan dokter gigi yang bekerja di Puskesmas yang

tersebar di Kota Padang. Karena subjek penelitian juga berfokus kepada persepsi

pejabat pemerintahan sebagai pemegang kebijakan, peneliti membutuhkan waktu

yang sangat lama untuk mengumpulkan kuisioner yang telah diisi oleh subjek

penelitian. Untuk DPRD dan Dinas Kesehatan, peneliti mendapatkan berbagai

kendala karena jadwal responden yang sangat padat dan sulit ditemui karena jarang

berada di kantor pusat pemerintahan. Begitu juga dengan dokter gigi yang waktu

bekerjanya padat dari pagi sampai siang di Puskesmas. Bahkan ada yang sulit

ditemui karena dinas ke luar kota.

Anda mungkin juga menyukai