Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Demam Berdarah Dengue

2.1.1. Pengertian

Demam berdarah atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit

demam akut yang disebabkan oleh salah satu dari empat serotype virus dari genus

Flavivirus dikenal dengan nama Virus Dengue. Penyakit ini di temukan di daerah

tropis dan di sebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti. Wabah

penyakit ini pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di asia, Afikan,

dan amerika utara. Pada tahun 1950-1975penyakit ini menjadi penyebab kematian

utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di asia tenggara. (Sinta, 2011)

Masuknya virus dengue, di dalam tubuh berlangsung reaksi hebat. Reaksi itu

sedemikian rupa, sehingga pipa pembuluh darah dibagian tubuh mana saja

mengalami kebocoran plasma darah merembes keluar dari pipa pemuluhnya, baik

pipa yang berukuran besar maupun yang kecil. Bukan hanya itu reaksi didalam

tubuh akibat masuknya virus dengue selain trombositnya berkurang, juga

menurunkan zat pembeku darah. Itu sebabnya mengapa pada kasus DBD selain

trombosit, Hb (haemoglobin), dan leucocyt (sel darah putih) cenderung terus

menurun, sedang Hct ( hematokrit) meningkat.( Handrawan, 2007)

8
9

2.1.2. Epidemiologi Demam Berdarah

Kejadia luar biasa pertama penyakit demam berdarah dengue di asia di

temukan di manila pada tahun 1954 dan di laporkan oleh Quintas. Tahun 1958

terjadi kejadian luar biasa penyakit demam berdarah dengue yang di temukan di

Bangkok Thonburi dan sekitarnya. Tahun 1960 di Singapura di temukan kasus

demam berdarah dengue dewasa mudah dalam jumlah yang lebih banyak dengan

hasil isolasi virus dengue menunjukkan tipe 1 dan 2.

Kejadian luar biasa penyakit demam berdarah dengue terjadi juga di wilayah

asia laiinya. Virus dengue tipe 1 dan 4 telah di isolasi dari penderita di kamboja

pada tahun 1961. Di penang, Malaysia barat, penyakit Demam Berdarah Dengue

ini pertama kali di temukan pada tahun 1962.negara lain di Asia barat yang

meliputi Bangladesh, India, Srilangka, dan Maldives dikenal sebagai daerah tenang

dari ancaman serangan penyakit demam berdarah dengue. Walaupun demikian

epidemic dengan puncak dua kali telah di laporkan juga dari Calcuta sekitar bulan

juli 1963 dan maret 1964 dan tahun 1966 kejadian luar biasa penyakit demam

berdarah dengue dalam jumlah sedikit di laporkan di Srilangka.

Tahun 1968, empat belas tahun sesudah kejadian luar biasa pertama di manila,

demam berdarah dengue di laporkan untuk pertama kalinya di Indonesia yaitu

berupa kejadian luar biasa penyakit Demam Berdarah Dengue di Jakarta dan

Surabaya mencatat 58 kasus DBD dengan 24 kematian ( CFR = 41,5%). Pada

tahun berikutnya kasus DBD menyebar ke lain kota yang berada di wilayah
10

Indonesia dan di laporkan meningkat setiap tahunnya. Kejadian luar biasa penyakit

DBD terjadi di sebagian besar daerah perkotaan dan di beberapa daerah pedesaan.

Sampai saat ini penyakit demam berdarah dengue DBD masih menjadi

masalah kesehatan masyarakat Indonesia hal ini di dukung data-data sebagai

berikut :

1. Sejak ditemukan kasus DBD pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, angka

kejadian DBD meningkat dan menyebar keseluruh daerah kabupaten yang

berada di wilayah provinsi Timor-Timur.

2. Pada pengamatan selama kurun waktu 20-25 tahun sejak awal di temukan

kasus DBD, angka kejadian luar biasa penyskit DBD diestimasikan setiap 5

tahun dengan angka kematian tertinggi pada tahun 1968 awal di temukan

kasus DBD dan angka kejadian penyakit DBD tertinggi pada tahun 1988.

3. Angka kematian kasus DBD masih tinggi, terutama penderita DBD yang

dating terlambat dengan derajat IV.

4. Vector penyakit DBD nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus masih

banyak di jumpai di wilayah Indonesia.

5. Kemajuan tecnologi dalam bidang transportasi disertai mobilitas penduduk

yang cepat memudahkan penebaran sumber penularan dari satu kota ke kota

lainnya.(Sigianto, 2006)

Menurut Michael Rossman dan Richard pada bula maret 2002 , dari

University, Amerika serikat, melaporkan bahwa struktur virus dengue yang

berbeda dengan struktur virus laiinya telah ditemukan. Permukaan virus ini halus
11

dan selaputnya di tutupi oleh lapisan protein yang berwarna biru, hijau, dan

kuning. Protein amplop tersebut dinamakan protein E yang berfungsi melindungi

bahan genetic di dalamnya. (Widoyono,2011.)

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD

sangat kompleks, yaitu:

a. Pertumbuhan penduduk

b. Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkontrol

c. Tidak adanya control terhadap nyamuk yang efektif di daerah endemic

d. Peningkatan sarana transportasi. (Hadinegoro, 2004)

2.1.3. Etiologi

Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang termasuk

dalam genus Flavivirus dan family Flaviviridae. Virus dengue termasuk virus

yang termolabil dan bisa disimpan pada -70 C. virus dalam darah penderita yang

disimpan pada temperature 5 C masih dapat menularkan penyakit untuk beberapa

minggu. Terdapat 4 serotipe yaitu DEN-1. DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Yang

semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.

Keempat serotype telh di temukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan

serotype yang paling banyak di temukan. Infeksi yang di sebabkan oleh salah satu

serotype akan menyebabkan imunitas terhadap serotype virus tersebut. (soegijanto,

2006)
12

2.1.4. Vektor

Vektor utama dalam penularan penyakit demam berdarag dengue adalah

nyamuk Ae.aegypti di kenal dengan sebutanblack white mosquito atau tiger

mosquito karena tubuhnya memiliki ciri yang khas yaitu adanya garis-garis dan

bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam. Sedangka yang menjadi

ciri khas utamanya adalah ada dua garis lengkung yang berwarna putih keperakan

kedua sisi lateral dan dua bua garis putih sejajar di garis median dari punggungnya

yang berwarna dasar hitam (lyre shaped marking).Telur nyamuk aedes aegypti

didalam air dengan suhu 20-40 C akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2

hari (Anonim, 1983). Kecepatan pertumbuhan dengan perkembangan larva di

pengaruhi oleh beberapa factor, yaitu temperature tempat, keadaan air dan

kadungan zat makanan yang ada di dalam tempat perindukan. Pada kondisi

optimum, larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 2-3 hari. Jadi

pertumbuhan dan perkembangan telur, larva, pupa, sampai dewasa memerlukan

waktu kurang lebih 7-14 hari ( Anonim, 2006).

Dalam siklus hidupnya, Aedes,aegypti mengalami 4 stadium yaitu telur,

larva, pupa, dan dewasa, sehingga termasuk metamorphosis sempurna

(holometabola)

a. Telur

Telur nyamuk Aedes aegypti berbentk elips atau oval memanjang, warna

hitam, ukuran 0,5- 0,8 mm, permukaan pologinal, tidak memiliki alat pelampung,

dan diletakkan satu persatu pada benda-benda terapung atau pada dinding bagian
13

dalam tempat penampungan air ( TPA) yang berbatasan langsung dengan

permukaan air . dilaporkan bahwa dari telur yang di lepas, sebanyak 85 % melekat

di dinding TPA, sedangkan 15% lainnya jatuh ke permukaan air.

b. Larva

Larva nyamuk Aedes,agypti tubuhnya memanjang tampa kaki dengan bulu-

bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini dalam pertumbuhan dan

perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis) dan larva yang

berbentuk berturut-turut disebut larva istar I, II, III,dan IV.

c. Pupa

Pupa nyamuk Ae.aegypti bentuk tubuhnya bengkok, dengan bagian kepala

dada lebih besar dibandingkan dengan bagian perutnya, sehingga tampak seperti

tanda bacakoma. Pada bagian punggung (dorsal) dada terdapat alat bernapas

seperti terompet. Pada ruas perut ke-8 terdapat sepasang alat pengayuh yang

berguna untuk berenang . alat pengayuh tersebut berjumbai panjang dan bulu di

nomor 7 pada ruas perut ke-8 tidak bercabang.

d. Dewasa

Nyamuk Aedes.aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian, yaitu kepala, dada

dan perut . pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antenna

berbulu. Alat mulut nyamuk betina penusuk-pengisap dan termasuk lebih

menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk jantan bagian mulut

lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong
14

lebih menyukai cairan tumbuhan (phytophags). Nyamuk betina mempunyai

antenna tipe-pilose sedangkan nyamuk jantan tipe plumose. (Soegijanto, 2006) .

Tempat berkembang biak Aedes aegypti dapat di kelompokkan sebagai

berikut :

1. TPA untuk keperluan sehari-hari, seperti drum, tempayan, bak mandi, ember

dan lain-lain.

2. TPA bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat minum burung, vas

bunga, perangkap semut, dan barang-barang bekas (ban, kaleng, botol plastic,

dan lain-lain)

3. TPA alamiah seperti : lobang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung

kelapa, pelepah pisang, potongan bamboo, dan lain-lain .(Sungkar, 2005).

Menurut Ricard dan Davis (1997), kedudukan nyamuk Aedes, aegypti

dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut.

Filum : Arthropoda (berkaki buku)

Kelas : hexapoda (berkaki enam)

Bangsa/ordo : Diptera (bersayap dua)

Family : Culicidae (nyamuk)

Genus (Marga) : Aedes

spesies : Aedes aegypti


15

2.1.5. Host

Virus Dengue mengifeksi manusia dan beberapa spesies primata rendah.

manusia merupakan rsesvoir utama bagi virus tersebut. Perilaku manusia dapat

mempengaruhi penyebaran penyakit DBD seperti membuang sampah barang-barang

yang dapat di genangi air dengan sembarangan, kebiasaan menampung air di tempat

penampungan air, belum membudayanya upaya membersikan tempat-tempat

penampungan air dan menggantung pakaian sembarangan. kebiasaan tersebut dapat

di mamfaatkan vektor sebagai tempat perindukan atau tempat untuk peristirahatan

nyamuk . (Ahmad, Kandun 2004).

2.1.6. Cara Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Sumber penularan penyakit DBD adalah orang yang ada di dalam darahnya

terdapat virus dengue . orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak

sakit, yaitu jika mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue . bila

seseorang digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk

ke lambung nyamuk, selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di

seluruh bagian tubuh nyamuk. sebagian virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk.

kira-kira satu minggu setelah menghisap darah penderita nyamuk tersebut siap untuk

menularkan kepada orang lain .(Kandun, 2004)

Penularan DBD dapat terjadi di semua tampat yang ada nyamuk penularanya.

berdasarkan teori infeksi sekunder, seseorang dapat terserang DBD, jika mendapat
16

infeksi ulangan dengan virus tipe yang berlainan dengan infeksi sebelumnya.(Kandun

2004).

2.1.7. Gambaran Klinis Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis klinis DBD, WHO (1986) menentukan beberapa

patokan gejala klinis dan laboratorium.

gejala klinis :

1. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari.

2. Manifestasi pendarahan

a. uji torniquet positif

b. pendarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epistaksis,

pendarahan gusi, hematemesis, melena.

3. Hepatomegali

4. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau nadi

tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah.

Pembagian derajat DBD menurut WHO (1986) :

Derajat I :Demam dan uji torniquet positif

Derajat II :Demam dan pendarahan spontan, pada umumnya di kulit dan atau

pendarahan lainnya.

Derajat III :Demam, pendarahan spontan, disertai atau tidak di sertai

hepatomegali dan di temukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi


17

meliputi nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (< 20

mmHg) atau hipotensi disertai ekstrimitas dingin, dan anak gelisah.

derajat IV : Demam, pendarahan spontan, disertai atau tidak di sertai hepatomegali

dan di temukan gejala renjatan hebat (nadi tak teraba dan tekanan

darah tak terukur) ( Soegeng Soegijanto 2006)

hasil laboratorium darah :

Trombocyt kurang dari 100.000/mm3

Hct naik lebih 20%

Analisis diagnosis :

DBD positif jika terdapat 2 sampai 3 kriteria klinis yang disertai dengan trombocyt

yang turun, dan Hct yang naik, dan Hct yang naik. Jika terjadi syok dengan trobocyt

turun dan Hct naik, positif Dengue Shock Syindrome.(Dr. Handrawan Nadesul 2007).

2.1.8. Pencegahan

Penanggulangan penyakit DBD meliputi tindakan promotif, preventif, dan

kuratif dimana tindakan promotif melalui edukasi informasi kepada masyarakat luas

mengenai penyakit DBD dan cara pencegahanya. tindakan preventif (pencegahan)

dilakukan dengan seiring dengan tindakan promotif yaitu dengan melakukan berbagai

kegiatan kebersihan lingkungan dengan pembasmian tempat perindukan nyamuk

Aedes aegypti .tindakan kuratif terus di kembangkan dengan meningkatkan

pengetahuan tentang pelaksanaan penyakit DBD yaitu dengan Pencegahan dilakukan


18

dengan menghindari gigitan nyamuk di sepanjang siang hari (pagi sampai sore)

karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari).

Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan menghindari berada di lokasi-lokasi

yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD

nya. Bila memang sangat perlu untuk berada di tempat tersebut kenakan pakaian yang

lebih tertutup, celana panjang dan kemeja lengan panjang misalnya. gunakan cairan

/krim anti nyamuk yang banyak dijual di toko-toko, pada bagian badan yang tidak

tertutup pakaian.

Awasi lingkungan di dalam rumah dan di halaman rumah. Buang atau timbun

benda-benda tak berguna yang menampung air, atau simpan sedemikian rupa

sehingga tidak menampung air. Taburkan serbuk abate (yang dapat dibeli di apotik)

pada bak mandi dan tempat penampung air lainnya, juga pada parit/ selokan di dalam

dan di sekitar rumah, terutama bila selokan itu airnya tidak/ kurang mengalir. Kolam /

akuarium jangan dibiarkan kosong tanpa ikan, isilah dengan ikan pemakan jentik

nyamuk. Semprotlah bagian-bagian rumah dan halaman yang merupakan tempat

berkeliarannya nyamuk, dengan obat semprot nyamuk (yang banyak dijual di toko-

toko) bila tampak nyamuk berkeliaran di pagi/siang/sore hari.

Bila ada salah seorang penghuni yang positif atau diduga menderita DBD,

segera semprotlah seluruh bagian rumah dan halaman dengan obat semprot nyamuk

di pagi, siang dan sore hari, sekalipun penderita tersebut sudah dirawat di rumah

sakit. Hubungi puskemas setempat untuk meminta fogging di rumah-rumah di

lingkungan setempat.
19

Pencegahan secara massal di lingkungan setempat dengan bekerja sama

dengan RT/RW/Kelurahan dengan puskesmas setempat dilakukan dengan

Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), Fogging, atau memutuskan mata rantai

pembiakan Aedes aegypti dengan Abatisasi. (infoindonesiakita.com. diakses tanggal

Februari 2014).

Program pemberantasan nyamuk :

a. Pelacakan penderita ( penyelidikan epidemiologis, PE ), yaitu kegiatan

mendatangi rumah-rumah dari kasus yan di laporkan (indeks kasus ) untuk

mencari penderita lain dan memeriksa angka jentk dalam radius kurang lebih

100 m dari rumah indeks

b. Penemuan dan pertolongan penderita, yaitu kegiatan mencari penderita lain.

Jka terdapat tersangka kasus DBD maka harus segera dilakukan penanganan

kasus termasuk merujuk ke unit pelayanan kesehatan (UPK) terdekat

c. Larvasidasi selektif, yaitu kegiatan memberikan atau menaburkan larvasidaisi

kedalam penampungan air yang positif terdapat jentik aedes.

d. Fogging focus (FF), yaitu kegiatan menyemprot dengan insektisida (malation,

losban) untuk membunuh nyamuk dewasa dalam radius 1 RW per 400 rumah

per 1 jentik dalam sedukuh

e. Pemeriksaan jentik rutin (PJB), adalah kegiatan yang dilakukan oleh kader

desa wisma PKK, pengurus RT, atau petugas pemantau jentik (PPJ) paling

sedikit 1 minggu sekali. Petugas tersebut akan memantau jentik dalam semua
20

rumah warga yang di atur dengan jadwal tertentu, hasilnya akan di catat pada

kartu jentik disetiap rumah.

f. Pemeriksaan jentik berkala (PJB). Yaitu kegiatan regular tiga bulan sekali,

dengan cara mengambil sampel dapat di lakukan dengan cara random atau

metode spiral (dengan rumah ditengah sebagai pusatnya) atau metode zig-zag.

Dengan kegiatan ini akan didapatkan angka kepadatan jentik atau HI (house

index)

g. Pembentukan kelompok kerja (pokja) DBD di semua level administrasi ,

mulai dari desa, kecamatan, sampai tingkat pusat.

h. melakukan pergerakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dengan 3 M

(menutup dan menguras tempat penampungan air bersih , mengubur barang

bekas, dan membersihkan tempat yang berpotensi bagi perkembang biakan

nyamuk) di daerah endemic dan sporadic.

i. Penyuluhan tentang gejala awal penyakit DBD, tindakan pencegahan, dan

rujukan penderita.(Widoyono, 2011).


21

Pokok-pokok gerakan 3M meliputi :

1. Penyuluhan intensif melalui berbagai media seperti TV, radio, surat kabar dan

lain-lain, penyuluhan kelompok maupun penyuluhan tatap muka oleh kader-

kader di desa termasuk kader dasawisma, tokoh-tokoh masyarakat dan agama.

2. Kerja bakti secara serentak untuk membersihkan lingkungan termasuk tempat-

tempat penampungan air umtuk keperluan sehari-hari, setiap minggu baik di

rumah, sekolah maupun tempat-tempat umum lainnya.

3. Kunjungan dari rumah kerumah untuk memeriksa jentik di tempat-tempat

yang dapat menjadi perindukan nyamuk oleh tenaga terlatih dan menaburkan

bubuk abate apabila masih ditemukan jentik nyamuk.

Dengan gerakan 3 M yang dilakukan penyuluhan kepada masyarakat secara

terus menerus melalui berbagai media diharapkan 3M menjadi kegiatan yang

selalu di kerjakan masyarakat. kegiatan-kegiatan dalam rangka bulan Gerakan 3M

yang akan di kerjakan setiap tahun ini merupakan salah satu perwujudan dari

gerakan jumat bersih dan perwujudan dari aspek budaya bersih dari gerakan

disiplin nasional. Untuk itu di perlukan Gerakan 3M secara nasional yang

pendanaanya bersumber dari APBN/ APBD I/II maupun sumbangan donasi yang

tidak mengikat. (Hadinegoro 2004).


22

2.2. Konsep Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang

bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua mahluk hidup mulai

dari tumbuh-tumbuhan, binatang samapai dengan manusia itu berperilaku, karena

mereka mempunyai aktivitas masing-masing.(Notoadmodjo, 2012)

Menurut Skinner (1938) seoarang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)

oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,

dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori S-

O-R atau Stimulus Organisme Respon. Dengan perkataan lain perilaku manusia

sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom

(1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ketiga

domain yakni : a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotor

(psychomotor). Dalam teori perkembanganya, teori bloom ini di modifikasi untuk

pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni : pengetahuan, sikap, dan praktek atau

tindakan.

2.2.1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan


23

telinga.pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan

penelitian terbukti bahwa perihal yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rongers ( 1974)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru , didalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, dimana subjek mulai tertarik kepada stimulus

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru susuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Tingkat pengetahuan di dalam Domain Kognitif;

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam

tingkatan :

1. Tahu (know) diartikan sebagai mengigat suatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya.

2. Memahami (comprehension) di artikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.


24

3. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (analysis) merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis) menunjuk suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengkuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau

response. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

susuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut ( Notoadmodjo, 2012)

2.2.2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat

dikutipkan sebagai berikut.

An individuals social attitude is a syndrome of response consistency with

regard to social object (Campbell 1950).


25

Attitude entails an existing predisposition to response to social objecs which in

interaction with situational and other dispositional variables, guides and direct the

overt behavior of the individual (Cardno, 1955 ).

Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bawha manipestasi sikap itu

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup. sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu yng dalam kehidupan sehari-hari merupakan

reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang

ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu .

Menurut Allport (1954) sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu, yakni :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersamam-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan

emosi memegang peranan penting. (Notoadmodjo, 2012).

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

1. Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (objek).


26

2. Merespon, diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai, diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung jawab, diartikan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

(Notoadmodjo, 2012)

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan respon terhadap

suatu objek. (Notoadmodjo, 2012)

2.2.3. Tindakan

Tindakan adalah suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan

(over behavior ). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain

adalah fasilitas . setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,

kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,

proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa

yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).


27

Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan

perilaku kesehatan (overt behavior). Oleh sebab itu tindakan praktik kesehatan ini

juga mencukupi hal-hal tersebut diatas, yakni :

a. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit

Tindakan atau perilaku ini mencakup: a) pencegahan penyakit,

mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan bak mandi seminggu

sekali, menggunakan masker pada waktu kerja ditempat yang berdebu, dan

sebagainya; dan b) penyembuhan penyakit , misalnya: minum obat sesuai

petunjuk dokter, melakukan anjuran-anjuran dokter dan berobat ke fasilitas

kesehatan dan sebagainya.

b. Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengkomsumsi makanan

dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok,

tidak minum-minuman keras dan narkoba dan sebagainya.

c. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan

Perilaku antara lain mencakup: membuang air besar di jamban (WC),

membuang sampah ditempat sampah, menggunakan air bersih untuk mandi,

cuci, masak, dan sebagainya.( Notoadmodjo, 2012 )


28

2.4. Kerangka Konsep

Pengelolaan dan
Praktek PSN
(Pemberrantasan
Sarang Nyamuk)

Keberadaan Jentik Vektor


Denggue

-
- Curah Hujan
- Cuaca/Iklim

= Variabel yang di teliti

= variable yang tidak diteliti

Hipotesa :

1. Ada Hubungan Pengelolaan dan Praktek PSN (Pemberrantasan Sarang Nyamuk)

terhadap keberadaan jentik Vektor Denggue diwilayahn Kerja Puskesmas Medan

Selayang

Anda mungkin juga menyukai