Anda di halaman 1dari 11

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang


Proses profesionalisme dalam keperawatan telah dimulai sejak
dicetuskannya keperawatan sebagai profesi yang mandiri pada Lokakarya
Nasional tahun 1983 dan masih berlangsung sampai saat ini. Serta didukung
berkembangnya system pendidikan keperawatan dengan adanya program
Pasca sarjana dan program spisialis keperawatan. Seorang perawat
professional harapannya menjadi seorang perawat yang menampilkan
aktifitas keperawatan sesuai kode etik profesi dalam perannya yang
memiliki ciri berorientasi pada pelayanan masyarakat, dengan
menggunakan metode proses keperawatan. Perawatan sebagai bagian dari
pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi asuhan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut untuk berfikir kritis
dalam berbagai situasi. penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan
dengan kasus nyata yang akan memberikan gambaran kepada perawat
tentang pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif dan bermutu.
Berfikir merupakan salah satu fungsi otak dan fungsi tersebut dapat berjalan
dengan baik jika tubuh dalam keaadaan sehat dan lingkungan yang
memberikan rangsangan. Hal tersebut harapannya sebagai perawat
mempunyai otak yang sehat. Untuk melaksanakan proses perawatan
tersebut perawat dituntut melakukan aktifitas kognitif dalam berfikir kritis,
yang diperlukan beberapa komponen antara lain : Pengetahuan,
Pengalaman, Kompetensi, Sikap dan Standar (Tim Depkes RI,1993)
Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah
kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan
keperawatan dan kebidanan. Tidak hanya berpengaruh pada proses
pengelolaan asuhan keperawatan dan kebidanan, tetapi penting untuk
meningkatkan kemampuan merencanakan perubahan. Perawat dan bidan
pada semua tingkatan posisi klinis harus memiliki kemampuan
menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang efektif, baik
sebagai pelaksana/staf maupun sebagai pemimpin.
1
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan merupakan
bentuk sinonim. Pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan
membutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang dapat ditingkatkan dalam
praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya pencapaian tujuan
dengan menggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif.
Tidak semua pengambilan keputusan dimulai dengan situasi masalah.
Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan
keputusan, yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah
secepatnya. Masalah dapat digambarkan sebagai kesenjangan diantara apa
yang ada dan apa yang seharusnya ada. Pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus
memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan
adanya bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian berpikir kritis?
2. Apakah ciri-ciri berpikir kritis?
3. Bagaimana sikap perawat dalam berpikir kritis?
4. Bagaimana penerapan berpikir kritis?
5. Apakah pengertian pengambilan keputusan?
6. Apa saja hal-hal yang harus diperhatika?
7. Apa saja metode pengambilan keputusan?
8. Apa saja langkah-langkah pemecahan masalah?
9. Bagaimana format pengambilan keputusan?
10. Apa saja fartor pengambilam keputusan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian berpikir kritis?
2. Untuk mengetahui ciri-ciri berpikir kritis?
3. Untuk mengetahui sikap perawat dalam berpikir kritis?
4. Untuk mengetahui penerapan berpikir kritis?
5. Untuk mengetahui pengertian pengambilan keputusan?
6. Untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatika?
7. Untuk mengetahui metode pengambilan keputusan?
8. Untuk mengetahui langkah-langkah pemecahan masalah?
9. Untuk mengetahui format pengambilan keputusan?
10. Untuk mengetahui fartor pengambilam keputusan?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam


mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis keperawatan
menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas,
pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas intelektual, intuisi, pola piker terbuka,
pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif
meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi,
dan sesuai dengan ilmu pengetahuan.

3
Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat mencapai sukses dalam
berbagai aktifitas dan merupakan suatu penerapan profesionalisme serta pengetahuan tekhnis
atau keterampilan tekhnis dalam memberikan asuhan keperawatan.
Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi, mempertanyakan maupun
menjawab, membangun pertanyaan yang merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk
mencari jawaban dengan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.

2.2 CIRI CIRI BERPIKIR KRITIS

1. menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuhpertimbangan


2. bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan
3. dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara sistematis
4. berani menyampaikan kebenaran meskipun berat dirasakan
5. bersikap cermat, jujur dan ikhas, dalam mengerjakan suatu pekerjaan
6. adil dalam memberikan kesaksikan tanpa melihat siapa orangnya walaupun akan
merugikan diri sendiri, sahabat dan kerabat
7. keadilan ditegakkan dalam segala hal karena keadilan menimbulkan
ketentraman, kemakmuran, dan kebahagiaan.

2.3 SIKAP PERAWAT DALAM BERPIKIR KERITIS

1. Intellectual humility
Suatu kesadaran terhadap keterbatasan pengetahuan diri dan kepekaan
diri terhadap kemungkinan bias dan prasangka. Perawatdan tenaga kesehatan
sebaiknya tidak mengklaim bahwa mereka mengetahui lebih banyak dari apa
yang mereka ketahui.
2. Intellectual courage
Keinginan dan keterbukaan untuk mendengar ide-ide orang lain.
Meskipun , mungkin perawat sangat berlawanan dengan ide-ide tersebut.
Dan memebutuhkan keberanian untuk mempertimbangkan dan
mengkajisudut pandang orang lain dengan jujur menimbang kekuatan dan
kelemahan pendapat sendiri.
3. Intellectul empathy
Kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di posisi orang lain
sehinggakita dapat memahami pandangan dan jalus penalaran orang tersebut.
4. Intellectual integrity

4
Kemampuan untuk menerapkan standar bukti intelektual yang
kaku dan sama terhadap pengetahuan yang kita miliki yang kita terapkan
terhadap pengetahuan yang dimiliki orang lain. Hal ini membutuhkan
kejujuran untuk menelaah dan mengakui kesalahan atau
ketidakkonsistenan pikiran, penilaian, dan tindakan diri.
5. Intellectual preseverances
Kemampuan untuk mencari wawasan dan kebenaran lebih jauh
meskipun sulit dan frustasi. Butuh waktu dan energi untuk mendapatkan dan
mempertimbangkan informasi baru dan membentuk wawasan baru.
6. Faith in reason
Percaya pada diri sendiri dan keinginan untuk mencari pemikiran
rasional dan percaya bahwaorang lain dapat melakukan hal yang serupa.
7. Intellectual sense of justice
Keinginan untuk menelaah sudut pandang orang lain dengan standar
intelektual yang sama, dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan/keuntungan
diri sendiri dan orang lain.

2.4 PENERAPAN BERPIKIR KRITIS

Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu:


1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan
Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif. perawat
menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea, fikiran, info, fakta,
perasaan, keyakinan dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi. Secara nonverbal
saat melakukan pedokumentasian keperawatan.
2. Argumentasi dalam keperawatan
Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi untuk menemukan,
menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan, mempertahankan
terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Badman and Badman (1988) argumentasi terkait dengan
konsep berfikir dalam keperawatan berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya untuk
mempengaruhi individu ataupun kelompok.
3. Pengambilan keputusan dalam keperawatan
Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.
4. Penerapan proses keperawatan
Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan

a. Pengkajian: mengumpulkan data, melakukan observasi dalam pengumpulan data berfikir


kritis, mengelola dan mengkatagorikan data menggunakan ilmu-ilmu lain.
b. Perumusan diagnosa keperawatan: tahap pengambilan keputusan yang paling kritis,
menentukan masalah dan dengan argumen yaitu secara rasional.
c. Perencanaan keperawatan: menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil yang
diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.
5
d. Pelaksanaan keperawatan: pelaksanaan tindakan keperawatan adalkah keterampilan
dalam menguji hipotesa, tindakasn nyata yang menentukan tingkat keberhasilan.
e. Evaluasi keperawatan: mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat mengambil
keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.

2.5 PENGERTIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan


pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan
alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh
pembuat keputusan. Tahapan tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama,
menyusn alternatif yang akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.

Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli,
diantaranya adalah :

1.G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan


yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.

2.Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh


kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk
pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.

3.Horold dan Cyril ODonnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan


adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari
perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan,
suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat.

4.P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu
masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan
tindakan.

2.6 HAL HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PENGAMBILAN


KEPUTUSAN

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan menurut Terry, yaitu :

Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang
rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.
Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih
mementingkan kepentingan organisasi.
Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif
tandingan.
6
Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah
menjadi tindakan fisik.
Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.
Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik.
Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata
rantai berikutnya.

2.7 METODA PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model pengambilan keputusan,


yaitu:
1. Model Preskriptif
Pemberian resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok seharusnya
mengambil keputusan
1. Model Deskriptif
Model ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu
Model preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif
berdasarkan pada realitas observasi
Disamping model-model diatas (model linier) terdapat pula model Spiral dimana satu
anggota mengemukakan konsep dan anggota lain mengadakan reaksi setuju tidak setuju
kemudian dikembangkan lebih lanjut atau dilakukan revisi dan seterusnya.
1. Teknik-teknik Pengambilan Keputusan:
2. Teknik Kreatif
3. Brainstorming
Berusaha untuk menggali dan mendapatkan kreatifitas maksimum dari kelompok dengan
memberikan kesempatan para anggota untuk melontarkan ide-idenya.
1. Synectics
Didasarkan pada asumsi bahwa proses kreatif dapat dijabarkan dan diajarkan,
dimaksudkan untuk meningktakan keluaran (output) kreatif individual dan kelompok
2. Teknik Partisipatif
Individu individu atau kelompok dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
3. Teknik Modern
Teknik Delphi
Teknik Kelompok Nominal

2.8 LANGKAH LANGKAH PEMECAHAN MASALAH


1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang dihadapi.
7
2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
3. Mengolah fakta dan data.
4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil.
7. Evaluasi.

2.9 FORMAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Format Pengambilan Keputusan

Isu/masalah : ____________________________________________________________

Tujuan : ____________________________________________________________

____________________________________________________________

Pilihan :1. ___________________________________________________________

2. ___________________________________________________________

3. ___________________________________________________________

Evaluasi dari pilihan :

Pilihan Keuntungan Kerugian

1.

2.

3.

4.

5.

8
Pilihan yang masuk ke kolom keuntungan itulah yang menjadi prioritas pengambilan
keputusan. Mungkin ada 2 atau 3 pilihan, maka diseleksi lebih jauh untuk memilih satu
pilihan.

Rangking sesuai prioritas dari pilihan tersebut


Seleksi pilihan yang terbaik

2.10 FAKTOR FACTOR

Banyak faktor yang berpengaruh kepada individu dan kelompok dalam pengambilan
keputusan, antara lain:
1. Faktor Internal
Faktor internal dari diri manajer sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
Faktor internal tersebut meliputi: keadaan emosional dan fisik, personal karakteristik,
kultural, sosial, latar belakang filosofi, pengalaman masa lalu, minat, pengetahuan dan
sikap pengambilan keputusan yang dimiliki.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal termasuk kondisi dan lingkungan waktu. Suatu nilai yang berpengaruh
pada semua aspek dalam pengambilan keputusan adalah pernyataan masalah, bagaimana
evaluasi itu dapat dilaksanakan. Nilai ditentukan oleh salah satu kultural, sosial, latar
belakang, filosofi, sosial dan kultural.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat mencapai sukses dalam
berbagai aktifitas dan merupakan suatu penerapan profesionalisme serta pengetahuan tekhnis
atau keterampilan tekhnis dalam memberikan asuhan keperawatan.
Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi, mempertanyakan maupun
menjawab, membangun pertanyaan yang merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk
mencari jawaban dengan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.

Seorang manajer keperawatan/kebidanan harus mempunyai keberanian untuk mengambil


keputusan dan memikul tanggung jawab atas akibat dari resiko yang timbul sebagai
konsekuensi dari keputusan yang telah diambilnya. Pada hakekatnya, pengambilan
keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah yang
difokuskan untuk memecahkan masalah secepatnya dimana individu harus memiliki
kemampuan berfikir kritis dengan menggunakan pendidikan dan pengalaman yang berharga
yang cukup efektif dalam pemecahan masalah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Maryta, Yunda. 2014. Berpikir Kritis Dalam Keperawatan. (online). Available at.
https://www.scribd.com/doc/219308228/makalah-berpikir-kritis. Diunduh pada tanggal 6
September 2017.

Sutabri, Tata. 2003. Sistem Informasi Manajemen. Andi. Yogyakarta.

Marriner, A.T. (1995). Nursing Management and Leadership ( 5th ed), Mosby St Louis,

Baltimore.

Swansburg, A.C. (1996). Management and Leadership for Nurse Managers. Jones and

Bartlett Publishers International, London England

11

Anda mungkin juga menyukai