Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
TINJAUA PUSTAKA
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Proses deformasi
adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan akibat dari gaya (force) yang
terjadi di dalam bumi. Gaya tersebut pada dasarnya merupakan proses tektonik
yang terjadi di dalam bumi. Di dalam pengertian umum, geologi struktur adalah
ilmu yang mempelajari tentang bentuk batuan sebagai bagian dari kerak bumi
serta menjelaskan proses pembentukannya (Billing,M P. 1990).
Batuan beku merupakan produk akhir dari konsolidasi magma, magma cair
dengan komposisi dasar silikat, kaya unsur volatile dan terbentuk di bawah
permukaan bumi/dalam bumi oleh massa yang solid. Pencairan sebagian lapisan
bumi berlangsung di bawah kerak (mantel), tempat kita hidup yang menghasilkan
magma primer, biasanya dengan komposisi berupa basaltik yang datang ke
permukaan bumi dengan cara letusan (batuan vulkanik/ekstrusif) atau dengan
injeksi ke lapisan atau celah di kerak pada kedalaman tertentu. Magma lainnya,
berasal dari lelehan basaltik melalui proses diferensiasi. Sebaliknya , massa
batuan asal saat berada di permukaan perlahan-lahan tenggelam ke kedalaman
tertentu karena posisinya yang berada di luar equillibrium isostatic dan dapat
mencapai suhu dan tekanan dimana beberapa mineral dengan titik leleh rendah
yang menyatu atau meleleh, dan inilah yang dinamakan massa magmatik yang
kemudian menghasilkan batuan beku baru (Simon, 1988).
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silica cair dan
pijar, yang kita kenal dengan nama magma. Penggolongan batuan beku sudah
banyak dilakukan dari dulu hingga sekarang. Penggolongan batuan beku dapat
didasarkan pada tiga patokan utama, yaitu berdasarkan senyawa kimia yang
terkandung dan berdasarkan susunan mineraloginya. Pembagian genetic batuan
beku didasarkan pada genesa atau tempat terjadinya dari batuan beku ini
merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih
lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah batuan beku ekstrusi dan batuan
beku instruksi. (Setiagraha, 1987).
3
Dari segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap
dibanding yang komposisinya asam.
Berdasarkan susunan mineralogi klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan
tekstur akan dapat mencrminkan sejarah pembentukan battuan dari pada atas dasar
kimia. Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi
pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akankeadaan
yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua
generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan pembekuan
yang cepat. Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis,
tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi
menjadi:
a. Batuan dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun
batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b. Batuan gang bertekstur porfiritik dengan massadasar faneritik.
c. Batuan gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
d. Batuan lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat
dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa (Nesse, 2000).
Mineral-mineral yang terdapat pada batuan beku, antara lain : kwarsa, mika,
feldspar, olivine, piroksen. Batuan beku terbentuk dari hasil pembekuan magma
dan yang keluar sampai di permukaan bumi melalui letusan gunung api disebut
batuan vulkanik atau ekstrusi. Magma yang mencapai berarti basaltik menyangga
kedua lempeng kerak tersebut (Firdaus, 2011).