Anda di halaman 1dari 3

II.

TINJAUA PUSTAKA

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Proses deformasi
adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan akibat dari gaya (force) yang
terjadi di dalam bumi. Gaya tersebut pada dasarnya merupakan proses tektonik
yang terjadi di dalam bumi. Di dalam pengertian umum, geologi struktur adalah
ilmu yang mempelajari tentang bentuk batuan sebagai bagian dari kerak bumi
serta menjelaskan proses pembentukannya (Billing,M P. 1990).

Batuan beku merupakan produk akhir dari konsolidasi magma, magma cair
dengan komposisi dasar silikat, kaya unsur volatile dan terbentuk di bawah
permukaan bumi/dalam bumi oleh massa yang solid. Pencairan sebagian lapisan
bumi berlangsung di bawah kerak (mantel), tempat kita hidup yang menghasilkan
magma primer, biasanya dengan komposisi berupa basaltik yang datang ke
permukaan bumi dengan cara letusan (batuan vulkanik/ekstrusif) atau dengan
injeksi ke lapisan atau celah di kerak pada kedalaman tertentu. Magma lainnya,
berasal dari lelehan basaltik melalui proses diferensiasi. Sebaliknya , massa
batuan asal saat berada di permukaan perlahan-lahan tenggelam ke kedalaman
tertentu karena posisinya yang berada di luar equillibrium isostatic dan dapat
mencapai suhu dan tekanan dimana beberapa mineral dengan titik leleh rendah
yang menyatu atau meleleh, dan inilah yang dinamakan massa magmatik yang
kemudian menghasilkan batuan beku baru (Simon, 1988).

Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silica cair dan
pijar, yang kita kenal dengan nama magma. Penggolongan batuan beku sudah
banyak dilakukan dari dulu hingga sekarang. Penggolongan batuan beku dapat
didasarkan pada tiga patokan utama, yaitu berdasarkan senyawa kimia yang
terkandung dan berdasarkan susunan mineraloginya. Pembagian genetic batuan
beku didasarkan pada genesa atau tempat terjadinya dari batuan beku ini
merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih
lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah batuan beku ekstrusi dan batuan
beku instruksi. (Setiagraha, 1987).
3

Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral, atau agregasi dari mineral-mineral,


biasanya dia tidak dalam keadaan homogen dan tidak pula mempunyai susunan
kimia dan sifat-sifat fisika yang tetap dan terbentuk di alam. Untuk mengetahui
proses-proses yang terjadi suatu batuan terlebih dahulu kita melakukan
pendiskripsian batuan, yaitu: jenis batuan, warna batuan, tekstur batuan, struktur,
serta komposisi-komposisi mineral yang menyusun batuan. Secara Umum jenis
batuan dibagi atas 3 yaitu batuan beku, sedimen dan metamorf.Batuan beku
adalah batuan yang terbentuk melalui hasil pembekuan magma atau kristalisasi
magma yang dipengaruhi oleh suhu.Penggolongan batuan beku dapat didasarkan
pada tiga patokan utama yaitu berdasarkan genetic batuan, berdasarkan senyawa
kimia yang terkadung, dan berdasarkan susunan mineraloginya.
Berdasarkan genetik batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-
kadang mengandung gelas, berdasarkan tempat kejadiannya (genesa) batuan beku
terbagi menjadi 3 kelompok yaitu :
a. Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawah permukaan bumi.
Proses pendinginan sangat lambat sehingga batuan seluruhnya terdiri atas
kristal-kristal (struktur holohialin).contoh : granit, granodiorit, dan gabro.
b. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa gunung
api. Proses pendinginannya berlangsung relatif cepat sehingga batuannya
terdiri atas kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur dengan massa
dasar sehingga membentuk struktur porfiritik. Contoh batuan ini dalah granit
porfir dan diorit porfir.
c. Batuan beku luar (efusif) terbentuk di dekat permukaan bumi. Proses
pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk kristal. Struktur
batuan ini dinamakan amorf. Contohnya obsidian, riolit dan batu apung.
Berdasarkan Senyawa Kimia Berdasarkan komposisi kimianya batuan beku dapat
dibedakan menjadi:
a. Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari 45%. Contohnya
dunit dan peridotit.
b. Batuan beku basa memiliki kandungan silika antara 45% - 52 %. Contohnya
gabro, basalt.
c. Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara 52%-65 %.
Contohnya andesit dan syenit.
d. Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 65%. Contohnya
granit, riolit.
4

Dari segi warna, batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap
dibanding yang komposisinya asam.
Berdasarkan susunan mineralogi klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan
tekstur akan dapat mencrminkan sejarah pembentukan battuan dari pada atas dasar
kimia. Tekstur batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi
pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akankeadaan
yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua
generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan pembekuan
yang cepat. Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis,
tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi
menjadi:
a. Batuan dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun
batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b. Batuan gang bertekstur porfiritik dengan massadasar faneritik.
c. Batuan gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
d. Batuan lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat
dibedakan atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa (Nesse, 2000).

Mineral-mineral yang terdapat pada batuan beku, antara lain : kwarsa, mika,
feldspar, olivine, piroksen. Batuan beku terbentuk dari hasil pembekuan magma
dan yang keluar sampai di permukaan bumi melalui letusan gunung api disebut
batuan vulkanik atau ekstrusi. Magma yang mencapai berarti basaltik menyangga
kedua lempeng kerak tersebut (Firdaus, 2011).

Anda mungkin juga menyukai