Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang bertujuan mengetahui
sifat-sifat kelistrikan lapisan batuan dibawah permukaan tanah dengan cara menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah. Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika aktif, karena arus listrik berasal dari luar sistem. Tujuan utama dari metode ini sebenarnya adalah mencari resistivitas atau tahanan jenis dari batuan. Resistivitas atau tahanan jenis adalah besaran atau parameter yang menunjukkan tingkat hambatannya terhadap arus listrik . Batuan yang memiliki resistivitas makin besar, menunjukkan bahwa batuan tersebut sulit untuk dialiri oleh arus listrik. Selain resistivitas batuan, metode geolistrik juga dapat dipakai untuk menentukan sifat-sifat kelistrikan lain seperti potensial diri dan medan induksi. Resistivitas batuan dapat diukur dengan memasukkan arus listrik ke dalam tanah melalui 2 titik elektroda di permukaan tanah dan 2 titik lain untuk mengukur beda potensial di permukaan yang sama. Hasil pengukuran geolistrik dapat berupa peta sebaran tahanan jenis baik dengan jenis mapping atau horisontal maupun sounding atau kedalaman. Hasil pengukuran geolistrik mapping maupun sounding disesuaikan dengan kebutuhan diadakannya akuisisi data serta jenis konfigurasi yang digunakan (Rynolds, 1997).
2.2 Pengertian Resistivitymeter
Resistivity meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur geolistrik
tahanan jenis. Sedangkan alat untuk mengukur geolistrik Induced Polarization (IP) adalah IP Meter. Beberapa contoh model alat resistivity meter, yaitu Resistivity Meter Naniura NRD22, Resisitivity Meter Naniura 300HF, dan Res&IP Meter Supersting R8 Multichannel. Resisitivity Meter Naniura NRD300HF dan Naniura NRD22 merupakan alat geolistrik konvensional yang masih menggunakan 1 channel. Data yang diperoleh dari alat ini yaitu nilai beda potensial (V) dan arus (I). data V dan I ini kemudian diolah untuk mendapatkan harga tahanan jenis semu (ρapparent). Resistivity Meter NRD22 dan NRD300HF banyak digunakan untuk pengukuran 3
sounding 1D, sedangkan untuk 2D sangat jarang dilakukan karena harus
membuat dahulu geometri pengukuran (stacking chart), tabel akuisisi, membuat format konversi data lapangan ke format data software (dilakukan secara manual) (Anonim, 2014).
2.3 ARES
Resistivitymeter tipe multichannel merupakan alat pengukuran resistivitas yang
mampu untuk melakukan pengukuran secara otomatis dan menggunakan banyak elektroda sekaligus, dan mampu untuk langsung menghasilkan data yang model-ready (siap dimodelkan). Salah satu resistivitymeter yang termasuk tipe multichannel ialah ARES resistivitymeter. Alat ini merupakan salah satu alat tipe multichannel yang cukup mutakhir, dengan beberapa kemampuan sekaligus yakni pengukuran resistivitas, IP (Induced Polarization), serta SP (Self Potential).
ARES resistivitymeter memiliki 2 bagian secara keseluruhan, yakni:
a.Main Unit Main unit dari ARES memiliki komponen sebagai berikut: 1. Pemancar (Transmitter) Catu daya : 12 V, maksimal5 AH Daya keluar : 300-850 W Tegangan keluar : 2000 V Arus keluar : 5000 mA Ketelitian arus : 1 mA Sistem pembacaan : Digital 2. Penerima (Receiver) Impedansi maksimum : 20 M Ohm Batas ukur : 20 V Jumlah channel (1 kabel pasif) : 10 Jumlah channel (1 kabel aktif) : 32 Filter Frekuensi : 50-60 Hz b. Peralatan Peralatan yang digunakan bersama dengan ARES antara lain: Palu Transport case Elektroda stainless steel Elektroda non-polarized Kabel multi elektroda pasif dan aktif Kabel 1D (potensial dan arus) Baterai DC 12V (Karyanto, 2017)