Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN MENGGUNAKAN OSILOSKOP

OLEH

NAMA : NANDINI AYU RAMADHANI


NIM : 221344054

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK TELEKOMUNIKASI NIRKABEL


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
NOVEMBER 2022
KETERANGAN

Kelompok :7

Judul Praktik : Pengukuran Menggunakan Osiloskop

Tanggal Praktik : 1. Rabu, 2 November 2022

: 2. Rabu, 9 November 2022

: 3. Rabu, 16 November 2022

Tanggal Pengumpulan Laporan : Selasa, 22 November 2022

Nama Praktikan : Nandini Ayu Ramadhani (221344054)

Nama Partner : 1. Mochammad Riftan Riasdie (221344049)

: 2. Rizky Rahmatunnisa (221344059)

Nama Dosen : 1. Mina Naidah Gani, DUTech., ST., M.Eng

: 2. Rifa Hanifatunnisa, S.ST., M.T


DAFTAR ISI

KETERANGAN .................................................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................................

I. TUJUAN PRAKTIKUM ..................................................................................


II. DASAR TEORI ................................................................................................
III. ALAT DAN KOMPONEN ...............................................................................
IV. LANGKAH KERJA .........................................................................................
V. TABEL PERCOBAAN .....................................................................................
VI. ANALISIS DATA .............................................................................................
VII. PERTANYAAN DAN JAWABAN ...................................................................
VIII. KESIMPULAN .................................................................................................
IX. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui cara mengkalibrasi osiloskop,
2. Memahami bagaimana mengukut tegangan AC menggunakan voltmeter,
3. Memahami bagaimana mengukur tegangan AC (amplitude dan frekuensi)
menggunakan osiloskop,
4. Memahami bagaimana mengukur tegangan DC menggunakan osiloskop,
5. Memahami adanya komponen DC pada suatu sinyal AC, dengan melihat
tampilan dan fungsi di osiloskop.

II. DASAR TEORI


2.1. RESISTOR

Fungsi resistor adalah untuk menghambat arus listrik. Nilai resistansinya


dinyatakan dalam satuan yang disebut “Ohm” (Ω). Resistor 1000 Ohm biasanya ditulis
1kΩ dan 1000kΩ ditulis sebagai 1M ohm. Resistor dibagi dalam dua kelas, resistor
tetap dan resistor variabel. Jika dibagi berdasarkan bahan yang digunakan ada resistor
karbon dan ada juga metal film. Ada juga jenis lainnya yang jarang digunakan.

Nilai resistansi resistor tidak hanya sesuatu yang dipertimbangkan dalam


memilih resistor yang digunakan dalam rangkaian. Toleransi dan daya dari resistor
juga penting. toleransi digunakan untuk menyatakan jangkauan dari nilai resistor.
Sebagai contoh toleransi 5% akan menyatakan nilai resistansinya pada jangkauan 5%
dari nilai yang tertulis. Jangkauan daya menyatakan seberapa besar toleransi daya yang
aman.

Jangkauan daya maksimum pada resistor dalam watt. Daya dihitung


menggunakan kuadrat arus dikali nilai resistansi dari resistor. Jika daya maksimum
resistor dilewati maka resistor akan menjadi panas dan terbakar. Resistor–resistor pada
rangkaian elektronik bekisar antara 1/8 watt, ¼ watt dan ½ watt. Resistor 1 8 watt paling
bayak digunakan pada rangkaian aplikasi sinyal. Biasanya untuk keamanan memilih
resistor yang memiliki jangkauan daya kira kira dua kali daya yang dibutuhkan.
Resistor tidak dijual dengan sembarang nilai resistivitas, tetapi nilai-nilai
resistivitas yang terdapat dipasaran diatur dalam deret-deret norma. Terdapat deret E3,
E6, E12, E24, E48, dan E96. Angka pada nama deret menunjukkan berapa banyak nilai
terdapat dalam satu decade. Dalam decade berikutnya terdapat angka yang sama hanya
dengan orde 10 kali lipat. Jenis-jenis resistor diantaranya adalah resistor tetap, resistor
variabel, LDR, resistor wirewound, dan thermistor.

Cara menghitung nilai resistor:


2.2. MULTIMETER

Multimeter tersedia dua macam, yaitu multimeter analog (AMM) dan


multimeter digital (DMM). Multimeter analog menggunakan jarum penunjuk
(kumparan putar) untuk menunjukkan nilai-nilai ukurnya. Sedangkan multimeter
digital menampilkan harga ukur dalam bentuk angka. Untuk multimeter analog ada
yang menggunakan kumparan putar satu arah (titik nol berada di ujung paling kiri)
dan ada yang dua arah yaitu titik nol ditengah skala.

Alat ukur multimeter merupakan alat ukur yang mampu dipergunakan untuk
mengukur besaran-besaran fisis kelistrikan, yaitu:

 Resistansi atau hambatan (sebagai Ohmmeter)


 Beda potensial/tegangan AC/DC (sebagai Voltmeter)
 Kuat arus AC/DC (sebagai Amperemeter)
Dalam menggunakan multimeter, baik analog maupun digital, maka langkah
pertama yang harus dilakukan adalah melakukan offset null. Untuk multimeter
analog selalu tersedia tombol untuk offset null. Yang dimaksud adalah tombol untuk
mengatur jarum penunjuk agar berada pada posisi nol (kalibrasi). Probe pencolok
multimeter ada dua yaitu pencolok positif (warna merah) dan pencolok negative
(warna hitam).

Cara pengukuran tegangan DC, letakkan posisi saklar volt meter pada posisi
DC volt pada range tertentu, hasilnya dapat dilihat pada jarum penunjuk. Begitu pula
ketika menginginkan untuk mengukur tegangan AC, maka letakkan posisi saklar
voltmeter pada posisi AC volt.

2.3. POWER SUPPLY

Power Supply atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Catu Daya adalah suatu
alat listrik yang dapat menyediakan energi listrik untuk perangkat listrik ataupun
elektronika lainnya. Pada dasarnya Power Supply atau Catu daya ini memerlukan
sumber energi listrik yang kemudian mengubahnya menjadi energi listrik yang
dibutuhkan oleh perangkat elektronika lainnya. Oleh karena itu, Power Supply
kadang-kadang disebut juga dengan istilah Electric Power Converter.

Berdasarkan fungsinya, Power supply dapat dibedakan menjadi Regulated Power


Supply, Unregulated Power Supply dan Adjustable Power Supply.

 Regulated Power Supply adalah Power Supply yang dapat menjaga kestabilan
tegangan dan arus listrik meskipun terdapat perubahaan atau variasi pada
beban atau sumber listrik (Tegangan dan Arus Input).
 Unregulated Power Supply adalah Power Supply tegangan ataupun arus
listriknya dapat berubah ketika beban berubah atau sumber listriknya
mengalami perubahan.
 Adjustable Power Supply adalah Power Supply yang tegangan atau Arusnya
dapat diatur sesuai kebutuhan dengan menggunakan Knob Mekanik. Terdapat
2 jenis Adjustable Power Supply yaitu Regulated Adjustable Power Supply
dan Unregulated Adjustable Power Supply.

DC Power Supply adalah pencatu daya yang menyediakan tegangan maupun arus
listrik dalam bentuk DC (Direct Current) dan memiliki Polaritas yang tetap yaitu
Positif dan Negatif untuk bebannya. Terdapat 2 jenis DC Supply yaitu:

a. AC to DC Power Supply
AC to DC Power Supply, yaitu DC Power Supply yang mengubah sumber
tegangan listrik AC menjadi tegangan DC yang dibutuhkan oleh peralatan
Elektronika. AC to DC Power Supply pada umumnya memiliki sebuah
Transformator yang menurunkan tegangan, Dioda sebagai Penyearah dan
Kapasitor sebagai Penyaring (Filter).
b. Linear Regulator
Linear Regulator berfungsi untuk mengubah tegangan DC yang berfluktuasi
menjadi konstan (stabil) dan biasanya menurunkan tegangan DC Input.
2.4. OSILOSKOP

Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Pada
kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan memperlihatkan bagaimana sinyal
berubah terhadap waktu. Seperti yang bias dilihat pada gambar yang ditunjukkan
bahwa pada sumbu vertical (Y) mempresentasikan tegangan V, pada sumbu
horizontal (X) menunjukkan waktu (t).
Prinsip Kerja Osiloskop

Pada saat osiloskop dihubungkan dengan sirkuit, sinyal tegangan bergerak melalui
probe ke system vertical. Pada gambar ditunjukkan diagram blok sederhana
osiloskop analog. Selanjutnya sinyal tersebut akan bergerak melalui keping
pembelok vertical dalam CRT (cathode ray tube). Tegangan yang diberikan pada
pelat tersebut akan mengakibatkan titik cahaya bergerak (berkas electron yang
menumbuk fosfor dan akan menghasilkan pendaran cahaya). Tegangan positif akan
menyebabkan titik tersebut naik sedangkan tegangan nagatif akan menyebabkan titik
tersebut turun. Sinyal akan bergerak juga ke bagian system trigger untuk memulai
sapuan horizontal (horizontal sweep). Sapuan horizontal menyebabkan titik cahaya
bergerak melintasi layar. Jadi, jika system horizontal mendapatkan trigger, titik
cahaya melintasi layar dari kiri ke kanan dengan selang waktu tertentu . pada
kecepatan tinggi titik tersebut dapat melintasi layar hingga per detik.
Pada saat bersamaan kerja sistem penyapu horizontal dan pembelok vertical akan
menghasilkan pemetaan sinyal pada trigger yang diperlukan untuk menstabilkan
sinyal berulang. Untuk lebih jelas hasil olahan system kerja sapuan horizontal
maupun pembelok vertical dapat dilihat pada gambar.

Layar osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertical dan 10 kotak
dalam arah horizontal. Tiap kotak besar dibagi lagi menjadi 5 skala yang lebih kecil.
Sejumlah tombol yang ada pada osiloskop berguna untuk merubah nilai skala-skala
pada layar osiloskop tersebut.

Beberapa Panel dasar yang perlu diperhatikan pada sebuah Osiloskop adalah sebagai
berikut:

 Panel pemilih jenis tegangan masukan (AC, DC atau di-ground-kan)


 Tombol pemilih pengali tegangan (Volt/div)
 Tombol pemilih waktu sapu (Time/div)
 Panel pemilih trigger
 Pengatur posisi vertical dan horizontal
 Pengatur Intensitas Cahaya pada layar osiloskop
 Pengatur Fokus pada layar osiloskop
2.5. FUNCTION GENERATOR

Function Generator atau Generator Fungsi adalah alat uji elektronik yang
dapat membangkitkan berbagai bentuk gelombang. Bentuk Gelombang yang dapat
dihasilkan oleh Function Generator diantaranya seperti bentuk gelombang Sinus
(Sine Wave), gelombang Kotak (Square Wave), gelombang gigi gergaji (Saw tooth
wave), gelombang segitiga (Triangular wave) dan gelombang pulsa (Pulse). Fungsi
ini sedikit berbeda dengan RF Signal Generator ataupun Audio Signal Generator
yang pada umumnya hanya fokus pada pembangkitan bentuk gelombang sinus.

Function Generator dapat menghasilkan Frekuensi hingga 20MHz tergantung


pada rancangan produsennya. Frekuensi yang dihasilkan tersebut dapat kita atur
sesuai dengan kebutuhan kita. Selain pengaturan Frekuensi, kita juga dapat mengatur
bentuk gelombang, DC Offset dan Duty Cycle (Siklus Kerja). Sebagai pengetahuan,
DC Offset digunakan untuk mengubah tegangan rata-rata pada sinyal relatif terhadap
0V atau Ground. Sedangkan Yang dimaksud dengan Duty Cycle atau Siklus kerja
adalah perbandingan waktu ketika sinyal mencapai kondisi ON dan ketika mencapai
kondisi OFF dalam satu periode sinyal. Dengan kata lain, Siklus Kerja atau Duty
Cycle adalah perbandingan lamanya waktu kondisi ON dan kondisi OFF suatu sinyal
pada setiap periode. Fungsi pengaturan Duty Cycle untuk mengubah rasio tegangan
tertinggi ke tegangan terhadap tegangan terendah pada sinyal gelombang persegi.
Terdapat beberapa jenis Function Generator yang menawarkan kinerja dan harga
yang bervariasi.
 Analogue Function Generator (Generator Fungsi Analog) – Function
Generator jenis ini adalah Function Generator yang paling pertama
dikembangkan yaitu sekitar tahun 1950-an. Pada saat tersebut, penggunakan
teknologi digital masih sangat terbatas. Meskipun masih menggunakan
Teknologi Analog, Function Generator jenis ini memiliki beberapa kelebihan
yaitu Harga yang relatif lebih murah, cara penggunaan yang lebih mudah dan
sederhana.
 Digital Function Generator (Generato Fungsi Digital) – Seperti namanya,
Function Generator jenis ini memanfaatkan Teknologi Digital untuk
menghasilkan bentuk gelombangnya. Ada beberapa teknik yang dapat
digunakan untuk membangkitkan bentuk gelombang, namun teknik yang
paling umum digunakan adalah teknik Direct Digital Synthesis (Sintesis
Digital Langsung) atau disingkat dengan DDS.
Digital Function Generator ini mampu menghasilkan bentuk gelombang
dengan tingkat akurasi dan stabilitas yang tinggi karena rangkaian sistem
Pewaktunya (clock) dikendalikan oleh Kristal (Crystal). Digital Funciton
Generator juga mampu menghasilkan spektral yang murni (high spectral
purity) dan Noise Fase yang rendah (low phase noise).
Dengan beberapa kelebihan Digital Function Generator yang ditawarkan ini,
Harga Digital Function Generator menjadi lebih mahal dan pengoperasian
lebih rumit jika dibandingkan dengan Analog Function Generator.
Sweep Function Generator (Generator Fungsi Sweep) – Function Generator
jenis ini memiliki kemampuan Sweep pada Frekuensinya. Pada umumnya,
Sweep Function Generator ini menggunakan Teknologi Digital, namun ada
juga yang menggunakan versi Analog. Kemampuan Sweep pada Function
Generator jenis ini dapat mencapai 100:1 atau bahkan lebih tergantung pada
tipe generatornya.
III. ALAT DAN KOMPONEN

Dalam pengukuran ada beberapa alat beserta komponen yang digunakan untuk
mencapai hasil suatu pengukuran, antara lain:

1. Power supply
2. Osiloskop
3. Function generator
4. Multimeter analog dan digital
5. Resistor R1 470  dan R2 68 
6. Papan percobaan (Breadboard)
7. Kabel probe merah dan hitam (sesuai kebutuhan)
8. Kabel probe BNC Osiloskop (3 buah)

IV. LANGKAH KERJA


4.1. Kalibrasi osiloskop
1. Cek kabel koaksial dan probe yang digunakan
2. Kalibrasi osiloskop
4.2. Pengukuran tegangan AC
1. Tampilkan sinyal AC (dari FG) 1 Vp-p; 2,5 kHz di osiloskop pada channel 1
(sinusoidal)
2. Gambarkan sinyal Vpp = 1; volt/div = 0,5
3. Ukur tegangan yang keluar dari FG menggunakan voltmeter analog dan digital
4. Ubah Vpp = 0,5 Vp-p; time/div = 0,2 ms
5. Gambarkan sinyal, lalu ulangi Langkah 3
6. Ulangi Langkah 4 dan 5 untuk Vpp = 2; Vpp = 3; Vpp = 4; Vpp = 5
4.3. Pengukuran tegangan DC
1. Siapkan peralatan
a. Cek kabel-kabel (penghubung dan koaksial)
b. Kalibrasi osiloskop
c. Memeriksa power supply
2. Tekan opsi DC
3. Atur titik nol di garis ke-2 dari bawah
4. Men-set power supply sebesar 0,5V (dari power supply) menggunakan
osiloskop channel 1
5. Gambar sinyal DC tersebut
6. Ulangi Langkah 4 dan 5 untuk Vs 1V ; 1,5V ; 2V ; 3V ; -0,5V ; -1V ; -1,5V
7. Tampilkan sinyal kalibrasi; gambarkan sinyal tersebut; volt/div = 0,5V
a. Opsi AC
b. Opsi DC
8. Tampilkan sinyal sinusoida 1 Vpp dengan offset DC
0,5V ; 1V ; 1,5V ; frekuensi = 3,5 kHz
9. Rangkailah rangkaian berikut diatas papan percobaan.

Vs = 1 Vpp (tanpa offset DC); f = 750 Hz


Gambarkan sinyal 𝑌 dan 𝑌 , set volt/div = 0,5 volt/div. opsi AC
10. Ulangi Langkah 9 untuk f = 1200 Hz ; 8500 Hz ; 22 kHz ; 55 kHz
11. Jika di 𝑌 = 0,5 sin t volt

𝑌 = .𝑌

4.4. Pengukuran tegangan AC pada rangkaian resistor


1. Rangkailah rangkaian berikut diatas papan percobaan
2. Hubungkan FG ke Vs dan probe koaksial channel 1 ke OSC 𝑌 ,channel 2
ke OSC 𝑌
3. Vs = 1 Vpp (tanpa offset DC); f = 750 Hz
4. Gambarkan sinyal 𝑌 dan 𝑌 , set volt/div = 0,5 volt/div. opsi AC
5. Ulangi untuk f = 1200 Hz ; 8500 Hz ; 22 kHz ; 55 kHz

V. TABEL PERCOBAAN
5.1. Kalibrasi osiloskop

n = 5,2 kotak f=
T = 5,2 x 0.2 ms
=
,
= 1,04 ms
= 0,96 kHz
= 961,5 Hz  1000 Hz
5.2. Pengukuran tegangan AC

Time/div = 0.1 ms Time/div = 0.2 ms Time/div = 50 µs


, , ,
Kotak horizontal = Kotak horizontal = Kotak horizontal =
. .

= 4 kotak = 2 kotak = 8 kotak

Pengukuran tegangan FG menggunakan voltmeter analog dan digital


Hasil Pengukuran
Time/div
Digital Analog
0.1 ms 0.3125 V 0.1 V
0.2 ms 0.3125 V 0.1 V
50 µs 0.3125 V 0.1 V

Kotak vertikal = = = 2 kotak


/ .
,
Vrms = = = 0,353 V
 

Vmax = = = 0,5 V

Vpp = 0,5 Vpp | time/div = 0,2 ms


,
Kotak vertikal = = = 1 kotak
/ .
,
Vmax = = = 0,25 V
,
Vrms = = = 0,176 V
 

Vpp = 2 Vpp | time/div = 0,2 ms


Kotak vertikal = = = 4 kotak
/ ,

Vmax = = =1V

Vrms = = = 0,707 V
 

Vpp = 3 Vpp | time/div = 0,2 ms


Kotak vertikal = = = 6 kotak
/ ,

Vmax = = = 1,5 V
,
Vrms = = = V
 

Vpp = 4 Vpp | time/div = 0,2 ms


Kotak vertikal = = = 8 kotak
/ ,

Vmax = = =2V

Vrms = = = 1,41 V
 
Vpp = 5 Vpp | time/div = 0,2 ms
Kotak vertikal = = = 10 kotak
/ ,

Vmax = = = 2,5 V
,
Vrms = = = 1,767 V
 

V/div = 0,5V | t/div = 0,2 ms


Hasil Pengukuran
Vpp
Digital Analog
1 0,145 V 0,1 (tidak terbaca jelas)
2 0.633 V 0,4 V
3 0.953 V 0,8 V
4 1,264 V 1,23 V
5 1,580 V 1,45 V
5.3. Pengukuran tegangan DC

0,5V 1V (0,6V) 1,5V (0,3)

2V (0,4) 2,5V (0,5V) 3V


-0,5V -1V (-0,2V) 1,5V (-0,3V)
Kalibrasi opsi AC dan DC

Opsi AC Opsi DC
Sinyal sinusoidal 1Vpp dengan offset DC f = 3,5 kHz

0,5 Volt 1 Volt


1,5 V

Gambar sinyal 𝑌 dan 𝑌


F = 750 Hz

F = 1200 Hz
F = 8500 Hz

F = 22 kHz

F = 55 kHz

Ket:
R1 = 470 ohm dan R2 = 68 ohm
Time/div = 0,5 volt
5.4. Pengukuran tegangan AC pada rangkaian resistor

F = 750 Hz f = 8500 Hz

F = 1200 Hz f = 55 kHz
F = 22 kHz

VI. ANALISIS DATA


Pada saat time/div diubah nilainya menjadi semakin kecil, pengukuran
tegangan yang keluar dari function generator menggunakan multimeter analog
maupun digital hasilnya konstan, namun berpengaruh ke panjang gelombang yang
semakin lebar dikarenakan waktu perioda yang terus berubah dan dihitung berdasarkan
rumus kotak vertikal dimana perioda dibagi dengan time/div yang digunakan.
Adapun ketika Vpp yang diubah nilainya, bukan time/div yang bertambah
namun amplitude gelombang yang semakin tinggi karena bertambahnya Vpp maka
bertambah juga amplitudonya dan semakin besar Vpp/amplitude membuat Vmax dan
Vrms menjadi lebih besar hasilnya.
Dengan dianalisis besar frekuensi yang berbeda membuat nilai R2 lebih kecil
dibandingkan R1, dimana faktor nilai resistansi pun berpengaruh ke hasil gelombang
sinus yang dihasilkan. Disebabkan sinyal yang sudah terbagi pada hasilnya, Y1
menjadi lebih besar dibandingkan Y2.

VII. PERTANYAAN DAN JAWABAN


(Jika ada)

VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa,

Dalam menggunakan alat ukur baik osiloskop maupun multimeter harus dikalibrasi
terlebih dahulu supaya hasil praktikum yang didapatkan sesuai dan akurat

Pada sinyal AC yang diukur menggunakan multimeter DC, maka yang diukur adalah
rata-rata sinyal AC tersebut
Pada tegangan DC apabila Vs + maka garis awal 0 berada 2 kotak dari bawah
sedangkan tegangan DC apabila Vs – maka garis awal 0 berada 2 kotak dari atas.

IX. DAFTAR PUSTAKA


[1] Senja, S.Pd, M.T dan Sumiran, S.ST, M.Pd.Tim Laboratorium Eksperimen,
Teknik Elektronika Dasar. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Kurikulum 2013, 2014.
[2] Tim Laboratorium Eksperimen, Panduan Praktikum Elektronika Dasar 1.
Surabaya: JDS, 2019

Anda mungkin juga menyukai