Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

RANGKAIAN PENGGESER PHASA

DAN

RESPONSE FREKUENSI

OLEH

NAMA : NANDINI AYU RAMADHANI

NIM : 221344054

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK TELEKOMUNIKASI NIRKABEL

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

NOVEMBER 2022
KETERANGAN

Kelompok :7

Judul Praktik : Rangkaian Penggeser Phasa

Tanggal Praktik : Rabu, 23 November 2022

: Rabu, 30 November 2022

Tanggal Pengumpulan Laporan : Selasa, 06 November 2022

Nama Praktikan : Nandini Ayu Ramadhani (221344054)

Nama Partner : 1. Mochammad Riftan Riasdie (221344049)

: 2. Rizky Rahmatunnisa (221344059)

Nama Dosen : 1. Mina Naidah Gani, DUTech., ST., M.Eng

: 2. Rifa Hanifatunnisa, S.ST., M.T


DAFTAR ISI

KETERANGAN..................................................................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................................................

I. TUJUAN PRAKTIKUM...................................................................................
II. DASAR TEORI.................................................................................................
III. ALAT DAN KOMPONEN................................................................................
IV. LANGKAH KERJA..........................................................................................
V. TABEL PERCOBAAN......................................................................................
VI. ANALISIS DATA..............................................................................................
VII. PERTANYAAN DAN JAWABAN....................................................................
VIII. KESIMPULAN.................................................................................................
IX. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami apa yang dimaksud dengan phasa,
2. Memahami apa yang dimaksud beda phasa antara 2 (dua) sinyal,
3. Dapat mengukur beda phasa secara teori,
4. Dapat mengukur beda phasa secara dual trace/mode,
5. Dapat mengukur beda phasa secara xy mode (lissajous).
6. Dapat membuat keluaran frekuensi dari Function Generator diukur
menggunakan Osiloskop.
7. Memahami adanya pengaruh terhadap tegangan output akibat perubahan
frekuensi
8. Memahami adanya pengaruh terhadap beda phasa akibat perubahan
frekuensi

II. DASAR TEORI


2.1. RESISTOR
Fungsi resistor adalah untuk menghambat arus listrik. Nilai resistansinya
dinyatakan dalam satuan yang disebut “Ohm” (Ω). Resistor 1000 Ohm biasanya
ditulis 1kΩ dan 1000kΩ ditulis sebagai 1M ohm. Resistor dibagi dalam dua kelas,
resistor tetap dan resistor variabel. Jika dibagi berdasarkan bahan yang digunakan
ada resistor karbon dan ada juga metal film. Ada juga jenis lainnya yang jarang
digunakan.

Nilai resistansi resistor tidak hanya sesuatu yang dipertimbangkan dalam


memilih resistor yang digunakan dalam rangkaian. Toleransi dan daya dari
resistor juga penting. toleransi digunakan untuk menyatakan jangkauan dari nilai
resistor. Sebagai contoh toleransi 5% akan menyatakan nilai resistansinya pada
jangkauan 5% dari nilai yang tertulis. Jangkauan daya menyatakan seberapa besar
toleransi daya yang aman.

Jangkauan daya maksimum pada resistor dalam watt. Daya dihitung


menggunakan kuadrat arus dikali nilai resistansi dari resistor. Jika daya
maksimum resistor dilewati maka resistor akan menjadi panas dan terbakar.
Resistor–resistor pada rangkaian elektronik bekisar antara 1/8 watt, ¼ watt dan ½
1
watt. Resistor watt paling bayak digunakan pada rangkaian aplikasi sinyal.
8
Biasanya untuk keamanan memilih resistor yang memiliki jangkauan daya kira
kira dua kali daya yang dibutuhkan.

Resistor tidak dijual dengan sembarang nilai resistivitas, tetapi nilai-nilai


resistivitas yang terdapat dipasaran diatur dalam deret-deret norma. Terdapat
deret E3, E6, E12, E24, E48, dan E96. Angka pada nama deret menunjukkan
berapa banyak nilai terdapat dalam satu decade. Dalam decade berikutnya
terdapat angka yang sama hanya dengan orde 10 kali lipat. Jenis-jenis resistor
diantaranya adalah resistor tetap, resistor variabel, LDR, resistor wirewound, dan
thermistor.

Cara menghitung nilai resistor:


2.2. KAPASITOR

Kondensator atau sering disebut sebagai kapasitor adalah suatu alat yang dapat
menyimpan energi di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan
ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator memiliki satuan
yang disebut Farad dari nama Michael Faraday. Kondensator juga dikenal
sebagai "kapasitor", namun kata "kondensator" masih dipakai hingga saat ini.
Pertama disebut oleh Alessandro Volta seorang ilmuwan Italia pada tahun 1782
(dari bahasa Itali condensatore), berkenaan dengan kemampuan alat untuk
menyimpan suatu muatan listrik yang tinggi dibanding komponen lainnya.
Kebanyakan bahasa dan negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris masih
mengacu pada perkataan bahasa Italia condensateur, "condensatore", Indonesia
dan Jerman. Condensator atau Spanyol Condensador. Kondensator
diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif serta
memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung.

Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah,
tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan
berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tabelt
atau kancing baju.
Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara tergantung
pada masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan orang
tersebut hanya menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan
atau lebih sering didengar. Pada masa kini, kondensator sering disebut kapasitor
(capacitor) ataupun sebaliknya yang pada ilmu elektronika disingkat dengan
huruf (C). Berikut macam kapasitor berdasarkan kegunaannya:

1. Kapasitor tetap
Kapasitor tetap ialah suatu kapasitor yang nilainya konstan dan tidak
berubah-ubah. (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah).
a. Kapasitor keramik
b. Kapasitor polyester
c. Kapasitor kertas
d. Kapasitor elektrolit
2. Kapasitor variabel (variabel dan trimmer)
Kapasitor variabel dan trimmer adalah jenis kapasitor yang kapasitasnya
bisa diubah-ubah. Kapasitor ini dapat berubah kapasitasnya karena
secara fisik mempunyai poros yang dapat diputar dengan menggunakan
obeng.
Kapasitor variabel (Varco) terbuat dari logam, mempunyai kapasitas
maksimum sekitar 100 pF (pikoFarad) sampai 500 pF (100pF =
0.0001μF). Kapasitor variabel dengan spul antena dan spul osilator
berfungsi sebagai pemilih gelombang frekuensi tertentu yang akan
ditangkap.
2.3. MULTIMETER

Multimeter tersedia dua macam, yaitu multimeter analog (AMM) dan


multimeter digital (DMM). Multimeter analog menggunakan jarum penunjuk
(kumparan putar) untuk menunjukkan nilai-nilai ukurnya. Sedangkan
multimeter digital menampilkan harga ukur dalam bentuk angka. Untuk
multimeter analog ada yang menggunakan kumparan putar satu arah (titik nol
berada di ujung paling kiri) dan ada yang dua arah yaitu titik nol ditengah skala.
Alat ukur multimeter merupakan alat ukur yang mampu dipergunakan
untuk mengukur besaran-besaran fisis kelistrikan, yaitu:

 Resistansi atau hambatan (sebagai Ohmmeter)


 Beda potensial/tegangan AC/DC (sebagai Voltmeter)
 Kuat arus AC/DC (sebagai Amperemeter)

Dalam menggunakan multimeter, baik analog maupun digital, maka


langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan offset null. Untuk
multimeter analog selalu tersedia tombol untuk offset null. Yang dimaksud
adalah tombol untuk mengatur jarum penunjuk agar berada pada posisi nol
(kalibrasi). Probe pencolok multimeter ada dua yaitu pencolok positif (warna
merah) dan pencolok negative (warna hitam).

Cara pengukuran tegangan DC, letakkan posisi saklar volt meter pada
posisi DC volt pada range tertentu, hasilnya dapat dilihat pada jarum penunjuk.
Begitu pula ketika menginginkan untuk mengukur tegangan AC, maka letakkan
posisi saklar voltmeter pada posisi AC volt.

2.4. POWER SUPPLY

Power Supply atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Catu Daya adalah
suatu alat listrik yang dapat menyediakan energi listrik untuk perangkat listrik
ataupun elektronika lainnya. Pada dasarnya Power Supply atau Catu daya ini
memerlukan sumber energi listrik yang kemudian mengubahnya menjadi energi
listrik yang dibutuhkan oleh perangkat elektronika lainnya. Oleh karena itu,
Power Supply kadang-kadang disebut juga dengan istilah Electric Power
Converter.
Berdasarkan fungsinya, Power supply dapat dibedakan menjadi Regulated
Power Supply, Unregulated Power Supply dan Adjustable Power Supply.

 Regulated Power Supply adalah Power Supply yang dapat menjaga


kestabilan tegangan dan arus listrik meskipun terdapat perubahaan atau
variasi pada beban atau sumber listrik (Tegangan dan Arus Input).
 Unregulated Power Supply adalah Power Supply tegangan ataupun arus
listriknya dapat berubah ketika beban berubah atau sumber listriknya
mengalami perubahan.
 Adjustable Power Supply adalah Power Supply yang tegangan atau
Arusnya dapat diatur sesuai kebutuhan dengan menggunakan Knob
Mekanik. Terdapat 2 jenis Adjustable Power Supply yaitu Regulated
Adjustable Power Supply dan Unregulated Adjustable Power Supply.

DC Power Supply adalah pencatu daya yang menyediakan tegangan maupun


arus listrik dalam bentuk DC (Direct Current) dan memiliki Polaritas yang tetap
yaitu Positif dan Negatif untuk bebannya. Terdapat 2 jenis DC Supply yaitu:

a. AC to DC Power Supply
AC to DC Power Supply, yaitu DC Power Supply yang mengubah
sumber tegangan listrik AC menjadi tegangan DC yang dibutuhkan oleh
peralatan Elektronika. AC to DC Power Supply pada umumnya memiliki
sebuah Transformator yang menurunkan tegangan, Dioda sebagai
Penyearah dan Kapasitor sebagai Penyaring (Filter).
b. Linear Regulator
Linear Regulator berfungsi untuk mengubah tegangan DC yang
berfluktuasi menjadi konstan (stabil) dan biasanya menurunkan tegangan
DC Input.
2.5. OSILOSKOP

Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik.
Pada kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan memperlihatkan bagaimana
sinyal berubah terhadap waktu. Seperti yang bias dilihat pada gambar yang
ditunjukkan bahwa pada sumbu vertical (Y) mempresentasikan tegangan V,
pada sumbu horizontal (X) menunjukkan waktu (t).

Prinsip Kerja Osiloskop

Pada saat osiloskop dihubungkan dengan sirkuit, sinyal tegangan bergerak


melalui probe ke system vertical. Pada gambar ditunjukkan diagram blok
sederhana osiloskop analog. Selanjutnya sinyal tersebut akan bergerak melalui
keping pembelok vertical dalam CRT (cathode ray tube). Tegangan yang
diberikan pada pelat tersebut akan mengakibatkan titik cahaya bergerak (berkas
electron yang menumbuk fosfor dan akan menghasilkan pendaran cahaya).
Tegangan positif akan menyebabkan titik tersebut naik sedangkan tegangan
nagatif akan menyebabkan titik tersebut turun. Sinyal akan bergerak juga ke
bagian system trigger untuk memulai sapuan horizontal (horizontal sweep).
Sapuan horizontal menyebabkan titik cahaya bergerak melintasi layar. Jadi, jika
system horizontal mendapatkan trigger, titik cahaya melintasi layar dari kiri ke
kanan dengan selang waktu tertentu . pada kecepatan tinggi titik tersebut dapat
melintasi layar hingga per detik.
Pada saat bersamaan kerja sistem penyapu horizontal dan pembelok vertical
akan menghasilkan pemetaan sinyal pada trigger yang diperlukan untuk
menstabilkan sinyal berulang. Untuk lebih jelas hasil olahan system kerja
sapuan horizontal maupun pembelok vertical dapat dilihat pada gambar.

Layar osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertical dan 10 kotak
dalam arah horizontal. Tiap kotak besar dibagi lagi menjadi 5 skala yang lebih
kecil. Sejumlah tombol yang ada pada osiloskop berguna untuk merubah nilai
skala-skala pada layar osiloskop tersebut.
Beberapa Panel dasar yang perlu diperhatikan pada sebuah Osiloskop adalah
sebagai berikut:

 Panel pemilih jenis tegangan masukan (AC, DC atau di-ground-kan)


 Tombol pemilih pengali tegangan (Volt/div)
 Tombol pemilih waktu sapu (Time/div)
 Panel pemilih trigger
 Pengatur posisi vertical dan horizontal
 Pengatur Intensitas Cahaya pada layar osiloskop
 Pengatur Fokus pada layar osiloskop
2.6. FUNCTION GENERATOR

Function Generator atau Generator Fungsi adalah alat uji elektronik


yang dapat membangkitkan berbagai bentuk gelombang. Bentuk Gelombang
yang dapat dihasilkan oleh Function Generator diantaranya seperti bentuk
gelombang Sinus (Sine Wave), gelombang Kotak (Square Wave), gelombang
gigi gergaji (Saw tooth wave), gelombang segitiga (Triangular wave) dan
gelombang pulsa (Pulse). Fungsi ini sedikit berbeda dengan RF Signal
Generator ataupun Audio Signal Generator yang pada umumnya hanya fokus
pada pembangkitan bentuk gelombang sinus.
Function Generator dapat menghasilkan Frekuensi hingga 20MHz
tergantung pada rancangan produsennya. Frekuensi yang dihasilkan tersebut
dapat kita atur sesuai dengan kebutuhan kita. Selain pengaturan Frekuensi, kita
juga dapat mengatur bentuk gelombang, DC Offset dan Duty Cycle (Siklus
Kerja). Sebagai pengetahuan, DC Offset digunakan untuk mengubah tegangan
rata-rata pada sinyal relatif terhadap 0V atau Ground. Sedangkan Yang
dimaksud dengan Duty Cycle atau Siklus kerja adalah perbandingan waktu
ketika sinyal mencapai kondisi ON dan ketika mencapai kondisi OFF dalam
satu periode sinyal. Dengan kata lain, Siklus Kerja atau Duty Cycle adalah
perbandingan lamanya waktu kondisi ON dan kondisi OFF suatu sinyal pada
setiap periode. Fungsi pengaturan Duty Cycle untuk mengubah rasio tegangan
tertinggi ke tegangan terhadap tegangan terendah pada sinyal gelombang
persegi.
Terdapat beberapa jenis Function Generator yang menawarkan kinerja dan harga
yang bervariasi.
 Analogue Function Generator (Generator Fungsi Analog) – Function
Generator jenis ini adalah Function Generator yang paling pertama
dikembangkan yaitu sekitar tahun 1950-an. Pada saat tersebut,
penggunakan teknologi digital masih sangat terbatas. Meskipun masih
menggunakan Teknologi Analog, Function Generator jenis ini memiliki
beberapa kelebihan yaitu Harga yang relatif lebih murah, cara
penggunaan yang lebih mudah dan sederhana.
 Digital Function Generator (Generato Fungsi Digital) – Seperti
namanya, Function Generator jenis ini memanfaatkan Teknologi Digital
untuk menghasilkan bentuk gelombangnya. Ada beberapa teknik yang
dapat digunakan untuk membangkitkan bentuk gelombang, namun
teknik yang paling umum digunakan adalah teknik Direct Digital
Synthesis (Sintesis Digital Langsung) atau disingkat dengan DDS.
Digital Function Generator ini mampu menghasilkan bentuk gelombang
dengan tingkat akurasi dan stabilitas yang tinggi karena rangkaian sistem
Pewaktunya (clock) dikendalikan oleh Kristal (Crystal). Digital Funciton
Generator juga mampu menghasilkan spektral yang murni (high spectral
purity) dan Noise Fase yang rendah (low phase noise).
Dengan beberapa kelebihan Digital Function Generator yang ditawarkan
ini, Harga Digital Function Generator menjadi lebih mahal dan
pengoperasian lebih rumit jika dibandingkan dengan Analog Function
Generator.
Sweep Function Generator (Generator Fungsi Sweep) – Function
Generator jenis ini memiliki kemampuan Sweep pada Frekuensinya.
Pada umumnya, Sweep Function Generator ini menggunakan Teknologi
Digital, namun ada juga yang menggunakan versi Analog. Kemampuan
Sweep pada Function Generator jenis ini dapat mencapai 100:1 atau
bahkan lebih tergantung pada tipe generatornya.

III. ALAT DAN KOMPONEN

Dalam pengukuran ada beberapa alat beserta komponen yang digunakan


untuk mencapai hasil suatu pengukuran, antara lain:

1. Kapasitor nF (10 nF dan 47 nF)


2. Resistor 1k < R < 10k (3 buah)
3. Function generator
4. Osiloskop
5. Multimeter
6. Kabel coaxial/probe BNC osiloskop (3 buah)
7. Jumper
8. Papan percobaan (Breadboard)
9. Kabel probe merah dan hitam (sesuai kebutuhan)
IV. LANGKAH KERJA
4.1 Rangkaian Penggeser Phasa
1. Menyiapkan seluruh peralatan yang akan digunakan
2. Merangkai di atas papan percobaan seperti rangkaian berikut,

3. Hitung beda phasa secara teori (catat di tabel)


4. Ubah beda phasa dengan dual mode dan tegangan output (Vpp)
5. Catat dan gambarkan di tabel
6. Ulangi langkah 4 dan 5 tetapi menggunakan xy mode.
4.2 Response Frekuensi
1. Rangkailah rangkaian berikut di atas papan percobaan

2. Settinglah Function Generator sinyal sinusoidal 4 Vpp 500 Hz


3. Hitunglah beda phasa dan Vo secara theori. Isikan ke tabel pengamatan
4. Ukurlah Vop-p menggunakan osiloskop, catat di tabel
5. Ukurlah beda phasa dual mode menggunakan osiloskop, catat di tabel
6. Ulangi langkah 2-5 untuk frekuensi berikutnya (lihat di tabel)
V. TABEL PERCOBAAN
5.1. Rangkaian Penggeser Phasa

Theori Dual Mode XY Mode


No. R C
 Vo  Vo Y1 Y2 
1. 3.3k 10 nF 17.27 1.90 V 21.17 1.9 V 0.6 1.9 18.40
2. 4.7k 10 nF 23.89 1.83 V 26.47 1.8 V 0.8 1.8 28.07
3. 5.6k 10 nF 27.82 1.77 V 31.76 1.7 V 0.85 1.7 30
4. 3.3k 47 nF 55.62 1.13 V 54.50 1.02 V 0.9 1.1 54.90
5. 4.7k 47 nF 64.34 0.86 V 60 0.8 V 0.8 0.82 64.01
6. 5.6k 47 nF 68.04 0.75 V 65.45 0.7 V 0.7 1.75 68.96
Pada rangkaian penggeser phasa, perubahan panjang gelombang dipengaruhi
oleh resistor dan peran kapasitor sebagai pelebar gelombang dimana penggeseran
phasa pada XY mode terlihat perbedaan yang dihasilkan melalui komponen
resistansi dan kapasitansi. Pada dual mode, kapasitor berpengaruh pada Vo karena
gelombang input setelah melewati kapasitor mengalami penyaringan yang
mengakibatkan makin besar nilai kapasitansi maka gelombang
Y 2 yang menjadi acuan tegangan output mengecil dan phasa membesar.

5.2. Response Frekuensi

Frekuensi Theori Hasil Pengamatan Osiloskop


(Hz) Vo  Vo 
500 3,81 17,44 3,8 15
1000 3,38 32, 14 3,3 32,4
2500 2,14 57,51 2,2 55,8
5k 1,21 72,34 1,2 72
8k 0,78 78,74 0,8 79,2
10k 0,62 80,95 0,7 82,8
20k 0,31 85,45 0,36 86,4
50k 0,12 88,17 0,12 90
Ketika frekuensi bertambah, phasa yang dihasilkan semakin besar namun tegangan output
menjadi kecil. Perbedaan ini ditandai dengan frekuensi yang diubah ketika komponen
resistansi dan kapasitansi bernilai tetap.
VI. ANALISIS DATA
VI.1. Rangkaian Penggeser Phasa
R = 3.3k dan C = 10 nF

1. Teori
 = −tan−1 2 πfRC
= −tan−1 2 π (1500)(3300)(10. 10−9 ¿ ) ¿
= −tan−1 0,3110176727
= 17,29 
1 1
Vo = x Vin = x 2 = 1,90 V
√1+(2 πfRC ) 2
√1+(0,311)2
2. Dual Mode
a 0 ,2
= x 360 = x 360 = 21,176
b 3.4
Vo = 1,9 V
3. XY Mode
Y 1 = 0,6
Y 2 = 1,9

−1 Y1 −1 0 , 6
 = sin = sin = 18,40
Y2 1,9

R = 4.7k dan C = 10 nF
1. Teori
 = −tan−1 2 πfRC
= −tan−1 2 π (1500)(4700)( 10.10−9 ¿)¿
= −tan−1 0,4429645642
= 23,89 
1 1
Vo = x Vin = x 2 = 1,83 V
√1+(2 πfRC ) 2
√1+(0,442)2
2. Dual Mode
a 0 ,25
= x 360 = x 360 = 26,47
b 3,4
Vo = 1,8 V
3. XY Mode
Y 1 = 0,8
Y 2 = 1,7

−1 Y1 −1 0 , 8
 = sin = sin = 28,07
Y2 1 ,7

R = 5.6k dan C = 10 nF

1. Teori
 = −tan−1 2 πfRC
= −tan−1 2 π (1500)(5600)(10. 10−9 ¿ )¿
= −tan−1 0 ,5277875658
= 27,82
1 1
Vo = x Vin = x 2 = 1,77 V
√1+(2 πfRC ) 2
√1+(0 , 527)2
2. Dual Mode
a 0 ,3
= x 360 = x 360 = 31,76
b 3 ,3
Vo = 1,7 V
3. XY Mode
Y 1 = 0,85
Y 2 = 1,7

−1 Y1 −1 0 , 85
 = sin = sin = 30
Y2 1 ,7

R = 3.3k dan C = 47 nF

1. Teori
 = −tan−1 2 πfRC
= −tan−1 2 π (1500)(33 00)( 47 .10−9 ¿ )¿
= −tan−1 1,4617830617
= 55,62
1 1
Vo = x Vin = x 2 = 1,13 V
√1+(2 πfRC ) 2
√1+(1,461)2
2. Dual Mode
a 0 ,5
= x 360 = x 360 = 54,5
b 3 ,3
Vo = 1,02 V
3. XY Mode
Y 1 = 0,9
Y 2 = 1,1

−1 Y1 −1 0 , 9
 = sin = sin = 54,90
Y2 1 ,1

R = 4.7k dan C = 47 nF

1. Teori
 = −tan−1 2 πfRC
= −tan−1 2 π (1500)(4700)( 49 . 10−9 ¿ )¿
= −tan−1 2,1705263644
= 64,24
1 1
Vo = x Vin = x 2 = 0,86 V
√1+(2 πfRC ) 2
√1+(2,170)2
2. Dual Mode
a 0 ,5 5
= x 360 = x 360 = 60
b 3 ,3
Vo = 0,8 V
3. XY Mode
Y 1 = 0,8
Y 2 = 0,82

−1 Y1 −1 0 , 8
 = sin = sin = 64,01
Y2 0 , 82

R = 5.6k dan C = 47 nF
1. Teori
 = −tan−1 2 πfRC
= −tan−1 2 π (1500)(5600)( 47 .10−9 ¿ )¿
= −tan−1 2,4806015593
= 68,04
1 1
Vo = x Vin = x 2 = 0,75 V
√1+(2 πfRC ) 2
√1+(2,480)2
2. Dual Mode
a 0,6
= x 360 = x 360 = 65,45
b 3 ,3
Vo = 0,7 V
3. XY Mode
Y 1 = 0,7
Y 2 = 0,75

−1 Y1 −1 0 ,7
 = sin = sin = 68,96
Y2 0 ,75
VI.2. Response Frekuensi

500 Hz

Real Teori
0 ,2  = −tan−1 0,314159 = 17,44
= x 360 = 18
4
Vo = 1,8 x 2 = 3,6 V 1
Vo = x 4 = 3,81 V
√1+(0,314)2
1000 Hz

Real Teori
0 , 45  = −tan−1 0 ,6283 = 32,14
= x 360 = 32,4
5
1
Vo = x 4 = 3,38 V
Vo = 1,65 x 2 = 3,3 V √1+(0 , 628)2
2500 Hz

Real Teori
0 , 62  = −tan−1 1,5708 = 57,51
= x 360 = 55,8
4
1
Vo = x 4 = 2,14 V
Vo = 1,1 x 2 = 2,2 V √1+(1,570)2
5k Hz

Real Teori
0,4  = −tan−1 3,14159 = 72,34
= x 360 = 72
2
1
Vo = x 4 = 1,21 V
Vo = 0,6 x 2 = 1,2 V √1+(3,141)2
8k Hz

Real Teori
0 ,55  = −tan−1 5,0265 = 78,74
= x 360 = 79,2
2 ,5
1
Vo = x 4 = 0,78 V
Vo = 0,4 x 2 = 0,8 V √1+(5,026)2
10k Hz

Real Teori
1, 15  = −tan−1 6,28319 = 80,95
= x 360 = 82,8
5
1
Vo = x 4 = 0,62 V
Vo = 0,35 x 2 = 0,7 V √1+(6,283)2
20k Hz
Real Teori
0,6  = −tan−1 12,56637 = 85,45
= x 360 = 86,4
2 ,5
1
Vo = x 4 = 0,31 V
Vo = 0,18 x 2 = 0,36 V √1+(12,566)2
50k Hz

Real Teori
1  = −tan−1 31,41593 = 88,17
= x 360 = 90
4
1
Vo = x 4 = 0,12 V
Vo = 0,06 x 2 = 0,12 V √1+(31,415)2

VII. PERTANYAAN DAN JAWABAN


(Jika ada)

VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa,
1. Beda phasa yaitu keadaan dimana terdapat 2 sinyal untuk membandingkan
gelombang input dan output
2. Dari perbedaan phasa tersebut maka diperlukan perhitungan secara teori dan
pengukuran untuk membandingkan hasil yang didapatkan apakah sesuai atau
tidak.
3. Pada saat pengukuran 2 sinyal, grounding sangat dibutuhkan untuk
menyesuaikan titik nol pada tampilan layar osiloskop
4. Respon frekuensi adalah metode pengukuran spektrum dari sebuah sistem
pada titik keluarannya setelah diberi pemaparan variasi frekuensi dengan
amplitude konstan.
5. Respon frekuensi terjadi ketika adanya perbedaan besar tegangan dari function
generator dan phasa antara input dan output.

IX. DAFTAR PUSTAKA


[1] Senja, S.Pd, M.T dan Sumiran, S.ST, M.Pd.Tim Laboratorium Eksperimen,
Teknik Elektronika Dasar. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Kurikulum 2013, 2014
[2] Tim Laboratorium Eksperimen, Panduan Praktikum Elektronika Dasar 1.
Surabaya: JDS, 2019
[3] Abdurrahman, Syaifi, Modul Elektronika Dasar. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMK, 2017

Anda mungkin juga menyukai