Anda di halaman 1dari 13

LEMBARAN KERJA MAHASISWA

MATA KULIAH FARMASI INDUSTRI


PROGRAM PENDIDIKAN APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UIVERSITAS ANDALAS

Dosen : Dr. Febriyenti, S.S.i, M.S.i, Apt


Pokok Bahasan: R&D
Topik 4 : Uji Ekivalen

IDENTITAS MAHASISWA DAN TUGAS


Kelompok A
Pertemuan ke
Hari/Tanggal

A KASUS UMUM
Umum:
Tablet copy Prapranolol dilakukan uji bioekivalensi dengan menggunakan 12 orang
sukarelawan. Disain studi dengan metode study menyilang 2-way. Hasil pemeriksaan kadar
obat dalam darah tiap waktu untuk sukarelawan 1 diperoleh data sebagai berikut:

Obat uji

Waktu Kadar
(jam) (ng/ml)
0 0
0,25 165,25
0,5 265,37
1 283,83
1,5 181,93
2 116,62
3 76,38
4 62,6
6 40,8
8 24,4
Tentukan nilai k eliminasi, t obat dan AUC 0-inf obat?

B KASUS
Kelompok A
PT Andalas Farma, Tbk PT Andalas Farma, Tbk sedang mengembangkan produk obat
generik dengan zat aktif aktif propranolol. Saat ini sedang dilakukan tahap uji ekivalen.
Sebagai apoteker di bagian R&D di industri tersebut, Saudara diperintahkan untuk melakukan
kajian uji ekivalen.

Jelaskan apa yang Saudara lakukan dalam uji ekivalen tersebut


Carilah satu buah jurnal internasional terkait uji ekivalen ini dan pelajari bagaimana uji
tersebut dilakukan sampai diperoleh hasilnya

C KEY WORDS/TERMINOLOGI FARMASI


1. Uji bioekivalensi: Uji Bioekivalensi (BE) merupakan data ekivalensi untuk melihat
kesetaraan sifat dan kerja obat didalam tubuh suatu obat copy dibandingkan dengan obat
inovator sebagai pembanding.
2. Bioavailabilitas: Menunjukan suatu pengukuran laju dan jumlah obat yang aktif terapetik
yang mencapai sirkulasi umum. Bioavabilitas suatu istilah yang menyatakan
jumlah/proporsi (exetent) obat yang diabsorpsi dan kecepatan (rate) yang diabsorpsi itu
terjadi. Extent biasanya dinyatakan dalam F. Hal ini biasanya diukur dari perkembangan
kadar obat (zat aktif) atau metabolit aktifnya dalam darah dan eksresinya dalam urin
terhadap waktu.

Bioavaibilitas terbagi menjadi 2, yaitu:


Bioavaibilitas absolut: bioavaibilitas zat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik dari
suatu sediaan obat dibandingkan dengan bioavaibiltas zat aktif tersebut dengan
pemberian intra vena.
Bioavaibilitas relatif: bioavaibilitas zat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik dari
suatu sediaan obat dibandingakan dengan bentuk sediaan lain selain intra vena.

Faktor yang mempengaruhi bioavaibiltas:


Obat: sifat fisiko-kimia zat aktif, formulasi, dan teknik pembuatan.
Subjek: karakteristik subjek (umur, bobot badan), kondisi patologis, posisis dan
aktivitas tubuh (pada subjek yang sama).
Rute pemberian
Interaksi obat/makanan, misalnya grisovulvin sukar larut dalam air. Apabila diberikan
bersama makanan berlemak jadi mudah larut. Di dalam tubuh, digunakan surfaktan
alami sehingga baik diabsorpsi. Pemberian vitamin B12 dengan coca cola
menghasilkan absorpsi yang lebih baik.
Tujuan bioavaibilitas:
Pengembangan ilmu
Pengembangan produk/formulasi

Pengembangan senyawa baru

Jaminan mutu produk (quality control)

Kesetaraan obat:
1. Farmakokinetik: 2 obat memiliki molekul kimia yang berbeda, tetapi mempunyai
aktivitas yang sama dan melekat pada substrat molekul aktif yang sama. Misalnya
bentuk ester dan garam dari sutu zat aktif.
2. Farmasetik: 2 produk obat dinyatakan memiliki fase farmasetik yang sama apabila
mengandung zat aktif yang sama dalam jumlah yang sama serta bentuk sediaan yang
sama dan memenuhi standar kompendial yang sama (misalnya waktu hancur,
keseragaman kandungan, dan kecepatan disolusi) wlaupun bentuk, mekanisme
pelepasan, eksipien, kemasan, dll berbeda.

3. Biologik: 2 produk obat disebut ekivalen apabila mempunya ekivalensi farmasetik


yang sama dan pada pemberian molar yang sama akan menghasilkan bioavaibilitas
yang sebanding sehingga kemanjuran dan keamanannya akan sama baiknya.

4. Klinik/terapetik: 2 obat yang diberikan pada subjek yang sama dengan posologi
yang sama akan menghasilkan efek terapetik/toksisitas yang sama.

Perbedaan dapat terjadi pada bioavaibilitas dan respon klinik apabila:


Obat dengan bentuk sediaan yang sama tetapi diproduksi oleh industri yang berbeda. Hal ini
dapat disebabkan oleh faktor bahan baku, formulasi, dan cara pembuatan yang berbeda.
Apabila terdapat perbedaan yang bermakna pada bioavaibilitas dari produk obat yang
diuji dengan produk obat pembanding, maka kedua produk itu dapat dikatakan inekivalen
secara terapetik. Dalam hal ini harus dilakukan reformulasi dan uji bioavaibilitas harus
dilakukan lagi.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam uji BA/BE:
1. Adanya pemahaman terhadap farmakokinetik obat (absorpsi, distribusi, metabolisme,
dan eliminasi).
2. Pemilihan metode analisis yang tepat: hal ini diperlukan untuk mengetahui efek
samping, efek toksik, dan penanganan terhadap efek-efek tersebut.

3. Stabilitas obat dalam sampel

4. Penyusunan percobaan protokol yang tepat: sebelum dilakukan uji, sebaiknya


mendapat persetujuan dari BPOM dan dilakukan kajian etik terlebih dahulu. Protokol
harus lulus kajian ilmiah.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rancangan percobaan BA/BE:


1. Sediaan pembanding
2. Subjek percobaan dan kriteria
3. Jumlah subjek

4. Desain percobaan

5. Interval waktu pemberian

6. Modalitas pengambilan sampel: tunggal, berulang, jumlah dosis, dll.

7. Senyawa yang akan dianalisis dan metodenya.

8. Frekuensi dan waktu pengambilan sampel.

9. Jenis sampel yang akan dikumpulkan: darah/urin.

Metode uji bioekivalensi:


Uji bioavaibilitas komparatif
Uji farmakodinamik komparatif
Uji disolusi in vitro komparatif

Rancangan dan Pelaksanaan Uji Bioekivalensi:


1. Harus mengikuti Pedoman Cara Uji Klinis yang Baik (CUKB).
2. Protokol harus lolos kajian ilmiah dan kajian etik sebelum penelitian dimulai.
3. Protokol harus mendapat persetujuan dari BPOM sebelum penelitian dimulai.
Rancangan penelitian:
1. Desain penelitian menyilang 2 arah.
2. Pemberian produk diberikan secara acak.
3. Kedua perlakuan dipisahkan oleh periode wash out.
4. Untuk obat yang memiliki waktu paruh panjang dapat dipertimbangkan desain 2
kelompok paralel.
5. Pemberian dosis tunggal.

Rancangan percobaan:
Uji paralel: dengan 2 kelompok berbeda dilakukan bila waktu paruh eliminasi panjang
(> 24 jam).
Uji pada keadaan tunak diperlukan bila: farmakokinetik non linier; kinetik obat
bergantung waktu pemberian obat, misalnya kortikosteroid; bentuk sediaan lepas
lambat; obat kombinasi tetap rasio kadar obat dalam plasma penting, misalnya
kortimoksazol.

Obat yang harus diuji BE yaitu obat dengan:


Non-linier farmakokinetik
Obat oral yang diberikan untuk kondisi segera

Obat oral dengan indeks terapi sempit

Obat oral dengan sifat fisikokimia tidak menguntungkan (BCS III&IV)

D RUMUSAN KASUS
Merancang protokol uji Bioekivalen tablet Propranolol HCl yang merupakan produk baru
berupa obat copy:
Uji Bioekivalensi
1. Tujuan
Tujuan dari dilakukannya Uji Bioekivalensi, adalah:
Untuk mengetahui apakah obat copy Propranolol HCl bioekivalen dengan produk
inovator atau tidak
Untuk menjamin efikasi, keamanan dan mutu produk obat yang beredar
Untuk menentukan bioekivalensi copy Propranolol HCl dalam formulasi untuk uji
klinik dan dalam produk yang akan dipasarkan
Untuk mengetahui syarat-syarat dalam melakukan Uji Bioekivalensi
Untuk mengetahui parameter yang perlu diperhatikan dalam Uji Bioekivalensi
Untuk mengetahui tahapan/cara melakukan Uji Bioekivalensi
Untuk mengetahui cara menganalisa hasil Uji Bioekivalensi

2. Metode Penelitian
a. Disain
Menurut BPOM Nomor : HK .00.05.3.1818 tentang Pedoman Uji Bioekivalensi
Studi biasanya dilakukan pada subyek yang sama (dengan desain menyilang) untuk
menghilangkan variasi biologik antar subyek (karena setiap subyek menjadi kontrolnya
sendiri), hal ini sangat memperkecil jumlah subyek yang dibutuhkan. Jadi untuk
membandingkan 2 produk obat, dilakukan studi menyilang 2 way (2 periode untuk
pemberian2 produk obat pada setiap subyek).
Pemberian produk obat yang pertama harus dilakukan secara acak agar efek urutan
(order effect) maupun efek waktu ( period effect), bila ada, dibuat seimbang. Kedua
perlakuan dipisahkan oleh periode washout yang sukup untuk eliminasi produk obat yang
pertama diberikan (biasanya lebih dari 5 x waktu paruh terminal dari obat, atau lebih lama
jika mempunyai metabolit aktif dengan waktu paruh yang lebih panjang. Jika obat
mempunyai kecepatan eliminasi yang sangat bervariasi antar subyek, karena itu, untuk obat
dengan waktu paruh eliminasi yang panjang (24 jam), dapat dipertimbangkan penggunaan
desain 2 kelompok paralel.

Berdasarkan Jurnal BIOEQUIVALENCE STUDY OF PROPRANOLOL TABLETS


(Ismail et al., 2004)
Digunakan desain Crossover dimana jumlah yang sama dari subjek diambil untuk
persiapan uji dan persiapan referensi pada setiap tahap penelitian. Pada dosis pertama diambil
secara random 2 tablet propranolol HCl 40 mg yang dikonsumsi secara oral dengan 150 ml
air. Setelah 2 minggu periode washout, subjek mengkonsumsi 2 tablet dari produk inovator.
Subjek mendapatkan makanan dan minuman 3 jam setelah administrasi obat. Setelah 3 jam
subjek diberi sarapan (sandwich dengan 2 lapis keju dan segelas susu), kemudian makan
siang setelah 6 jam (nasi dengan ayam dan jus orange), selanjutnya makan malam setelah 10
jsm (sup dan jus orange). Subjek tidak mengkonsumsi obat lain secara bersamaan.
Kemudian diambil sampel 10 ml darah pada vena canula pada 30 menit; 1; 1,5; 2; 2,5;
3; 3,5; 4; 5; 6; 8; 10; dan 24 jam setelah obat dikonsumsi. Selanjutnya akan disentrifus dan
disimpan pada suhu -20C hingga akan di analisis. Pengujian akan dilakukan menggunakan
HPLC. Kemudian hasilnya akan memperlihatkan profil analisa statistik terhadap
bioavaibilitas komparatif dari obat copy dengan produk inovator.

b. Subyek
Kriteria subyek menurut BPOM Nomor : HK .00.05.3.1818 tentang Pedoman Uji
Bioekivalensi
Kriteria seleksi Kriteria inklusi dan ekslusi:
Sukarelawan sehat
Sedapat mungkin pria dan wanita jika wanita pertimbangkan resiko pada wanita usia
subur.
Umur antara 18-55 tahun
Berat badan dalam kisaran normal
Kriteria Sehat berdasarkan uji laboratorium klinis yang baku (hematologi rutin,
fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah, dan urinalisis), riwayat penyakit, dan
pemeriksaan fisik)
Pemeriksaan khusus mungkin harus dilakukan sebelum, selama dan setelah studi
selesai, bergantung pada kelas terapi dan profil keamanan obat yang diteliti
Sebaiknya bukan perokok. Jika perokok sedang (kurang dari 10 batang sehari )
diikutsertakan, harus disebutkan dan efeknya pada hasil studi harus didiskusikan
Tidak mempunyai riwayat ketergantungan pada alkohol atau penyalahgunaan obat
Tidak kontra indikasi atau hipersensitif terhadap Propranolol HCl
Uji serologis terhadap Hepatitis B (HBsAG), Hepatitis C(anti-HCV) dan HIV( anti-
HIV) optional

Jumlah subyek
Jumlah subyek yang dibutuhkan dihitung berdasarkan parameter bioavailabilitas
yang utama, yakni AUC atau luas area dibawah kurva kadar obat dalam darah
terhadap waktu, yang menunjukkan jumlah obat yang masuk peredaran darah
sistemik.

Standarisasi kondisi studi


Kondisi studi harus dibakukan (untuk mengurangi variabilitas berbagai faktor yang
terlibat kecuali produk yang diuji):
Lama puasa pada malam sebelum pemberian produk, minimal 10 jam. Untuk studi
keadaan tunak, puasa hanya diperlukan pada malam terakhir sebelum pengambilan
darah keesokan harinya.
Jika obat harus diberikan bersama makanan untuk mengurangi efek samping saluran
cerna, maka studi BE harus dilakukan bersama makanan standar.
Volume air yang diminum bersama produk harus konstan (antara 150-200 ml) karena
dapat mempengaruhi pengosongan lambung.
Semua makanan dan minuman yang dikonsumsi setelah pemberian produk harus
dibakukan komposisi dan waktu pemberiannya selama periode pengambilan sampel
darah:
Air boleh diminum kapan saja kecuali 1 jam sebelum dan 2 jam sesudah
pemberian produk.
Makanan standar diberikan tidak kurang dari 4 jam setelah pemberian produk.
Subyek tidak boleh makan obat lain apapun (termasuk obat bebas dan obat
tradisional) selama beberapa waktu sebelum penilaian. Dalam keadaan darurat,
penggunaan obat apapun harus dilaporkan (dosis dan waktu penggunaan)
Subyek tidak boleh mengkonsumsi makanan dan minuman yang dapat berinteraksi
dengan fungsi sirkulasi, saluran cerna, hati atau ginjal (misal: merokok. Minum
alkohol, kopi, the, kola, coklat atau jus buah) selama 24 jam sebelum penelitian dan
selama periode pengambilan sampel darah:
Posisi tubuh dan aktivitas fisik juga harus distandardisir sepanjang hari penelitian
karena akan mempengaruhi motilitas dan aliran darah saluran cerna.

Berdasarkan Jurnal BIOEQUIVALENCE STUDY OF PROPRANOLOL TABLETS


(Ismail et al., 2004)
Subjek yang digunakan untuk uji bioekivalensi ini adalah 18 orang dengan rentang
usia 19-25 tahun
berat normal (63.8+6.8 kg)
tinggi (169.8+6.2 cm) BMI (22.0+1.8)
Setiap subjek akan melakukan pemeriksaan klinik dan labor terhadap hematologi,
darah, dan urinalisis.
Bagi sukarelawan yang perokok hanya boleh mengkonsumsi rokok 5 batang per
harinya.
Subjek dengan penyakit tertentu dikeluarkan dari pengujian ini.
Sebelum melakukan pengujian ini, subjek harus diberikan pengarahan, persetujuan,
dan penandatanganan surat izin.
3. Analisis obat
Berdasarkan Jurnal BIOEQUIVALENCE STUDY OF PROPRANOLOL TABLETS
(Ismail et al., 2004)
Ambil 1 ml plasma dan 70 l produk pembanding (10 g/ml) sebagai larutan standar,
diletakkan di dalam tube. Setiap tube dicukupkan dengan 100 l air dan 50 l NaOH 5N
dilakukan pengadukan (vortexing) selama 30 detik. Kemudian obat diekstraksi dengan 3,5 ml
pelarut ekstraksi, kemudian dilakukan pengadukan dengan rotator mixer selama 20 menit.
Lalu disentrifus selama 10 menit 3000 rpm. Fase organiknya dipindahkan ke dalam tube yang
bersih.
Ekstraksi ini akan dilakukan untuk sampel yang masih tersisa. Aliran nitrogen (10
ml/min) untuk mengeringkan fase organik. Residu akan di rekonstitusi dalam 70 l dari fase
gerak dan di vortex-mixed selama 20 detik. Sampel di uji menggunakan HPLC.

4. Perhitungan parameter bioavalabilitas obat dalam darah


Pada studi bioavailabilitas (BA), bentuk dan luas area di bawah kurva kadar plasma
terhadap waktu, serta profil ekskresi ginjal kumulatif dan kecepatan ekskresi digunakan untuk
menilai jumlah dan kecepatan absorpsi.
Parameter bioavailabilitas dari sampel darah:
a. Untuk studi dosis tunggal
AUC t = Area di bawah kurva kadar obat (atau metabolit) dalam plasma (atau serum
atau darah) terhadap waktu dari waktu 0 sampai waktu terakhir kadar obat
diukur--------dihitung trapezoidal.
AUCoo = AUC dari waktu 0 sampai waktu tidak terhingga = AUC t + Ct / ke
menggambarkan jumlah obat yang bioavailabel
Cmax = kadar puncak (maksimal) obat (atau metabolit) dalam plasma (atau serum atau
darah) Yang teramati.
tmax = waktu sejak pemberian obat sampai dicapai Cmax
t1/2 = waktu paruh obat (atau metabolit ) dalam plasma ( serum atau darah ) t= (ln
2) / Ke
AUCoo dan AUC max merupakan parameter yang paling relevan untuk penilaian
BE.AUC paling dapat di percaya untuk menggambarkan besarnya absorpsi (jumlah
obat yang bioavailabel)
b. Untuk studi kadar tunak :
AUCt = AUC selama satu interval dosis (t) pada keadaan tunak.
Cmin = kadar minimal obat (atau metabolit) dalam plasma ( atau serum atau darah )
yakni kadar pada akhir interval dosis.
Cmax = kadar maksimal obat dalam plasma yang teramati.
C av = kadar rata-rata selama satu interval dosis.
Fluktuasi = ( Cmax- Cmin )/Cav
Swing = ( Cmax- Cmin)/Cmin

5. Analisis statistik
Analisis statistik Dari data darah
Parameter bioavailabilitas yang dibandingkan untuk penilaian bioekivalensi adalah
AUC, Cmax dan tmax
Cara menghitung AUC0-t ; AUC0- , t1/2
Data yang bergantung pada kadar yakni AUC dan Cmax, harus ditransformasi logaritmik
(ln) terlebih dulu sebelum dilakukan analisis statistik karena kinetik obat mengikuti
kinetik order satu sehingga dalam skala logaritmik akan diperoleh distribusi yang
normal dan varians yang homogen. Selanjutnya nilai - nilai ln AUC ke-2 produk
dibandingkan menggunakan analisis varians (ANOVA) untuk desain menyilang 2-way
yang memperhitungkan sumber-sumber variasi berikut : produk obat yang
dibandingkan (Test dan Reference),periode pemberian obat (I dan II). Demikian juga
nilai-nilai ln Cmax ke-2 produk dibandingkan dengan cara yang sama.

Rasio rata-rata geometrik T/R = anti ln difference x 100%


Untuk tmax biasanya hanya dilakukan statistik deskriptif. Jika perlu dibandingkan,
digunakan statistik non-parametrik pada data yang asli (tidak ditransformasi),
dengan = 5%
Untuk ke-3 parameter tersebut di atas, selain dihitung 90% confidence intervals
(90% CI) untuk perbandingan ke-2 produk, juga dihitung statistik ringkasan seperti
nilai rata-rata arithmetic & geometrik, untuk AUC dan Cmax) atau median (untuk
tmax), serta nilai-nilai minimum dan maksimum;
Untuk parameter-parameter lainnya seperti Cmin, Fluktuasi, t1/2, dsb, berlaku
pertimbangan- pertimbangan yang sama untuk menggunakan data yang
ditransformasi logaritmik (ln) atau yang tidak ditransformasi.

Menurut Jurnal BIOEQUIVALENCE STUDY OF PROPRANOLOL TABLETS


Data untuk AUCs and Cpmax yang paling penting. Kemudian dapat dilakukan
perhitungan %CV. Untuk bioekivalensi, percobaan ini antara obat copy dengan produk
inovator 90% confidence intervals dari rasio dari rata-rata parameter farmakokinetik, seperti
AUCs and Cpmax harus berada dalam range 0,8-1,25.

E RESUME/LO
Berdasarkan uraian kasus di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran yang
diperoleh dari narasi/topik ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan beda uji bioekivalensi dan uji bioavaibilitas
2. Menjelaskan pengertian obat copy dan uji bioekivalensi
3. Menjelaskan alur/proses uji biekivalensi
4.Menjelaskan mekanisme uji biekivalensi
F PETA KONSEP/MIND MAP

UJI BE Untuk mengetahui apakah obat copy Propranolol HCl


BBIOEKIVALENSI bioekivalen dengan produk inovator atau tidak

DESIGN STUDI ANALISIS OBAT Perhitungan ANALISA


parameter STATISTIK
bioavalabilitas
Studi silang 2 obat dalam darah
way/ crossover

Subyek

rentang usia 19-25 tahun


HPLC
berat normal (63.8+6.8 kg)
tinggi (169.8+6.2 cm)
BMI (22.0+1.8)
Setiap subjek akan melakukan
pemeriksaan klinik dan labor
terhadap hematologi, darah,
dan urinalisis.
dll

Jumlah Subyek

Standarisasi
kondisi studi

Kondisi studi harus


dibakukan (untuk
mengurangi variabilitas
berbagai faktor yang
terlibat kecuali produk
yang diuji)

Anda mungkin juga menyukai