Anda di halaman 1dari 50

TRAUMA DADA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Respiratory

Disusun oleh :
Kelompok 10
Sherly marsella 220110100059
Evi noviyani 220110100051
Dwiesty Fathia 220110100026
Restu Pratama W 220110100023
Syifa Khoirunnisa 220110100015
Imas Rohimah 220110100008
Sarah Nurul Khotimah 220110100134
Aditya Bayukusuma 220110100082
Desy Mayangsari 220110100053
Annisa Labertha 220110100002
Ria Amalia Putri 220110100135
Fitri Aryanti 220110100075

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PADJADJARAN
2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, penulis dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah ini.
Adapun maksud tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca mampu
memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan. Penulis berharap dengan adanya
makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam proses
kehidupan dan proses belajar, khususnya di bidang keperawatan.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan. Tak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada dosen koordinator mata kuliah dan dosen tutor yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk membuat makalh ini, serta
semua orang yang telah membantu kelancaran pembuatan makalah ini.
Amein...

Jatinangor, April 2011

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .. i
DAFTAR ISI .. ii
BAB 1 Pendahuluan .. 1
1.1 Latar Belakang .. 1
1.2 Tujuan .. 2
1.2.1 Tujuan Umum .. 2
1.2. 2 Tujuan Khusus .. 2
1.3 Sistematika Penulisan .. 2
BAB 2 Pembahasan .................................................................................. 3
2.1 Pembahasan .. 4
2.2 Anatomi dan Fisiologi .. 4
2.3 Epidemologi .. 7
2.4 Etiologi .. 8
2.5 Klasifikasi .. 8
2.5.1 Trauma Tembus .. 8
2.5.2 Trauma Tumpul .. 10
2.6 Manifestasi Klinik .. 10
2.7 Pemeriksaan Diagnostik .. 11
2.8 Penatalaksanaan .. 13
2.9 Komplikasi .. 25
2.10 Patofisiologi .. 26
2.11Farmako Non Farmako .. 29
2.12 Asuhan Keperawatan .. 30
BAB 3 Simpulan dan Saran .................................................................................. 45
3.1 Simpulan .................................................................................. 45
3.2 Saran .................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 47
ii

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semakin berkembangnya jaman maka semakin maju pula pola pikir manusia
misalnya, manusia dapat menciptakan tranportasi yang sangat dibutuhkan oleh
manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari, tapi selain segi positif timbul pula
segi negatif misalnya dengan alat tranportasi yang digunakan untuk beraktifitas dapat
menyebabkan kecelakaan,salah satu contohnya adalah fraktur pada tulang dan dapat
pula terjadi trauma pada dada.
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan
pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma
ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat
menyebabkan gangguan system pernafasan
Gejala yang dapat dirasakan oleh pasien trauma dada yaitu: Nyeri pada tempat
trauma, bertambah pada saat inspirasi, pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat
palpasi, pasien menahan dadanya dan bernafas pendek, dyspnea, takipnea, takikardi,
tekanan darah menurun, gelisah dan agitas, kemungkinan cyanosis, batuk
mengeluarkan sputum bercak darah, hypertympani pada perkusi di atas daerah yang
sakit dan ada jejas pada thorak.
Peran perawat pada kasus ini adalah mampu membantu proses kesembuhan diri
pasien, baik fisik maupun psikis, memberi motivasi dan menjaga pasien. Selain itu
perawat harus dapat menentukan asuhan keperawatan yang tepat dalam menangani
pasien dengan penyakit trauma dada.
Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasustrauma dada, karena peran dan
fungsi perawat dalam merawat pasien trauma dada sangat penting, selain trauma dada
itu berbahaya, bahkan dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf dan organ
serta terganggunya pada sistem sirkulasi dalam darah. Maka dari itu peran perawat
dalam kasus trauma dada ini adalah membantu proses kesembuhan diri pasien, baik
fisik maupun psikis, mengayomi, memberi motivasi dan menjaga pasien.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Trauma
dada. Mengetahui konsep medis dari Penyakit Trauma dada

1.2.2 Tujuan Khusus


Secara khusus '' Konsep Keperawatan Klien denganTrauma dada '', ini disusun
supaya :
a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, klasifikasi,
tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,serta
proses keperawatan yang akan dijalankan.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien
dengan Trauma dada.
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi pendidikan kesehatan yang diperlukan
pada
pasien yang dirawat dengan Trauma dada.
d. Agar makalah ini dapat menjadi bahan ajar bagi mahasiswa lainnya
tentang berbagai
hal yang berhubungan dengan Trauma dada.
1.3 Sistematika Penulisan

Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini meliputi latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan
Bab 2 : Pembahasan
Berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut trauma dada
Bab 3 : Simpulan dan Saran
Berkaitan dengan kesimpulan dari isi makalah dan saran dari pembaca
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan
pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma
ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat
menyebabkan gangguan system pernafasan. Trauma dada adalah masalah utama yang
paling sering terjadi pada bagian emergency. Cidera pada dada dapat mengenai
tulang-tulang sangkar dada, pleura dan paru-paru, diagfragma atau organ-organ dalam
mediastinum.
Cidera pada dada secara luas diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu,
cidera penetrasi dan tumpul. Cidera penetrasi (missal, pneumotoraks terbukaa,
hemotoraks, cidera trakeobronklial, kontusio pulmonal, ruptur diagfragma)
menggangu intergritas dinding dada dan mengakibatkan perubahan dalam tekanan
intratoraks. Cidera tumpul (missal, pneumotoraks tertutup, pneumotoraks tensi, cidera
trakeobronklial, fail chest, rupture diagfragma, cidera mediastinal, fraktur rusuk)
merusak struktur di dalam rongga dada ntanpa mengganggu integritas dinding dada.
Penyebab utama cidera pada dada adalah kecelakaan kendaraan bermotor missal,
sepeda motor atau mobil. Pukulan benda-benda tumpul pada dada atau akibat terjatuh
juga dapat menyebabkan cidera dada nonpenetrasi. Luka penetrasi umumnya
diakibatkan oleh tusukan senjata tajam atau luka akibat tembakan.

2.2 Anatomi dan fisiologi


Rongga dada terdiri dari sternum, 12 verebra torakal, 10 pasang iga yang
berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang iga yang melayang. Di
dalam rongga dada terdapat paru-paru yang berfungsi dalam sistem pernafasan.
Apabila rongga dada mengalami kelainan, maka akan terjadi masalah paru-paru dan
akan berpengaruh juga bagi sistem pernafasan.

Anatomi Thorax Gambar.1

Trakea (batang tenggorok) adalah tabung berbentuk pita seperti huruf C yang di
bentuk oleh tulang-tulang rawan yang di sempurnakan oleh selaput. Trakea terletak di
antara vertebrata servikalis ke-6 sampai ke tepi bawah kartilago.Trakea mempunyai
dinding fibroelastis yang panjang nya sekitar 13 cm, berdiameter 2,5 cm dan dilapisi
oleh otot polos. Diameter trakea tidak sama pada seluruh bagian, pada daerah servikal
agak sempit, bagian pertengahan agak sedikit melebar dan mengecil lagi dekat
percabangan bronkus. Bagian dalam trakea terdapat sel-sel bersilia untuk
mengeluarkan benda asing yang masuk. Bagian dalam trakea terdapat septum yang
disebut karina yang terletak agak ke kiri dari bidang median.

Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan trakea yang terdapat ketinggian


vertebrata torakalis ke-4 dan ke-5. Bronkus memiliki struktur yang sama dengan
trakea, yang dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea yang berjalan ke bawah
menuju tampuk paru-paru.
Bronkus terbagi menjadi dua cabang :

a. Bronkus prinsipalis dekstra


Panjangnya sekitar 2,5 cm masuk ke hilus pulmonalis paru-paru kanan dan
mempercabangkan bronkus lobularis superior. Pada masuk ke hilus, bronkus
prinsipalis dekstra bercabang tiga menjadi bronkus lobularis medius, bronkus
lobularis inferior, bronkus lobularis superior.

b. Bronkus prinsipalis sinistra


Lebih sempit dan lebih panjang serta lebih horizontal disbanding bronkus kanan,
panjangnya sekitar 5 cm berjalan ke bawah aorta dan di depan esophagus, masuk ke
hilus pulmonalis kiri dan bercabang menjadi dua, yaitu bronkus lobularis inferior,
bronkus lobularis superior.Dari tiap-tiap bronkiolus masuk ke dalam lobus dan
bercabang lebih banyakdengan diameter kira-kira 0,5 mm. bronkus yang terakhir
membangkitkan pernapasan dan melepaskan udara ke permukaan pernapasan di paru-
paru. Pernapasan bronkiolus membuka dengan cara memperluas ruangan pembuluh
alveoli yang merupakan tempat terjadinya pertukaran udara antara oksigen dengan
karbondioksida.
Paru-paru adalah salah satu organ system pernapasan yang berada di dalam
kantong yang di bentuk oleh pleura parietalis dan viseralis.
Kedua paru sangat lunak, elastic dan berada dalam rongga torak, sifatnya ringan
dan terapung di air. Masing-masing paru memiliki apeks yang tumpul yang menjorok
ke atas mencapai bagian atas iga pertama.
a. Paru-paru kiri :
Pada paru-paru kiri terdapat satu fisura yaitu fisura obliges. Fisura ini membagi
paru-paru kiri atas menjadi dua lobus, yaitu : lobus superior, bagian yang terletak di
atas dan di depan fisura dan lobus inferior, bagian paru-paru yang terletak di belakang
dan di bawah fisura.
b. Paru-paru kanan :
Pada paru-paru kanan terdapat dua fisura, yaitu : fisura oblique (interlobularis
primer) dan fisura transversal (interlobularis sekunder).Kedua fisura ini membagi
paru-paru kanan menjadi tiga lobus, lobius atas, lobus tengah dan lobus bawah.
Pleura adalah suatu membaran serosa yang halus membentuk suatu kantong
tempat paru-paru berada yang jumlahnya ada dua buah dan masing-masing tidak
berhubungan.
Pleura mempunyai dua lapisan, parietalis dan viseralis.
a) lapisan permukaan disebut permukaan parietalis, lapisan ini langsung berhubungan
dengan paru-paru serta memasuki fisura dan memisahkan lobus-lobus dari paru-paru.
b) lapisan dalam disebut pleura viseralis, lapisan ini berhubungan dengan fasia
endotorakika dan merupakan permukaan dalam, dari dinding toraks.
Sinus pleura :Tidak seluruh kantong yang dibentuk oleh lapisan pleura diisi
secara sempurna oleh paru-paru, baik kearah bawah maupun ke arah depan. Kavum
pleura dibentuk oleh lapisan pleura parietalis saja, rongga ini disebut sinus pleura.
Pada waktu inspirasi, bagian paru-paru memasuki sinus dan pada waktu ekspirasi
ditarik kembali dari rongga tersebut.

2.3 Epidemologi
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh
kota besar didunia dan diperkirakan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun
yang disebabkan oleh trauma toraks di Amerika. Sedangkan insiden penderita trauma
toraks di Amerika Serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan
kematian yang disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25% dan hanya 10-15%
penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian
besar hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman
kematian. Canadian Study dalam laporan penelitiannya selama 5 tahun pada "Urban
Trauma Unit" menyatakan bahwa insiden trauma tumpul toraks sebanyak 96.3% dari
seluruh trauma toraks, sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah trauma tajam.
Penyebab terbanyak dari trauma tumpul toraks masih didominasi oleh korban
kecelakaan lalu lintas (70%). Sedangkan mortalitas pada setiap trauma yang disertai
dengan trauma toraks lebih tinggi (15.7%) dari pada yang tidak disertai trauma toraks
(12.8%). Lebih sering terjadi pada orang dewasa dibanding anak anak.

2.4 Etiologi
Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada
penggunaan therapy ventilasi mekanik yang berlebihan
penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa pelonggaran balutan.
Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga, ruptur oleh
vesikel
flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM.
Tusukan paru dengan prosedur invasif.
Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa
benda berat.
Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)
Fraktur tulang iga
Tindakan medis (operasi)
Pukulan daerah torak

2.5 Klasifikasi
2.5.1 Trauma Tembus
Trauma tembus, biasanya disebabkan tekanan mekanikal yang dikenakan
secara direk yang berlaku tiba-tiba pada suatu area fokal. Pisau atau projectile,
misalnya, akan menyebabkan kerusakan jaringan dengan stretching dan
crushing dan cedera biasanya menyebabkan batas luka yang sama dengan bahan
yang tembus pada jaringan. Berat ringannya cidera internal yang berlaku tergantung
pada organ yang telah terkena dan seberapa vital organ tersebut.
Derajat cidera tergantung pada mekanisme dari penetrasi dan temasuk,
diantara faktor lain, adalah efisiensi dari energy yang dipindahkan dari obyek ke
jaringan tubuh yang terpenetrasi. Faktor faktor lain yang berpengaruh adalah
karakteristik dari senjata, seperti kecepatan, size dari permukaan impak, serta
densitas dari jaringan tubuh yang terpenetrasi. Pis au biasanya menyebabkan cidera
yang lebih kecil karena ia termasuk proyektil dengan kecepatan rendah. Luka tusuk
yang disebabkan oleh pisau sebatas dengan daerah yang terjadi penetrasi. Luka
disebabkan tusukan pisau biasanya dapat ditoleransi, walaupun tusukan tersebut
pada daerah jantung, biasanya dapat diselamatkan dengan penanganan medis yang
maksimal.
Peluru termasuk proyektil dengan kecepatan tinggi, dengan biasanya bisa
mencapai kecepatan lebih dari 1800-2000 kali per detik. Proyektil dengan
kecepatan yang tinggi dapat menyebabkan dapat menyebabkan berat cidera yang
sama denganseperti penetrasi pisau, namun tidak seperti pisau, cidera yang
disebabkan oleh penetrasi peluru dapat merusakkan struktur yang berdekatan dengan
laluan peluru. Ini karena disebabkan oleh terbentuknya kavitas jaringan dan dengan
menghasilkan gelombang syok jaringan yang bisa bertambah luas. Tempat keluar
peluru mempunya diameter 20-30 kali dari diameter peluru .
Contoh trauma tembus:

1. Pneumothoraks terbuka
2. Hemothoraks
3. Trauma tracheobronkial
4. Contusio Paru
5. Ruptur diafragma
6. Trauma Mediastinal

2.5.2 Trauma Tumpul


Trauma tumpul lebih sering didapatkan berbanding trauma tembus,kira-kira
lebih dari 90% trauma thoraks. Dua mekanisme yang terjadi pada trauma tumpul:
(1) transfer energi secara direk pada dinding dada dan organ thoraks dan (2)
deselerasi deferensial, yang dialami oleh organ thoraks ketika terjadinya impak.
Benturan yang secara direk yang mengenai dinding torak dapat menyebabkan luka
robek dan Referat Trauma Thorax 3 kerusakan dari jaringan lunak dan tulang seperti
tulang iga. Cedera thoraks dengan tekanan yang kuat dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intratorakal sehingga menyebabkan ruptur dari organ organ
yang berisi cairan atau gas.

Contoh trauma tumpul:


1. Tension pneumothoraks
2. Trauma tracheobronkhial
3. Flail Chest
4. Ruptur diafragma
5. Trauma mediastinal
6. Fraktur kosta

2.6 Manifestasi Klinis


Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.
Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
Dyspnea, takipnea
Takikardi
Tekanan darah menurun.
Gelisah dan agitasi
Kemungkinan cyanosis.
Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.
Ada jejas pada thorak
Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena leher
Bunyi muffle pada jantung
Perfusi jaringan tidak adekuat
Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan
pernapasan ) dapat terjadi dini pada tamponade jantung.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


Anamnesa dan pemeriksaan fisik
Anamnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola dari trauma,
seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kerusakan dari kendaraan yang
ditumpangi, kerusakan stir mobil /air bag dan lain lain.
Pemeriksaan foto toraks
Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien dengan
trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan dengan hasil
pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90% kelainan serius trauma toraks dapat
terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto toraks.
CT Scan
Sangat membantu dalam membuat diagnose pada trauma tumpul toraks, seperti
fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi. Adanya retro sternal hematoma
serta cedera pada vertebra torakalis dapat diketahui dari pemeriksaan ini. Adanya
pelebaran mediastinum pada pemeriksaan toraks foto dapat dipertegas dengan
pemeriksaan ini sebelum dilakukan Aortografi

Ekhokardiografi
Transtorasik dan transesofagus sangat membantu dalam menegakkan diagnose
adanya kelainan pada jantung dan esophagus. Hemoperikardium, cedera pada
esophagus dan aspirasi, adanya cedera pada dinding jantung ataupun sekat serta katub
jantung dapat diketahui segera. Pemeriksaan ini bila dilakukan oleh seseorang yang
ahli, kepekaannya meliputi 90% dan spesifitasnya hampir 96%.
Elektrokardiografi
Sangat membantu dalam menentukan adanya komplikasi yang terjadi akibat
trauma tumpul toraks, seperti kontusio jantung pada trauma . Adanya abnormalitas
gelombang EKG yang persisten, gangguan konduksi, tachiaritmia semuanya dapat
menunjukkan kemungkinan adanya kontusi jantung. Hati hati, keadaan tertentu
seperti hipoksia, gangguan elektrolit, hipotensi gangguan EKG menyerupai keadaan
seperti kontusi jantung.
Angiografi
Gold Standard untuk pemeriksaan aorta torakalis dengan dugaan adanya cedera
aorta pada trauma tumpul toraks.

2.8 Penatalaksanaan

1. Konservatif
a.Pemberian analgetik
b. Pemasangan plak/plester

c. Jika perlu antibiotika


Antibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes kepekaan dan
kultur. Apabila belum jelas kuman penyebabnya, sedangkan keadaan penyakit
gawat, maka penderita dapat diberi broad spectrum antibiotic, misalnya
Ampisillin dengan dosis 250 mg 4 x sehari.
d. Fisiotherapy

2. Operatif/invasif
a. Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan
udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum
dengan menggunakan pipa penghubung.

2.8.1 Indikasi
a. Pneumothoraks

Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi keluar lagi
sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong mediastinim menekan
paru sisi lain.

b. Hemothoraks
Yaitu penimbunan darah pada cavum pleura.

c. Thorakotomy
Pembedahan daerah dada atau thorax

d. Efusi pleura
Suatu keadaan dimana terdapat cairan yang berlebihan. Normal cairan pleura 10-
200 ml.
e. Emfiema
Adanya nanah pada pleura

2.8.2 Tujuan
a. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
b. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
c. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
d. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada

2.8.3 Tempat Pemasangan WSD


a. Bagian apex paru (apical)
anterolateral interkosta ke 1-2
fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
b. Bagian basal
postero lateral interkosta ke 8-9
fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura

2.8.4 Jenis-jenis WSD


a. WSD dengan sistem satu botol
Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple
pneumothoraks

Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang
yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol

Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk

mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru.

Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi


udara dari rongga pleura keluar

Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi

Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :

Inspirasi akan meningkat

Ekpirasi menurun

b. WSD dengan sistem 2 botol


Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2
botol water seal

Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan


hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol
2 yang berisi water seal.

Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga
pleura masuk ke water seal botol 2.
Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari
rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang
masuk ke WSD.

Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks,


efusi peural

f. WSD dengan sistem 3 botol

Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah


hisapan yang digunakan

Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan

Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3.

Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam
air botol WSD

Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan

Botol ke-3 mempunyai 3 selang :


Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua

Tube pendek lain dihubungkan dengan suction

Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke
atmosfer

2.8.4 Komplikasi Pemasangan WSD

Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial


aritmia.

Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema

2.8.5 Prosedur pemasangan WSD


a. Pengkajian
Memeriksa kembali instruksi dokter
Mencek inform consent

Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan

b. Persiapan pasien
Siapkan pasien

Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :

Tujuan tindakan

Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD.Posisi klien dapat
duduk
atau berbaring

Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas dalam,


distraksi

Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena

c. Persiapan alat
Sistem drainage tertutup

Motor suction

Slang penghubung steril

Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter, gas, pisau


jaringan/silet, trokart, cairan antiseptic, benang catgut dan jarumnya, duk
bolong, sarung tangan , spuit 10cc dan 50cc, kassa, NACl 0,9%, konektor, set
balutan, obat anestesi (lidokain, xylokain), masker
d. Pelaksanaan
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat
dilaksanakan dengan baik, dan perawat member dukungan moril pada pasien.
e. Tindakan setelah prosedur
Perhatikan undulasi pada sleng WSD

Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :

Motor suction tidak berjalan

Slang tersumbat

Slang terlipat

Paru-paru telah mengembang

Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa
kondisi sistem drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas
Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar.

Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang
telah ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air.
Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah
cairan yg keluar.
Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama.
Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan.
Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan
sampai slang terlipat.
Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi.
Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu.
Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang
dibuang.
Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran.
Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema
subkutan.
Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk efektif .
Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh.
Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD.
Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan
gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD

2.8.6 Perawatan pada klien yang menggunakan WSD


a. Kaji adanya distress pernafasan & nyeri dada, bunyi nafas di daerah paru yg
terkena &
TTV stabil
b. Observasi adanya distress pernafasan
c. Observasi :
Pembalut selang dada.

Observasi selang untuk melihat adanya lekukan, lekukan yang menggantung,


bekuan darah.

Sistem drainase dada.

Segel air untuk melihat fluktuasi inspirasi dan ekspirasi klien .

Gelembung udara di botol air bersegel atau ruang.


Tipe & jumlah drainase cairan. Catat warna & jumlah drainase, TTV & warna
kulit.

Gelembung udara dalam ruang pengontrol penghisapan ketika penghisap


digunakan
d. Posisikan klien :
Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara (pneumothorak)

Posisi fowler untuk mengeluarkan cairan (hemothorak)

e. Pertahankan hubungan selang antara dada dan selang drainase utuh dan menyatu
f. Gulung selang yang berlebih pada matras di sebelah klien. Rekatkan dengan plester
g. Sesuaikan selang supaya menggantung pada garis lurus dari puncak matras sampai
ruang drainase. Jika selang dada mengeluarkan cairan, tetapkan waktu bahwa
drainase dimulai pada plester perekat botol drainase pada saat persiaan botol atau
permukaan tertulis sistem komersial yang sekali pakai
h. Urut selang jika ada obstruksi
i. Cuci tangan
j. Catat kepatenan selang, drainase, fluktuasi, TTV klien, kenyamanan klien

2.8.9 Cara mengganti botol WSD


a. Siapkan set yang baru
Botol berisi cairan aquadest ditambah desinfektan
b. Selang WSD di klem dulu
c. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem
d. Amati undulasi dalam slang WSD

2.8.10 Pencabutan selang WSD


Indikasi pengangkatan WSD adalah bila :
a. Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan :
o Tidak ada undulasi

o Cairan yang keluar tidak ada


o Tidak ada gelembung udara yang keluar

o Kesulitan bernafas tidak ada

o Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara

o Dari pemeriksaan tidak ada cairan atau udara

b. Slang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan
pada slang
b. Pemasangan alat bantu nafas.
c. Pemasangan drain.
d. Aspirasi (thoracosintesis).
e. Operasi (bedah thoraxis)
f. Tindakan untuk menstabilkan dada:
1) Miring pasien pada daerah yang terkena.
2) Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena
g. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif, didasarkan pada
kriteria sebagai berikut:
1) Gejala contusio paru
2) Syok atau cedera kepala berat.
3) Fraktur delapan atau lebih tulang iga.
4) Umur diatas 65 tahun.
5) Riwayat penyakit paru-paru kronis.
h. Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension Pneumothorak
mengancam.
Oksigen tambahan.

2.9 Komplikasi
Surgical Emfisema Subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding dada,
paru. Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.
b. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong tertutup
sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan menampung darah vena yang
kembali. Pembulu vena leher akan mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah
yang akhirnya membawa kematian akibat penekanan pada jantung.
c. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi keluar lagi
sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong mediastinim menekan
paru sisi lain
d. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi pleura yaitu
sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada lebih mencolok. Bila
kejadian mendadak maka pasien akan syok.
Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga pleura maka
terjadi tanda tanda :
1) Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu istirahatpun bisa
terjadi dypsnea.
2) Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
3) Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
4) Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).
e. Plail Chest
Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian tersebut.
Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat ekspirasi keluar, ini
menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan pernafasan yang berlawanan)
f. Hemopneumothorak
Hemopneumothotak yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.
g. Hipoksemia
Akibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru, sangkar iga, dan otot
pernapasan, kolaps paru, dan pneumotoraks.
h. Hipovolemia
Akibat kehilangan cairan massif dari pembuluh besar, ruptur jantung, atau
hemotoraks.
i. Gagal jantung akibat tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan
intratoraks yang meningkat.
2.10 Patofisiologi

KLL

Benturan hebat pada are torak

Fraktur iga (multiple)

Dinding dada terpisah dari sangkar dada

krepitasi Flail chest udara memenuhi


paru hipersonor

deviasi
trakhea

intubasi endotrakhea pernapasan paradoksal


ekspansi dada

ventilasi
asimetris

tidak bisa mengambil

keputusan ekspirasi
inspirasi

tek.intrakosta naik dada


mengembang

ansietas segmen menonjol segmen


mengalami

gangguan saaat menghembuskan napas


perubahan letak
pola napas sesak napas gerakan
antar ujung

tidak efektif

flagmen

RR naik hipoksemia

O2 ,CO2
stimulasi saraf

Resiko pertukaran gas

Rangsangan hipotalamus nyeri

upaya bernapas naik

saraf simpatis kelelahan gangguan rasa


nyaman

nyeri

HR naik resiko intoleransi

TD turun aktifitas

Akibat trauma dada disebabkan karena:

Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan masuknya udara


(tetapi tidak keluar) ke dalam rongga pleura, tekanan meningkat, menyebabkan
pergeseran mediastinum dan kompresi paru kontralateral demikian juga penurunan
aliran baik venosa mengakibatkan kolapnya paru. Pneumothorak tertutup
dikarenakan adanya tusukan pada paru seperti patahan tulang iga dan tusukan paru
akibat prosedur infasif penyebabkan terjadinya perdarahan pada rongga pleural
meningkat mengakibatkan paru-paru akan menjadi kolaps. Kontusio pasru
mengakibatkan tekanan pada rongga dada akibatnya paru-paru tidak dapat
mengembang dengan sempurna dan ventilasi menjadi terhambat akibat terjadinya
sesak nafas. Sianosis dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi syok.

2.11 Farmakologi dan Non Farmakologi

Farmako :

Antibiotik : segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai


efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme,
khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri.

Analgetik : untuk menangani rasa nyeri akibat Flail chest.

Nonfarmako :

Chest tube: plastik tabung fleksibel yang di masukan melalui bagian samping dada
ke rongga plura. Hal ini di tujukan untuk menghilangkan udara,cairan
dari rongga pleura agar paru-paru tidak terdesak dan dapat mengembang.
Intubasi Endotrakhea : tindakan memasukkan pipa endotrakha ke dalam trachea
sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dibantu
dan dikendalikan .

Torakotomi : tindakan life saving untuk menghentikan kelainan yang terjadi karena
pendarahan. ( Reksoprodjo, S, 1995 )

Pemberian Oksigen

2.12 Asuhan Keperawatan


KASUS
Klien Tuan X 30 tahun dirawat di ruang bedah dewasa karena mengalami
kecelakaan lalu lintas. Pada saat pengkajian ditemukan data pernafasan paradoksal
pada iga, saat inspirasi klien mengeluh nyeri, klien merasa sesak nafas, dan keluhan
bertambah berat. Pada palpasi di dada kiri didapat krepitasi pada area 3-4-5-6-7 ICS
dan saat perkusi terdengar terdengar hipersonor sedangkan pada saat auskultasi tidak
ada suara. Ekspansi dada asimetris, dampak deviasi trachea. Tanda vital :
RR : 30x/menit, HR : 110x/menit, TD : 70/60 mmHg. Dokter menyarankan
untuk melakukan intubasi endotrakea, namun hal ini membuat klien takut dan
menolak untuk melakukan untuk dilakukan endotrakhea tersebut. Istri klien jadi
bingung dan merasa khawatir dengan kondisi suaminya akan menjadi semakin parah
jika tidak dilakukan intubasi. Setiap ada perawat yang datang, istri klien selalu
bertanya kemungkinan akibatnya jika tidak dilakukan intubasi meskipun sudah
berulang kali dijelaskan perawat.
Pengkajian
a. Biodata :
Nama : Tuan X
Usia : 30 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
b. Keluhan Utama : Nyeri, sesak nafas
Data Subjektif :
Saat inspirasi klien mengeluh nyeri
Sesak nafas dan keluhan bertambah berat
Data objektif :
Pernafasan paradoksal pada iga
Palpasi di dada kiri krepitasi pada 3-4-5-6-7 ICS
Saat perkusi terdengar hipersonor
Saat auskultasi tidak ada suara
Ekspansi dada asimetris, terdapat deviasi trachea
RR : 30x/menit, HR : 110x/menit, TD : 70/60 mmHg
N Diagnosa Tujuan Interv Rasion
o Keperawa ensi al
tan

1 Ketidakefe Pola a. Berikan a. Meningkatk


ktifan pola pernapasan posisi yang an inspirasi
pernapasan efektif. nyaman, maksimal,
berhubung Kriteria biasanya meningkatk
an dengan hasil : dnegan an ekpsnsi
ekpansi o peninggian paru dan
paru yang Memperliha kepala ventilasi
tidak tkan tempat pada sisi
maksimal frekuensi tidur. Balik yang tidak
karena pernapasan ke sisi yang sakit.
akumulasi yang sakit.
udara/caira efektive. Dorong
b. Distress
n o klien untuk
pernapasan
Mengalami duduk
dan
perbaikan sebanyak
perubahan
pertukaran mungkin.
pada tanda
gas-gas
b. Obsservasi vital dapat
pada paru.
fungsi terjadi
o Adaptive
pernapasan sebgai
mengatasi
, catat akibat stress
faktor-
frekuensi fifiologi
faktor
pernapasan dan nyeri
penyebab.
, dispnea atau dapat
atau menunjukka
perubahan n terjadinya
tanda-tanda syock
vital. sehubungan
dengan
hipoksia.
c. Pengetahua
n apa yang
c. Jelaskan
diharapkan
pada klien
dapat
bahwa
mengurangi
tindakan
ansietas dan
tersebut
mengemban
dilakukan
gkan
untuk
kepatuhan
menjamin
klien
keamanan
terhadap
rencana
teraupetik.
d. Ketenangan
d. Pertahanka
mampu
n perilaku
membuat
tenang,
pernapasan
bantu
lebih
pasien
efektif.
untuk
kontrol diri
dnegan
menggunak
an
pernapasan
lebih
lambat dan
dalam.

2 Perubahan Nyeri a. Jelaskan a. Pendekatan


kenyamana berkurang/h dan bantu dengan
n : Nyeri ilang. klien menggunak
akut Kriteria dengan an relaksasi
berhubung hasil : tindakan dan
an dengan Nyeri pereda nonfarmako
trauma berkurang/ nyeri logi lainnya
jaringan dapat nonfarmak telah
dan reflek diadaptasi. ologi dan menunjukka
spasme Dapat non invasif. n
otot mengindenti keefektifan
sekunder fikasi dalam
b. Ajarkan
aktivitas mengurangi
yang Relaksasi : nyeri.
b. Akan
meningkatk Tehnik-
melancarka
an/ tehnik
n peredaran
menurunkan untuk
darah,
nyeri. menurunka
sehingga
Pasien n
kebutuhan
tidak ketegangan
O2 oleh
gelisah. otot
jaringan
rangka,
akan
yang dapat
terpenuhi,
menurunka
sehingga
n intensitas
akan
nyeri dan
mengurangi
juga
nyerinya.
tingkatkan
c. Mengalihka
relaksasi
n perhatian
masase.
nyerinya ke
c. Ajarkan
hal-hal
metode
yang
distraksi
menyenang
selama
kan.
nyeri akut.
d. Istirahat
akan
d. Berikan merelaksasi
kesempatan semua
waktu jaringan
istirahat sehingga
bila terasa akan
nyeri dan meningkatk
berikan an
posisi yang kenyamana
nyaman ; n.
misal
waktu
e. Pengetahua
tidur,
n yang akan
belakangny
dirasakan
a dipasang
membantu
bantal
mengurangi
kecil.
nyerinya.
Dan dapat
e. Tingkatkan
membantu
pengetahua
mengemban
n tentang :
gkan
sebab-
kepatuhan
sebab
klien
nyeri, dan
terhadap
menghubun
rencana
gkan
teraupetik.
berapa
f. Analgetik
lama nyeri
memblok
akan
lintasan
berlangsun
nyeri,
g.
sehingga
nyeri akan
berkurang.
f. Kolaborasi g. Pengkajian
dengan yang
dokter, optimal
pemberian akan
analgetik. memberika
n perawat
g. Observasi
data yang
tingkat
obyektif
nyeri, dan
untuk
respon
mencegah
motorik
kemungkina
klien, 30
n
menit
komplikasi
setelah
dan
pemberian
melakukan
obat
intervensi
analgetik
yang tepat.
untuk
mengkaji
efektivitasn
ya. Serta
setiap 1 - 2
jam setelah
tindakan
perawatan
selama 1 -
2 hari.
3 Risiko Infeksi tidak a. Pantau a. mengidentif
terhadap terjadi / tanda-tanda ikasi tanda-
infeksi terkontrol. vital. tanda
berhubung Kriteria peradangan
an dengan hasil : terutama
tempat tidak ada bila suhu
masuknya tanda-tanda tubuh
b. Lakukan
organisme infeksi meningkat.
perawatan
b. Mengendali
sekunder seperti pus. luka kan
terhadap luka bersih dengan penyebaran
trauma tidak teknik mikroorgani
lembab dan aseptik. sme
tidak kotor. patogen.
c. Untuk
Tanda- c. Lakukan
mengurangi
tanda vital perawatan
risiko
dalam batas terhadap
infeksi
normal atau prosedur
nosokomial.
dapat inpasif
ditoleransi. seperti d. Penurunan
infus, Hb dan
kateter, peningkatan
drainase jumlah
luka, dll. leukosit
d. Jika
dari normal
ditemukan
bisa terjadi
tanda
akibat
infeksi
terjadinya
kolaborasi
proses
untuk
infeksi.
pemeriksaa e. Antibiotik
n darah, mencegah
seperti Hb perkembang
dan an
leukosit. mikroorgani
sme
e. Kolaborasi patogen.
untuk
pemberian
antibiotik.

4 Anxietas Kriteria a. Evaluasi a. Pasien dan


berhubung hasil : tingkat orang
an dengan - Mengakui pemahama terdekat
krisis dan n pasien/ mendengar
situasi, mendiskusik orang dan
ancaman/ an takut/ terdekat mengasimil
perubahan masalah tentang asi
status - diagnosa. informasi
kesehatan, Menunjukka baru yang
dan adanya n rentang meliputi
ancman perasaan perubahan
kematian. yang tepat ada
b. Akui rasa
dan gambaran
takut/
penampilan diri dan
masalah
wajah pola hidup.
pasien dan
b. Dukungan
tampak
dorong
memampuk
rileks/
mengekspr
an pasien
istirahat
esikan
mulai
-
perasaan.
membuka
Menyatakan
atau
pengetahuan
c. Terima
menerima
yang akurat
penyangkal
kenyataan
tentang
an pasien
kanker dan
situasi.
tetapi
pengobatan
jangan
nya.
dikuatkan. c. Bila
penyangkal
an ekstrem
atau
ansiatas
mempengar
d. Berikan
uhi
kesempatan
kemajuan
untuk
penyembuh
bertanya
an,
dan jawab
menghadapi
dengan
isu pasien
jujur.
perlu
Yakinkan
dijelaskan
bahwa
dan
pasien dan
membuka
pemberi
cara
perawatan
penyelesaia
mempunyai
nnya.
pemahama d. Membuat
n yang kepercayaa
sama. n dan
e. Libatkan
menurunka
pasien/
n kesalahan
orang
persepsi/
terdekat
salah
dalam
interpretasi
perencanaa
terhadap
n
informasi.
perawatan.
Berikan
e. Dapat
waktu
membantu
untuk
memperbai
menyiapka
n peristiwa/ ki beberapa
pengobatan perasaan
. kontrol/
kemandiria
f. Berikan n pada
kenyamana pasien yang
n fisik merasa tek
pasien. berdaya
dalam
menerima
pengobatan
dan
diagnosa.
f. Ini sulit
untuk
menerima
dengan isu
emosi bila
pengalaman
ekstrem/
ketidaknya
manan fisik
menetap.

5 Kurang Kriteria a. Diskusikan a. Memberika


pengetahua hasil : diagnosa, n informasi
n mengenai - rencana/ khusus
kondisi, Menyatakan terapi sasat individu,
tindakan, pemahaman ini dan membuat
prognosis seluk beluk hasil yang pengetahua
berhubung diagnosa, diharapkan. n untuk
an dengan program belajar
kurang pengobatan. lanjut
atau tidak - tentang
mengenal Melakukan manajemen
informasi/ dengan di rumah.
sumber, benar Radiasi dan
salah prosedur kemoterapi
interperatas yang perlu b. Kuatkan dapat
i informasi, dan penjelasan menyertai
kurang menjelaskan ahli bedah intervensi
mengingat. alas an tentang bedah dan
tindakan prosedur informasi
tersebut. pembedaha penting
- n dengan untuk
Berpartisipa memberika memampuk
si dalam n diagram an pasien/
proses yang tepat. orang
belajar. Masukkan terdekat
- informasi untuk
Melakukan ini dalam membuat
perubahan diskusi keputusan
pola hidup. tentang berdasarkan
harapan informasi.
b. Lamanya
jangka
rehabilitasi
pendek/
dan
panjang
prognosis
dari
tergantung
penyembuh
pada tipe
an.
c. Diskusikan pembedaha
perlunya n, kondisi
perencanaa preoperasi,
n untuk dan
mengevalu lamanya/
asi derajat
perawatan komplikasi.
saat pulang.
c. Pengkajian
evaluasi
status
pernafasan
dan
kesehatan
umum
penting
sekali untuk
meyakinkan
penyembuh
an optimal.
Juga
memberika
n
kesempatan
untuk
merujuk
masalah/
pertanyaan
pada waktu
yang sedikit
stres.

Evaluasi :

1) Pola pernapasan efektive.


2) Jalan napas lancar/normal
3) Nyeri berkurang/hilang.
4) Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
5) pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal
6) infeksi tidak terjadi / terkontrol.

BAB 3

SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Dengan demikian, dilihat dari penjelasan di atas, proses penyakit dan lain-lain,
dapat kita simpulkan bahwa trauma dada bukanlah penyakit ringan karena dapat
menimbulkan gangguan pernafasan sehingga mengganggu system metabolisme
tubuh.
Trauma dada dapat terjadi disebabkan oleh kecelakaan kendaraan atau tertimpa
benda berat, kekerasan (tikaman atau luka tembak), Pukulan daerah torak, Tindakan
medis (operasi), penggunaan therapy ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan
balutan tekan pada luka dada tanpa pelonggaran balutan, Tusukan paru dengan
prosedur invasif, Tusukan paru dengan prosedur invasif, dan Fraktur tulang iga.
Klien dengan taruma dada memiliki manifastasi klinis utama yaitu gangguan
pola bernafas dan nyeri yang timbul akibat terjadinya patahan pada tulang dithorak.
Manifestasi klinis beselanjutnya pembengkakkan lokal dan krepitasi yang sangat
palpasi, Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek, Dyspnea, takipne, Takikardi,
Tekanan darah menurun, gelisah, dan kemungkinan cyanosis.
Pemeriksaan diagnostik yang padat dilakukan pada klien trauma dada yaitu
anamnesa, pemeriksaan foto toraks, CT Scan, Ekhokardiografi, elektrokardiografi,
dan angiografi. Pemeriksaan diagnostik ini dilakuka untuk mengetahui keparahan
cedera yang dialami klien trauma dada.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kasus di atas antara lain melalui
tekhnik bedah maupun non bedah, tergantung pada kesiapan klien dari segi materi
dan psikis. Ada beberapa penatalaksaan yang biasa dilakukan pada klien trauma dada
antara lain melalui pemberian analgetik, pemasangan plak/plester, antibiotika jika
diperlukan, fisioterapi, pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien trauma dada yaitu surgical emfisema
subcutis, cedera vaskuler, pneumotoraks, pleura effusion, plail chest,
hemopnumotoraks, hipoksemia, hipovolemia, dan gagal jantung.
3.2 Saran
Mahasiswa harus mampu memahami mengenai pengertian, penyebab,
epidemologi, anatomi dan fisiologi pada thorak, penatalaksanaan trauma dada, tanda
dan gejala, pemeriksaan diagnostik untuk trauma dada, agar dalam menjalankan
proses keperawatan dapat membuat intervensi dan menjalankan implementasi dengan
tepat sehingga mencapai evaluasi dan tingkat kesembuhan yang maksimal pada klien
trauma dada. Selain itu, mahasiswa juga dapat memperbanyak ilmu dengan
mengunjungi seminar dan membaca dari berbagai sumber.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2001. Keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC


Doenges (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Elizabeth,J corwin. 2001.Buku Saku Patologi. Jakarta: EGC
J.C.E.Underwood.2000. Patologi Umum dan Siatematik. Jakarta: EGC
Jan Tambayong. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Lauralee,Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Parakrama,Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Stanley L,Robbins.1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Sylvia A.Price. 2000. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta
EGC.
http://botol-infus.blogspot.com/2010/05/askep-trauma-dada.html
Trauma thorax http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1894172-trauma-
thorax/#ixzz1Ipz7HfJg

www.iwansain.wordpress.com

http://nurse87.wordpress.com/2009/04/28/asuhan-keperawatan-trauma-dada/

http://www.scribd.com/doc/36672360/Trauma-Thorax

http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/askep-trauma-dada.html

Anda mungkin juga menyukai