Anda di halaman 1dari 2

4.

2 Pembahasan

Setelah mempelajari tinjauan pustaka dan melaksanakan penelitian pada Sdr. S dengan
diagnosa Asam yan mengalami masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas penulis
membahasa permasalah permasalahan yang ada pada konsep antara teoti dalam tinjauan
pustaka dengan kenyataan yang terjadi sebenarnya. Hal hal yang akan dibahas meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, implementasi serta evaluasi seperti yang telah disajikan
dalam hasil analisis asuhan keperawatan pengkajian

Pengkajian

Tahap pengkajian pada tinjauan pustaka merupakan tahap dan landasan proses keperawatan
yang meliputi : pengumpulan data, peneglompokan data, dan menganalisis data. Dalam
pelaksanaannya penulis memperoleh data dari anamnesis langsung pada klien, keluarga,
status klien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada pengkajian, keluhan utama
yang dirasakan klien adalah sesak nafas, dada ampeg, batuk batuk , tidak bisa
mengeluarkan daha, terdapat bunyi nafas wheezing dan ronchi. Pada tinjauan teori disebutkan
keluhan utamanya adalah napas sesak, napas bunyi (wheezing) dan batuk. Sehingga hal ini
sesuai dengan tinjauan kasus.

Penyebab asma yang diderita klien yaitu oleh karena ada rangsangan alergik seperti debu
obat semprot nyamuk, asap rokok dan dari rangsangan non alaergik seperti suhu udara yang
dingin, stress, kelelahan \. Dalam tinjauan teori disebutkan penyebab asama ada 3 yaitu:
asma intins. Jadi sesuai teori penyebab asma yang diderita oleh klien adalah asma gabungan
yang mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non alaergik.

Factor pencetus yang menyebabkan terjadinya serangan asma pada klien adalah kelelahan
karena timbulnya serangan terjadi setelah klien melakukan aktivitas yaitu bermain dengan
temannya., selain karena itu udara yang dingin dan serangan suhu yang ekstrem. Sedangkan
pada tinjauan teori disebutkan factor pencetus yang menyebabka terjadinya serangan asma
antara lain oleh karena adanya rangsanyan alergi, rangsangan bahan toksik dan iritan adanya
infeksi, konsumsi obat obatan dan penyebab lain (factor fisik dan psikologi). Jadi hal ini
sesuai tinjauan teori namun adanya rangsangan alergi, rangsangan bahan toksik dan iritan,
adanya infeksi dan konsumsi obat obatan tidak menjadi factor pencetus tersebut terjadi
pada individu.

Pemeriksaan penunjang yangdilakukan pada klien meliputi uji kulit, laboratorium, radiologi
thoraks foto dan EKG. Sesuai dengan tinjauan teori pada Sdr. S tdak dilakukan pemeriksaan
analisa gas darah dan uji provokasi bronkus, oleh karena tidak ada indikasi dokter. Sehingga
dapat disimpulakan bahwa klien belum mengarah ke asma berat(Status Asmatikus).

Hasil pemeriksaan laboratorium pada klien didapatkan hasil leukosit normal dan tidak
dilakukan pemeriksaan eosinofil darah.

Diagnosa keperawatan
Pada tinjauan kasus disesuaikan dengan data yang diperoleh dari pengkajian maka diagnosa
keperawatan yang muncul pada Sdr. S adalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Sedangkan pada tinjauan teori diagnosa keperawatan yang muncul dengan masalah
kebutuhan oksigen ada 3 yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, pola nafas tidak efektif,
dan keruskan pertukaran gas. Sesuai dengan teori pada kasus Sdr. S tidak dapat dapat
dimunculkan diagnosa pola nafastidak efektif dan kerusakan pertukaran gas karena tidak
didapatkan kriteria mayor yang tidak sesuai dan tidak terdapat data yang mendukung dengan
diagnosa tersebut. Sehingga hanya ada satu diagnosa saja yang dapat dimunculkan yaitu
ketidakefektifan bersihan jalan nafas karena sesuai dengan pengkajian yang terdapat kriteria
mayor : batuk tidak efektif dan klien tidak mampu mengeluarkan dahak di jalan nafas.

Intervensi

Dalam intervensi merencanakan tindakan keperawatan,ditemukan beberapa permasalahan


diantaranya pada tinjauan kasus diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
tidak dilakukan tindakan penghisapan (suction). Sedangkan pada tinjauan teori pada diagnosa
keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas harus dilakukan tindakan penghisapan
(sunction), karena ada indikasi pada tindakan tersebut. Indikasi dari tindakan penghisapan
(sunction) diantaranya adalah klien yang pita suaranya tidak dapat tertutup, klien tidak sadar
(koma), klien yang tidak bisa batuk karena keumpuhan otot pernapasan, klien yang sekretnya
sangat banyak dan kental dimana klien sulit untuk mengeluarkan . sedangkan kontra
indikasinya adalah pendarahan , kontaminasi bakteri , kurang oksigen sesaat , takikardi
,ketakutan dan panik pada klien yang sadar . ekstra produksi sekret dan vagal reflek .
sehingga pada klien sdrS tidak dilakukan penghisapan ( suction ) karena tingkat kesadaran
klien composmentis, klien kooperatif , dan klien dapat mengeluarkan dahak setelah dilakukan
tindakan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai