OLEH:
Oei Valyn Aurelia 6103015033
Anika Yanuar K. 6103015048
Erica Giovani H. N. 6103015087
Caroline Harsono 6103015109
Kelompok : A-6
Tanggal : 5 September 2017
ASISTEN : Johanna Wibisono
CARA KERJA
Sortasi
Pencucian
Penimbangan
2. Ubi jalar
Perlakuan Berat bahan (gr)
Awal Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
1 2 3 4
(07/9/2017) (12/9/2017) (14/9/2017) (19/9/2017)
PP, 167,76 168,10 167,98 167,90 167,71
kupas,
dingin
PP, 188,58 188,33 187,32 186,43 182,87
kupas,
ruang
PP, tidak 229,46 229,69 229,13 229,57 229,46
kupas,
dingin
PP, tidak 179,98 179,57 179,11 178,95 178,46
kupas,
ruang
PE, 171,81 172,03 171,93 172,01 171,58
kupas,
dingin
PE, 191,61 191,30 190,75 190,23 189,78
kupas,
ruang
PE, tidak 215,60 229,69 215,94 215,84 215,17
kupas,
dingin
PE, tidak 208,06 207,72 207,05 206,72 205,93
kupas,
ruang
3. Pisang
Perlakuan Berat bahan (gr)
Awal Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
1 2 3 4
(07/9/2017) (12/9/2017) (14/9/2017) (19/9/2017)
PE, tutup, 82,37 82,61 80,69 - -
ruang
PE, tutup, 79,31 79,21 79,22 79,33 79,17
dingin
PP, tutup, 88,35 88,86 86,79 - -
ruang
PP, tutup, 86,03 85,95 86,27 86,10 85,80
dingin
4. Tomat
Perlakuan Berat bahan (gr)
Awal Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
1 2 3 4
(07/9/2017) (12/9/2017) (14/9/2017) (19/9/2017)
PE sayat 75,02 74,89 75,01 74,95 74,91
dingin
PP sayat 67,55 67,74 67,23 67,00 66,30
dingin
PE sayat 63,44 63,62 63,08 62,83 -
ruang
PP sayat 65,37 67,70 - - -
ruang
PE utuh 87,69 82,90 82,30 82,07 81,58
ruang
PE utuh 62,07 62,06 62,08 62,06 61,96
dingin
PP utuh 62,20 63,87 - - -
ruang
PP utuh 60,87 62,59 60,99 60,85 62,29
dingin
PE 65,90 66,66 - - -
potong
ruang
PP potong 73,46 73,88 - - -
ruang
PE 57,95 58,33 58,05 58,14 58,27
potong
dingin
PP potong 68,72 68,68 68,74 68,69 68,88
dingin
V. PEMBAHASAN
Kacang
Kacang yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu kacang tanah.
Perlakuan yang diberikan berjumlah 4 yaitu kacang yang dikupas dan tetap dengan
kulitnya, kacang dikemas tertutup dan tidak tertutup. Rata rata pada semua
perlakuan, terdapat beberapa kacang yang mengalami perkecambahan. Pada kacang
kulit yang dikemas tertutup, respirasi yang terjadi memunculkan uap air pada
kemasannya, uap tersebut apabila tidak dihilangkan lama-kelamaan akan menjadi
jenuh dan jatuh pada kacang lagi sehingga kacang menjadi lembab dan mudah
diserang oleh mikroorganisme. Selain itu adanya uap air jenuh yang jatuh lagi pada
kacang kupas tersebut menyebabkan tumbuhnya kecambah.
Selain itu, kulit juga mempengaruhi susut berat. Susut berat terjadi karena
adanya pelepasa air dalam bahan. Pelepasan air oleh bahan ini disebabkan bahan
selalu mencari keseimbangan dengan lingkungan, yaitu RH bahan harus sama
dengan RH lingkungan, sehingga ketika RH bahan lebih besar dari RH lingkungan,
maka bahan akan melepaskan air hingga tercapai kondisi yang seimbang. Adanya
kulit juga berpengaruh terhadap penurunan kesegaran karena kulit dapat mencegah
kontaminasi mikroorganisme yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bahan.
Bisa dilihat pada kacang kupas kemas tertutup dan tidak tertutup, susut berat malah
tidak terjadi karena kacang telah mengalami perkecambahan yang cukup banyak
sehingga penambahan berat justru nampak lebih jelas.
Pada praktikum kali ini, kami melakukan penyimpanan terhadap ubi jalar
dengan 8 perlakuan. Berdasarkan data, dapat dilihat selama penyimpanan terjadi
penurunan susut berat. Hal ini terjadi karena terjadinya kesetimbangan kadar air,
dimana kadar air ubi jalar yang lebih banyak dari pada lingkungan akan menguap
sampai kelembaban bahan sama lingkungan. Namun, terdapat 1 perlakuan yang
tidak mengalami penyusutan sehingga berat akhir setelah 14 hari pengamatan tetap
sama dengan berat pada awal pengamatan. Hal tersebut terjadi pada perlakuan
dalam PP, suhu dingin, dan tidak dikupas karena plastik polipropilen merupakan
plastik dengan molekul yang kuat sehingga tidak mudah ditembus uap air, CO2, dll.
Pengamatan terhadap kerusakan adanya pencoklatan dapat dilihat dari
pengamatan ini. Ubi jalar yang disimpan dalam suhu dingin justru mengalami
pencoklatan baik yang disimpan dalam plastik PP maupun PE. Hal tersebut
dimungkinkan karena adanya kandungan air yang cukup tinggi dalam pendingin
tersebut yang membantu proses pencoklatan karena telah dalam kondisi telah
dikupas. Selain itu juga karena pada umumnya, pencoklatan terjadi pada komoditas
dengan kadar pati yang cukup tinggi.
Pisang
Tomat
Tranggono dan Suhardi. 1990. Biokimia dan teknologi Pasca Panen. Yogyakarta :
PAU Pangan dan Gizi,UGM
LAMPIRAN
Pengamatan ke-1
Pengamatan ke- 2
Pengamatan ke-3
Pengamatan ke-4