Jurnal
*
Karakteristik Abu Terbang PLTU Suralaya dan
Evaluasinya untuk Refraktori Cor
*
Penelitian Abu Batu bara sebagai Pembenah
Tanah : Pengaruh Waktu Inkubasi terhadap
Parameter Kualitas Tanah (Derajat Keasaman
Tanah (pH-H2O), Mn, Fe, P - Total dan
Material : alumina silikat
P - Tersedia)
*
Penelitian dan Pemisahan Ekstraksi Zirkon-
Hafnium dari Tailing Pencucian Timah Bangka
*
Transformasi Pekerja Sektor
Pertambangan Secara Sektoral
Studi Kasus : Tenaga Kerja Unit Bisnis
Pertambangan (UBP) Bauksit Kijang
Material : alumina silikat
(PT. Antam Tbk.)
*
Analisis Jalur Transportasi Batu bara untuk
Industri Tekstil di Kota/Kabupaten Bandung
Jurnal
Teknologi Mineral dan Batubara
Nomor 36, Tahun 14, Januari 2006
Daftar Isi
Daftar Isi ........................................................................................................................................................... i
Sekapur Sirih .................................................................................................................................................... ii
Karakterisasi Abu Terbang PLTU Suralaya dan Evaluasinya untuk Refraktori Cor ............................................ 1-8
Muchtar Aziz, Ngurah Ardha dan Lili Tahli
Penelitian Abu Batu bara sebagai Pembenah Tanah : Pengaruh Waktu Inkubasi terhadap ............................. 9 - 17
Parameter Kualitas Tanah (Derajat Keasaman Tanah (pH-H 2O), Mn, Fe, P - Total dan P - Tersedia)
Nia Rosnia Hadijah dan Retno Damayanti
Penelitian Pemisahan dan Ekstraksi Zirkon-Hafnium dari Tailing Pencucian Timah Bangka ........................ 18 - 26
Supriyono HS, Rachmat Yusuf, Deden Amiruddin, Wawan Purnawan, Mutaqin
dan Wahyu Agus S.
Transformasi Pekerja Sektor Pertambangan Secara Sektoral ......................................................................... 27 - 40
Studi Kasus : Tenaga Kerja Unit Bisnis Pertambangan (UBP) Bauksit Kijang (PT. Antam Tbk.)
Bambang Yunianto dan Binarko Santoso
Analisis Jalur Transportasi Batu bara untuk Industri Tekstil di Kota/Kabupaten Bandung ............................ 41 - 47
Triswan Suseno
Petunjuk Bagi Penulis ...................................................................................................................................... 48
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara terbit pada bulan Januari, Mei, September dan memuat karya ilmiah
yang berkaitan dengan litbang mineral dan batubara mulai dari eksplorasi, eksploitasi, pengolahan,
lingkungan, kebijakan, dan keekonomiannya.
Redaksi menerima sumbangan naskah yang relevan dengan substansi terbitan ini.
Biaya langganan : Rp 60.000,-/tahun, termasuk ongkos kirim, harga eceran Rp 20.000,-/eksemplar.
EDITOR IN CHIEF : Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
PEMIMPIN REDAKSI : Ka. Bid Program dan Informasi
REDAKTUR PELAKSANA : Ka. Sub Bid Dokumentasi dan Informasi
EDITORIAL BOARD : Binarko Santoso (Ketua), Pramusanto (Anggota), Bukin Daulay (Anggota) dan Siti Rochani
(Anggota)
EDITOR : Tatang Wahyudi, Nining S. Ningrum, Darsa Permana, Retno Damayanti, Sri Handayani,
Maman Surachman, Tendi Rustendi dan Zulfahmi
STAF REDAKSI : Sumartono, Yusi Nuriana dan Bachtiar
PENERBIT : Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
ALAMAT REDAKSI : Jl. Jend. Sudirman 623 Bandung 40211
Telpon : (022) 6030483 - 5, Fax : (022) 6003373
e-mail : smartono@tekmira.esdm.go.id
i
Sekapur Sirih
Sidang pembaca yang budiman,
Abu terbang (fly ash) merupakan limbah padat yang dikeluarkan oleh PLTU berbahan bakar batu bara. Jumlahnya di
Indonesia melimpah; pada tahun 2006 ini saja diperkirakan akan mencapai 2 juta ton dan akan terus meningkat pada tahun-
tahun mendatang. Limbah ini perlu mendapat perhatian yang serius karena berpotensi besar menjadi masalah lingkungan,
bahkan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah menetapkannya sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) karena
kandungan logam-logam berat yang bersifat toksik. Namun di sisi lain, telah diketahui pula bahwa abu terbang mengandung
komponen-komponen sebagai bahan agregat dan beberapa logam jarang yang mempunyai nilai tinggi, sehingga abu
terbang mempunyai potensi pula untuk dimanfaatkan. Dalam edisi kali ini, terdapat dua buah tulisan yang berkaitan dengan
masalah penanganan dan pemanfaatan abu terbang tersebut. Tulisan utama memaparkan kemungkinan pemanfaatan abu
terbang untuk bahan baku pembuatan refraktori cor, dan tulisan yang lain menjelaskan kemungkinan menggunakan abu
terbang sebagai bahan pembenah tanah ( soil conditioner) dan sumber beberapa hara mikro pada tanah ampas (tailing).
Upaya-upaya penelitian tersebut dilakukan dengan harapan, bukan saja dapat mengatasi masalah lingkungan di PLTU
berbahan bakar batu bara, tetapi sekaligus dapat memberi nilai tambah terhadap limbah. Hal itu merupakan bagian penting
dari konsep sustainable production.
Sebuah tulisan lain, berjudul Penelitian pemisahan dan ekstraksi zirkon-hafnium dari tailing pencucian timah
Bangka masih terkait erat dengan konsep sustainable production , yaitu mencoba memanfaatkan dan memberi nilai
tambah kepada tailing pencucian timah dengan cara mengambil mineral -mineral dan logam berharga di dalamnya.
Konsep sustainable production adalah konsep industri masa depan yang sangat penting, terutama bagi industri
pengolahan mineral karena selalu menghasilkan berbagai produk samping yang menjadi masalah bagi lingkungan.
Di samping itu, terdapat masalah yang dihadapi oleh kegiatan pertambangan ketika memasuki masa
pascatambang, yaitu banyak pekerja yang kehilangan pekerjaan atau pindah kerja ke sektor lain. Sebuah
tulisan menyajikan hasil observasi dan studi mengenai pola alih kerja pada pascatambang dengan studi kasus
di UPB Bauksit Kijang PT Antam Tbk dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Studi ini cukup penting bagi
langkah antisipasi yang pasti akan dihadapi oleh setiap kegiatan pertambangan.
Penggunaan batu bara untuk industri tekstil di Kota/Kabupaten Bandung, didatangkan dari luar Jawa melalui
Cirebon. Namun, untuk mencapai Bandung melalui jalur konvensional, terdapat kendala yang dikhawatirkan
dapat menghambat pasokan batubara, yaitu kepadatan lalulintas dan rawan longsor di beberapa tempat. Oleh
karena itu, sebuah tulisan mencoba memberi hasil kajian alternatif transportasi batu bara ini untuk menjamin
kelancaran pasokan batu bara untuk wilayah Kota dan Kabupaten Bandung.
Selamat membaca.
Salam Redaksi
ii
KARAKTERISASI ABU TERBANG PLTU SURALAYA DAN
EVALUASINYA UNTUK REFRAKTORI COR
SARI
Abu terbang dari PLTU berbahan bakar batu bara dapat dimanfaatkan untuk membuat berbagai produk, di
antaranya untuk pembuatan refraktori cor. Hasil karakterisasi dan evaluasi abu terbang PLTU-Suralaya
menunjukkan abu terbang tersebut secara teknis memiliki prospek untuk dijadikan sebagai salah satu komponen
bahan baku refraktori cor, yang dapat saling melengkapi dengan komponen bahan baku refraktori cor lainnya,
sehingga dapat memenuhi spesifikasi sebagai refraktori cor. Hasil evaluasi melalui rekayasa komposisi yang
dibuat dengan beberapa perbandingan komponen komposit mentah, menghasilkan tipikal komposisi kimia yang
memiliki nilai Al2O3/SiO2 tertinggi 1,69, yang dicapai pada komposisi abu terbang/grog/aloxi/Ca-aluminat=3/2/3/2.
Nilai ini memenuhi salah satu karakteristik refraktori cor komersial tipe CAJ- 16 (Al 2O3/ SiO2=1,62). Semakin
tinggi nilai Al2O3/SiO 2, semakin tinggi sifat kerefraktoriannya (kestabilan pada suhu tinggi). Komposisi komposit
mentah lainnya dapat memenuhi refraktori cor komersial tipe CAJ-14 (Al 2O3/ SiO2=0,9), yaitu 1,24 dan 1,31,
dengan perbandingan komposit mentah 3/3/3/1 dan 4/2/3/1.
ABSTRACT
Characterization and evaluation of fly ash of Suralaya coal-fired power station indicate that the fly ash
techni-cally has good prospect as a component of castable refractory raw material. The mixing of fly
ash and other components would react to form certain specification of castable refractory. A mixing of
fly ash/grog/aloxi/Ca-aluminate with composition of 3/2/3/2 by volume yielded the highest typical grade
of Al2O3/SiO2 = 1.69. This value could be comparable to the grade of the commercial castable
refractory of CAJ- 16, in which the typical grade of Al 2O3/SiO2 is 1.62. The higher the value of
Al2O3/SiO2, the higher the value of refractoriness. Other compositions, 3/3/3/1 and 4/2/3/1 by volume
yielded the grade of Al2O3/SiO2 of 1.24 and 1.31 respec-tively, which were comparable to the
commercial castable refractory of CAJ-14, with typical grade of Al 2O3/ SiO2 is 0.9.
Tabel 2. Jumlah dan perkiraan produksi abu terbang dan abu dasar oleh PLTU Suralaya
Kode %SiO2 %Al2O3 %Fe2O3 %TiO2 %CaO %MgO %K2O %Na2O %LOI
CAJ-14 38,2 35,3 1,48 1,28 3,64 0,53 0,88 0,7 0,58
CAJ-16 29,1 47,2 1,2 1,62 4,04 0,17 0,58 0,62 0,72
Komposisi mineral CAJ-14 dan CAJ-16 sama yaitu terdiri atas corundum, mullite dan cristobalite
Karakterisasi Abu Terbang PLTU Suralaya dan Evaluasinya ... Muchtar Aziz, Ngurah Ardha dan Lili Tahli 5
Tabel Komposisi kimia abu terbang PLTU-
3.3 Suralaya
Tabel 3.4 Komposisi kimia abu pada Komponen lainnya adalah aluminium oksida (Aloxi)
limbah PLTU Suralaya
yang berfungsi untuk menambah kandungan Al2O3
sehingga sifat kerefraktorian dari refraktori cor
Senyawa Abu dasar Abu terbang
diharapkan menjadi meningkat. Komposisi kimia
% % salah satu tipikal Aloxi dapat dilihat pada Tabel 3.6.
Al2O3 24,0 30,8
CaO 2,7 4,0 Kalsium aluminate (Ca-aluminate) berfungsi sebagai
Fe2O3 5,5 4,6 bahan pengikat, terutama saat pembentukan atau
K2O 0,17 0,18 pencetakan untuk mempercepat waktu pengeringan
MgO 1,3 1,9 dan pengerasan (setting time). Salah satu tipikal
Na2O 1,0 1,3 komposisi kimia Ca-aluminate ditunjukkan pada
P 2O 5 - - Tabel 3.7.
SO3 0,18 0,23
SiO2 63,4 54,0 Salah satu tipikal komposisi yang kemungkinan
TiO2 - - bisa dibangun dan diuji adalah seperti disajikan
Fe+Si+Al 92,9 89,4 pada Tabel 3.8.
CaO bebas <0,06 <0,06
Kand. Silika - 53,4 Rekayasa komposisi yang dibuat dengan
LOI 0,68 <0,5 perbandingan komponen komposit mentah seperti
D50 - 15,5 (m) ditunjukkan pada Tabel 3.9, menghasilkan tipikal
D90 - 67,9 (m) komposisi kimia seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 3.10. Nilai Al2O 3/SiO 2 tertinggi dicapai
pada komposit mentah kode A yaitu 1,69. Nilai
ini dapat memenuhi refraktori cor komersial tipe
(crushed brick), aluminium oksida, dan calcium CAJ-16. Komposit mentah kode B dan D dapat
aluminate (sebagai pengikat atau binder). Grog memenuhi refraktori cor komersial tipe CAJ-14.
adalah material granular yang dibuat dari bahan
tahan api hancur (crushed brick) sebagai pengisi
bodi berukuran kasar yang dapat berfungsi 4. KESIMPULAN DAN SARAN
mengurangi shrinkage dan thermal expansion,
meningkatkan stabilitas saat mengalami suhu tinggi. 4.1 Kesimpulan
Abu terbang mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai
grog, pengisi refraktori berbutir halus dan sebagai - Hasil karakterisasi dan evaluasi abu terbang
binder karena mengandung aluminosilika aktif. PLTU-Suralaya menunjukkan abu terbang
Sebagai bahan grog kasar digunakan aluminosilikat tersebut secara teknis memiliki prospek untuk
yang telah mengalami perlakuan suhu tinggi dan dijadikan salah satu komponen bahan baku
telah dipecah (crushed brick). Salah satu tipikal grog refraktori cor, yang dapat saling melengkapi
untuk refraktori cor biasanya dibuat berukuran 30 dengan komponen bahan baku refraktori cor
mesh, mempunyai komposisi mineral: corundum, lainnya sehingga dapat memenuhi spesifikasi
mullite dan cristobalite. Komposisi kimianya sebagai refraktori cor.
tercantum pada Tabel 3.5.
Tabel 3.9 Tipikal rekayasa komposisi komposit mentah refraktori cor (abu terbang, grog,
Aloxi,
Ca-aluminate)
Tabel 3.10 Tipikal hasil penghitungan komposisi kimia komposit mentah refraktori cor
Kode %SiO2 %Al2O3 %Fe2O3 %TiO2 %CaO %MgO %K2O %Na2O %LOI Al2O3/
SiO2
CAJ-16 29,1 47,2 1,2 1,62 4,04 0,17 0,58 0,62 0,72 1,62
CAJ-14 38,2 35,3 1,48 1,28 3,64 0,53 0,88 0,7 0,58 0,9
A 30,8 52,0 4,5 1,0 8,5 1,9 0,2 0,6 1,1 1,69
B 34,1 42,2 3,5 1,0 5,1 2,4 0,3 0,7 0,7 1,24
C 41,3 34,4 4,1 1,1 5,4 2,6 0,3 0,8 0,7 0,83
D 37,4 49,0 3,9 0,9 5,2 2,0 0,2 0,7 0,8 1,31
Karakterisasi Abu Terbang PLTU Suralaya dan Evaluasinya ... Muchtar Aziz, Ngurah Ardha dan Lili Tahli 7
- Rekayasa komposisi yang dibuat dengan Kumar, D.S. Kumar, M.P. and Sankar R. 2003, Ef-fect
perbandingan komponen komposit mentah of Syntetic Aggregate on Alumina Castables
menghasilkan tipikal komposisi kimia yang Based on Fly Ash, Kyanite and Sillimanite,
memiliki nilai Al2O3/SiO2 tertinggi 1,69 yang Bulletin of American Ceramic Society,
dicapai pada komposit mentah kode A. Nilai Abstract on http://www.ceramicbulletin.org.28
ini dapat memenuhi salah satu karakteristik January. 2004.
refraktori cor komersial tipe CAJ-16.
Komposit mentah kode B dan D dapat PT.Indoporlen Refractories Indonesia 2001, (Brosur).
memenuhi refraktori cor komersial tipe CAJ-
14, bahkan nilainya lebih tinggi, yaitu 1,24 PT PLN (Persero) dan PT Kema Teknologi Indonesia
dan 1,31. Semakin tinggi nilai Al 2O3/SiO2, 1997, Pengelolaan Abu Terbang dan Abu
semakin tinggi sifat kerefraktoriannya Dasar Pembangkit Listrik Dengan Bahan Bakar
(kestabilan pada suhu tinggi). Batu bara di Indonesia, Laporan Teknik.
SARI
Abu batu bara merupakan salah satu produk samping dari pembangkit tenaga listrik PLTU batu bara. Pada
penelitian ini abu batu bara digunakan sebagai pembenah tanah (soil conditioner) dan sumber beberapa
hara mikro pada tanah ampas (tailing), karena secara kimia abu batu bara mengandung unsur Fe, Ca, Al,
Si, K dan Mg dengan persentase tinggi, juga mengandung unsur Zn, B, Mn dan Cu dalam jumlah sedang,
serta sejumlah kecil unsur C dan N yang terdapat dalam bentuk silikat, oksida, sulfat dan karbonat. Ampas
yang digunakan berasal dari kegiatan pengolahan tembaga di Timika dan abu batu bara dari PLTU Asam-
asam di Kalimantan. Ampas dan abu batu bara, serta kompos dicampur dengan perbandingan A0
(200:25:25), A1 (225:0:25), A2 (225:25:0), A3 (175:0:75) dan A4 (175:75:0). Campuran diinkubasi selama 2,
4 dan 6 minggu. Metode percobaan yang digunakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 3 (tiga) ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama masa inkubasi berpengaruh terhadap
parameter pH, unsur Mn, Fe, P-total dan P-tersedia. Perubahan parameter tersebut optimum pada inkubasi
2 minggu. Terjadi penurunan Mn dan Fe, penurunan Mn rata-rata terbesar 4,14 ppm (99,7%) dan
penurunan Fe rata -rata terbesar 323,85 ppm (99,75%) terjadi pada ikubasi 2 minggu. Kenaikan P-total
dalam tanah berkisar 62,84 129,89 mg/100g sedangkan P-tersedia adalah 31,19 70,12 mg/100g.
Penambahan abu batu bara signifikan terhadap perubahan parameter Fe dan Mn, tetapi peningkatan P-
total dan P-tersedia hanya terjadi pada perlakuan penambahan kompos.
ABSTRACT
Fly ash is a by product of pulverized coal fired thermal power stations. As the fly ash contains high concentra-tion
of Fe, Ca, Al, Si, K and Mg, medium concentration of Zn, B, Mn and Cu and small amounts of C and N, it is
predicted that fly ash can be used as the soil conditioner and as a source of some micro nutrient for tailing
management. Most of those elements present in the forms of silicates, oxides, sulphates and carbonates. The
tailing is from Timika copper processing plant and the fly ash is from Asam-asam Power Plant. Compost must be
added to change the texture of tailing mixture. The composition ratio of tailing, fly ash and compost mixture were
A0 (200:25:25), A1 (225:0:25), A2 (225:25:0), A3 (175:0:75) and A4 (175:75:0). The mixtures then were incubated
for 2, 4 and 6 weeks. The experiment used Randomized Block Design (Rancangan Acak Kelompok) method
which repeated 3 times. Result showed that incubation time influenced the soil parameter such as pH, Mn, Fe
and P. The optimum changes occured in the 2 week of incubation. The Fe and Mn
Penelitian Abu Batu bara sebagai Pembenah Tanah ... Nia Rosnia Hadijah dan Retno Damayanti 9
concentration reduced about 323.85 ppm (99.75%) and 4.14 ppm (99.7%) respectively. Increasing in
total P in soil was in the range of 62.84 129.89 mg/100 g and for the available P was 31.19 70.12
mg/100 g. It means that fly ash addition caused the significant reduction in soil Fe and Mn parameters
but changes in phosphor concentration mostly came from compost addition.
Penelitian Abu Batu bara sebagai Pembenah Tanah ... Nia Rosnia Hadijah dan Retno Damayanti 11
Tabel 1. Takaran pemberian abu batu bara dan pupuk
Keterangan:
Contoh diperiksa dari bahan kering (105 110 C) kecuali
-
H2O yang ditentukan dari bahan asal.
tt : tidak terdeteksi
3.3 Karakteristik media tanam Contoh untuk pengujian sifat kimia media tanam
setelah inkubasi ini diperiksa dari bahan kering (105
Dengan berbagai komposisi media tanam, 110 C) . Data hasil pengujian sifat kimia
contoh-contoh ampas yang telah dicampur media perlakuan adalah sebagai berikut :
dengan bahan organik dan juga abu terbang diuji
melalui percobaan inkubasi. Hasil percobaan 3.3.1 Derajat Keasaman Tanah (pH-H2O)
inkubasi kemudian dibandingkan dengan kriteria
kesuburan tanah dan dievaluasi. Hasil analisis pH-H2O setelah diinkubasi selama 2,
12 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 36, Tahun14, Januari 2006 : 9 17
Tabel 3. Hasil analisis ampas dan kompos
No. Parameter Satuan Ampas
Timika Kriteria
1. pH H2O 8,45 AA
2. pH KCl 8,24 SR
3. C-organik % 0,33 R
4. N total % 0,10 SR
5. Kejenuhan Basa % 4042 ST
6. P2O5 (HCl 25%) mg/100 gr 105 ST
7. P2O5 (Sitrat 2%) mg/100 gr 3,30 SR
8. K2O (HCl 25%) mg/100 gr 247 ST
9. K2O (Sitrat 2%) mg/100 gr 22,99 T
10. C/N - 3,3
11. KTK mg/100 gr 1,15 SR
Kation dapat dipertukarkan
12. K mg/100 gr 0,94 T
13. Na mg/100 gr 0,56 S
14. Ca mg/100 gr 42,06 ST
15. Mg mg/100 gr 2,89 T
Logam-logam
16. Fe % 12,78
17. Mn % 0,14
18. Al % 5,00
19. Cu ppm 1800
20. Pb ppm 18
21. Zn ppm 287
22. As ppm 21
Keterangan:
Penelitian Abu Batu bara sebagai Pembenah Tanah ... Nia Rosnia Hadijah dan Retno Damayanti 13
Tabel 4. Uji varians taraf nyata 5 % atau pada tingkat
kepercayaan 95%
JK db KT Fhitung F tabel
Fk 2,429.84
Jktot 75.31
Jk kel 0.22 2 0.11
Jk perl 73.20 14 5.23 77.26 2.07
JK g 1.89 28 0.07
A4
A3
Contoh
A2
A1
Ao
Tabel 5. Uji varians taraf nyata 5 % atau pada tingkat kepercayaan 95%
JK db KT Fhitung F tabel
Fk 2,700.18
Jktot 352.18
Jk kel 1.20 2 0.60
Jk perl 317.59 14 22.68 19.02 2.07
JK g 33.40 28 1.19
Tabel 6. Kadar Mn rata-rata pada tanah ampas (tailing) yang diberi dosis abu
batu bara dan kompos dan lama inkubasi yang berbeda
14 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 36, Tahun14, Januari 2006 : 9 17
Kadar Mn rata-rata pada inkubasi 2 minggu adalah Kadar Fe dalam tanah ampas (tailing) berdasarkan
4,14 ppm (99,7%) dan pada masa inkubasi 4 minggu hasil analisis adalah 127.800 ppm. Kadar Fe rata-
adalah 9,87 (99,3%) ppm, sedangkan pada inkubasi rata setelah inkubasi 2 minggu adalah 323,85 ppm,
6 minggu 9,23 (99,34%). Ini membuktikan lamanya pada inkubasi 4 minggu, yaitu sebesar 799,8 ppm,
inkubasi berpengaruh terhadap kadar Mn dalam sedangkan Fe rata-rata pada inkubasi 6 minggu
tanah yang secara statistika pengaruhnya signifikan. adalah 591,55 ppm. Persen penurunan Fe dengan
masa inkubasi 2, 4 dan 6 masing-masing sebesar
Dari Tabel 6 terlihat bahwa kadar Mn rata-rata 99,75 %, 99,54% dan 99,37%.
yang terendah terdapat pada A4, yaitu media
tanam dengan komposis ampas dan abu batu Dari Tabel 8 terlihat bahwa kadar Fe rata-rata
bara (175:75), sehingga abu batu bara cukup yang terendah terdapat pada A4, yaitu media
efekktif sebagai pembenah tanah. tanam dengan komposisi ampas dan abu batu
bara (175:75), sehingga abu batu bara cukup
3.3.3 Unsur Fe efekktif sebagai pembenah tanah.
2+ 3.3.4 P-total dan P-tersedia
Unsur Fe diserap akar dalam bentuk Fe atau
3+ 3+ 2+
Fe , umumnya Fe direduksi menjadi Fe
sebelum penyerapan. Kelarutan mineral Fe dalam Hasil analisis P-total (P dalam HCl 25%) dan P-
tanah sangat rendah, mineral amorf Fe(OH)3 tersedia setelah 2, 4 dan 6 minggu diinkubasi
mengatur kadar Fe dalam larutan tanah. Pada tanah mengalami perubahan. P-total dalam ampas adalah
dengan drainase baik, kondisinya teroksidasi kadar 105 mg/100g, peningkatan P total setelah inkubasi
3+ 2+
Fe lebih besar daripada Fe . Sebaliknya pada berkisar 62,84 129,89 mg/100g, kenaikan tertinggi
3+
tanah jenuh air Fe mengalami reduksi menjadi Fe terjadi pada inkubasi 2 minggu, pada contoh A3.
2+
. Kelarutannya juga berkurang 1000 kali lipat pada
tanah dengan pH tinggi. Hasil uji BNJ taraf nyata 5 % atau pada tingkat
kepercayaan 95% menunjukkan perbedaan nyata.
Hasil uji BNJ taraf nyata 5 % atau pada tingkat
kepercayaan 95% menunjukkan perbedaan nyata. P-tersedia (P dalam sitrat 2%) dalam ampas adalah
Tabel 7. Uji varians taraf nyata 5 % atau pada tingkat kepercayaan 95%
JK db KT F hitung F tabel
Fk 14,709,715.29
Jktot 2,923,513.46
Jk kel 35,589.21 2 17,794,61
Jk perl 2,325,260.20 14 166,090,01 8.27 2.07
JK g 562,664.05 28 20,095.14
Tabel 8. KadarFe rata-rata pada tanah ampas (tailing) yang diberi dosis abu batu bara
dan
Penelitian Abu Batu bara sebagai Pembenah Tanah ... Nia Rosnia Hadijah dan Retno Damayanti 15
Tabel 9. Uji varians taraf nyata 5 % atau pada tingkat
kepercayaan 95%
JK db KT Fhitung F tabel
Fk 1,833,124.61
Jktot 930,116.74
Jk kel 4,248.06 2 2,124.03
Jk perl 899,422.67 14 64,244.48 68.02 2.07
JK g 26,446.00 28 944.50
Tabel 10. Kadar P-total rata-rata (P dalam HCI 25%) pada tanah ampas (tailing) yang
diberi dosis abu batu bara dan kompos dan lama inkubasi yang berbeda
Tabel Uji varians taraf nyata 5 % atau pada tingkat kepercayaan 95%
11.
JK db KT Fhitung F tabel
Fk 139,539.65
Jktot 264,483.90
Jk kel 1,171.00 2 585.80
Jk perl 255,473.70 14 82,248.12 65.18 2.07
JK g 7,839.19 28 279.97
Tabel 12. Kadar P-total rata-rata (P dalam sitrat) pada tanah ampas (tailing) yang
diberi dosis abu batu bara dan kompos dan lama inkubasi yang berbeda
16 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 36, Tahun14, Januari 2006 : 9 17
3,3 mg/100g. Peningkatan P-tersedia berkisar antara terjadi pada waktu inkubasi 2 minggu dan
31,19 70,12 mg/100g. Dengan nilai tertinggi terjadi perlakuan penambahan kompos sebanyak 30%.
waktu inkubasi 2 minggu, pada contoh A3. Ini
membuktikan bahwa P -total maupun P- tersedia 3. Penambahan abu batu bara signifikan terhadap
meningkat dengan adanya kompos atau zat organik, perubahan parameter Fe dan Mn, tetapi
karena ketersediaan hara organik dalam tanah ikut peningkatan P-total dan P-tersedia hanya
menstimulasi aktifnya mikroorganisme dalam tanah. terjadi pada perlakuan penambahan kompos.
Hasil uji BNJ taraf nyata 5 % atau pada tingkat Pada penelitian selanjutnya perlu diukur kadar
kepercayaan 95% menunjukkan perbedaan nyata. ion logam yang terlindi setelah inkubasi,
dengan melakukan analisis ion logam dari abu
batu bara dan ampas.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
SUPRIYONO HS, RACHMAT YUSUF, DEDEN AMIRUDDIN, WAWAN PURNAWAN, MUTAQIN DAN
WAHYU AGUS S.
SARI
Limbah dari pengolahan bijih timah milik PT. Timah dan PT. Kobatin, Bangka, banyak mengandung
beberapa mineral berharga diantaranya adalah mineral zirkon, ZrSiO 4. Logam zirkonium yang berasal dari
mineral zirkon banyak digunakan sebagai bahan anti korosi dan penahan panas (refractory), dan bahan
pada industri keramik halus. Sampel dari limbah pengolah bijih timah, diambil dari PT. Timah dan PT.
Kobatin, telah berhasil ditingkatkan kadar zirkon dari 18,30% (bahan asal) hingga mencapai 94,76%. Hasil
ini diperoleh dengan cara peningkatan kadar dengan pemisah magnetik (magnetic separator) yang
dilanjutkan cara kimiawi melalui proses peleburan dengan Na 2O2 dan pelindian dengan HCl pekat. Produk
yang dihasilkan merupakan ZrO2 yang masih bercampur dengan hafnium dengan kadar ZrO 2 94,76%.
ABSTRACT
The tin ore processing waste at PT. Kobatin and PT. Timah (Persero), contains valuable minerals,
such as zircon, ZrSiO4. The zirconium metal that can be separated from zircon mineral has many
applications, as anti corrosion, refractories and also used in fine ceramic industry. The sampel in this
research was taken from PT. Timah and PT. Kobatin and the zircon was concentrated from 18,30% to
94,76%. Magnetic separator was used to separate zircon from the impurities, and followed by fusing
the zircon with sodium peroxide and then leached with concentrated hydrochloric acid. The final
separation to obtain hafnium (Hf) from zircon is still in progress.
Keywords : tin ore processing waste, zircon, hafnium, extraction, separation, waste processing
1. PENDAHULUAN bersama-sama dengan xenotim dan monasit
(Ce,La,Nd,Th)PO4 yang merupakan bagian dari
Penampilan suatu bahan atau material, dipengaruhi pemisahan senyawa yang non-konduktor dan
oleh komposisi unsur - unsur pembentuknya. non-magnetik. Zirkonia adalah bentuk antara
Penambahan sedikit unsur logam jarang ke dalam sebelum menjadi logam zirkonium melalui jalur
suatu bahan dapat memberikan karakteristik yang pelindian agitasi dengan media pelarut HCl.
khas terhadap bahan itu, misalnya menjadi kuat,
tahan terhadap korosi, keras dan mengkilap ataupun Zirkonium (Zr) dan Hafnium (Hf) masing-masing
kombinasi dari sifat-sifat tersebut. Begitu juga sifat- bernomor atom 40 dan 72, keduanya berada dalam
sifat yang dimiliki oleh zirkonium dan hafnium, dua golongan yang sama pada tabel periodik unsur kimia
unsur yang selalu berasosiasi di alam. (Faith, 1965). yaitu pada golongan IV B sehingga mempunyai
banyak kemiripan dalam sifat kimianya. Kedua unsur
Mineral zirkon (ZrO2.SiO2) banyak dikandung dalam ini selalu berasosiasi di alam yang secara empiris
tailing pengolahan bijih timah dan ditemukan mempunyai perbandingan 10:1. Karena sifat kimia
18 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 36, Tahun14, Januari 2006 : 18 26
yang berdekatan, ekstraksi Zr dan Hf hanya dapat uji karakterisasi, peningkatan kadar (beneficiation)
dilakukan melalui cara kimiawi (ekstraksi pelarut). dan percobaan peleburan serta ekstraksi.
Mineral zirkon (umumnya 65 -66% ZrO2 + HfO2) Tujuan dari penelitian ini adalah pemisahan dan
terdapat bersama-sama dengan rutil dan ilmenit ekstraksi Zr-Hf dari mineral zirkon dengan pengamatan
pada pasir pantai, diolah melalui tiga tahap yang kondisi dan peubah yang mempengaruhi pelindian
meliputi penambangan dengan pengerukan mineral zirkon dengan media pelindi HCI.
(dredging) atau scraping, konsentrasi basah (wet
concentration) dengan proses gravitasi, kemudian Fokusnya adalah meningkatkan kadar zirkon
dilakukan pemisahan kering (dry separation) dari sampel yang ada, kemudian pemisahan
dengan proses pemisahan magnetik dan zirkon terhadap senyawa pengotor termasuk
elektrostatik. (Sukmadijaya, 2000). hafnium sebagai logam ikutan sehingga
diperoleh zirkon yang lebih murni.
Zirkon digunakan dalam bentuk butiran pasir, bentuk
gilingan (-200 mesh atau 300 mesh) dan tepung
(1,5 atau 10 mikron), digunakan terutama pada alat 2. METODE PENELITIAN
refractor, keramik dan paduan logam. Penggunaan
zirkonium pada paduan logam akan memberikan 2.1 Bahan yang digunakan
sifat tahan korosi sehingga banyak digunakan untuk
keperluan pabrik pengolahan kimia dan pesawat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ialah
terbang. Jika unsur hafnium dapat dipisahkan, maka sampel zirkon yang berasal dari PT. Timah dan PT.
zirkonium dapat digunakan pada peralatan reaktor Kobatin. Semua reagen dipakai dalam asam khlorida
nuklir. (Lynd and Lefond, 1975). p.a (pro analyses ) untuk pelindian, asam mandelat
untuk penetapan zirkon dan natrium peroksida yang
Guna memperoleh unsur zirkonium (Zr) dan hafnium dipakai sebagai bahan pelebur. Peralatan yang
(Hf) dari mineral zirkon dapat dilakukan dengan cara digunakan adalah pemisah magnetik untuk
pirometalurgi maupun hidrometalurgi. Dalam dunia pemisahan pengotor yang bersifat magnet, XRD
industri, proses Kroll telah dikenal sejak lama. Selain untuk penentuan struktur kristal mineral, SEM dan
itu telah dikenal juga proses ekstraksi mineral zirkon AAS digunakan untuk analisis kimiawi dan alat
melalui cara pelindian dengan asam kuat, HCl. mikroskopi digunakan untuk analisis mineralogi.
Penelitian Pemisahan dan Ekstraksi Zirkon-Hafnium dari Tailing Pencucian ... Supriyono HS, dkk 19
2.2.1 Penetapan ZrO2 Cara Peleburan sedangkan natrium zirkonat dihidrolisis menjadi
dengan Na2O2 zirkon hidrat dengan reaksi sebagai berikut :
Zirkon yang dilebur dengan natrium peroksida Beberapa pengotor yang terdekteksi adalah Mg, Ti, Mn,
0 Fe, Al, Cr, Be, dan U. Di antara kedelapan unsur
pada suhu 600 C selama 45 menit setelah dingin
kemudian dilindi dengan air. Setelah penyaringan pengotor tersebut yang paling dominan adalah Be
residu dilakukan pelindian langsung dengan asam (97,02%). Kehadiran unsur-unsur pengotor berpengaruh
klorida pekat dan ditambah sedikit dengan asam terhadap kuantitas zirkon. Partikel zirkon yang di
sulfat 1 M untuk menghilangkan pengaruh silika mapping terdapat unsur Zr hanya 21,14% sedangkan
bebas. Proses ini berlangsung selama 4 hari agar dalam bentuk oksida hanya 28,55%.
terjadi kontak pelindian antara sampel dengan
asam kuat. (Mohammad and Daher, 2002). 3.4 Hasil Analisis Mineralogi Bahan Baku
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Analisis mikroskopi terhadap bahan asal
ZrSiO4 + 4Na2O2 Na2ZrO3 + Na2SO3 memperlihatkan bahwa kuarsa adalah mineral yang
dominan sedangkan kandungan zirkon hanya sekitar
Selama pelindian natrium silikat dapat dipisahkan seperlimanya dengan beberapa pengotor diantaranya
20 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 36, Tahun14, Januari 2006 : 18 26
Tailing Pengolahan Bijih Timah,
Bangka
Preparasi
Bijih magnet
Magnetik Separator
(Monasit & Xenotim)
Mineral Zirkon
Peleburan Na2O2
ZrOCl2 NaCl
HfOCl2
Setelah dilakukan peningkatan kadar zirkon dengan Analisis kimia pada bahan yang telah dilakukan
menggunakan pemisah magnetik (magnetic separa- pemisahan magnetik, hasilnya dapat dilihat
tor) dengan meningkatkan perbesaran nilai gauss pada Tabel 4, dalam bentuk presen-berat.
(kekuatan magnet) di atas 10 ribu gauss, diperoleh
dua bagian hasil yang disebut sebagai Magnetik (M- 3.6 Analisis Difraksi Sinar-X (XRD)
1) dan Non Magnetik (NM-1). Hal ini dilakukan untuk Hasil Pemisahan Magnetik
memisahkan bagian yang lebih bersifat mag-net
(diantaranya mineral ilmenit, monasit/xenotim dan Analisis menggunakan alat XRD terhadap sampel M-
pirit) dan non-magnetik. Adapun bagian yang 1 dan NM-1 memperlihatkan bahwa telah terjadi
menjadi obyek penelitian ialah zirkon, masuk ke pemisahan yang relatif baik, karena pada sampel M-
dalam katagori non-magnetik dan non-konduktor, 1 (KS) terdapat mineral zirkon, kuarsa dan masih
sehingga proses pemisahan dilanjutkan dengan ada monasit. Pada sampel NM-1 (TL) hanya tinggal
menggunakan alat HTS (High Tension Separator). 2 mineral dominan yaitu kuarsa dan zirkon. Hasil
SiO2 Al2O3 Fe2O3 TiO2 CaO MgO K 2O Na2O SnO ZrO2 LOI
66,55 1,86 2,25 2,33 0,17 0,096 0,044 0,14 0,62 18,3 7,64
Gambar 2. Fotomikrograf sayatan Gambar 3. Fotomikrograf sayatan
poles sampel pasir zirkon poles sampel pasir zirkon
(konsentrat). Tampak (tailing). Tampak mineral
mineral zirkon (Z) dan zirkon (Z), kuarsa (K),
kuarsa (K).Nikol Sejajar xenotime -monasit (XM)
142X dan limonit (L). Nikol
Sejajar 71X
Tabel 4. Analisis kimia hasil pemisahan magnetik
Kode SiO2 Al2O3 Fe2O3 TiO2 CaO MgO K 2O Na2O SnO ZrO2 LOI
M-1 7,55 2,34 3,57 2,10 0,16 0,093 tt 0,11 0,37 2,00 0,72
NM-1 59,5 1,41 0,63 0,66 0,26 0,10 0,04 0,17 0,80 21,2 0,46
22 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 36, Tahun14, Januari 2006 : 18 26
selengkapnya dapat dilihat pada difraktogram perbesaran 10.000 x partikel zirkon coklat
XRD Gambar 4 dan 5. kemerahan memperlihatkan topografi yang tidak
rata menampilkan rona abu-abu dan putih.
3.7 Analisis SEM Hasil Pemisahan Magnetik Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 6, 7 dan 8.
Analisis terhadap hasil pengkayaan kadar dengan 3.8 Analisis Mineralogi Hasil
pemisah magnetik dan HTS, dilakukan pada sampel Pemisahan Magnetik
yang kandungan zirkonnya lebih besar, yaitu sampel
NM-1. Pada perbesaran 800x untuk zirkon transparan Analisis mikroskopi dilakukan terhadap sampel
menunjukkan sistem kristal tetragonal yang telah magnetik maupun non magnetik yang hasilnya
mengalami perubahan permukaan yang mungkin dapat dilihat pada Tabel 5.
karena pengaruh erosi, transportasi dan sedimentasi
yang berlangsung bertahun-tahun. Hal yang sama Untuk proses peleburan (dengan Na 2O2) perlu
terjadi pada permukaan zirkon coklat kemerahan yang ditingkatkan hasilnya hingga minimal mencapai
dideteksi pada perbesaran 170 x. Pada 60%. Oleh karena itu, sampel NM-1 ditingkatkan
64
36
16
0
090904AZ 0 10 20 30 40 50 [20] 60
Zircon
06 - 0266 ZrSiO4
05 - 0490 Quartz, low SiO2
35 - 0731 Monazite - (La), syn LaPO4
Gambar 4. Hasil difraktogram sampel konsentrat
asal
PT. Kobatin, Bangka
Sample ident. : II/1665/04 14 Sep-2004 10:03
[%]
100
64
36
16
00
090904A1 10 20 30 40 50 [20] 60
kadar zirkonnya dengan menggunakan meja 3.10 Analisis Mineralogi Benefisiasi Bertingkat
goyang untuk memisahkan silika bebas yang
masih ada dalam sampel tersebut. Analisis mineralogi juga dilakukan terhadap sampel
KS-2 dan TL-2 guna mengetahui meningkatnya
Perbedaan spesifik graviti antara silika dan zirkon (4,7)
prosentase zirkon dalam sampel tersebut. Hasil
cukup besar sehingga diharapkan prosentase zirkon
analisis mineraloginya dapat dilihat pada Tabel 6.
bisa meningkat. Hasil dari pemisahan ini didapatkan
24 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 36, Tahun14, Januari 2006 : 18 26
Tabel 6. Hasil analisis mineralogi pemisahan magnetik bertingkat
Lynd, L.E. and Lefond, S.J. 1975, Industrial Sukmadijaya, R.H.,S, 2000, Optimalisasi
th Pelindian Ilmenit dari Pasir Besi Cilacap
Mineral and Rock, 4 edition, New York. untuk Mendapatkan TiO2 dengan Media
Pelarut H2SO4, PPTM-FTUI, hal. 25 - 28.
26 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 36, Tahun14, Januari 2006 : 18 26
TRANSFORMASI PEKERJA SEKTOR PERTAMBANGAN
SECARA SEKTORAL
STUDI KASUS : TENAGA KERJA UNIT BISNIS
PERTAMBANGAN (UBP) BAUKSIT KIJANG (PT. ANTAM Tbk.)
SARI
Proses transformasi pekerja sektoral dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor-sektor perekonomian dan karakteristik
tenaga kerja sektor tersebut. Kegiatan pertambangan yang memasuki masa pascatambang, akan ditunjukkan
oleh penurunan produksi, lalu tanpa produksi sama sekali. Sementara itu, banyak tenaga kerja yang akan
menganggur, atau mengalami transformasi pekerja ke sektor lainnya. Pola alih kerja dalam kasus pascatambang
UBP Bauksit Kijang (PT. Antam Tbk.) cenderung ke arah bidang wiraswasta (Sektor Jasa dan Perdagangan)
sebesar 55,1% dan Sektor Industri (30,6%). Pergeseran pekerja ke Sektor Jasa dan Perdagangan dipengaruhi
oleh peranan sektor ini yang memiliki kontribusi terbesar di Kabupaten Kepulauan Riau, sedangkan pergeseran
pekerja ke Sektor Industri didasari oleh keterkaitan secara keahlian yang memiliki kesamaan teknologi dengan
Sektor Pertambangan. Latar belakang proses transformasi pekerja tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial
ekonomi, sosial spasial, dan persepsi mereka terhadap sektor non-tambang, tetapi dipengaruhi oleh kebutuhan
akan modal, pendidikan, peralatan, dan lainnya untuk alih kerja.
ABSTRACT
The transformation process of sectoral worker is influenced by the growth of economic sectors and characteristic
of the sectoral worker. Mining activity at post-mining period, will be indicated by product declining, and followed
gradually by zero production. Many workers will have no opportunity, or in condition of being transformed to other
sectors. A model of job transfer at post-mining of UBP Bauksit Kijang (PT. Antam Tbk.) indicates the percentage of
enterpreneur activity (Service and Trading Sectors) amounting 55,1% and Industry Sector 30,6%. Worker transfer
to Service and Trading Sectors is affected by the role of those sectors that have a great contribution in Kepulauan
Riau regency, meanwhile the worker transfer to Industry Sector is caused by an interrelated skill which has similar
tecnology with the Mining Sector. The causal factors of worker transformation to non-mining sectors are not
affected by social-economy, social-spatial and their perception factors, but are affected by the need of financial
capital, education, infrastructure and others.
Transformasi Pekerja Sektor Pertambangan Secara Sektoral ... Bambang Yunianto dan Binarko Santoso 27
1. PENDAHULUAN variabel terhadap variabel lainnya, baik pengaruh
langsung maupun tidak langsung (Hair, 1992). Besarnya
1.1 Latar Belakang Permasalahan pengaruh suatu variabel penyebab terhadap variabel
akibat disebut dengan koefisien jalur dan
Transformasi pekerja secara sektoral dipengaruhi diberi simbol pYX .
oleh pertumbuhan sektor-sektor perekonomian dan
karakteristik tenaga kerja tiap sektor tersebut, yaitu: Dalam kajian ini akan dilihat pola alih kerja dan latar
tingkat pendidikan (keahlian), produktifitas dan
belakang proses transformasi tenaga kerja di
kondisi sosial-demografisnya (Sigit, 1989). Sektor-
lingkungan UBP Bauksit Kijang dalam menghadapi
sektor yang tidak membutuhkan keahlian, biasanya
masa penutupan tambang, dengan beberapa variabel
menjadi tempat penampungan penganggur dan
penelitian: SES (Status Sosial Ekonomi), SPA (Kondisi
tenaga kerja tidak terdidik, seperti pertanian,
Sosial Spasial), PER (Persepsi Masyarakat), KEB
perikanan, perkebunan, transportasi, jasa serta
(Kebutuhan Masyarakat) dan AKS (Akseptabilitas
perdagangan. Tetapi, akibat terjadi pergeseran
Transformasi Struktural Pascatambang).
peranan sektoral akan diikuti oleh perubahan
kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja, seperti
Sementara itu rumusan konseptual mengenai
penurunan sektor agraris ke arah non agraris diikuti
kondisi tenaga kerja dalam masa menghadapi
oleh membengkaknya pekerja di sektor non-formal
pascatambang adalah sebagai berikut:
(Rachbini, 1989).
a) Antara SES dengan SPA membentuk suatu
Dalam kajian ini akan dicoba membahas pola alih kerja
hubungan korelatif.
dan proses transformasi tenaga kerja pertambangan
b) SES dan SPA sama-sama memberikan
pada saat terjadi penutupan tambang. Kajian ini
pengaruh terhadap PER dan AKS.
mengambil contoh kasus pergeseran kerja secara
c) SES, SPA dan PER secara bersama-sama
sektoral yang terjadi pada tenaga kerja Unit Bisnis
mempengaruhi KEB.
Pertambangan (UBP) Bauksit Kijang pada saat akan
d) SES dengan SPA, dan PER dan KEB secara
memasuki masa penutupan tambang. Sektor
bersama-sama mempengaruhi AKS.
pertambangan merupakan sektor yang membutuhkan
tenaga kerja terdidik dan memiliki keahlian khusus
dalam bidang pertambangan. Bagaimana pola 2. KONDISI WILAYAH
transformasi pekerjanya terjadi dan latar belakang apa
saja yang mendasari pola alih kerja dari sektor tambang 2.1 Lokasi Studi dan Kewilayahan
ke sektor lainnya? Apakah keahlian di sektor
pertambangan dapat dijadikan bekal untuk alih kerja ke Secara geografis, wilayah operasional kegiatan UBP
sektor non-tambang, ataukah tidak? Sementara itu, Bauksit Kijang terletak di wilayah Kabupaten
Propinsi Riau merupakan daerah yang penuh dengan Kepulauan Riau dalam 4 kecamatan, yakni:
hasil tambang (Purnama, dkk., 2000), apakah hal ini Kecamatan Bintan Timur, Teluk Bintan, Tanjung
akan mempengaruhi pergeseran alih kerja antar sektor? Pinang Timur dan Tanjung Pinang Barat.
Berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999,
dan diperbaharui dengan UU No.13 Tahun 2000,
1.2 Metodologi keempat kecamatan tersebut termasuk dalam
wilayah Kabupaten Kepulauan Riau hasil pemekaran
Obyek dan lokasi penelitian adalah tenaga kerja menjadi 3 buah kabupaten, yakni Karimun, Natuna
UBP Bauksit Kijang yang berada di Pulau Bintan, dan Kepulauan Riau. Luas wilayah daratan
Kabupaten Kepulauan Riau, Propinsi Riau (Gambar Kabupaten Kepulauan Riau setelah pemekaran
1). Metode penelitian yang digunakan dalam kajian 2
4.303,3 km dengan 513 buah pulau, 153 pulau di
ini adalah dengan penelitian survai yang
antaranya sudah dihuni dan sisanya belum
mengoperasionalkan teknik observasi, wawancara,
berpenghuni, dimanfaatkan untuk pertanian dan
dan pendataan lapangan dengan kuesioner. usaha perkebunan. Secara administratif, kabupaten
Pengolahan dan analisis data menggunakan teknik ini terdiri atas 9 kecamatan dan 90 desa/kelurahan,
analisis jalur dengan didukung teknik deskriptif, tercatat tahun 1999 terdapat 83 desa (92,2%) yang
kompilasi dan tabelisasi. Teknik analisis jalur memiliki status swasembada dan 7 desa masih
digunakan untuk menentukan pengaruh suatu berstatus swakarya (Tabel 1).
28 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 36, Tahun14, Januari 2006 : 27 40
Transformasi Pekerja Sektor Pertambanga Secara Sektoral ... Bambang Yunianto da Binarko 10330' BT 10400' 10430'
130'
RENCANA PENUTUPAN UBP BAUKSIT KIJANG
LU
PT ANEKA TAMBANG (PERSERO) Tbk.
Kilometer
n
Batas Kabupaten
100' Batas Kecamatan
Kec. Kundur
PULAU GALANG
n
MALAYSIA
Prop. Riau
Prop.arat
Sumatera B
Santos
030'
o
SUMBER :
- Peta Dasar Rupa Bumi Skala 1 :250.000
BAKOSURTANAL Datum WGS 84
PULAU SUMATERA - PT Aneka Tambang Kijang (Persero) Tbk
Sumber : BPS Kabupaten Kepulauan Riau, Tahun 2000 Masalah tenaga kerja yang dihadapi bersumber dari
Keterangan : *) Wilayah Pengaruh Kegiatan UBP Bauksit adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan
Kijang (PT. Aneka Tambang Tbk.) penawaran tenaga kerja. Penawaran atau
penyediaan tenaga kerja sering kali lebih tinggi
daripada permintaan, sehingga tenaga kerja yang
2.2 Penduduk dan Ketenagakerjaan dapat disalurkan jauh lebih sedikit. Selain itu, adanya
ketidaksesuaian kualifikasi kerja sehingga tidak
Dari hasil sensus tahun 2000 yang dilakukan Biro Pusat
semua lowongan kerja yang ada dapat terisi.
Statistik (BPS), tercatat jumlah penduduk 318.566 jiwa.
Dari jumlah tersebut diperoleh tingkat kepadatan 2.3 Sosial Budaya dan Fasilitasnya
2
penduduk 74 jiwa/km . Penduduk yang tinggal di
daerah perkotaan tercatat 224.273 jiwa (atau 71,0%), Secara umum, kemajuan dan tingkat kesejahteraan
lebih besar dibandingkan yang tinggal di daerah sosial suatu daerah dapat dilihat dari berbagai
pedesaan sekitar 91.600 jiwa (Tabel 2). Laju indikator penting yang diturunkan dari kondisi
pertumbuhan penduduknya pada kurun 1990-2000 pendidikan, kesehatan, dan sosial lainnya.
adalah 2,9%. Dari segi perekonomian, hal ini dapat
dipandang sebagai suatu transformasi dari ekonomi Dari catatan BPS (2000), kondisi pendidikan di
pedesaan menjadi ekonomi yang bercirikan perkotaan.
Tabel 2. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin per kecamatan
30 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 36, Tahun14, Januari 2006 : 27 40
Kabupaten Kepulauan Riau pada tahun 1999/2000 serta Sektor Industri Pengolahan (24,9%-26%).
meliputi sekolah taman kanak-kanak sebanyak 34 Kedua sektor ini memberikan kontribusi setengah
unit dengan jumlah guru sebanyak 120 orang, untuk dari total pendapatan daerah (Tabel 3).
sekolah dasar (SD) terdapat 285 unit dan 2.099
orang guru. Pendidikan menengah terbagi atas dua Peranan Sektor Pertanian terlihat sangat kecil,
jenjang, yakni menengah pertama dan menengah hanya 6,8% pada tahun 1998 dan 1999, karena
atas. Pada tahun 1999/2000, tercatat ada 41 unit penduduknya sebagian besar bermukim di
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dengan daerah perkotaan dan kurangnya minat bekerja
jumlah guru sebanyak 756 orang. Untuk Sekolah di sektor ini. Nilai PDRB Sektor Pertambangan
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) terdapat 21 unit yang dan Penggalian sebagian besar berasal dari
13 unit di dalamnya berstatus sekolah negeri, dan kontribusi UBP Bauksit Kijang.
sisanya dikelola oleh swasta. Sarana pendidikan
setingkat SLTA belum tersedia di setiap kecamatan.
3. KONDISI TENAGA KERJA PERUSAHAAN
Selama UBP Bauksit Kijang melakukan kegiatan
penambangan, banyak sarana dan prasarana sosial Jumlah tenaga kerja UBP Bauksit Kijang pada
yang telah dibangun oleh pihak perusahaan. Sarana bulan Maret tahun 2001 adalah 524 orang, terdiri
dan prasarana yang yang dibuat tersebut tidak hanya atas pegawai tetap 208 orang dan pegawai tidak
untuk kepentingan perusahaan dan karyawannya, akan tetap 314 orang. Pegawai tidak tetap ini terdiri
tetapi manfaatnya banyak dirasakan oleh masyarakat atas : pegawai percobaan 1 orang, Tenaga Harian
sekitar perusahaan/lokasi kegiatan penambangan Tetap (THT) 19 orang, Honor Full Time (HNR. FT)
maupun oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan 7 orang, Honor Part Time (HNR. PT) 1 orang, dan
Riau. Sarana dan prasarana yang telah dibangun oleh Karyawan Penunjang Operasi (KPO) 286 orang.
pihak perusahaan tersebut antara lain jalan di lokasi Sementara itu jumlah tenaga kerja yang telah
penambangan dan jalan yang menghubungkan lokasi pensiun sebesar 607 orang (Tabel 4). Dilihat dari
perusahaan dengan daerah/lokasi lain. Dari sekian tingkat pendidikan, pegawai tetap paling besar
banyak sarana dan prasarana yang telah dibuat oleh berpendidikan setingkat SD (85 orang) dan SLTA
perusahaan sudah banyak yang telah diserahkan (60 orang) dari total pegawai sebesar 208 orang.
kepada Pemerintah Daerah. Dengan adanya prasarana
jalan tersebut telah menjadikan UBP Bauksit Kijang Pegawai tidak tetap, di luar KPO, umumnya
sebagai daerah pertumbuhan di Pulau Bintan. berpendidikan setingkat SD 12 orang. Untuk KPO
Tabel 4. Kekuatan tenaga kerja UPB Kijang menurut pendidikan (keadaan Maret 2001)
32 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 36, Tahun14, Januari 2006 : 27 40
dilihat dari segi usia terdapat 28 orang (28,6%) yang menambah devisa daerah dan nasional (15 orang)
berusia dari 25-35 tahun. Sedangkan untuk usia antara dan 2 orang menjawab isu lingkungan, yang berarti
36-45 tahun terdapat 26 orang (sekitar 26,5%), rentang dapat membangun kesadaran masyarakat untuk
usia 46-56 tahun ada 44 orang (atau 44,9%). menanggulangi masalah-masalah lingkungan.
Dari segi pendidikan terlihat bahwa mayoritas Tanggapan mengenai masalah yang paling
karyawan yang menjadi responden adalah tamatan mengganggu ternyata 54 orang menjawab ada masalah
SLTA (hampir 55,1%), SLTP kurang lebih 18,4%. Di dan 34 menyebutkan tidak ada masalah yang berarti,
atas Akademi/Perguruan Tinggi (S1) masing-masing dan 10 orang menjawab kosong. Masalah limbah sisa
adalah 16,3%. Dari segi daerah asal, ternyata operasional tambang, polusi, dan debu merupakan 3
karyawan dari putra daerah (Kepulauan Riau) yang masalah utama menurut responden. Masalah lain yang
sebesar 54,0% hampir berimbang dengan dari luar timbul dalam kegiatan UBP Bauksit Kijang adalah
Propinsi Riau (44,9%). masalah ganti tanam tumbuh dan lahan penambangan.
Berbagai masalah tersebut, menurut sebagian besar
SES responden, dilihat dari segi pendapatan per responden, 95% sudah diselesaikan.
bulan pekerjaan pokoknya, ternyata rata-rata
berpendapatan di atas Rp 1.000.000,- ada sebanyak Dari aspirasi dan KEB ini, hampir 95,0% responden
42,9%. Sementara mayoritas pengeluaran keluarga mengakui bahwa UBP Kijang sudah membantu
mereka per bulannya adalah Rp 500.000,- pembangunan masyarakat setempat, dengan sekitar
1.000.000,-(52,0%). Sebagian besar dari responden 85,0% reponden menyebutkan bahwa bantuan
tidak memiliki pekerjaan sampingan untuk tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat
menambah pendapatan mereka, karena ada setempat. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang
kebijaksanaan perusahaan. dibutuhkan masyarakat pada dasarnya sudah dapat
dipenuhi/dibantu, dan bantuan tersebut dapat
SPA responden dilihat dari peluang berusaha di disebut efektif, sebab apa yang sudah diberikan
daerah Kijang dan sekitarnya terdapat 89,8% perusahaan ini sesuai dengan apa yang dibutuhkan
yang menyatakan tergantung situasi dan kondisi. oleh masyarakat setempat. Bentuk bantuan yang
Dari jajak pendapat ini juga diketahui bahwa ideal menurut responden adalah bantuan
bidang industri merupakan bidang yang potensial permodalan untuk usaha (69 orang menjawab
untuk dikembangkan lebih lanjut. Sebagian besar demikian). Mengenai saluran mana yang terbaik
responden tidak berkeberatan untuk pindah demi untuk menyalurkan bantuan tersebut, 59 orang
alasan pekerjaan yang lebih baik. menyebutkan saluran musyawarah antara
pemerintah, perusahaan dan masyarakat.
Permasalahan yang sering muncul di dalam
masyarakat, sebagian besar responden menyatakan 4.2 Pola Alih Kerja
berupa masalah pengangguran dan kenakalan
remaja menempati 2 peringkat utama. Dari sisi Pada bagian ini akan dikemukakan hasil pengamatan
kepemimpinan, peranan Ketua RT/RW setempat dan atas potensi alih program kerja karyawan sehubungan
tokoh agama ternyata masih cukup kuat. Hal ini dengan akan adanya penutupan operasional
ditunjukkan dengan banyaknya jawaban terhadap penambangan UBP Bauksit Kijang. Pengamatan ini
kedua tokoh ini, dan juga didukung bahwa saluran dimaksudkan untuk melihat tanggapan kesiapan tenaga
komunikasi yang sering dimanfaatkan adalah kerja untuk beralih kerja pada bidang-bidang yang
semacam rapat desa merupakan pilihan tertinggi, di diinginkan. Untuk keperluan tersebut telah dilakukan
samping media massa dan kumpulan keagamaan. survai terhadap 98 orang tenaga kerja perusahaan. Di
antara jumlah tersebut diketahui bahwa 63 orang adalah
Mengenai kemajuan daerah, responden umumnya pegawai tetap (64,3%) dan 35 orang lagi merupakan
menilai bahwa pembangunan sarana dan prasarana pegawai tidak tetap (35,7%). Dari data yang terkumpul,
pendidikan, tranportasi maupun perekonomian diketahui terdapat 8 orang (8,2%) yang ingin terus
masih kurang mendapat perhatian. Dari jawaban bekerja pada bidang pertambangan yang terdiri atas 6
terbuka mengenai pandangan atas keberadaan UBP pekerja tetap atau 6,1% dan 2 orang pegawai tidak
Bauksit Kijang mayoritas menjawab setuju, dengan tetap atau 2,0% (Tabel 5).
alasan utama mengurangi pengangguran/menyerap
tenaga kerja lokal (48 orang), alasan meningkatkan Untuk para pegawai tetap yang berjumlah 63 orang
perekonomian/kemakmuran daerah (37 orang), ini, terlihat bahwa bidang usaha alih kerja yang
Transformasi Pekerja Sektor Pertambangan Secara Sektoral ... Bambang Yunianto dan Binarko Santoso 33
paling banyak diminati adalah berwiraswasta, pegawai (55,1%), bidang non-tambang (di luar
yakni sebanyak 39 orang, dan bidang non- wiraswasta) ada 32 orang (32,6%), bidang lainnya
tambang (bukan wiraswasta) ada 16 orang. ada 4 orang (4,1%). Sementara yang ingin tetap
di bidang tambang ada 8 pegawai (8,2%). Untuk
Sementara itu, untuk pegawai tidak tetap yang para pegawai yang ingin tetap bekerja pada
berjumlah 35 orang, terlihat bahwa bidang usaha bidang tambang, distribusi bidang tambang yang
alih kerjanya antara berwiraswasta dan non- diinginkan adalah tetap tambang bauksit (6,1%),
tambang (di luar wiraswasta) sebanding, masing- batu bara (1,0%), dan minyak (1,0%).
masing 15 orang dan 16 orang (Tabel 6).
Sementara itu, distribusi bidang kerja baru bagi pegawai
Apabila dilihat dari keseluruhan pegawai, ternyata yang ingin berpindah kerja pada bidang non-tambang
yang memilih untuk berwiraswasta ada sebanyak 54 (di luar wiraswasta), wiraswasta dan lainnya
Pendidikan 0 2 3 0 5
Pertambangan 2 4 7 0 13
Pertanian 0 2 2 0 4
yang
Perkebunan 0 0 3 0 3
Perikanan 0 0 3 0 3
Keahlian
Kehutanan 0 0 0 0 0
Industri 0 0 0 0 0
Perdagangan 1 1 3 0 5
Keamanan 0 0 2 0 2
Lainnya 1 4 8 2 15
Jumlah 6 16 39 2 63
Sumber: Survai lapangan di UBP Bauksit Kijang, Kabupaten Kepulauan Riau, 2001
Tabel 6. Potensi alih kerja dari pegawai tidak
tetap
Pendidikan 0 4 1 0 5
Pertambangan 0 1 1 1 3
Pertanian 0 0 0 0 0
yang
Perkebunan 0 0 0 0 0
Perikanan 0 0 0 0 0
Keahlian
Kehutanan 0 0 0 0 0
Industri 0 1 1 0 2
Perdagangan 0 1 0 0 1
Keamanan 1 0 2 0 3
Lainnya 0 2 8 1 11
Jumlah 2 16 15 2 35
Sumber: Survai lapang di UBP Bauksit Kijang, Kabupaten Kepulauan Riau, 2001
34 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 36, Tahun14, Januari 2006 : 27 40
sebagai berikut: industri (30,6%), perdagangan pendidikan 33,7%, sarana dan prasarana 23,7%, dan
21,4%, transportasi 11,2%, pariwisata 8,2%, dekat tempat tinggal 12,3%. Dalam mendorong upaya
perikanan 7,1%, PNS/ABRI 5,1%, perkebunan 3,0%, alih kerja ini ternyata hal yang paling banyak dibutuhkan
pertanian 2,0%, lainnya 10,2%, dan kosong (tidak atau yang paling banyak diminati adalah tersedianya
memilih) 10,2%. Dari jawaban atas bidang kerja modal, khususnya modal yang berbentuk uang (35,7%)
yang baru ini, 30,6% dari 98 orang menyatakan dan keterampilan melalui penyeleng-garaan pendidikan
bidang industri merupakan bidang yang diminati. Hal dan keahlian yang relevan (33,7%). Selain itu, para
ini adalah wajar, sebab Sektor Industri di Kepulauan pegawai juga menyarankan apabila terjadi konflik, maka
Riau memiliki pertumbuhan dan kontribusi yang jalur pemecahan yang terbaiknya dapat ditempuh
tinggi. Sedangkan bidang berikutnya banyak dipilih melalui musyawarah antara pemerintah-pekerja dan
adalah bidang perdagangan sekitar 21,4% juga perusahaan (82,6%), kemudian disusul cukup melalui
merupakan bidang usaha yang cukup menjanjikan di perusahaan (21,43%), melalui pemerintah/intansi terkait
Kepulauan Riau ini. saja (3,1%), dan jalur lainnya (1,0%).
Transformasi Pekerja Sektor Pertambangan Secara Sektoral ... Bambang Yunianto dan Binarko Santoso 35
Rumusan konseptual dalam Gambar 2 Setelah semua koefisien jalur pada substruktur ini
menyatakan bahwa diagram jalur terdiri atas 3 diketahui, maka langkah berikutnya adalah melihat
buah substruktur dan melalui substruktur ini keberartian secara statistik nilai koefisien-koefisien
koefisien jalur dihitung. Penghitungan koefisien jalur tersebut melalui uji signifikansi F sebagai
jalur untuk substruktur 1 (Gambar 3) adalah: berikut. Berdasarkan kerangka wacana konseptual
sebelumnya, akan dilihat apakah koefisien jalur pada
PPER-SES = (CRSES-SES x rPER-SES)+ (CRSES-SPA x rPER-SPA) substruktur 1 ini benar-benar berarti (secara statistik)
= (1.0247 x -0.0359 )+( 0.1093x atau tidak. Oleh karena itu dipasangkan perumusan
0.0682) hipotesis sebagai berikut:
= 0.0293
PPER-SPA = (CRSPA-SES x rPER-SES)+ (CRSPA-SPA x rPER- H0 : PPER-SES = PPER-SPA = 0 (artinya koefisien
SPA) = 0.0659 jalur tidak berarti)
H1 : PPER-SES PPER-SPA 0
Pengaruh variabel lainnya terhadap PER (di
luar SES dan SPA) dilambangkan dengan Statistik uji yang digunakan adalah :
PPER- 1, dihitung dengan cara
( n k 1) k P r x
x0xi x 0 i
PPER - 1 = 1-R2PER - SES - SPA i=1
F=
k
k (1 P r )
Di mana : x0xi x0xi
i=1
2 = ( 98 2 1) x ( 0.00635) = 0,3036
R PER - SES - SPA = 0,00635
Sehingga PPER-1 = 0,997
1 2(1 0.00635 )
SPA KEB 3
Atau dalam kata lain, variabel SES dan SPA
tidak memiliki pengaruh yang berarti terhadap
variabel PER.
2
Pada substruktur 2 (Gambar 4) tersebut, akan
dilihat bagaimana pengaruh variabel SES, SPA,
dan PER terhadap variabel KEB. Adapun
Gambar 2. Hubungan kausal antar penghitungan koefisien jalur untuk substruktur 2
variabel yang diteliti ini adalah sebagai berikut:
AKS
Langkah berikutnya adalah melihat keberartian secara
statistik dari nilai koefisien-koefisien jalur tersebut, atau SPA
KEB
dengan kata lain melihat apakah variabel SES, SPA dan 3
PER tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap
2
variabel KEB. Metode pengerjaannya hampir mirip
dengan pengerjaan pada substruktur 1, yakni:
Gambar 5. Substruktur 3
H0 : PKEB-SES = PKEB-SPA = PKEB-PER = 0 (artinya
koefisien jalur tidak berarti)
H1 : Sekurang-kurangnya ada satu koefisien jalur yang Sedangkan pengaruh variabel lainnya terhadap AKS
0 (diluar SES, SPA dan PER dan KEB), dilambangkan
dengan PAKS-3, yang dihitung dengan cara :
Statistik uji yang digunakan adalah :
Dari Tabel Distribusi F-Snedecor diperoleh: 2
PAKS-3 = 1 - R AKS-KEB-SES-SPA-PER
2 r r
R AKS-KEB-SES-SPA-PER = PAKS-SES AKS-SES + PAKS-SPA AKS-SPA
( n k 1) k
P r r r
X
0X
X X + PAKS-PER AKS-PER + PAKS-KEB AKS-KEB = 0.2020
F= i=1 I 0 I
Transformasi Pekerja Sektor Pertambangan Secara Sektoral ... Bambang Yunianto dan Binarko Santoso 37
Dari Tabel Distribusi F-Snedecor diperoleh:
(1 0.2020 )(1.0247)
( 98 4 1)
berarti.
AKS-SES
38 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 36, Tahun14, Januari 2006 : 27 40
Dari hasil analisis pada substruktur 1 dan substruktur 2
di atas diketahui tidak ada koefisien jalur yang signifikan
secara statistik. Atau dengan kata umum, dapat
dikatakan bahwa pada penelitian pola transformasi
tenaga kerja sektor pertambangan pada masa
memasuki pascatambang ini tidak terdapat bukti yang
cukup dilatarbelakangi oleh variabel SES, SPA dan
PER, karena tidak ada hubungan pengaruh yang
signifikan dari SES, SPA, dan PER terhadap AKS.
Selain itu, juga tidak terdapat bukti yang memadai
(secara statistik) bahwa PER dipengaruhi oleh SES,
SPA dan KEB. Sementara itu, KEB tidak dipengaruhi
AKS-KEB
2
(1 R AKS SES SPA PER KEB )(CRKEB KEB )
( n k 1)
= 0.4432 = 3.786
(1 0.2020 )( 1.2827)
( 98 4 1)
Dari hasil perbandingan dengan tabel t untuk t(1-a);93,
maka t-hitung berada diluar interval 1,989 <t-
hitung< 1,989 sehingga H0 ditolak. Atau dengan
kata lain koefisien jalur P bernilai tidak nol
atau berarti.
4.3.2 Analisis
Dari hasil pengujian, hanya variabel KEB saja yang Dari hasil kajian diperoleh hasil pola alih kerja dan
memiliki cukup bukti dalam mempengaruhi AKS. latar belakang proses transformasi pekerja UBP
Besar pengaruhnya secara langsung adalah sebesar Bauksit Kijang pada masa memasuki pascatambang.
19,64%. Ini menjelaskan bahwa pergeseran pekerja
UBP Bauksit Kijang ke Sektor Pertambangan lainnya 1) Pola alih kerja cenderung ke arah bidang
(bukan bauksit) dan sektor non-tambang hanya wiraswasta (Sektor Jasa dan Perdagangan)
dipengaruhi oleh faktor-faktor kebutuhan yang sebesar 55,1% dan Sektor Sektor Industri (30,6%).
diperlukan pada saat pascatambang, seperti: modal,
pendidikan, peralatan dan lainnya. Hal ini 2) Pergeseran pekerja ke Sektor Jasa dan
menunjukkan bahwa keahlian di sektor Perdagangan menunjukkan perubahan
pertambangan masih belum menjadi jaminan para peranan sektor ini yang memiliki kontribusi
pekerja UBP Bauksit Kijang dalam pola alih kerjanya terbesar di Kabupaten Kepulauan Riau.
Transformasi Pekerja Sektor Pertambangan Secara Sektoral ... Bambang Yunianto dan Binarko Santoso 39
3) Pergeseran pekerja ke Sektor Industri lebih DAFTAR PUSTAKA
banyak didasari oleh keterkaitan secara keahlian
memiliki kesamaan dengan Sektor Pertambangan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Riau
2000, Kabupaten Kepulauan Riau dalam Angka
4) Latar belakang proses transformasi pekerja 1999, Tanjung Pinang.
UBP Bauksit Kijang tidak dipengaruhi oleh
faktor - faktor sosial ekonomi, sosial spasial dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Riau
persepsi terhadap sektor non-tambang. Faktor - 2000, Monografi Kecamatan di Kabupaten
faktor yang berpengaruh adalah : modal kerja, Kepulauan Riau Tahun 2000, Tanjung Pinang.
pendidikan, peralatan dan faktor lain untuk
dapat siap kerja di luar tambang bauksit. Bappeda Kabupaten Kepulauan Riau dan Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi Universitas Riau
Sementara itu, latar belakang proses transformasi 1999, Rencana Pembangunan Lima Tahun
pekerja UBP bauksit Kijang tidak dipengaruhi oleh 1999/2000-2003/2004 Kabupaten Dati II
faktor-faktor sosial ekonomi, sosial spasial dan Kepulauan Riau. Tanjung Pinang.
persepsi mereka terhadap sektor non-tambang.
Justru, dalam proses transformasi sektoral tersebut Hair, J.F. 1992, Multivariate Data Analysis. Max-
hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor kebutuhan yang well Mac Millan.
diperlukan pada saat pascatambang, seperti: modal,
pendidikan, peralatan dan lainnya. Faktor wilayah PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. dan PT. Bita
(sumber daya alam), sosial ekonomi dan persepsi Bina Semesta 2000, Studi Persiapan
pekerja terhadap sektor non-tambang bagi tenaga Pemanfaatan Aset-aset PT. Aneka Tambang
kerja UBP Bauksit Kijang tidak menjadi penentu (Persero) Tbk. di Pulau Bintan, Jakarta.
dalam menyelesaikan pola alih kerja dan proses
transformasi pekerja secara sektoral. Tetapi mereka Purnama, D. dkk. 2000, Menanam Harapan di
masih memerlukan berbagai kebutuhan dalam alih Bumi Riau, Badan Koordinasi Penanaman
kerjanya. Hal ini menunjukkan bahwa keahlian di Modal Daerah, Pekanbaru.
sektor pertambangan masih belum menjadi jaminan
bagi para pekerja UBP Bauksit Kijang dalam pola Rachbini, Didik J. 1989, Dilema Transformasi
alih kerjanya ke sektor non-tambang, masih Ketenagakerjaan, Prisma No. 5 Tahun XVIII,
membutuhkan pendidikan keahlian dan peralatan. 1989, LP3ES, Jakarta.
Masalah ini muncul karena beberapa faktor, antara
lain: banyak pekerja yang akan kembali ke daerah Sigit, Hananto 1989, Transformasi Tenaga
asalnya (di luar Pulau Bintan), secara sosial ekonomi Kerja di Indonesia Selama Pelita, Prisma
mereka termasuk di atas rata -rata penduduk No. 5 Tahun XVIII, 1989, LP3ES, Jakarta.
Kabupaten Kepulauan Riau, sementara itu
penghasilan sektor non-tambang kurang UBP Bauksit Kijang PT. Aneka Tambang (Persero)
menjanjikan, kecenderungan alih kerja ke Sektor Tbk. 2001, Program Penutupan dan
Jasa dan Perdagangan merupakan sektor unggulan Pascatambang UBP Bauksit Kijang, Bahan
yang tidak didukung faktor wilayah (sumber daya Presentasi pada DPRD dan Pemerintah
alam) dan lainnya. Kabupaten Kepulauan Riau. Kijang.
40 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 36, Tahun14, Januari 2006 : 27 40
ANALISIS JALUR TRANSPORTASI BATU BARA UNTUK
INDUSTRI TEKSTIL DI KOTA/KABUPATEN BANDUNG
TRISWAN SUSENO
SARI
Meningkatnya kepadatan lalu lintas jalur Cirebon-Sumedang-Bandung dan longsor adalah kendala
yang dapat menghambat pengiriman batu bara dari pemasok (Cirebon) ke penggunanya (industri
tekstil) di Bandung. Dalam upaya menjamin kelancaran pemasokan-kebutuhan batu bara dari Cirebon
ke Bandung, telah dilakukan pengkajian terhadap 5 jalur alternatif transportasi batu bara untuk dikaji
kelayakannya baik dari segi fisik jalan maupun biaya pengiriman. Berdasarkan hasil kajian tersebut,
ternyata dari 5 jalur alternatif hanya 3 jalur yang layak digunakan untuk mengirim batu bara ke industri
tekstil di Bandung, yaitu jalur Cirebon-Cikampek-Bandung dengan biaya Rp. 55.000,00 per ton-km,
jalur Cirebon-Cikajang-Kawali-Ciamis-Malangbong dengan biaya Rp. 81.000,00 per ton-km dan jalur
Cirebon-Cimalaka-Sumedang-Bandung dengan biaya Rp. 40.000,00 per ton-km.
ABSTRACT
A lot of textile industries in the Bandung area have been using coal to substitute fuel oil for their burners.
The coal is supplied by suppliers located at Cirebon which transport the coal by the dump trucks from their
stockyards at Cirebon to the textiles stockyards in Bandung area. Until now, the coal transportation passes
the conventional line of Cirebon-Sumedang-Bandung, but this line is very crowded and threatened with
landslides at two points, Cadas Pangeran and Nyalindung. To maintain sustainable coal supply, a study on
five alternatives of coal transportation lines has been done to decide the most feasible line. Based on this
study, besides the conventional line there are three feasible alternative lines that could be suggested :
Cirebon-Cikampek-Bandung line with cost of Rp 55,000.- per ton-km, Cirebon-Cikajang-Kawali-Ciamis-
Malangbong-Bandung line with cost of Rp 81,000.- per ton-km, and Cirebon-Cimalaka-Sumedang-Bandung
line with cost of Rp 40,000.- per ton-km.
Analisis Jalur Transportasi Batu bara untuk Industri Tekstil ... Triswan Suseno 43
bersangkutan dan sekitarnya. Kebisingan berasal Kemungkinan lainnya adalah terjadinya gangguan
dari deru mesin-mesin alat berat seperti buldoser, pada jalur pengangkutan batu bara dari tambang ke
loader, dan backhoe yang sedang bekerja pembeli di Cirebon, ke pemasok, hingga ke
mengumpulkan dan memuat batu bara. Di samping konsumen. Gelombang laut yang besar pada musim
itu, kebisingan juga berasal dari deru mesin-mesin hujan, merupakan penghambat perjalanan tongkang
truk pengangkut batu bara yang kesemuanya batu bara menuju Cirebon. Di samping itu, gangguan
bermesin diesel dengan kapasitas di atas 20 ton. keamanan yang pernah terjadi di lokasi stockyard
Cirebon sebagai akibat dari konflik/benturan
Debu batu bara berasal dari butiran batu bara kepentingan dengan masyarakat setempat serta
berukuran halus, 60 100 mesh. Selain berukuran semakin padatnya jalur lalulintas Cirebon-Bandung
halus, debu ini juga ringan sehingga sangat mudah merupakan faktor tambahan bagi keterlambatan
terbawa angin. Untuk mengurangi debu yang pasokan. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi
beterbangan, maka dilakukan penyemprotan air pada resiko gangguan pasokan dapat dilakukan melalui
stockpile maupun halaman stockyard pada periode peningkatan cadangan dan pembangunan stockyard
tertentu. Upaya lain adalah memasang dinding yang di wilayah Bandung dan sekitarnya. Stockyard
tinggi sekitar 3-4 meter di sekeliling stockyard untuk tersebut harus mampu memasok semua
mengurangi terpaan angin yang bertiup kencang. konsumennya di wilayah Bandung dan sekitarnya.
Keterlambatan pasokan dari lokasi tambang ke
Penyemprotan air selain bermanfaat bagi pelabuhan Cirebon pada musim hujan sekitar 2
pengurangan debu yang berterbangan juga berguna minggu. Dengan demikian, cadangan di stockyard
untuk menurunkan suhu stockpile. Intensitas Bandung harus mampu menopang operasi boiler
pemanasan yang berlebihan yang bersumber dari minimal selama 2 minggu. Jumlah minimal cadangan
terik sinar matahari dapat berakibat meningkatnya batu bara di stockyard tersebut adalah 14 x 1372 ton
suhu stockpile, sehingga beresiko terjadi swa bakar = 19.208 ton.
(self combustion) pada stockpile tersebut. Swabakar
tersebut adalah reaksi oksidasi yang berlangsung Pada umumnya industri tekstil yang telah
secara alami pada batu bara, biasanya untuk batu memanfaatkan batu bara tidak terlepas dari
bara peringkat rendah, sehingga batu bara tersebut kekhawatiran mengenai pemasokan batu bara dan
menjadi terbakar. masalah lingkungan. Berkaitan dengan masalah
lingkungan adalah abu dasar (bottom ash) dari hasil
3.2 Pemakai Batu bara pembakaran batu bara. Perusahaan mengalami
kesulitan untuk membuang abu batu bara tersebut
Selama ini, pabrik tekstil yang mengoperasikan boiler di mengingat tidak tersedianya lokasi-lokasi tempat
wilayah Bandung memiliki cadangan batu bara untuk pembuangan.
operasi selama 4 8 hari, terutama pada musim hujan.
Meskipun boiler tekstil di wilayah Bandung dan Jika di masa mendatang semua industri tekstil di
sekitarnya mengkonsumsi batu bara sebesar 41.160 ton Bandung menggunakan batu bara, maka bukan tidak
per bulan (Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, 2004), mungkin akan menimbulkan permasalahan dalam
belum ada pemasok yang membangun stockyardnya di pemasokan batu bara dan juga transportasinya.
Bandung. Dengan demikian, seluruh boiler di wilayah ini
sangat bergantung pada pasokan batu bara dari para
pemasok di Cirebon. Apabila terjadi gangguan terhadap 4. PENGANGKUTAN BATU BARA
pasokan tersebut sehingga pasokannya terhenti selama
8 hari atau lebih, maka operasi semua boiler batu bara Dalam pengangkutan batu bara dari tambang
tersebut akan terancam berhenti. sampai ke konsumen diterapkan moda
transportasi yang beragam, yaitu transportasi
darat dan laut. Berikut adalah moda transportasi
Pasokan dari tambang sering mengalami keterlambatan yang sedang diterapkan untuk memasok batu
pada musim hujan antara bulan Oktober sampai bara dari tambang di Kalimantan Selatan sampai
Januari, terutama tambang berskala kecil yang dikelola di stockyard pabrik tekstil di Bandung.
oleh koperasi setempat. Gangguan hujan tersebut
berpengaruh langsung terhadap tingkat produksi batu Dalam bagian ini akan dibahas pengangkutan batu
bara, baik dalam operasi penggalian maupun bara dari stockyard Cirebon sampai stockyard di
pengangkutannya di daerah tambang. Bandung, sesuai dengan ruang lingkup kajian. Moda
44 Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 36, Tahun14, Januari 2006 : 41 - 47
transportasi seperti tertera pada Tabel 3 adalah 1) Jalur Cirebon-Sumedang-Jalan Cagak-Bandung
moda transportasi yang sedang dan telah diterapkan
pada saat ini. Dengan moda tersebut, jalur Panjang jalur ini 156 km melalui daerah pegunungan
transportasi dari Cirebon menuju Bandung dilakukan sehingga jalan yang dilalui berkelok-kelok, penuh
dengan truk melalui jalan raya. Kepadatan lalu lintas tanjakan dan turunan. Meskipun demikian, jalur dari
sepanjang jalan raya menyebabkan truk pengangkut Cirebon sampai Jalan Cagak dapat dilalui oleh truk
batu bara memerlukan waktu sekitar 6 jam untuk tronton pengangkut batu bara dengan mudah. Masalah
menempuh jalur Cirebon-Sumedang-Bandung. terbesar adalah jalur Jalan Cagak sampai Bandung,
karena jalur ini harus melalui tanjakan Emen, yaitu
Jarak tempuh truk adalah 128 km sehingga kecepatan tanjakan terpanjang dan tertinggi yang membentang
rata-ratanya adalah 21,3 km/jam. Dalam transportasi ini, dari Ciater sampai simpang tiga ke arah Tangkuban
gangguan yang sering terjadi adalah terjadinya Perahu. Truk tronton dengan muatan penuh 25 ton batu
kemacetan lalu lintas dan tanah longsor. Kepadatan lalu bara tidak akan mampu melalui tanjakan ini. Oleh
lintas pada jalur tersebut cenderung terus meningkat karena itu, jalur alternatif ini tidak dapat dipilih untuk
seiring meningkatnya kegiatan ekonomi di wilayah menggantikan jalur yang telah ada.
Bandung-Cirebon dan sekitarnya. Oleh karena itu,
kecepatan pengangkutan rata-rata terancam menurun 2) Jalur Cirebon-Indramayu-Pamanukan-
dari 21,3 km/jam pada tahun-tahun mendatang. Jalur Subang-Bandung
Cirebon Bandung menelusuri pinggang pebukitan,
sehingga jalan yang dibangun sempit dan berkelok- Panjang jalur ini 207 km, jauh lebih panjang dari jalur
kelok. Kondisi morfologis yang demikian sangat alternatif sebelumya. Jalur dari Cirebon Indramayu
menyulitkan pemerintah setempat untuk meningkatkan Pamanukan merupakan bagian dari jalur pantura,
dan melebarkan jalan raya yang ada. Di samping itu, sehingga jalannya relatif datar dan luas. Demikian
lereng pebukitan yang curam dan tersusun oleh pula jalur dari PamanukanSubang relatif datar
material lepas sangat rawan longsor. Daerah sehingga tronton dengan mudah melaluinya. Namun
Nyalindung (Kecamatan Paseh) dan Cadas Pangeran karena jalur yang tersisa yaitu Subang Bandung
(Kecamatan Rancakalong) di Sumedang merupakan harus melalui tanjakan Emen, maka tronton
titik-titik rawan longsor, terutama pada musim hujan. bermuatan penuh batu bara tidak akan mampu
Titik tersebut merupakan potensi gangguan terhadap melewatinya. Dengan demikian, jalur alternatif ini
pasokan batu bara ke Bandung dan sekitarnya. Pada tidak layak untuk dipilih untuk menggantikan jalur
saat terjadi longsor di titik-titik tersebut, maka jalur yang telah ada.
transportasi ke dua arah tertutup sehingga menghambat
pasokan sampai jalur normal kembali. 3) Jalur Cirebon-Cikampek-Bandung
Jalur ini jauh lebih panjang dari jalur yang telah ada,
yaitu 231 km. Pada jalur ini pengangkutan batu bara
5. ANALISIS JALUR ALTERNATIF tidak menggunakan truk tronton, namun menggunakan
TRANSPORTASI BATU BARA kereta api. Alternatif ini dimunculkan, karena selama ini
telah tersedia jaringan rel kereta api antara Cirebon
Dengan semakin padatnya jalur transportasi Cirebon, CikampekBandung. Bila jalur ini dapat digunakan,
Sumedang, Bandung menyebabkan truk pengangkut maka pengangkutan batu bara akan menjadi lebih
batu bara mengalami kesulitan dalam pengirimannya. mudah. Pengangkutan batu bara dapat dilakukan
Oleh karena itu, dicari beberapa jalur alternatif untuk dengan cara sebagai berikut: batu bara dari tongkang
menentukan jalur yang paling sesuai untuk dilalui : dibongkar ke atas truk, selanjutnya
Analisis Jalur Transportasi Batu bara untuk Industri Tekstil ... Triswan Suseno 45
truk bergerak menuju stasiun kereta api di pelabuhan. Dari ke lima jalur alternatif tersebut, ternyata
Batu bara dari atas truk dipindahkan ke atas gerbong, hanya ada 3 jalur yang layak sebagai jalur
selanjutnya diangkut ke Bandung melalui Cikampek. transportasi pengiriman batu bara, yaitu Jalur
Stasiun batu bara yang dipilih di Bandung adalah Cirebon-Cikampek-Bandung, jalur Cirebon-
stasiun Gedebage.Biaya pengiriman batu bara dengan Cikajang-Kawali-Ciamis-Malangbong dan jalur
menggunakan kereta api melalui Cikampek sebesar Rp. Cirebon-Cimalaka-Sumedang-Bandung.
55.000,00 per ton.
1. Naskah dan berkas dalam file dikirim ke Pemimpin 7. Nama penulis diketik pada halaman pertama di bawah
Redaksi Jurnal tekMIRA, Jl. Jend. Sudirman No. judul naskah. Nama organisasi, alamat, nomor telepon
623 Bandung 40211. Naskah dalam file akan dan faksimili, serta alamat e-mail (bila ada).
sangat membantu dalam proses peredaksian.
8. Intisari naskah (abstract) memuat ringkasan
2. Naskah harus asli dan belum pernah diterbitkan yang jelas dari naskah tersebut serta ditulis
dalam publikasi lain. Judul naskah harus dalam Bahasa Indonesia dan Inggris.
bersifat deskriptif dan ringkas.
9. Hanya rumus matematika yang penting yang
3. Redaksi akan melakukan seleksi dan memberitahukan dimuat dalam naskah.
ke penulis, bila naskah sudah diterima atau naskah tidak
sesuai untuk penerbitan ini. 10. Daftar pustaka ditulis secara alfabet dengan huruf
pertama (bila penulis lebih dari seorang). Urutan
4. Naskah diketik dalam dua spasi menggunakan penulisan : nama penulis, judul referensi, penerbit,
kertas ukuran A4 dengan lebar margin kanan kota tempat buku diterbitkan dan tahun penerbitan.
dan atas 3 cm serta kiri dan bawah 2 cm.
11. Hanya artikel-artikel yang dipublikasikan yang
5. Gambar dan tabel harus diberi judul dengan jelas dimasukkan sebagai referensi. Bilamana mengacu
dan dalam kertas terpisah serta ditunjukkan kepada artikel yang tidak dipublikasikan agar
mengenai penempatan gambar dan tabel tersebut dijelaskan cara memperoleh bahan tersebut.
dalam naskah tulisan. Foto harus jelas dan siap
untuk dicetak (tidak dalam bentuk negatif film). 12. Catatan kaki supaya dihindarkan.
Peta maksimum berukuran A4 dan harus memakai
skala. Semua huruf dalam peta harus jelas dan 13. Izin untuk memproduksi hak cipta material adalah
bila ukuran peta harus diperkecil, tinggi huruf tanggung jawab penulis. Pengutipan seminimal
dalam peta tersebut tidak lebih kecil dari 1,5 mm. mungkin. Bila pengutipan melebihi 250 kata
penulis harus memperoleh izin tertulis dari
6. Jumlah halaman naskah tidak ditentukan. penerbit dan penulis referensi yang bersangkutan.
Naskah ditulis secara ringkas sesuai isinya.
48 Petunjuk Bagi Penulis