Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Elektrokardiogram tetap merupakan standar emas dalam mengidentifikasi
adanya dan lokasi dari infark miokard akut. ST elevasi pada infark miokard akut
dapat memprediksi ukuran infark, responnya terhadap terapi reperfusi, dan
memperkirakan prognosis dari pasien. Distorsi terminal komplek QRS pada
infark miokard akut inferior adalah jika J-point dibandingkan dengan tingginya
gelombang R lebih atau sama dengan 0,5 pada dua atau lebih sadapan inferior
(sadapan II, III, aVF). Birnbaum dkk. menyatakan bahwa adanya distorsi QRS
awal berhubungan dengan tingginya angka kejadian high-degree AV block.
Walaupun sebagian besar bersifat transien, high-degree AV block berhubungan
dengan peningkatan angka kematian selama perawatan di rumah sakit, meskipun
pasien mendapat terapi trombolitik. Bahan dan Cara Kerja : Penelitian ini
merupakan penelitian cross-sectional terhadap pasien infark miokard akut inferior
yang mendapat terapi trombolitik periode Januari 2000 sampai dengan Desember
2004 yang dirawat di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, yang memenuhi
kriteria inklusi dan a ksklusi. Pasien dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu
dengan distorsi QRS dan tanpa distorsi QRS. Hubungan antara dua variabel
dinilai dengan uji t dan chi-square, serta analisis multivarian dengan logistic
regression. Hasil Penelitian : Terdapat 186 subyek penelitian dengan rentang
umur 37-72 tahun, lebih banyak pada laki-laki (89%), yang terdiri dari 93 pasien
dengan distorsi QRS dan 93 pasien tanpa distorsi QRS. Tidak didapatkan
perbedaan data dasar karakteristik Minis dari kedua kelornpok. Dui analisis
univarian, kelompok dengan distorsi QRS memiliki jumlah deviasi segmen ST
yang lebih tinggi (9,61 3,67 vs 7,76 3,53, p = 0,001), dan mengalami
kegagalan terapi trombolitik yang lebih besar (74,2% vs 60,2%, p = 0,042). Pada
analisis multivarian, didapatkan hubungan yang berrnakna antara distorsi QRS
dengan high-degree AV block (OR 2,5; 95% CI 1,04-6,01; p=0,04) dan
umumnya terjadi saat perawatan di rumah sakit. Kesimpulan : Pasien dengan
distorsi terminal komplek QRS pada infark miokard akut inferior yang mendapat
terapi trombolitik mempunyai risiko high-degree AV block selama perawatan di
rumah sakit yang lebih banyak dibandingkan dengan tanpa distorsi terminal
komplek QRS.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Elektrokardiogram ( EKG )


Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah
lektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu
tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: elektro, karena
berkaitan dengan elektronika, kardio, kata Yunani untuk jantung, gram, sebuah
akar Yunani yang berarti "menulis".
Elektrokardiogram atau yang biasa kita sebut dengan EKG merupakan
rekaman aktifitas kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan
konduktif khusus jantung. Jantung normal memiliki impuls yang muncul dari
simpul SA kemudian dihantarkan ke simppul AV dan serabut purkinje.
Perjalanan impuls inilah yang akan direkam oleh EKG sebagai alat untuk
menganalisa kelistrikan jantung.
Elektrocardiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan
potensial atau perubahan voltage yang terdapat dalam jantung. Sedangkan
elektrokardiogram adalah grafik yang merekam perubahan potensial listrik
jantung yang dihubungkan dengan waktu. Sebagai dasar utama adanya
gelombang atau grafik karena jantung mempunyai system konduksi yaitu SA
Node, AV Node, Berkas HIS dan serabut purkinye.
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktifitas
listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung yang
diambil dengan memasang electroda pada badan. Rekaman EKG ini digunakan
oleh dokter ahli untuk menentukan kodisi jantung dari pasien. Sinyal EKG
direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf.
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung.
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman
listrik jantung. Aktifitas listrik jantung dicatat dan direkam melalui elektroda
elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh.
B. Sistem Konduksi (Listrik Jantung)
Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagai pompa system
sirkulasi darah. Yang paling berperan adalah bilik (ventrikel), sedangkan serambi
(atria) sebenarnya berfungsi sebagai ruang penyimpanan selama bilik memompa.
Ventrikel berkontraksi, ventrikel kanan memasok darah ke paru-paru, dan
ventrikel kiri mendorong darah ke aorta berulang-ulang melalui sistem sirkulasi,
fasa ini disebut systole. Sedangkan fasa pengisian atau istirahat (tidak memompa)
setelah ventrikel mengosongkan darah menuju arteri disebut diastole. Kontraksi
jantung inilah yang mendasari terjadinya serangkaian peristiwa elektrik dengan
koordinasi yang baik. Aktivitas elektrik dalam keadaan normal berawal dari
impuls yang dibentuk oleh pacemaker di simpul SinoAtrial (SA) kemudian
melewati serabut otot atrial menuju simpul AtrioVentrikular (AV) lalu menuju ke
berkas His dan terpisah menjadi dua melewati berkas kiri dan kanan dan berakhir
pada serabut Purkinye yang mengaktifkan serabut otot ventrikel
Dalam EKG perlu diketahui tentang sistem konduksi (listrik jantung), yang
terdiri dari:
1. SA Node ( Sino-Atrial Node )
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel
dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan
impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60 - 100 kali permenit
kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium
terangsang.
2. AV Node (Atrio-Ventricular Node)
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid.
Sel-sel dalam AV Node dapat juga mengeluarkan impuls dengan frekuensi
lebih rendah dan pada SA Node yaitu : 40 - 60 kali permenit. Oleh karena
AV Node mengeluarkan impuls lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node
yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan
dikeluarkan oleh AV Node.
3. Berkas His
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :
Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch)
Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch )
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-
cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
4. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari
sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh
sel akan dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls)
yang secara otomatis mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 - 40 kali
permenit.

C. Tujuan Perekaman Elektrokardiogram ( EKG )


1) Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan dari irama jantung (aritmia)
2) Untuk mengetahui adanya kelainan miokardium (infark, hipertropi atrial atau
ventrikel)
3) Untuk mengetahui pengaruh/efek obat-obat jantung terutama digitalis dan
guanidine
4) Untuk mengetahui adanya gangguan-gangguan elektrolit
5) Untuk mengetahui adanya perikarditis

D. Hal - Hal yang Dapat Diketahui Dari Pemeriksaan EKG


Denyut dan irama jantung
Posisi jantung di dalam rongga dada
Penebalan otot jantung (hipertrofi)
Kerusakan bagian jantung
Gangguan aliran darah di dalam jantung
Pola aktifitas listrik jantung yang dapat menyebabkan gangguan irama
jantung.

E. Indikasi Dan Kontraindikasi Perekaman Elektrokardiogram ( EKG )


1. Indikasi
a. Untuk menegakkan diagnosa
b. Untuk mengevaluasi keluhan : klien dengan yeri dada, sesak nafas dll
c. Untuk mengevaluasi kapasitas kemampuan fungsional
d. Untuk mengevaluasi adanya disritmia
e. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan
f. Untuk menentukan prognosa dari kelainan kardiovaskuler

2. Kontraindikasi
a. Infark myokard akut < 5 hari
b. Unstable angina pectoris
c. Hipertensi berat
d. Aritmia
e. Sesak
f. Vertigo

F. Macam dan Makna Gelombang EKG


1. Bentuk Gelombang
Dalam satu gelombang EKG ada yang disebut titik, interval dan segmen.
Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi tidak
menampilkan titik U) sedangkan Interval terdiri dari PR interval, QRS
interval dan QT interval dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan ST segmen.
Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS
dan sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas tiga
gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R dan gelombang
S, namun jarang ditemukan.
Sinyal EKG terdiri atas :
Gelombang P, terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini
relatif kecil karena otot atrium yang relatif tipis
Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal
sehingga gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan
depleksi pertama kebawah. Selanjutnya depleksi ke atas adalah
gelombang R. Depleksi ke bawah setelah gelombang R disebut
gelombang S
Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan
listrik istirahat (repolarisasi).
2. Pembentukan Gelombang
Ketika impuls dari nodus SA menjalar di kedua atrium, terjadi
depolarisasi dan repolarisasi di atrium dan semua sadapan merekamnya
sebagai gelombang P defleksi positif, terkecuali di aVR yang menjauhi arah
aVR sehingga defleksinya negatif. Setelah dari atrium, listrik menjalar ke
nodus AV, berkas His, LBB dan RBB, serta serabut purkinje. Selanjutnya,
terjadi depolarisasi di kedua ventrikel dan terbentuk gelombang QRS defleksi
positif, kecuali di aVR. Setelah terjadi depolarisasi di kedua ventrikel,
ventrikel kemudian mengalami repolarisasi. Repolarisasi di kedua ventrikel
menghasilkan gelombang T defleksi positif di semua sadapan, kecuali di
aVR. (F. Sangadji)
Elektrokardiogram normal terdiri dari sebuah gelombang P , sebuah
kompleks QRS , dan sebuah gelombang T. kompleks QRS sebenarnya tiga
gelombang tersendiri, gelombang Q, gelombang R, gelombang S, ke
semuanya di sebabkan oleh lewatnya impuls jantung melalui ventrikel ini.
Dalam elektrokardigram yang normal, gelombang Q, dan S sering sangat
menonjol dari pada gelombang R dan kadang kadang benar benar absen ,
tetapi walau bagaimanapun gelombang ini masih di kenal sebagai kompleks
QRS atau hanya gelombang QRS.
Gelombang P di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu
atrium mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi , dan kompleks QRS di
sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan ketika ventrikel mengalami
depolarisasi sebelum berkontraksi. Oleh karna itu, gelombang P dan
komponen komponen kompleks QRS adalah gelombang depolarisasi.
Gelombang T di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu
ventrikel kembali dari keadaan depolarisasi.
3. Durasi atau Interval Gelombang
a) Interval P-Q atau Interval P-R
Lama waktu antara permulaan gelombang P dan permulaan gelombang
QRS adalah interval waktu antara permulaan kontraksi ventrikel. Periode
ini disebut sebagai interval P-Q. Interval P-Q normal adalah kira-kira 0,16
detik. Kadang-kadang interval ini juga disebut sebagai interval P-R sebab
gelombang Q sering tidak ada.
b) Interval Q-T
Kontraksi ventrikel berlangsung hampir dari permulaan gelombang Q
sampai akhir gelombang T. Interval ini juga disebut sebagai interval P-R
sebab gelombang Q sering tidak ada. Sinyal EKG ini memiliki sifat- sifat
khas yang lain yaitu: Amplitudo rendah (sekitar 10V 10mV) dan
frekuensi rendah (sekitar 0,05 100Hz).

G. Kurva Elektrokardiogram ( EKG )


1) Gelombang P
Gelombang P adalah representasi dari depolarisasi atrium. Gelombang P
yang normal:
Lebar < 0,12 detik (3 kotak kecil ke kanan)
Tinggi < 0,3 mV (3 kotak kecil ke atas)
Selalu positif di lead II
Selalu negatif di aVR
Yang ditentukan adalah normal atau tidak:
Normal
Tidak normal:
P-pulmonal : tinggi > 0,3 mV, bisa karena hipertrofi atrium
kanan.
P-mitral: lebar > 0,12 detik dan muncul seperti 2 gelombang
berdempet, bisa karena hipertrofi atrium kiri.
P-bifasik: muncul gelombang P ke atas dan diikuti gelombang ke
bawah, bisa terlihat di lead V1, biasanya berkaitan juga dengan
hipertrofi atrium kiri.
PR Interval
PR interval adalah jarak dari awal gelombang P sampai awal komplek
QRS. Normalnya 0,12 0,20 detik (3 5 kotak kecil). Jika memanjang,
berarti ada blokade impuls. Misalkan pada pasien aritmia blok AV, dll. Yang
ditentukan: normal atau memanjang.
2) Kompleks QRS
Adalah representasi dari depolarisasi ventrikel. Terdiri dari gelombang Q, R
dan S. Normalnya: Lebar = 0.06 0,12 detik (1,5 3 kotak kecil), tinggi
tergantung lead.
Gelombang Q yaitu defleksi pertama setelah interval PR / gelombang P
yang ke bawah (-) lebar 0,03 detik, dalam <1/3>. Tentukan apakah dia
normal atau patologis. Q Patologis antara lain: durasinya > 0,04 (1 kotak
kecil), dalamnya > 1/3 tinggi gelombang R.
Gelombang R yaitu defleksi pertama yang keatas (+). Tinggi: tergantung
lead. Pada lead I, II, aVF, V5 dan V6 gel. R lebih tinggi (besar).
Gelombang r kecil di V1 dan semakin tinggi (besar) di V2 - V6.
Gelombang S yaitu defleksi pertama setelah gel. R yang ke bawah (-).
Gel. S lebih besar pada VI - V3 dan semakin kecil di V4 - V6.
3) Gelombang T
Gelombang T yaitu repolarisasi dan ventrikel.
(+) di lead I, II, aVF, V2 - V6
(-) di lead Avr
() / bifasik di lead III, aVL, V1 (dominan (+) / positif)
Yang dinilai adalah: Normal: positif di semua lead kecuali aVR, Inverted:
negatif di lead selain aVR (T inverted menandakan adanya iskemik).
4) Gelombang U
Gelombang U biasanya terjadi setelah gelombang T (asal usulnya tidak
diketahui) dan dalam keadaan normal tidak terlihat.

H. Kertas Elektrokardiogram ( EKG )


Kertas grafik yang terdiri dari bidang horizontal (mendatar) dan vertikal
(keatas), yang berjarak 1 mm (satu kotak kecil). Garis horizontal menggambarkan
waktu, dimana 1 mm = 0.04 detik, sedangkan 5 mm = 0.2 detik. Garis vertikal
menggambarkan voltase, dimana 1 mm = 0.1 mV, sedangkan 10 mm = 1 mV.
Pada perekaman normal sehari-hari, kecepatan kertas dibuat 25 mm/detik,
kalibrasi pada 1 mV. Bila dirubah harus dicatat pada setiap sandapan (lead).

I. Sandapan pada EKG (Bipolar dan Unipolar)


Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas
terhadap jantung. Sadapan ini dibaratkan dengan banyaknya mata yang
mengamati jantung jantung dari berbagai arah. Semakin banyak sudut pandang,
semakin sempurna pengamatan terhadap kerusakan-kerusakan bagian-bagian
jantung.
Sadapan pada mesin EKG secara garis besar terbagi menjadi dua:
1. Sadapan bipolar
Sadapan Bipolar (I, II, III). Sadapan ini dinamakan bipolar karena
merekam perbedaan potensial dari dua elektrode. Sadapan ini memandang
jantung secara arah vertikal (ke atas-bawah, dan ke samping). Sadapan ini
merekam dua kutub listrik yang berbeda, yaitu kutub positif dan kutub
negatif. Masing-masing elektrode dipasang di kedua tangan dan kaki.
Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan
dari jantung melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua tangan
dan kaki. Masing-masing LA (left arm), RA (right arm), LF (left foot), RF
(right foot).
Dari empat kabel elektrode ini aka dihasilkan beberapa sudut atau sadapan
sebagai berikut:
a. Sadapan I.
Sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial lsitrik antara RA yang
dibuat bermuatan negatif dan LA yang dibuat bermuatan positif sehingga
arah listrik jantung bergerak ke sudut 0 derajat (sudutnya ke arah lateral
kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat oleh sadapan
I.

b. Sadapan II
Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan
negatif dan LF yang bermuatan positif sehingga arah listrik bergerak
sebesar positif 60 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian,
bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan II.
c. Sadapan III
Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan
negatif dan RF yang dibuat bermuatan positif sehingga listrik bergerak
sebesar positif 120 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian,
bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan III.
2. Sadapan unipolar
Sadapan ini merekam satu kutub positif dan lainnya dibuat indifferent.
Sadapan ini terbagi menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar
prekordial.
a) Unipolar Ekstremitas
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada
ekstremitas. Gabungan elektrode pada ekstremitas lain membentuk
elektrode indifferent (potensial 0). Sadapan ini diletakkan pada kedua
lengan dan kaki dengan menggunakan kabel seperti yang digunakan pada
sadapan bipolar.
Vektor dari sadapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang
terhadap jantung dalam arah vertikal.
1) Sadapan aVL. Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara
muatan LA yang dibuat bermuatan positif dengan RA dan LF yang
dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah -30 derajat
(sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral
jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL.
2) Sadapan aVF. Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara
muatan LF yang dibuat bermuatan positif dengan RA dan LA
dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah positif 90
derajat (tepat ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior
jantung selain sadapan II dan III dapat juga dilihat oleh sadapan
aVF.
3) Sadapan aVR. Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara
muatan RA yang dibuat bermuatan positif dengan LA dan LF
dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah berlawanan
dengan arah lsitrik jantung -150 derajat (ke arah ekstrem).
Dari sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas, garis atau sudut
pandang jantung dapat diringkas seperti yang digambarkan berikut.
Akan tetapi, sadapan-sadapan ini belum cukup sempurna untuk
mengamati adanya kelainan di seluruh permukaan jantung. Oleh karena
itu, sudut pandang akan dilengkapi dengan unipolar prekordial (sadapan
dada).
b) Unipolar Prekordial
Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensial listrik dengan
elektrode eksplorasi diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent
(potensial 0) diperoleh dari penggabungan ketiga elektrode esktremitas.
Sadapan ini memandang jantung secara horizontal (jantung bagian
anterior, septal, lateral, posterior dan ventrikel sebelah kanan).
Penempatan dilakukan berdasarkan pada urutan kabel-kabel yang
terdapat pada mesin EKG yang dimulai dari nomor C1-C6.
V1: Ruang interkostal IV garis sternal kanan
V2: Ruang interkostal IV garis sternal kiri
V3: Pertengahan antara V2 dan V4
V4: Ruang interkostal V garis midklavikula kiri
V5: Sejajar V4 garis aksila depan
V6: Sejajar V4 garis mid-aksila kiri

J. Prosedur Perekaman Eloktro Cardiografi (ECG)


1. Mencuci tangan
2. Menggunakan masker dan handscoon
3. Mengucapkan salam terapeutik ( menjelaskan tujuan dilakukan tindakan ,
waktu tindakan dan tempat )
4. Menjaga privasi klien
5. Persiapan klien
a) Tidur terlentang dan relax
b) Semua aksesoris yang terbuat dari logam dilepaskan (simpan tempat
aman)
c) Lepas baju klien diganti dengan baju Rumah Sakit atau dengan selimut
d) Intruksikan agar klien tidak terhubung dengan alat logam/tempat tidur
6. Persiapan alat-alat
Mesin EKG yang dilengkapi dengan tiga kabel, sebagai berikut :
a) Satu kabel untuk listrik
b) Satu kabel untuk gounding
c) Satu kabel untuk klien (terdiri dari 6 kabel diberi tanda/warna)
Plat electrode yaitu :
d) Electrode ekstermitas diikatkan dengan ban pengikat khusus
e) Electrode dada dengan balon penghisap
Kertas EKG, Jelly EKG, Kertas Tissue
7. Cara menempatkan electroda
a) Electrode ekstermitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan
dan kiri searah dengan telapak tangan pada ekstermitas bawah pada
pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam,posisi pada pergelangan
bukanlah mutlak, bila diperlukan dapat dipasang sampai ke bahu kiri
atau kanan dan pangkal paha kiri atau kanan, kemudian kabel-kabel
dihubungkan :
Merah (RA) ------ Lengan kanan
Kuning (LA) ----- lengan kiri
Hijau (LF) --------- tungkai kiri
Hitam (RF) -------- tungkai kanan (sebagai ground)
8. Electrode dada harus selalu terpasang seperti tertera sebelumnya
9. Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan
10. Periksa kembali standarisasi dari EKG antara lain :
Kalibrasi 1 mv
Kecepatan 25 mm/detik
11. Setelah itu dilakukan kalibrasi dengan menekan tombol run/start dan setelah
kertas bergerak, tombol kalibrasi tekan 3 kali berturut-turut dan periksa
apakah terjadi penyimpangan 10 mm (1mv) dengan memindahkan lead
selector dibuat pencatatan EKG secara berturut-turut yaitu ; sandapan I,II,III
aVR, aVL,aVF,V1 s/d V6
12. Selesai pencatatan, pindahkan lagi ke lead selector kalibrasi dn lakukan
kalibrasi sebanyak 3 kali (setelah itu matikan mesin EKG)
13. Rapihkan klien dan alat-alat
14. Catat dipinggir kiri atas kertas EKG : Nama klien, Umur, Tanggal dan Jam
Yang membuat perekaman dicatat pada kiri bawah
Setiap sandapan diberi tanda sandapan beberapa
15. Mencuci tangan

K. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Perekaman Eloktro Cardiografi (ECG)


1) Sebelum bekerja periksa dulu tegangan alat EKG
2) Alat selalu dalam posisi stop bila tidak digunakan
3) Rekaman dilakukan masing-masing sandapan 3-4 kompleks
4) Kalibrasi dapat dipakai 1/2 mv bila gambar terlalu besar, 2 mv bila gambar
terlalu kecil
5) Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti jam tangan,
garakan-gerakan dan tremor
6) Dalam perekaman EKG perawat harus menghadap klien
DAFTAR PUSTAKA

Sundana K, 2008, Interpretasi EKG, Pedoman Untuk Perawat, EGC,


Jakarta.

Thaler MS, 2000, Satu-Satunya Buku EKG yang Anda Perlukan, Edisi 2,
Hipokrates, Jakarta.
http://nersnova.blogspot.co.id/2012/05/elektrokardiogram-ekg.html
Pusat jantung nasional, (2006). Materi Kursus EKG Praktis:JAKARTA. National
cardiovascular center
http://finivertysia.blogspot.co.id/2013/10/makalah-ekg.html

Anda mungkin juga menyukai