Anda di halaman 1dari 8

IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

Analisis Farmakoekonomi Saintifikasi Jamu Antihipertensi,


Antihiperglikemia, Antihiperkolesterolemia, dan Antihiperurisemia
Raden M. Febriyanti1, Imas Maesaroh1, Supriyatna1, Hadiyana Sukandar2, Firdha S.
1
Maelaningsih
1
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Sumedang, Jawa Barat, Indonesia
2
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran, Sumedang, Jawa Barat,
Indonesia

Abstrak
Saintifikasi jamu dikembangkan agar dapat dipromosikan oleh profesional medis dalam kesehatan
formal, bertujuan untuk memberikan dasar ilmiah pemanfaatan jamu di pelayanan kesehatan,
membangun jaringan, mendorong penyediaan jamu yang aman, efektif, dan berkualitas. Penelitian
dirancang untuk mengetahui efektivitas penggunaan simplisia dalam formula jamu (antihipertensi,
antihiperglikemia, antihiperkolesterolemia, dan antihiperurisemia), membandingkan biaya terapi
menggunakan simplisia jamu dan obat generik. Penelitian farmakoekonomi menggunakan metode
cross-sectional, analisis efektivitas biaya secara retrospektif. Penyediaan dan penggunaan simplisia
saintifikasi jamu di puskesmas Gondomanan Yogyakarta dianalisis secara deskriptif. Dari hasil
penelitian terdapat sebanyak 18 simplisia untuk formula jamu antihipertensi, antihiperglikemia,
antihiperkolesterolemia, dan antihiperurisemia. Pengukuran terhadap tekanan darah sistolik dan
diastolik pada kelompok jamu antihipertensi menunjukkan penurunan sebsesar 12,67% dan 2,33%
setelah 7 hari penggunaan; kadar glukosa darah puasa 10,09% pada jamu antihiperglikemia, kadar
kolesterol total 4,33% pada jamu antihiperkolesterolemia, dan kadar asam urat 32,91% pada jamu
antihiperurisemia. Harga total jamu per hari setiap 1% penurunan lebih mahal daripada obat generik,
yaitu Rp 1.290 untuk antihipertensi, Rp 750 antihiperglikemia, Rp 547,5 antihiperkolesterolemia, dan
Rp 377,5 antihiperurisemia.

Kata kunci: Efektivitas terapi, saintifikasi jamu, simplisia

Pharmacoeconomics Analysis of Scientification of Antihypertensive,


Antihyperglycemic, Antihpercholesterolemic, and Antihyperuricemic Jamu
Abstract
Jamu scientification was developed to promoted Jamu by medical professional in the formal health.
The program aimed to provide a scientific basic utilization of Jamu in health services, build networks,
encourages the supplying of Jamu that was safe, effective, and qualified. This study was designed to
determine the effectiveness of crude drugs utilization in Jamu (antihypertensive, antihiperglikemia,
antihiperkolesterolemia, and antihiperurisemia), compared the cost of therapy using Jamu and generic
drugs. Pharmacoeconomics study perfomed using cross-sectional, analysis of cost effectiveness
retrospectively. Procurement and utilization of crude drugs scientification Jamu in health centers
Gondomanan Yogyakarta was analyzed descriptively. The results revealed that there are 18 crude
drugs used for Jamu as antihypertensive, antihiyperglycemic, antihypercholesterolemic, and
antihyperuricemic. The measurement of systolic and diastolic blood pressure in the group of
antihypertensive Jamu showed the decrease was 12.67% and 2.33% after 7 days used Jamu; fasting
blood glucose 10.09% in antihyperglycemic Jamu; total cholesterol levels were 4.33% in
antihypercholesterolemic Jamu and uric acid levels were 32.91% in antihyperuricemic Jamu. Total
price of Jamu in a day for each 1% decline was more expensive than generic drugs, which is Rp 1290
for antihypertensive, Rp 750 for antihyperglicemic, Rp 547.5 for antihypercholesterolemic, and Rp
377.5 for antihyperuricemic.

Keywords: Crude drugs, jamu scientification, the effectiveness of therapy


Korespondensi: Raden M. Febriyanti
maya.febriyanti@gmail.com

39
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

Pendahuluan Saintifikasi jamu difokuskan pada 4


formula untuk mengatasi gejala hipertensi,
Jamu sudah lama dikenal sebagai obat hiperglikemia, hiperkolesterolemia, serta
tradisional Indonesia. Hasil riset kesehatan hiperurisemia. Formula jamu terdiri atas
dasar tahun 2010 menunjukkan sebanyak formula dasar yang mengandung meniran,
95,60% dari penduduk Indonesia yang temulawak, dan kunyit yang memiliki efek
mengonsumsi jamu pernah merasakan penyegar serta jamu yang mengandung
manfaat dari jamu pada semua kelompok bahan-bahan berkhasiat.
umur dan status ekonomi, baik yang Dari 4 formula jamu yang diteliti, dua
tinggal di pedesaan maupun di perkotaan formula sudah ada bukti ilmiahnya, yakni
tetapi pemanfaatannya selama ini masih jamu tekanan darah tinggi dan asam urat,
sebatas pengobatan sendiri dan belum dan telah mendapat sertifikat dari Komisi
dilakukan di fasilitas kesehatan.1 Nasional Saintifikasi Jamu dan dinyatakan
Terdapat persyaratan supaya jamu terbukti aman dan berkhasiat. Penelitian
dapat digunakan pada fasilitas kesehatan, terdiri dari uji standardisasi, toksisitas pada
yaitu tersedianya jamu yang aman dari uji hewan uji, observasi klinik, dan uji klinik.
toksisitas, mempunyai khasiat nyata yang Penyakit metabolik adalah gangguan
telah teruji secara ilmiah atau berdasarkan fungsi metabolisme tubuh karena konsumsi
data empirik yang dibuktikan dengan uji dari berbagai jenis makanan yang tidak
praklinik, dan berkualitas yaitu mengacu terkendali. Untuk menanggulangi penyakit
pada pedoman yang telah berlaku secara tersebut diperlukan pemakaian obat dalam
nasional. Persyaratan tersebut dapat waktu lama, tetapi jika obat modern yang
dipenuhi dengan mengacu pada Peraturan digunakan maka dikhawatirkan adanya
Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik efek samping yang terakumulasi dapat
Indonesia No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 merugikan kesehatan. Obat dari alam atau
mengenai penyelenggaraan pengobatan obat tradisional lebih sesuai digunakan,
komplementer alternatif di fasilitas walaupun penggunaannya dalam waktu
kesehatan. Kementerian Kesehatan RI lama tetapi efek sampingnya relatif kecil
telah mencanangkan program unggulan (jika digunakan secara tepat dan juga
Saintifikasi Jamu pada tahun 2010 di rasional) sehingga dianggap lebih aman.4
Kabupaten Kendal, lalu diatur melalui penelitian mengenai biaya dan efektivitas
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) dari saintifikasi jamu dibandingkan dengan
RI No. 003/Menkes/Per/2010 mengenai obat konvensional generik yang relatif
saintifikasi jamu dalam penelitian berbasis paling murah, sehingga masyarakat dapat
pelayanan kesehatan.2,3 memanfaatkan saintifikasi jamu. Beberapa

Tabel 1 Formula Saintifikasi Jamu untuk Antihipertensi, Antihiperglikemia, Antihiperurisemia, dan


Antihiperkolesterolemia

No Khasiat Formula saintifikasi jamu


1. Antihipertensi Seledri57 Meniran10,11
Kumis kucing 8
Temulawak12
Pegangan 9
Kunyit
2. Anihiperglikemia Sambiloto13,14 Temulawak
Brotowali15,16 Kunyit
Meniran
3. Antihiperurisemia Daun kepel1719 Meniran21
Kayu secang Temulawak
Tempuyung20 Kunyit
4. Antihiperkolesterol Daun jati belanda 22,23
Temulawak
Kemuning24 Kunyit
Meniran

40
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

literatur menjelaskan bahwa penggunaan Efektivitas dari terapi lalu dianalisis


dari tanaman obat menawarkan berbagai menggunakan paired sample t-test dan
keuntungan, yaitu relatif aman, sedikitnya independent sample t-test. Wawancara
efek samping, dan pada umumnya biaya dilakukan untuk memperoleh data formula
lebih rendah (harga yang lebih murah) jika saintifikasi jamu dan harga simplisia.
dibandingkan dengan obat konvensional.25
Hasil
Metode
Pasien hipertensi rawat jalan di
Penelitian ini menggunakan metode puskesmas Gondomanan Yogyakarta pada
noneksperimental dengan pengambilan bulan Januari hingga Desember 2013 yang
data secara retrospektif untuk menilai menggunakan saintifikasi jamu (SJ) untuk
efektivitas terapi dari saintifikasi jamu antihipertensi memenuhi kriteria inklusi
antihipertensi, lalu jamu antihiperglikemia, berjumlah 9 orang di mana 100% adalah
jamu antihiperkolesterolemia, serta jamu perempuan, total pengobatan sebanyak 21
antihiperurisemia. kali selama 7 hari dengan frekuensi tiga
Populasi adalah data rekam medik kali sehari (Gambar 1). Mayoritas pasien
semua pasien hipertensi yang berobat pengguna saintifikasi jamu antihipertensi
rawat jalan ke Puskesmas Gondomanan adalah pasien dengan kelompok usia 54
Yogyakarta pada bulan Januari hingga 65 tahun sebesar 88,89% sedangkan pasien
Desember 2013. Kriteria inklusi pasien, dengan kelompok usia lebih dari 65 tahun
yaitu pasien yang terdiagnosis hipertensi (lanjut usia) sebesar 11,11%. Kelompok
yang berusia 18 tahun atau lebih, data pasien tersebut sebelum dan juga sesudah
rekam medik pasien hipertensi dengan diberikan terapi diukur tekanan darah
tekanan darah lebih dari 120/80 mmHg, sistolik dan diastoliknya, lalu diberikan
pasien hiperglikemia dengan kadar glukosa terapi dengan menggunakan saintifikasi
darah puasa lebih dari 130 mg/dL, pasien jamu antihipertensi.
hiperkolesterolemia yang memiliki kadar Pasien hiperglikemia rawat jalan di
kolesterol lebih dari 200 mg/dL, dan Puskesmas Gondomanan Yogyakarta pada
pasien hiperurisemia dengan kadar asam bulan Januari hingga Desember 2013 yang
urat perempuan lebih dari 6mg/dL, serta menggunakan antihiperglikemia SJ yang
laki-laki lebih dari 7 mg/dL. Pasien diberi memenuhi kriteria inklusi berjumlah 13
jamu mengandung simplisia berkhasiat orang terdiri dari 69,23% perempuan dan
untuk hipertensi serta hiperglikemia, 30,77% laki-laki, dengan total pengobatan
khasiat untuk hiperkolesterolemia, dan sebanyak 14 kali selama tujuh hari dengan
juga untuk hiperurisemia. Kriteria frekuensi dua kali sehari. Mayoritas pasien
eksklusinya adalah pasien dengan penyakit pengguna antihiperglikemia SJ adalah
penyerta, pasien gangguan fungsi ginjal pasien dengan kelompok usia 5465 tahun
dan fungsi hati, data status pasien yang sebesar 61,54% sedangkan pasien dengan
tidak lengkap, hilang dan tidak jelas kelompok usia >65 tahun (lanjut usia)
terbaca. sebesar 38,46%. Pasien tersebut sebelum

Antihipertensi
20%
37% Antihiperglikemia
18% Antihiperkolesterolemia
25% Antihiperurisemia

Gambar 1 Penggunaan Saintifikasi Jamu di Puskesmas Gondomanan, Yogyakarta

41
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

Tabel 2 Perbandingan Harga Saintifikasi Jamu dengan Obat Generik

Harga per Harga


Resep saintifikasi jamu Resep obat generik
hari per hari
Antihipertensi
R/Seledri (Apii graveolens herba) 5g Rp 1.125 R/ Captopril 25 mg No. II Rp 176
Daun kumis kucing (Orthosiphonis folium) 3g Rp 75 S 2dd1
Pegagan (Centella asiatica L. Urban) 3g Rp 90+ R/ Amlodipin 5 mg No. I Rp 240
m.f infusa ad 150 mL Rp 1.290 S 1dd1
S 3 dd1
Antihiperglikemia
R/ Sambiloto (Andrographidis herba) 5g Rp 125 R/ Glimepirid No. I Rp 350
Daun salam (Syzigium polyanthi folium) 3g Rp 525 S 1 dd1
Temulawak (Curcumae xanthorriza) 5g Rp 100+ R/ Metformin 500 No. III Rp 819
m.f infusa ad 150 mL Rp 750 S 3dd1
S 2 dd1 R/ Glibenclamid No. I Rp 54
S 1dd1
Antihiperkolesterolemia
R/ Daun jati belanda (Guazuma ulmifolia folium) 5g Rp 75 R/ Simvastatin No. I Rp 180
Daun kemuning (Murrayae paniculata folium) 3g Rp 67,5 S 1 dd1
Kelembak (Rheum officinale radix) 3g Rp 240
Tempuyung (Sonchus arvensis folium) 3g Rp 165+
m.f infusa ad 150 mL Rp 547,5
S 2dd1
Antihiperurisemia
R/ Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) 5g Rp 112,5 R/ Allopurinol No. I Rp 125
Tempuyung (Sonchus arvensis folium) 3g Rp 165 S 1dd1
Temulawak (Curcumae xanthorriza) 5g Rp 100+
m.f infusa ad 150 mL Rp 377,5
S 2dd1

dan sesudah diberikan terapi, diukur kadar Pasien yang menggunakan saintifikasi
gula darah puasanya lalu diberikan terapi jamu hiperkolesterolemia rata-rata adalah
dengan saintifikasi jamu antihiperglikemia. pasien dengan kelompok usia 5465 tahun
Pasien hiperkolesterolemia rawat jalan sebesar 85,71% sedangkan pasien dengan
yang menggunakan saintifikasi jamu untuk kelompok usia lebih dari 65 tahun sebesar
antihiperkolesterolemia pada puskesmas 14,29%. Pasien tersebut sebelum dan
Gondomanan Yogyakarta di bulan Januari sesudah diberi terapi harus diukur kadar
hingga Desember 2013 yang memenuhi kolesterol total, kemudian diberikan terapi
kriteria inklusi berjumlah 7 orang, 57,14% pengobatan dengan saintifikasi jamu (SJ)
laki-laki dan 42,86% perempuan dengan antihiperkolesterolemia.
total pengobatan sebanyak 7 kali selama 7 Pasien hiperurisemia rawat jalan yang
hari dengan frekuensi 1 kali sehari. menggunakan saintifikasi jamu (SJ) untuk

160 144 145


130,3 133,6
140
120
90
100 86 83,75
Mean

81,36
80 Sebelum_sistolik
143 135 136,3 131,8
60 Sebelum_diastolik
40 87 85 86 79,55
Sesudah_sistolik
20
0 Sesudah_diastolik
Captopril 25 Amlodipin Jamu hipertensi Jamu hipertensi
SJ SJ + amlodipin
Terapi

Gambar 2 Penurunan Tekanan Darah dengan Beberapa Terapi Antihipertensi

42
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

300
250
200

Mean
205,1 209 211 184,4
150
253,2
227,8
100 175,8
205,4

50 Sebelum
0 Sesudah
Jamu Metformin Metformin + Jamu
hiperglikemia SJ glimepirid hiperglikemia SJ +
metformin +
glimepirid
Terapi

Gambar 3 Penurunan Kadar GDP dengan Beberapa Terapi Antihiperglikemia

pengobatan antihiperurisemia yang dirawat obat antihiperurisemia, dan juga obat


di puskesmas Gondomanan Yogyakarta antihiperkolesterolemia. Saintifikasi jamu
pada bulan Januari hingga Desember 2013 diolah dengan cara air 150 mL direbus
yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah sampai mendidih, lalu api dikecilkan dan
10 orang, 70% perempuan dan 30% laki- ramuan jamu dimasukkan dan ditunggu
laki. Mayoritas dari pasien pengguna selama 15 menit dengan sesekali diaduk.
saintifikasi jamu antihiperurisemia adalah Ramuan dibiarkan dalam keadaan tertutup
pasien dengan kelompok usia 5465 tahun hingga hangat, kemudian disaring dan
sebesar 90% sedangkan pasien dengan diminum sampai habis. Efektivitas terapi
kelompok usia lebih dari 65 tahun sebesar antihipertensi dilihat dari tekanan darah.
10%. Pasien tersebut sebelum dan sesudah Hasil dari perhitungan, jamu hipertensi SJ
diberikan terapi, diukur kadar asam dapat menurunkan tekanan darah rata-rata
uratnya dan diberi pengobatan saintifikasi pada terapi dengan jamu antihipertensi SJ
jamu. dapat menurunkan tekanan darah rata-rata
12,6%. Terapi dengan kaptopril 25 mg
Pembahasan tekanan darah rata-rata meningkat sebesar
Program pengobatan saintifikasi jamu 0,70%. Terapi dengan amlodipin tekanan
di puskesmas Gondomanan Yogyakarta darah rata-rata meningkat sebesar 7,41%
dimulai pada awal tahun 2013. dan terapi dengan kombinasi amlodipin
Berdasarkan Tabel 1, terdapat 18 simplisia dengan jamu hipertensi SJ tekanan darah
saintifikasi jamu untuk obat antihipertensi, rata-rata menurun sebesar 0,75% seperti
antihiperglikemia, antihiperkolesterolemia, terlihat pada Gambar 2. Hasil dari paired
dan juga untuk antihiperurisemia, dengan sample t test menunjukkan penurunan
berbagai formula. Formula yang pertama tekanan darah pada keempat terapi tidak
adalah formula yang sering digunakan obat signifikan. Walaupun belum bermakna
antihipertensi, untuk antihiperglikemia, secara statistik, terapi jamu hipertensi SJ

300
250
263
200 221,1 Sebelum
Mean

150
266 Sesudah
230,6
100
50
0
Jamu hiperkolesterolemia SJ Simvastatin
Terapi

Gambar 4 Penurunan Kadar Kolesterol Total dengan Beberapa Terapi Antihiperkolesterolemia

43
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

12
10
9,8
8
Sebelum

Mean
6
9,05 Sesudah
4 7,882 5,327

2
0
Jamu hiperurisemia SJ Allopurinol
Terapi

Gambar 5 Penurunan Kadar Asam Urat dengan Beberapa Terapi Antihiperurisemia

mampu menurunkan tekanan darah paling jamu hiperurisemia SJ kadar asam urat
besar. rata-rata menurun sebesar 32,91%. Terapi
Hasil perhitungan penurunan kadar dengan menggunakan allopurinol, kadar
GDP rata-rata pada terapi dengan jamu asam urat meningkat sebesar 7,69% seperti
hiperglikemia SJ kadar GDP rata-rata terlihat pada Gambar 5. Hasil dari paired
menurun sebesar 10,09%. Terapi dengan sample t test menunjukkan penurunan
metformin kadar GDP rata-rata meningkat kadar asam urat pada terapi menggunakan
sebesar 18,88%. Terapi dengan kombinasi jamu hiperurisemia SJ memberikan hasil
metformin dan glimepirid kadar GDP rata- yang signifikan, sedangkan pada terapi
rata meningkat sebesar 2,73%. Terapi allopurinol tidak signifikan. Hal tersebut
dengan kombinasi metformin, glimepirid, menunjukkan terapi jamu hiperurisemia SJ
serta jamu hiperglikemia SJ kadar GDP sangat berpengaruh terhadap penurunan
rata-rata menurun sebesar 27,17% seperti kadar asam urat.
terlihat pada Gambar 3. Hasil dari paired Harga dari setiap saintifikasi jamu di
sample t test menunjukkan penurunan pada Puskesmas Gondomanan Yogyakarta Rp
parameter kadar glukosa darah puasa pada 5.000,00 untuk 7 hari. Dari harga simplisia
keempat terapi tidak signifikan. Walaupun tersebut didapat harga saintifikasi jamu per
hasilnya belum bermakna secara statistik, hari, di mana harga saintifikasi jamu per
terapi kombinasi metformin, glimepirid, hari lebih mahal dibandingkan harga obat
dan juga jamu hiperglikemia SJ dapat generik ( Tabel 2).
menurunkan kadar glukosa darah puasa
paling besar. Simpulan
Hasil dari perhitungan penurunan kadar
kolesterol total rata-rata pada terapi Berdasarkan dari hasil penelitian dapat
menggunakan jamu hiperkolesterolemia disimpulkan bahwa terdapat 18 simplisia
SJ, kadar kolesterol total rata-rata menurun yang dijadikan formula untuk saintifikasi
sebesar 4,33%. Sedangkan terapi meng- jamu antihipertensi, antihiperglikemia,
gunakan simvastatin kadar kolesterol total antihiperkolesterolemia, antihiperurisemia.
rata-rata menurun sebesar 1,13% (Gambar Hasil dari uji statistik menunjukkan bahwa
4). Hasil paired sample t test menunjukkan penggunaan jamu tersebut menunjukkan
bahwa penurunan kadar kolesterol total penurunan yang signifikan terhadap
pada kedua terapi adalah tidak signifikan. beberapa parameter tekanan darah sistolik
Walaupun hasilnya belum bermakna secara dan sistolik, kadar gula darah puasa, kadar
statistik, terapi dengan menggunakan jamu kolesterol total, dan kadar asam urat. Biaya
hiperkolesterolemia SJ dapat menurunkan dari terapi jamu per hari lebih mahal
kadar kolesterol total paling besar. dibandingkan dengan obat generik untuk
Hasil perhitungan dari penurunan kadar antihiperkolesterolemia, antihiperglikemia,
asam urat rata-rata pada terapi dengan antihipertensi, dan antihiperurisemia.

44
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

Daftar Pustaka International Journal of Vascular


Medicine. 2013;18.
1. Balitbangkes. Riset kesehatan dasar 9. Intharacton T, Srisawat R.
(Riskesdas) 2010. Jakarta: Badan Antihypertensive effects of Centella
Litbang Kesehatan; 2010. asiatica extract. International
2. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Conference on Food and Agricultural
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Sciences. Singapore: IACISIT Press;
No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang 2013;55.
penyelenggaraan pengobatan 10. Ying LC, Hang PW, Yuan CH, Na CF,
komplementer alternatif di fasilitas Tsung LM, Hui CT. Hepatoprotective
pelayanan kesehatan. Jakarta; 2007. effect of phyllanthus in Taiwan on
3. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan acute liver. The American Journal of
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Chinese Medicine. 2006;34(03).
Nomor 003/MENKES/PER/2010 11. Zalizar L. Flavonoid of Phyllanthus
tentang saintifikasi jamu dalam niruri as immunodulators a prospect to
penelitian berbasis pelayanan animal disease control. ARPN Journal
kesehatan. Jakarta; 2010. of Science and Technology. 2013
4. Katno. Tingkat manfaat keamanan dan May;3(5).
efektivitas tanaman obat dan obat 12. Devaraj S, Ismail S, Ramanathan S,
tradisional. Balai Besar Penelitian dan Marimuthu S, Fei YM. Evaluation of
Pengembangan Tanaman Obat dan the hepatoprotective activity of
Obat Tradisional, Balitbangkes Depkes standardized ethanolic extract of
RI; 2008. Curcuma xanthorrhiza Rob. Journal of
5. Moghadam MH, Imenshahidi M, Medicinal Plants Research.
Mohajeri SA. Antihypertensive effect 2010;4(23):25122517.
of celery seed on rat blood pressure in 13. Zhang Z, Jiang J, Yu P, Zeng XP,
chronic administration. Journal of Larrick JW, Wang Y. Hypoglycemic
Medicinal Food. 2013;16(6):558563. and beta cell protective effects of
6. Siska, Armenia, Arifin H. Akar seledri andrographolide analogue for diabetes
(Apium graveolens L) sebagai obat treatment. Journal of Translational
antihipertensi: efektivitas fraksi etanol Medicine. 2009;7:62.
air dan etil asetat pada tikus putih 14. Nugroho AE, Andrie M, Warditiani
jantan hipertensi. Jurnal Bahan Alam NK, Siswanto E, Pramono S,
Indonesia. 2011;7(6). Lukitaningsih E. Antidiabetic and
7. Galicia J, Ramirez LA, Suarez A, antihiperlipidemic effect of
Crespo F, Gomez A, Samuel S, et al. Andrographis paniculata (Burm.f)
Vasorelaxant activity of extracts Nees and andrographolide in high-
obtained from Apium graveolens: fructose-fat-fed rats. Indian J
possible source for vasorelaxant pharmacol. 2012;44(3):377381.
molecules isolation with potential 15. Sriyapai C, Upakorn RD,
antihypertensive effect. Acian Pacific Sangwatanaroj S, Kongkhatip N,
Journal of Tropical Biomedicine. Krittiyanunt S. Hypoglycemic effect of
2013;3(10):776779. Tinospora crispa dry powder in
8. Manshor NM, Dewa A, Asmawai MZ, outpatients with metabolic syndrome at
Ismail Z, Razali N, Hassan Z. Vascular king chulalongkorn memorial hospital,
reactivity concerning Orthosiphon Journal of Health Research. 2009;
stamineus benth-mediated 23(3):125133.
antihypertensive in aortic rings of 16. Klangjareonchai T, Pisuthipong CR.
spontaneously hypertensive rats. The effect of Tinospora crispa on
serum glucose and insulin levels in

45
IJPST Volume 1, Nomor 2, Oktober 2014

patients with type 2 diabetes mellitus. 21. Murugaiyah, Vikneswaran, Chan, Lam
Journal of Biomedicine and K. Mechanism of antihyperuricemic
Biotechnology; 2012. effect of Phyllanthus niruri and its
17. Purwatiningsih, Hakim AR, Purwantini lignan constituents. Journal of
I. Antihyperuricemic activity of the Ethnopharmacology. 2009;124(15):
kepel [Stelechocarpus burahol (BI.) 233239.
Hook.F.&Th.] leaves extract and 22. Sukandar EY, Nurdewi, Elfahmi.
xanthine oxidase inhibitory study. Antihypercholesterolemic effect of
International Journal of Pharmacy and combination of Guazuma umifolia L
Pharmaceutical Sciences, 2010;2(2). leaves and curcuma xanthorrhiza roxb.
18. Purwantiningsih, Nurlaila. One-day rhizomes extract in wistar rats.
oral treatment effect of the ethanol International Journal of Pharmacology.
extract of kepel [Stelechocarpus 2012;8(4):277282.
burahol (BI.)Hook.F.&Th.] leaves on 23. Puspita Sari I, Nurrochmad A,
the body weight and organ of sprague- Setiawan IM. Indonesian herbals
dawley rats. IJPS Journal of reduce cholesterol levels in dietinduced
Pharmacology and Toxicology. 2011; hypercholesterolemia through lipase
11:5. inhibition. Malaysian Journal of
19. Purwantiningsih, Purwantini I, Santoso Pharmaceutical Sciences. 2013;11(1):
D. Identification of standard 1320.
parameters of kepel leaves 24. Temburne SV, Sakarkar DM,
[Stelechocarpus burahol (BI.) Biochemical and physological
Hook.F.&Th.] and the extract as raw responses of fruit juice of Murraya
material for antihyperuricemic koeniggi (L) in 28 days repeated dose
medicaments. Asian Journal of toxicity study. International Journal of
Pharmaceutical and Clinical Research. Pharm Tech Research CODEN (USA).
2011;4(1). 2009;1(4):15681575
20. Dhianawaty D, Soediro I, Soemardji 25. Supriyatna, Moelyono MW, Iskandar
AA. Two synergetic effects of Sonchus Y, Febriyanti RM. Mengenal obat
Arvensis L leaves decoction in calcium herbal pemahaman obat herbal untuk
oxalate bladder stone therapy on male fitoterapi. Bandung: Unpad Press;
wistar rat. International Journal of 2013.
Research in Phytochemistry &
Pharmacology. 2012;2(3):147149

46

Anda mungkin juga menyukai