Anda di halaman 1dari 4

Prosedur Perizinan Usaha Kecil Menengah

1. Sebelum melakukan pendaftaran tempat usaha, hal-hal yang perlu diperhatikan:


a. Perjanjian Sewa Menyewa
Perjanjian yang dilakukan oleh pemilik tanah dan Anda, baik berupa perjanjian
tertulis maupun perjanjian lisan harus diperhatikan bahwa objek dari perjanjian
tersebut digunakan sebagai kegiatan usaha. Berdasarkan Pasal 1554 jo Pasal 1560
KUHPer, Anda sebagai penyewa wajib untuk menggunakan objek sewa sebagaimana
tujuan sewa yang diberikan oleh si pemberi sewa dan tidak diperkenankan untuk
mengubah wujud maupun tatanan objek yang disewa. Apabila Anda sebagai penyewa
tidak menggunakan objek sewa sesuai dengan perjanjian sewa hingga menerbitkan
suatu kerugian kepada pihak pemberi sewa, maka pemberi sewa dapat meminta
pembatalan perjanjian sewa kepada Anda.
b. Izin Mendirikan Bangunan ("IMB")
Sebagai bahan perbandingan, apabila bangunan berada di Provinsi Jakarta,
maka berdasarkan Pasal 2 Kepgub 76/2000, setiap kegiatan yang akan membangun
bangunan/bangunan-bangunan wajib memiliki IMB. Permohonan IMB ini dapat
diajukan secara tertulis kepada Gubernur melalui Suku Dinas untuk :
a) Bangunan Rumah Tinggal;
b) Bangunan Bukan Rumah Tinggal;
c) Bangunan-Bangunan.
Perlu diperhatikan apakah IMB yang dimiliki oleh pemilik tanah dapat
digunakan sebagai tempat usaha atau hanya izin untuk membangun rumah tinggal.
Apabila perjanjian sewa dan IMB yang ada sudah sesuai dengan peruntukan kegiatan
usaha, maka Anda dapat melaporkan tempat usaha yang Anda miliki lakukan kepada
Pihak Kelurahan setempat.
2. Perizinan Kegiatan Usaha
Dengan asumsi bahwa bentuk usaha yang dilakukan adalah Perusahaan Perorangan,
maka berdasarkan Pasal 1624 KUHPer, persekutuan berlaku sejak adanya perjanjian, jika
dalam perjanjian ini tidak disyaratkan syarat lain. Adapun perjanjian yang dimaksud di
sini dapat berupa perjanjian tertulis maupun perjanjian secara lisan. Sehingga, untuk
Perusahaan Perorangan tidak diperlukan adanya akta perusahaan. Lebih lanjut terkait
perizinan kegiatan usaha, dapat dilengkapi dokumen sebagai berikut :
a. Tanda Daftar Perusahaan ("TDP")
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU 3/1982 yang dimaksud dengan Daftar
Perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan
ketentuan undang-undang ini dan atau peraturan-peraturan pelaksanaannya, dan
memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh
pejabat yang berwenang dari kantor pendaftaran perusahaan. Adapun yang dimaksud
dengan Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha
yang bersifat tetap dan terus-menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan
dalam wilayah Negara Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan
dan atau laba; Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Permendag 36/2007, diatur bahwa setiap
Perusahaan yang berbentuk :
a) Perseroan Terbatas;
b) Koperasi;
c) Persekutuan Komanditer (CV);
d) Firma (Fa);
e) Perorangan;
f) Bentuk Lainnya; dan
g) Perusahaan Asing dengan status Kantor Pusat, Kantor Tunggal, Kantor Cabang,
Kantor Pembantu, Anak Perusahaan, dan Perwakilan Perusahaan yang
berkedudukan dan menjalankan usahanya di wilayah Republik Indonesia
Sebagai asumsi apabila bentuk perusahaan yang ingin dibentuk adalah salah
satu dari bentuk usaha yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) Permendag 37/07, maka
daftar perusahaan wajib untuk dilaksanakan. Apabila bentuk perusahaan yang akan
dibentuk adalah perusahaan kecil, maka berdasarkan Pasal 6 UU 3/1982 jo Pasal 4
Permendag 36/2007 terdapat pengecualian kewajiban untuk mendaftarkan daftar
perusahaan bagi perusahaan kecil, namun apabila perusahaan kecil tetap dapat
memperoleh TDP untuk kepentingan tertentu, apabila perusahaan kecil tersebut
menghendaki.
Lebih lanjut yang dimaksud dengan perusahanan kecil adalah:
1. Perusahaan yang dijalankan perusahaan yang diurus, dijalankan, atau dikelola
oleh pribadi, pemiliknya sendiri, atau yang mempekerjakan hanya anggota
keluarganya sendiri;
2. Perusahaan yang tidak diwajibkan memiliki izin usaha atau surat keterangan
yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang;
atau
3. Perusahaan yang benar-benar hanya sekedar untuk memenuhi keperluan nafkah
sehari-hari pemiliknya.
Apabila perusahaan yang akan dibentuk merupakan perusahaan kecil pada
dasarnya tidak diwajibkan untuk melakukan pendaftaran perusahaan, namun apabila
dihendaki untuk kepentingan tertentu, tetap dapat mengajukan permohonan
pendaftaran perusahaan tersebut.
b. Surat Izin Usaha Perdagangan ("SIUP")
Setiap Perusahaan yang melakukan usaha perdangangan wajib untuk memilki
SIUP. Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) huruf c Permendag 46/2009, terdapat
pengecualian kewajiban memiliki SIUP terhadap Perusahaan Perdagangan Mikro
dengan kriteria:
a) Usaha Perseorangan atau persekutuan;
b) Kegiatan usaha diurus, dijalankan, atau dikelola oleh pemiliknya atau anggota
keluarga terdekat; dan
c) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,- tidak termasuk tanah
dan bangunan.
Namun, Perusahaan Perdagangan Mikro tetap dapat memperoleh SIUP
apabila dikehendaki oleh Perusahaan tersebut. Permohonan SIUP ini diajukan
kepada Pejabat Penerbit SIUP dengan melampirkan surat permohonan yang
ditandatangani oleh Pemilik/Pengurus Perusahaan di atas materai yang cukup serta
dokumen-dokumen yang disyaratkan dalam Lampiran II Permendag 36/2007.
c. Nomor Pokok Wajib Pajak ("NPWP")
Memiliki NPWP atas nama pemilik/ penanggung jawab perusahaan.
d. Izin Gangguan
Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Permendagri 27/2009, yang dimaksud dengan izin
gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi/badan
di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian, dan gangguan, tidak
termasuk tempat/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah. Berdasarkan Pasal 5 Permendagri 27/2009 dokumen persyaratan
Izin Gangguan yaitu sebagai berikut :
1) Formulir Permohonan, yang sedikitnya memuat :
Nama Penanggung Jawab Usaha/Kegiatan;
Nama Perusahaan;
Alamat Perusahaan;
Bidang usaha/kegiatan;
Lokasi Kegiatan;
Nomor Telepon perusahaan;
Wakil Perusahaan yang dapat dihubungi;
Ketersediaan sarana dan prasarana teknis yang diperlukan dalam
menjalankan usaha;
Pernyataan pemohon izin tentang kesanggupan memenuhi ketentuan
perundang-undangan
2) Foto copy KTP Pemohon;
3) Foto copy Surat Izin Lokasi/Domisili;
4) Foto copy NPWP;
5) Apabila pemohon adalah pemilik tempat usaha, maka dokumen yang wajib
dilampirkan adalah:
Foto copy Akta Perusahaan (apabila merupakan badan usaha atau badan
hukum);
Foto copy PBB terakhir
Foto copy Surat Kepemilikan tanah;
Foto copy IMB/IPB/KRK.
6) Apabila pemohon adalah penyewa tempat usaha, maka dokumen yang
diwajibkan adalah surat perjanjian sewa dengan pemilik tempat usaha.
7) Surat Persetujuan Tetangga yang diketahui RT/RW setempat.
Izin Gangguan ini diberikan oleh Bupati/Walikota, khusus untuk DKI Jakarta
pemberian izin gangguan merupakan kewenangan Gubernur.

Referensi:
Prasetio, Bimo. 2012. Prosedur Perizinan Usaha Kecil. Jakarta. Diakses dari laman
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4ec1e7d00cf43/prosedur-perizinan-usaha-kecil
pada hari Rabu, tanggal 20 September 2012, pukul 07.15 WIB.

Anda mungkin juga menyukai