Anda di halaman 1dari 30

Oleh:

Nuri As-saadatul Ulya


(1302100037)
 Mastitismerupakan radang pada
payudara yang dapat disertai atau tidak
disertai infeksi. Penyakit ini sebagian
besar menyertai laktasi, sehingga
disebut juga mastitis laktasional atau
mastitis puerperalis.
Mastitis dapat terjadi di beberapa bagian
daerah payudara diantaranya:
 Areola mamae
 Di tengah-tengah mamae
 Jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-
kelenjar antara mamae dan otot-otot
dibawahnya.
 Mastitis biasanya disebabkan oleh
infeksi staphylococus aureus
 Payudara tidak disusukan secara adekuat
 Sumbatan saluran susu yang berlanjut
 Payudara bengkak
 Puting lecet sehingga kuman mudah
masuk
 Penyangga payudara yang terlalu ketat
 Rasa panas dingin disertai dengan
kenaikan suhu
 Penderita merasa lesu
 Tidak nafsu makan
 Mamae sedikit bengkak
 Nyeri dan kemerahan
 Payudara keras dan merongkol
 Adanya bercak panas atau area nyeri
tekan yang akut.
 Ibu dapat merasakan bercak kecil yang
keras di daerah nyeri tekan tersebut
 Ibu tidak mengalami demam dan merasa
baik-baik saja
 Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot
seperti flu
 Ibu dapat mengeluh sakit kepala
 Demam dengan suhu diatas 34°C
 Teradapat area luka yang terbatas atau lebih luas
pada payudara
 Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan
atau bercahaya (tanda-tanda akhir)
 Kedua payudara mungkin akan terasa keras dan
tegang: ibu dapat menggambarkan hal ini
sebagai pembengkakan
 Paritas
 Serangan sebelumnya
 Gizi
 Faktor kekebalan dalam ASI
 Stress dan kelelahan
 Pekerjaan diluar rumah
 Faktor lokal dalam payudara
 Trauma
 ASI tetap aman untuk dikonsumsi bagi bayi
yang sehat.
 Saat terjadi peradangan pada payudara
memang lebih berisiko bagi perpindahan
transmisi penyakit infeksi secara vertikal,
khususnya retrovirus.
 Antiradang yang meningkat di dalam ASI
akan melindungi bayi dari ASI matitis.
 Akibat peradangan akan meningkatkan
kadar natrium di dalam ASI sehingga rasa
ASI mungkin berubah.
 Berikan ASI eksklusif dan menyusui tanpa
dibatasi.
 Segera kenali dan atasi permasalahan
menyusui pada ibu.
 Kelola dengan baik payudara bengkak,
puting lecet, sumbatan dan risiko penyebab
statis ASI lainnya.
 Ibu menyusui sebaiknya juga beristirahat,
makan dan minum dengan cukup.
 Jaga kebersihan.
1. Pengeluaran ASI yang efektif
 Teruskan menyusui dan lakukan pengeluaran
ASI yang efektif.
 Kompres menggunakan air dingin di area yang
terkena
 Pijat lembut area yang terkena ke arah puting
ketika mengompres untuk mengeluarkan ASI.
 Jika ibu terpisah dengan bayi atau tidak dapat
menyusui bayi secara langsung maka perah
payudara dengan efektif. ASI harus dikeluarkan
supaya mastitis membaik, jika tidak berisiko
terjadi abses payudara.
 Menyusui diawali dari sisi payudara yang sakit.
 Hisapan pertama bayi ketika lapar biasanya kuat
sehingga diharapkan dapat efektif
mengeluarkan ASI yang stasis di area mastitis.
 Lakukan variasi posisi menyusui supaya seluruh
saluran ductus bisa terkosongkan secara efektif.
 Pijat lembut di area yang terkena menuju ke arah
puting
 Pastikan posisi dan perlekatan bayi baik.
 Pastikan bayi menghisap dengan aktif dan baik
supaya pengeluaran ASI bisa efektif.
 Jikabayi tidak bisa mengosongkan
payudara dengan efektif maka ibu
sebaiknya memerah ASI setelah bayi
selesai menyusu.
 Kompres dingin untuk mengurangi rasa
nyeri dan tidak nyaman
 Analgesik
Ibu bisa meminum obat pereda rasa
nyeri (analgesik) seperti parasetamol
(jika tidak ada riwayat alergi obat
tersebut). Pemberian parasetamol
3x500mg per oral.
 Antibiotik
Berikan kloksasiklin 500mg per oral atau
eritromisin 250mg per oral sebanyak 3
kali sehari.
 PENGKAJIAN
Tanggal : Waktu yang digunakan untuk
pengkajian
Tempat : Tempat yang digunakan untuk
pengkajian
Oleh : Orang yang melakukan
pengkajian
 Biodata Ibu dan Suami
 Nama
 Umur
 Pekerjaan
 Pendidikan
 Penghasilan
 Agama
 Alamat
 Alasan datang
Apakah alasan kunjungan ini karena ada keluhan atau hanya untuk
memeriksa keadaan dirinya.
 Keluhan utama
keluhan yang dirasakan oleh ibu yang menyebabkan ibu datang
kepelayanan kesehatan untuk memperoleh bantuan dari tenaga
kesehatan. Pada kasus mastitis, keluhan utama yang biasa dirasakan oleh
ibu ialah:
 Rasa panas dingin disertai dengan demam
 Penderita merasa lesu
 Nyeri pada payudara
 Payudara teraba keras dan merongkol
 Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu
 Ibu dapat mengeluh sakit kepala
 Teradapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara
 Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya (tanda-
tanda akhir)
 Kedua payudara mungkin akan terasa keras dan tegang: ibu dapat
menggambarkan hal ini sebagai pembengkakan
 Riwayat Kesehatan
Dari data riwayat ini dapat digunakan sebagai penanda
akan adanya penyulit masa nifas. Beberapa data penting
tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu diketahui
adalah apakah pasien pernah atau sedang menderita
penyakit, seperti jantung, diabetes melitus, TBC, ginjal,
hipertensi/ hipotensi, hepatitis serta PMS.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami keluarga,
penyakit yang sedang diderita dan mendapat pengobatan
yang sedang atau pernah dilakukan, penting dilakukan
untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang menyertai
dan mempengaruhi.
 Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Informasi terinci mengenai riwayat obstetrik sebelumnya sangatlah penting dikaji agar dapat
memberikan asuhan yang tepat.
Nifas
 Tanyakan mengenai masa nifas ibu apakah mengalami komplikasi yang perlu mendapatkan
perhatian dan pertolongan segera seperti perdarahan, infeksi puerperium (tanda gejala
infeksi seprti demam, kemerahan dan nyeri pada daerah luka), mengenai pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan tanpa pemberian makanan tambahan apapun, keadaan bayi
(Manuaba, 2007: 211).
 Riwayat haid
Menarche
Siklus
Lama
Banyaknya
Keluhan

 Riwayat Pernikahan
Digunakan untuk mengetahui berapa lama pasien menikah dan berapa jumlah pasangan
seksualnya.
 Riwayat Keluarga Berencana
Apakah ibu pernah menggunakan KB, jika iya KB apa, memakai KB berapa lama, berhenti KB
berapa lama. Keluhan, dan rencana penggunaan KB setelah melahirkan.
 Pola kebiasaan sehari-hari
 Nutrisi
 Istirahat
 Aktivitas
 Eliminasi
 Kebersihan
 Pola seksual

 Keadaan psikososial
Suatu pengkajian psikososial pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi
orang tua dengan bayi, respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan
maladaptif. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. cukup sering ibu menunjukkan depresi
ringan beberapa hari setelah kelahiran. depresi tersebut sering disebut sebagai post partum
blues. post partum blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang
dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya.

 Latar belakang sosial Budaya


Untuk mengetahui klien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan
atau merugikan klien khususnya pada masa nifas misalnya kebiasaan pantang makanan.
Dengan adanya kebiasaan pantang makanan maka dapat mengakibatkan proses dari
penyembuhan luka selama nifas tidak berjalan dengan normal (Sulistyawati, 2009: 121).
Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : Lesu
 Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital
 TD :Normalnya 100/60 – 130/90
mmHg
 Nadi :Normalnya 60 – 90x/mnt
> 100x/menit indikasi
infeksi
 Suhu :Normalnya 36,5– 37,5ºC
> 380 C indikasi infeksi
 RR :Normalnya 16 – 24 x/mnt
 Inspeksi
 Payudara : kebersihan, puting menonjol / tidak. Kesimetrisan payudara,
cedera puting susu seperti pecah-pecah atau melepuh. Pada penderita
mastitis dapat dijumpai payudara terlihat sedikit bengkak, Kulit pada
payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya (tanda-tanda akhir),
terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara.
 Genetalia :Perineum mormalnya terdapat edema ringan dan kebiruan,
adanya memar, nyeri dan terasa penuh indikasi hematoma. Jika ada
episiotomi kaji tentang ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi. Kaji lokhea
untuk karakter, jumlah dan bau.
 Lochea normal : merah hitam (lochea rubra), bau biasa ,tidak ada bekuan
darah atau butir-butir darah beku, jumblah perdarahan ringan atau
sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam)
 Lochea abnormal: merah terang, bau busuk, mengeluarkan darah beku,
perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam).
 Palpasi
 Payudara
Kaji bentuk mamae, apakah mamae lunak, kadang keras, bengkak. Kaji
adanya nyeri tekan, massa yang dapaat dipalpasi, panas, dan edema
(indikasi mastitis). Kaji kondisi puting adakah fisura, keretakan, nyeri, dan
inversi (masuknya puting) (Ladewig dkk, 2006: 229).
Pada penderita mastitis dapat dijumpai payudara keras dan merongkol,
tegang, terdapat nyeri tekan, massa yang dapaat dipalpasi, panas, dan
edema (indikasi mastitis). Kaji kondisi puting adakah fisura.
 Abdomen
Hasil palpasi fundus harus keras dan di garis tengah tubuh untuk
mencegah perdarahan, dan kaji distensi kandung kemih. Kandung kemih
yang penuh mempengaruhi kontraksi uterus.
Ukuran TFU normal yakni: setelah plasenta lahir setinggi pusat, 7 hari
pada pertengahan antara pusat dan simpisis, 14 hari sudah tidak teraba,
dan 6 minggu kembali normal.
 Ekstremitas
Kaji bila terdapat edema kemerahan, tanda human dan nyeri tekan jika +
indikasi tromboflebitis.
Diagnosa aktual: Ny ...... P...Ab... postpartum
hari ke.......... dengan mastitis.
Masalah aktual:
 Rasa panas dingin disertai dengan demam
 Penderita merasa lesu
 Mamae bengkak
 Nyeri
 seluruh badan terasa tidak nyaman dan
badan terasa sakit.
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi.
Diagnosa potensial: Abses payudara
Masalah potensial:
 Nyeri pada payudara lebih parah.
 Payudara lebih mengkilap dan berwarna
merah.
 Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
 Sensasi rasa panas pada area yang terkena
Dikaji dari masalah-masalah yang harus
segera
mendapatkan penanganan. Pada kasus
mastitis
diantaranya:
 Kompres dingin untuk mengurangi rasa
nyeri dan tidak nyaman.
 Pijat lembut area yang terkena ke arah
puting ketika mengompres untuk
mengeluarkan ASI.
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu mengalami radang
payudara (mastitis).
R/ Agar ibu mengetahui keadaan dirinya.

2. Mengajarkan ibu mengkompres payudara dengan air dingin untuk mengurangi


rasa nyeri yang dirasakan ibu.
R/ Agar ibu dapat mengatasi rasa nyeri yang dirasakan.
3. Mengajarkan ibu perawatan payudara yaitu dengan menjaga kebersihan
payudara, mengkompres payudara dengan kapas yang dibasahi baby oil lalu
membersihkan payudara sampai bersih dan mengelap payudara sebelum dan
sesudah menyusui.
R/ Agar kebersihan payudara tetap terjaga dan tidak memperberat infeksi.
4. Memberitahu ibu teknik menyusui yang benar yaitu: Menyusui bayi setiap bayi
ingin menyusu atau setiap 2 jam pada siang dan malam hari dengan lama
menyusui 10-15 menit di setiap payudara; Bangunkan bayi, lepaskan baju yang
menyebabkan rasa gerah dan duduklah selama menyusui; Pastikan bayi menyusu
dengan posisi menempel yang baik; Susui bayi di tempat yang tenang dan nyaman
serta minumlah setiap kali setelah menyusui.
R/ Agar ASI yang disusukan adekuat dan tidak terjadi statis ASI yang dapat
memperberat mastitis.
5. Memberitahu ibu cara mengatasi puting lecet yaitu olesi puting
dengan ASI sebelum dan setelah menyusui.
R/ Agar luka pada puting cepat sembuh dan tidak menjadi pintu
masuk dari kuman yang dapat menyebabkan mastitis.
6. Memberika ibu konseling nutrisi, yaitu memakan makanan
yang bergizi seperti telur, sayuran hijau, dan buah-buahan serta
minum susu menyusui bila ada.
R/ Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan baik.
7. Memberikan ibu terapi antibiotik diminum 3x1.
R/ Mastitis sering disebabkan karena infeksi.
8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 3 hari kemudian.
R/ Untuk memantau kondisi terakhir pasien, mastitis yang tidak
dikelola dengan tepat akan berisiko terjadi abses payudara
9. Mendokumentasikan asuhan.
R/ Untuk pencatatan jika suatu saat diperlukan.
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa saat ini ibu mengalami radang payudara
(mastitis).
2. Mengajarkan ibu mengkompres payudara dengan air dingin untuk mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan ibu.
3. Mengajarkan ibu perawatan payudara yaitu dengan menjaga kebersihan payudara,
mengkompres payudara dengan kapas yang dibasahi baby oil lalu membersihkan
payudara sampai bersih dan mengelap payudara sebelum dan sesudah menyusui.
4. Memberitahu ibu teknik menyusui yang benar yaitu: Menyusui bayi setiap bayi ingin
menyusu atau setiap 2 jam pada siang dan malam hari dengan lama menyusui 10-15
menit di setiap payudara; Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa
gerah dan duduklah selama menyusui; Pastikan bayi menyusu dengan posisi
menempel yang baik; Susui bayi di tempat yang tenang dan nyaman serta minumlah
setiap kali setelah menyusui.
5. Memberitahu ibu cara mengatasi puting lecet yaitu olesi puting dengan ASI sebelum
dan setelah menyusui.
6. Memberika ibu konseling nutrisi, yaitu memakan makanan yang bergizi seperti telur,
sayuran hijau, dan buah-buahan serta minum susu menyusui bila ada.
7. Memberikan ibu terapi antibiotik diminum 3x1.
8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang tiga hari kemudian.
9. Mendokumentasikan asuhan.
1. Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan.
2.Ibu mengerti dan akan melakukannya di rumah jika
payudara terasa nyeri.
3.Ibu dapat mengulang kembali cara merawat
payudara.
4.Ibu telah mengerti dengan penjelasan bidan dan
akan menyusui bayinya sesuai anjuran bidan.
5.Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
6.Ibu mengerti dengan penjelasan bidan.
7.Ibu telah diberikan antibiotik.
8.Ibu berjanji akan datang kembali 3 hari kemudians.
9.Asuhan telah didokumentasikan.

Anda mungkin juga menyukai