Anda di halaman 1dari 80

KATA PENGANTAR

Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit Umum dr.
Balikpapan adalah dengan memberikan pelayanan medik yang professional, bermutu
dan aman.
Mengingat linen digunakan setiap hari di setiap ruangan di rumah sakit, maka
diperlukan pengelolaan linen secara komprehensif.
Dalam buku panduan ini berisikan tentang manajemen linen, sarana dan
prasarana serta peralatan pencucian, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, dan
keselamatan kerja, Prosedur Pelayanan linen serta monitoring dan evaluasi.
Tim Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberi bantuan secara moril maupun materiil kepada kami, sehingga buku ini
dapat diselesaikan.
Tim Penyusun menyadari masih banyak yang perlu untuk disempurnakan.
Oleh karena itu berbagai kritik dan saran untuk kesempurnaan buku ini sangat kami
harapkan.
Harapan kami semoga buku ini dapat dijadikan salah satu buku panduan
dalam meningkatkan pelayanan linen di rumah sakit .

Terima Kasih

Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
adalah melalui pelayanan penunjang medik, khususnya dalam pengelolaan
linen di rumah sakit. Linen di rumah sakit dibutuhkan disetiap ruangan.
Kebutuhan akan linen disetiap ruangan sangat bervariasi, baik jeis, jumlah,
dan kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang, membutuhkan
pengelolaan khusus dan banyak melibatkan tenaga kesehatan dengan
bermacam-macam klasifikasi.
Klasifikasi tersebut terdiri dari ahli Menejemen, Tekhnisi, Perawat,
Tukang cuci, Penjahit, Tukang setrika, hli sanitasi, serta Ahli kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman, dan siap pakai,
diperlukan perhatian khusus, seperti kemungkinan terjadinya pencemaran
infeksi dan efek penggunaan bahan-bahan kimia.

II. Dasar Pelayanan Linen di Rumah Sakit


1. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup
3. UU no. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
4. PP no. 85 / 1999 tentang pengelolaan limbah beracun
5. PP no. 20 tahun 1990 tentang pencemaran air
6. PP no.27 tahun 1999 tentang AMDAL
7. Permenkes RI No. 472/MENKES/Peraturan/V/1996
tentang Penggunaan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan
8. Permenkes No. 416 / MENKES / peraturan / IX / 1992
tentang penyediaan air bersih dan air minum
9. Permenkes No. 986 / Menkes / Per/ XI / 1992 tentang
penyehatan lingkungan Rumah Sakit
10. Kepmenkes RI No. 983/menkes/SK/XI/1992 tentang
pedoman Organisasi Rumah Sakit
11. Kepmen LH no. 58 / MENLH / 12/1995 tentang baku mutu
Limbah cair bagi kegiatan Rumah Sakit
12. Pedoman snitasi rumah sakit di Indonesia tahun 1992
tentang Pengelolaan Linen
13. Standart pelayanan Rumah Sakit tahun 1999
14. Buku pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit Depkes
tahun 2004

III. Tujuan
Umum
Untuk meningkatkan mutru pelayanan linen di rumah sakit

Khusus
1. Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan linen di
rumah sakit
2. sebagai pedoman kerja untuk mendapatkan linen yang
bersih, kering, rapi,utuh, dan siap pakai.
3. Sebagai panduan dalam meminimalisasi kemungkinan
terjadinya infeksi silang
4. Untuk menjamin tenaga Kesehatan, Pengunjung,
Kontraktor, dan Lingkungan dari terpaparnya bahaya potensial
5. Untuk menjamin ketersediaan linen di setiap unit di
rumah sakit.

IV. Falsafah
1. Pelayanan linen pada hakikatnya adalah tindakan
penunjang medik yang dilaksanankan dengan sebaik-baiknya dan
bertanggung jawab untuk membantu unit-unit lain di rumah sakit yang
mebutuhkan linen yang siap pakai
2. Infeksi Nosokomial dapat terjadi pada siapa saja di setiap
tempat di rumah sakit baik secara langsung maupun tidak langsung
3. Pelayanan linen dilaksakan oleh tenaga-tenaga kesehatan
dengan pedoman dan prosedur kerja yang ada.
4. Keshatan dan Keselamatan Kerja harus di selenggarakan
di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko
bahaya kesehatan, mudah terjangkinya penyakit atau mempunyai
karyawan lebih dari sepulu.
5. Pemilihan bahan kimia yang ramah lingkungan akan
mengurangi pencemaran air, udara, tanah, dan lingkungan.
BAB II
MANAJEMEN LINEN DI RUMAH SAKIT

I. JENIS LINEN

Ada bermacam-macam jenis linen yang digunakan di rumah sakit.

Jenis linen diamaksud antara lain ;

1. Spray

2. Steek laken

3. Perlak / zeil

4. Sarung bantal

5. Sarung guling

6. Selimut

7. Boven laken

8. Alas kasur

9. Bed cover

10. Bedong

11. Gurita

12. Popok
13. Baju bayi

14. Celana bayi

15. Kaos kaki bayi

16. Kaos tangan bayi

17. Topi bayi

18. Sines

19. Kulambu bayi

20. Bantal bayi

21. Bantal anak

22. Sarung bantal anak

23. Guling bayi

24. Sarung guling bayi

25. Penutup incubator

26. Penutup pintu inkubator

27. Tirai / gorden

28. Vitrage

29. Kain penyekat / scherm

30. Taplak

31. Barak scort

32. Celemek,

33. Topi.pramusaji

34. waslap
35. Baju pasien

36. Celana pasien

37. Baju pengunjung

38. Baju tindakan

39. Jas operasi

40. Baju kerja ok

41. Celana ok

42. Celana lobang pasien hemaroid

43. Duk lobang besar

44. Duk lobang mata

45. Duk lobanh sedang

46. Duk lobang HD

47. Duk lobang kebidanan

48. Duk lobang kecil

49. Duk buntu besar

50. Duk buntu sedang

51. Duk kaki

52. Alas meja operasi

53. Parlak alas meja operasi

54. Sepatu boot

55. Baju operasi

56. Sarung o2 besar


57. Sarung o2 kecil

58. Alas meja pengawai

59. Spray pengawai

60. Taplak meja rapat

61. Gorden pintu dan jendela

62. Kain penutup mesin anastesi

63. kain penutup rongen

64. Kain penutup USG

65. Pembungkus linen=2meterx1.50cm

66. Telpal trolly

67. Penutup desking car p.2m.L=50cm

68. Kain penutup mayat p= 2,5cm.L.90cm

II. BAHAN LINEN

Rumah sakit umum dr. Balikpapan menggunakan jenis kain Katun


100%. Pemilihan bahan linen hendaknya disesuaikan dengan fungsi dan cara
perawatan serta penampilan yang diharapkan.

III. PERAN DAN FUNGSI

Peran pengelolaan menejemen linen di rumah sakit cukup penting.


Diawali dari perencanaan, salah satu subsistem pengelolaan linen adalah
proses pencucian. Alur aktifitas fungsional dimulai dari ; (Gambarkan alur
mulai dari penerimaan sampai menyimpan dan di masukkan ke lampiran saja)

1. Penerimaan linen kotor


2. Penimbangan

3. Pemilahan

4. Proses pencucian

5. Pemerasan

6. Pengeringan

7. Sortir noda

8. Penyetrikaan

9. Sortir linen rusak

10. Pelipatan

11. Merapikan

12. Mengemas atau mengepak

13. Menyimpan dan mendistribusikan ke unit-unit yang membutuhkannya,


sedangkan linen yang rusak dikirim ke gudang untuk di musnahkan.

Untuk melaksanakan aktifitas tersebut dengan lancer dan baik, maka


diperlukan alur yang terencana dengan baik. Peran sentral lainnya adalah
perencanaan, pengadaan, pengelolaan, pemusnahan, control, dan
pemeliharaan fasilitas kesehatan, dan lain-lain, sehingga linen dapat tersedia
di unit-unit yang membutuhkan.
IV. PRINSIP PENGELOLAAN LINEN

LINEN YANG RENDAH


KEMUNGKINAN
MENIMBULKAN
INFEKSI
DESINFEKSI TINGKAT RENDAH

TINGGI

DESINFEKSI TINGKAT
TINGGI

STERILISASI
SECARA UMUM
INFEKSI YANG
DISEBABKAN
LINEN RELATIF
RENDAH

KARENA TIDAK
KONTAK LANGSUNG
DENGAN JARINGAN
TUBUH YANG STERIL
ATAU DENGAN
PEMBULUH DARAH
V. PENGORGANISASIAN PENGELOLAAN LINEN

Saat ini struktur pengelolaan linen di rumah sakit Dr. Balikpapan


merupakan Instalasi atau unit yang berada di bawah Wadir Pelayanan salah
satu dari bagian Keperawatan yaitu Instalasi Sentralisasi Laundry dan CSSD.

1. STRUKTUR ORGANISASI
DIREKTUR

WADIR PELAYANAN

KEPALA INSTALASI STERILISASI DAN LAUNDRY


Dr.ADI ARYANTO Sp.BO

KEPALA RUANGAN
INSTALASI LAUNDRY

QUALITY CONTROL

STAF ADMINISTRASI
INSTALASI LAUNDRY

PENERIMAAN PENCUCIAN PENGERINGAN PENYETRIKAAN DISTRIBUSI


DAN PELIPATAN
KATIM KATIM KATIM KATIM KATIM
ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA

2. HUBUNGAN DENGAN UNIT LAIN

Kewaspadaan universal Kewaspadaan


di ruangan umum di laundry
R. Inap
R. Jalan
Inatalasi
bedah Lien Unit
Administrasi Proses
Kotor pencuci
pencucian
an

Kerusakan
alat Line CSSD
n
Bersi
h

Kewaspadaan
umum IPSR Linen
transportasi S steril

DISTRIBUSI

3. SUMBER DAYA MANUSIA ( SDM )

Sumber daya manusia yang terdapat di laundry RS Dr. Balikpapan terdiri


dari ;

a) Kepala instalasi

Minimal ?Lulusan S.1 kesehatan / S.2 kesehatan. Yang saat ini ada ?

b) Kepala ruangan
Minimal lulusan D.IV keperawatan / S.1 kesehatan

c) Tenaga non medis (umum)

Administrasi

Minimal lulusan D.III akutansi / manajemen

Bagian mesin

Minimal lulsan SMK Mesin / Listrik / Kimia

Bagian penyetrikaan dan pelipatan

Minimal lulusan SLTA

Bagian gudang

Minimal lulusan SMK Perhotelan

4. TATA LAKSANA PENGELOLAAN

Tata laksana pencucian linen di rumah sakit Dr. Balikpapan terdiri dari ;
(Jelaskan Tata laksananya jgn hanya menyebutkan)

a) Perencanaan

b) Penerimaan linen kotor

c) Penimbangan

d) Pemilahan

e) Proses pencucian

f) Pengeringan

g) Penyetrikaan

h) Pelipatan
i) Penyimpanan

j) Distribusi

k) Pencatatan dan Pelaporan

BAB III

SARANA FISIK, PRASARANA DAN PERALATAN

I. SARANA FISIK
Sarana fisik untuk instalasi laundry mempunyaipersyaratan sendiri,
terutama untuk pemasangan peralatan pencucian. Sebelum pemaangan data
sarana prasarana dan alat (SPA) diperlukan untuk memudahkan koordinasi dan
jejaring selam penoprasiannya. Tata letak dan hubungan antara ruangan
memerlukan perencanaan tekhnik yang matang, untuk memudahkan
penginstalan termasuk instalasi listrik, uap, air panas, dan penunjang lainnya.

Saran fisik instalasi laundry Rumah Sakit Umum Dr. Balikpapan terdiri dari
beberapa ruang antara lain :

1. Ruang penerimaan linen

Ruangan ini memuat;

a. Meja penerimaan linen kotor (infeksus dan non-infeksius)

b. Timbangan duduk digital

c. Ruang yang cukup untuk keluar masuk troli linen (infeksus dan
non-infeksius)

d. Sirkulasi udara dengan exaust fan dan fan berdiri

e. Penerangan minimal kategori pencahayaan C = 100 200 lux

2. Ruang pemilahan linen

Ruangan ini memuat;

a. Meja pemilahan linen kotor non-infeksius

b. Timbangan duduk digital

c. Sirkulasi udara dengan exaust fan dan fan berdiri

d. Penerangan minimal kategori pencahayaan C = 100 200 lux


3. Ruang perendaman linen

Ruangan ini memuat;

a. Bak perendaman linen kotor infeksius

b. Mesin cuci 2 pintu khusus linen kotor infeksius kapasitas min. 40 kg


jumlah min. 1 mesin

c. Sirkulasi udara dengan exaust fan dan fan berdiri

d. Penerangan minimal kategori pencahayaan C = 100 200 lux

e. Wastafel

4. Ruang pencucian linen

Ruangan ini memuat;

a. Mesin cuci 2 pintu kapasitas isi min. 70 kg dengan jumlah min. 2


mesin

b. Troli linen kotor khusus non infeksius min. 4 troli

c. Sirkulasi udara dengan AC 2 pk = 1 unit

d. Penerangan minimal kategori pencahayaan C = 100 200 lux

e. Toilet kamar mandi

f. Wastafel

5. Ruang pengeringan linen

Ruangan ini memuat;

a. Mesin Pengering kapasitas 40 kg minimal 2 mesin


b. Ruang yang cukup untuk keluar masuk troli linen bersih habis cuci
min. 4 troli

c. Toilet kamar mandi

d. Sirkulasi udara dengan AC 2 pk = 1 unit

e. Penerangan minimal kategori pencahayaan C = 100 200 lux

6. Ruang Penyetrikaan linen

Ruangan ini memuat;

a. Meja panjang sortir linen bersih sesuai jenisnya

b. Mesin pressing ironer min. 2 unit, Tenaga listrik yang digunakan


3,8 Kva 4 Kva per unit

c. Ruang yang cukup untuk keluar masuk troli linen bersih

d. Mesin roll ironer 2 pintu panjang min. 4 M, jumlah minimal 2 unit,


listrik yang digunakan 3,8 Kva 4 Kva per unit

e. Sirkulasi udara dengan exaust fan dan AC 2 pk = 3 unit

f. Penerangan minimal kategori pencahayaan D = 200 500 lux

7. Ruang Pelipatan linen

Ruangan ini memuat;

a. Meja panjang pelipatan linen

b. Meja panjang penempatan linen lipat

c. Sirkulasi udara dengan exaust fan dan AC 2 pk = 2 unit

d. Penerangan minimal kategori pencahayaan C = 100 200 lux


8. Ruang Penyimpanan linen habis pakai

Ruangan ini memuat;

a. Lemari tertutup dan transparan penyimpanan linen bersih yang


akan dipakai

b. Meja administrasi penerimaan linen bersih dari ruang pelipatan

c. Sirkulasi udara dengan AC 2 pk = 2 unit

d. Penerangan minimal kategori pencahayaan D = 200 500 lux

e. Suhu ruangan 22 C 27 C dan kelembaban 45% - 75% RH

Ruangan ini selalu tertutup dan bebas debu.

9. Ruang distribusi linen

Ruangan ini memuat;

a. Meja penyerahan linen bersih kepada pengguna

b. Sirkulasi udara dengan AC 2 pk = 1 unit

c. Penerangan minimal kategori pencahayaan C = 100 200 lux

10. Gudang chemichal

Ruangan ini memuat;

a. Meja penerimaan chemichal


b. Rak penempatan chemichal sesuai jenisnya

c. Dispenser chemichal

d. Ruang yang cukup untuk keluar masuk troli

e. Sirkulasi udara dengan AC 1 pk = 1 unit

f. Penerangan minimal kategori pencahayaan C = 100 200 lux

11. Gudang Linen belum pakai

Ruangan ini memuat;

a. Meja penerimaan tempat penyimpanan linen baru

b. Lemari penyimpanan tertutup

c. Ruag yang cuckup untuk keluar masuk troli linen

d. Sirkulasi udara dengan AC 2 pk = 2 unit

e. Penerangan minimal kategori pencahayaan D = 200 500 lux

f. Suhu ruangan 22 C 27 C dan kelembaban 45% - 75% RH

Ruangan ini selalu tertutup dan bebas debu

12. Gudang troli

Ruangan ini tempat penyimpanan troli yang sudah bersih setelah


dilakukan desinfeksi / dicuci dengan sabun, Penerangan minimal kategori
pencahayaan C = 100 200 lux

13. Ruang pencucian troli


Ruangan ini untuk keluar masuk troli linen yang sudah digunakan untuk
dilakukan pembersihan / pencucian dengan desinfektan / detergent,
Penerangan minimal kategori pencahayaan C = 100 200 lux

14. Ruang Pantri

Ruangan ini memuat;

a. Lemari tertutup dan transparan penyimpanan peralatan makan


minum.

b. Meja makan panjang.

c. Kulkas rumah tangga 2 pintu = 1 unit

d. Dispenser (hot & cool)

e. Sirkulasi udara dengan AC 1 pk = 1 unit.

f. Penerangan minimal kategori pencahayaan C = 100 200 lux.

15. Ruang administrasi

Ruangan ini memuat ;

a. Meja computer

b. Komputer printer

c. Lemari Berkas / dokumen tertutup dan transparan

d. Sirkulasi udara menggunakan AC 1 pk = 2 unit

e. Penerangan minimal kategori pencahayaan C = 100 200 lux

16. Ruang Kepala Ruangan

Ruangan ini memuat ;


a. Meja kerja

b. Komputer printer

c. Lemari Berkas / dokumen tertutup dan transparan

d. Sirkulasi udara menggunakan AC 1 pk = 1 unit

e. Penerangan minimal kategori pencahayaan C = 100 200 lux

17. Ruang Rapat

Ruangan ini memuat;

a. Meja kursi rapat pajang

b. Penerangan minimal kategori pencahayaan D = 200 500 lux

c. Proyektor presentasi dan sound system

18. Ruang Pegawai

Ruangan ini memuat;

a. Lemari / loker pegawai

b. Ruang ganti pakaian pegawai sebelum dan sesudah melakukan tugas.

c. Penerangan minimal kategori pencahayaan C = 100 200 lux

II. PRASARANA
A. Prasarana listrik
Sebagian besar peralatan Laundry rumah sakit umum Dr. Balikpapan
menggunakan daya listrik. Kabel yang digunakan untuk instalasi listrik sebagai
penyalur daya dengan NYY untuk instalasi dalam gedung, dan jenis NYFGBY
untuk instalasi luar gedung pada kabel freeder antara panel induk utama
sampai panel Gedung Instalasi Laundry.
Pada Persyaratan Umum Instalasi listrik 2000 (PUIL 2000) untuk
pendistribusian daya listrik yang besar, kabel freeder harus disambung
langsung dengan Panel Utama (Main Panel) Rumah Sakit, atau Panel Utama
Distribusi (Kios) rumah sakit berlangganan Tegangan Menengah (TM) 20 KV
dan sudah menggunakan sistem Ring TM 20 KV.
Adapun tenaga listrik yang digunakan di Instalasi Pencucian terbagi dua
bagian (line) antara lain :

a. Instalasi Penerangan
b. Intalasi Tenaga

Daya di Instalasi Laundry cukup besar terutama untuk mesin cuci,


mesin pemeras, mesin pengering, dan alat setrika. Menggunakan kabel
dengan jenis NYY terutama pada kotak kontak langsung ke peralatan
tersebut, dan menggunakan Tuas Kontak (band switch), atau kotak kontak
dengan sistem plug dengan kemampuan 25 amper agar tidak terjadi loncatan
bunga api pada saat pembebanan sesaat. Graunding dilakukan terutama
untuk peralatan yang menggunakan daya besar, digunakan instalasi kabel
dengan diameter minimal sama dengan kabel daya yang tersalurkan.
Untuk instalasi kotak kontak biasa disarankan untuk memperhatikan
penempatan, yaitu harus menjauhi area yang lembab dan basah. Jenis kotak
kontak yang tertutup agar terhindar dari udara lembab, sentuhan langsung
dan pararel yang melebihi kapasitas penggunaan.

B. Prasarana air
Prasarana air untuk instalasi pencucian memerlukan sedikitnya 40%
dari kebutuhan air di Rumah Sakit atau diperkirakan 200 liter per tempat tidur
per hari. Kebutuhan air untuk proses pencucian dengan kualitas air bersih
sesuai standart air. Reservoir dan pompa perlu disiapkan untuk menjaga
tekanan air 2 kg / cm.

Standard air
Air yang digunakan untuk mencuci mempunyai standard air bersih
berdasarkan PerMenKes No. 416 tahun 1992 dan standard khusus bahan
kimia dengan penekanan tidak adanya:

a. Hardnes Garam (Calcium,Carbonate dan Chloride)


Standar baku mutu : 0 90 ppm
Tingginya konsentrasi garam dalam air menghambat kerja bahan kimia
pencuci sehingga proses pencucian tidak berjalan sebagaimana
seharusnya.
Efek pada linen dan mesin cuci
Garam akan mengubah warna linen putih menjadi keabu-abuan dan
linen akan cepat pudar. Mesin cuci akan berkerak (scale forming)
sehingga dapat menyumbat saluran air dan mesin.

b. Iron Fe (besi)
Standard baku mutu : 0 0.1 ppm
Kandungan zat besi pada air mempengaruhi konsentrasi bahan
kimia,dan proses pencucian.
Efek pada linen dan mesin
Linen putih akan menjadi kekuningan (yelowwing) dan linen warna akan
cepat pudar mesin cuci akan berkarat.
Kedua polutan tersebut (hardnes dan besi ) mempuyai sifat alkali,
sehingga linen yang rusak akibat kedua kotoran tersebut harus dilakukan
proses penetralan Ph.
C. Prasarana uap.
Prasarana uap pada instalasi pencucian digunakan pada proses
pencucian,pengeringan dan setrika, yakni penggunaan uap panas dengan
tekanan uap minimum 5 kg/cm. Kualitas uapyang baik adalah dengan fraksi
kekeringan minimum 70% (pada skala 0 100%) dan temperatur ideal 70*C.

III. Peralatan dan Bahan Pencuci


Peralatan pada instalasi pencucian menggunakan bahan pencuci
kimiawi dengan komposisi dan kadar tertentu, agar tidak merusak bahan yang
dicuci/ linen, mesin pencuci, kulit petugas yang melaksanakn dan limbah
buangannya tidak merusak lingkungan.

Peralatan pada instalasi pencucian antara lain :


1. Mesin cuci / Washing machine
2. Mesin peras / Washing Extractor
3. Mesin pengering/ Drying Tumbler
4. Mesin penyetrika / Rollwork ironer
5. Mesin penyetrika pres / Presser Ironer

Produk bahan kimia


Proses kimiawi akan berfungsi dengan baik apabila 3 faktor diatas
bereaksi dengan baik. Menggunakan bahan kimia berlebihan tidak akan
membuat hasil menjadi lebih baik, begitu juga apabila kekurangan.

Bahan kimia yang dipakai di rumah sakit Dr. Balikpapa terdiri dari:

1. Alkali
Mempunyai peran meningkatkan fungsi atau peran deterjen dan emulsifier
serta membuka pori dari linen.

2. Deterjen
Mempunyai peran menghilangkan kotoran yang bersifat asam secara
global.

3. Emulsifier
Mempunyai peran untuk mengemulsi kotoran yang berbentuk minyak dan
lemak.

4. Bleach /Pemutih
Mengangkat kotoran atau noda, mencemerlangkan linen, dan bertindak
sebagai desinfektan, baik pada linen yang berwarna (Ozone) dan yang
putih (Chlorine)

5. Sour/Penetral
Menetralkan sisa bahan kimia pemutih sehingga pH nya menjadi 7 atau
netral.

6. Softener
Melembutkan linen. Digunakan pada proses akhir pencucian.

IV. Pemeliharaan Ringan Peralatan


Alat cuci pada Instalasi Pencucian dijalankan oleh para operator alat,
dengan demikian para operator alat harus memelihara peralatannya. Berbagai
kelaianan pada saat pengoperasian, misalkan kelainan bunyi pada alat dapat
segera dikenali oleh para operator.
Pemeliharaan ringan peralatan pencucian terdiri dari :
1. Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah pemakaian, dilakukan
setiap hari dengan menggunakan lap basah dicampur dengan bahan
kimia MPC (Multi Purpose Cleaner) dan dikeringkan dengan lap
kering. Untuk bagian tombol / kontrol digunakan lap kering dan
jangan terlalu ditekan, di karenakan pada bagian ini biasanya
tertulis prosedur dengan semacam stiker yang mudah terhapus.
Setelah pemakaian,kosongkan air untuk mengurangi kandungan air
dalam mesin cuci sekecil mungkin. Jika terbentuk noda putih
didalam mesin cuci, cucilah bagian dalam drum dengan air bersih.

2. Pemeriksaan bagian bagian yang bergerak, dilakukan setiap satu


bulan sekali pada BEARING, engselpintu alat atau roda yang
berputar.Berilah minyak pelumas atau gemuk. Penggantian gemuk
secara total disarankan 2 tahun sekali. Jenis dan produk minyak
pelumas mesin yang digunakan dapat diketahui dari buku
OPERATING MANUAL setiap mesin. Buku ini selalu menyertai
peralatan pada saat penerimaan barang.

3. Pemeriksaan V- belt dilakukan setiap sebulan sekali yakni secara


visual dengan melihat keretakan lempeng V BELT, dan dengan
perabaaan untuk menilai kehalusan V BELT dan
ketegangannya(kelenturan),toleransi pengukuran 1,2 -0.5 mm.Jika
melebihi atau sudah tidak memenuhi standard syarat V BELT
tersebut diganti.

4. Pemeriksaan pipa uap panas(steam)dilakukan setiap akan memulai


menjalankan alat pencucian.Setiap saluran diperiksa dahulu
terutama pada pipa yang terbungkus styrofoam(isolasi) dengan cara
dilihat apakah masih terbungkus dengan baik dan tidak ada
semburan air atau uap.

5. Pada prinsipnya pada sambungan antara pipa dengan peralatan


pencucian harus dalam keadaan utuh dan tidak bocor. Jika terjadi
kebocoran, harus segera dilaporkan pada teknisi rumah sakit untuk
diperbaiki.

Bab IV
Infeksi Nosokomial serta
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

I. Pencegahan Infeksi Nosokomial


A. Pengertian.
Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi
agen yang patogen atau infeksius yang tumbuh,berkembang biak dan
menyebabkan sakit.Yang dimaksud agen adalah: bakteri, riketsia,jamur dan
parasit.Infeksi dapat bersifat lokal dan general(sistemik).Infeksi lokal ditandai
dengan adanya inflamasi yaitu sakit,panas, kemerahan, pembengkakan atau
gangguan fungsi.Infeksi sistemik mengenai seluruh tubuh yang ditandai
dengan adanya demam,menggigil,takikardia,hipotensi dan tanda tanda
spesifik lainnya.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang
dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial dapat terjadi setiap saat dan
disetiap tempat dirumah sakit.Untuk mencegah dan mengurangi infeksi
nosokomial serta menekan angka infeksi ketingkat serendah rendahnya, perlu
adanya upaya pengendalian infeksi nosokomial.Pengendalian infeksi
nosokomial bukan hanya tanggung jawab pimpinan rumah sakit atau
dokter/perawat saja tetapi tanggung jawab bersama melibatkan semua
unsur/profesi yang ada di rumah sakit.

B. Batasan
Suatu infeksi nyatakan sebagai infeksi apabila:
a. Waktu mulai dirawat tidak ditemukan tanda tanda infeksi dan tidak dalam
masa inkubasi infeksi tersebut.
b. Infeksi sekurang kurangnya 3x 24 jam sejak ia mulai dirawat.
c. Infeksi terjadi pada pasian dengan masa perawatan lebih lama dari pada
masa inkubasi.
d. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari
Rumah Sakit.
C. Sumber Infeksi
Yang merupakan sumber infeksi adalah:
a. Petugas rumah sakit (perilaku)
Kurang atau tidak memahami cara cara penularan penyakit
Kurang atau tidak memperhatikan kebersihan
Kurang atau tidak memperhatikan tindakan septik dan antiseptik
Menerita suatu penyakit
Tidak memcuci tangan sebelum atau sesudah melakukakn pekerjaan.
b. Alat yang dipakai ( Alat kedokteran/kesehatan,linen dan lainya)
Kotor atau tidak steril/kurang bersih
Rusak atau tidak layak dipakai
Penyimpanan yang kurang baik
Dipakai berulang ulang
Lewat batas waktu pemak
c. Pasien
Kondisi yang sangat lemah gizi
Kebersihan kurang
Menderita penyakit kronis atau menahun
Menderita penyakit Infeksi/menular

D. Faktor-faktor yang sering menimbulkan terjadinya infeksi


a. Banyaknya pasien yang dirawat dirumah sakit yang dapat menjadi sumber
infeksi bagi lingkungan dan pasien lain.
b. Adanya kontak langsung antara pasien satu dengan pasien yang lain.
c. Adanya kontak langsung antara pasien dengan petugas rumah sakit yang
terinfeksi.
d. Penggunaan alat alat yang terkontaminasi.
e. Kurangnya perhatian terhadap tindakan septik dengan antiseptik.
f. Kondisi pasien yang lemah.

E. Pencegahan
Untuk mencegah/mengurangi terjadinya infeksi nosokomial, perlu
diperhatikan:

a. Petugas
Bekerja sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) untuk
pelayanan linen.
Memperhatikan tindakan septik dengan antiseptik
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
Bila sakit segera berobat
b. Alat alat
Perhatikan kebersihan (alat alat laundry, troli untuk transportasi linen)
Penyimpanan linen yang benar dan memperhatikan batas waktu
penyimpanan.
Linen yang rusak segera diganti (afkir)
c. Ruangan / lingkungan
Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan
Penerangan cukup
Ventilasi/sirkulasi udara yang baik
Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan
Pembersihan secara berkala
Lantai kering dan bersih

APD ?

II. Kesehatan dan keselamatan kerja


A. Latar Belakang
Upaya kesehatan kerja menurut UU No.23 tahun 1992 tentang
kesehatan kerja,menyatakan bahwa kesehatan kerja harus diselenggarakan di
semua tempat kerja,khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya
kesehatan,mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan lebih dari
sepuluh.
Pekerja yang berada di sarana kesehatan sangat bervariasi baik jenis maupun
jumlahnya.Sesuai dengan fungsi saran kesehatan tersebut, semua pekerja di
rumah sakit dlam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan bahaya
potensial yang bila tidak ditanggulangi dengan baik dan benar dapat
menimbulkan dampak negatip terhadap kesehatan dan keselamatannya, yang
pada akhirnya dapat menurun produktifitas kerja.
Pada hakikaktnya kesehatan kerja merupakan penyerasian antara
kapasitas kerja,beban kerja dan lingkungan kerja,bila bahay lingkungan tidak
diantisipasi dengan baik akan menjadi beban tambahan bagi pekerjanya.
Khususnya bagi petugas rumah sakit di instalasi pencucian menerima
ancaman kerja potensial dari lingkungan bila keselamatan kerja tidak
diperhatikan dengan tepat.

B. Prinsip Dasar Usaha Kesehatan Kerja


Prinsip dasar usaha kesehatan kerja terdiri atas:
1. Ruang lingkup usaha kesehatan kerja
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja
dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam
hal cara/metode kerja dan kondisi yang bertujuan untuk:
a) Memelihara dan meningkatkan kesehatan kerja
masyarakat pekerja disemua lapangan kerja setinggi tingginya baik
fisik, mental maupun kesejahteraan sosial.
b) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan kepada
masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan
kerjanya.
c) Memberikan pekerjaan dan perlindunngan bagi pekerja
didalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan
oleh faktor faktor yang membahayakan kesehatan.
d) Menempatkan dan memellihara pekerja di suatu
lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis
pekerjanya.
2. Kapasitas Kerja dan Beban kerja
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga
komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan
serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan
kerja yang optimal. Kapasitas kerja seperti status kesehatan kerja dan gizi
kerja, serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seseorang
pekerja dapat melakukan pekerjaannya secara optimal.
Kondisi atau tingkat kesehatan kerja yang prima merupakan modal awal
seseorang untuk mencapai produktifitas yang diharapkan. Kondisi awal
seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja,gizi
kerja, kebugaran jasmani dan kesehatan mental.
Beban kerja meliputi beban fisik dan menta. Akibat beban kerja yang
terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat
kerja.
Kondisi lingkungan kerja (panas, bising, debu, zat kimia) dapat merupakan
beban tambahan tersebut secara sendiri sendiri atau bersama sama dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.

3. Lingkungan kerja dan penyakit kerja yang ditimbulkannya


Penyakit akibat kerja dan suatu berhubungan dengan pekerjaan dapat
disebabkan oleh pemajanan dilingkungan kerja. Fakta dilapangan
menunjukan terdapat kesenjangan antara pengetahuan tentang
bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-usaha untuk
mencegahnya, antara kognisi dan emosi. Misalnya alat pelindung kerja
yang tidak digunakan secara tepat oleh pekerja rumah sakit dengan
kemungkinan terpajang melalui kontak langsung atau tidak tersedianya
pelindung.
Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka langkah awal yang penting
adalah pengenalan / identifikasi bahaya yang dapat ditimbulkan, upaya
perlindungan dan penanggulangan dan dievaluasi, kemudian dilakukan
pengendalian.

C. Potensi Bahaya Pada Instalasi Pencucian


1. Bahaya mikrobiologi
Bahaya mikrobiologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh mikroorganisme hidup seperti bakteri,virus, ricketsia,
parasit, dan jamur. Petugas pencucian yang menangani lilnen kotor
senantiasa kontak dengan bahan dan menhirup udara yang tercemar
kuman patogen. Penelitian bakteorologis pada instalasi pencucian
menunjukan bahwa jumlah total bakteri meningkat 50 kali selama periode
waktu sebelum cucian mulai di proses.

Mikroorganisme tersebut adalah :


a. Mycobacterium tubercolosis
adalah mikroorganisme penyebab tuberkolosis dan paling sering
menyerang paru paru(90%) penularan melalui percikan atau dahak
penderita.

Pencegahan:
Meningkatkan pengertian dan kepedulian petugas rumah
sakit terhadap penyakit TBC dan penularannya.
Mengupayakan ventilasi dan pencahayaan yang baik dalam
ruangan Instalasi pencucian.
Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD ) sesuai SOP.
Melakukan tindakan dekontaminasi,desinfeksi dan sterilisasi
terhadap bahan dan alat yang digunakan.
Setiap petugas wajib melaksanakan tugas pekerjaan sesuai
SOP.

b. Virus Hepatitis B
Selain manivestasi sebagai hepatitis b akut dengan segala
komplikasinya, lebih penting dan berbahaya lagi adalah manifestasi
dalam bentuk sebagai pengidap (carier) kronik,yang dapat merupakan
sumber penularan bagi lingkungan. Penularan dapat melalui darah dan
cairan tubuh lainnya.

Pencegahan :
Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petugas rumah sakit
terhadap penyakit hepatitis b dan penularannya.m
Memberikan vaksinasi terhadap petugas.
Menggunakan APD sesuai dengan SOP.
Melakukan tindakan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi
terhadap bahan dan peralatan yang dipergunakan terutama bila
terkena bahan infeksi.
Secara teknis setiap petugas harus melaksanakan tugas pekerja
sesuai SOP.

c. Virus HIV( Human Immunodefisiensi virus)


Penyakit yang ditimbulkannya disebut AIDS (ACQUIRED
IMMUNODEFICIECY SYNDROME).
Virus HIV menyerang target sel dalam waktu lama. Jarak waktu
masuknya virus ketubuh sampai tinbul AIDS bergantung pada daya
tahan tubuh seseorang dan gaya hidup sehatnya.
HIV dapat hidup didalam darah, cairan vagina, cairan sperma, air susu
ibu, sekret, dan ekskreta tubuh.
Penularannya melalui darah, jaringan, sekreta, ekskreta tubuh yang
mengandung viru dan kontak langsung dengan kulit yang terluka.

Pencegahan:
Linen yang terkontaminasi ditempatkan dikantong plastik
INFEKSIUS beri label Bahan Menular/AIDS selanjutnya
Menggunakan APD sesuai SOP.

2. Bahaya Bahan kimia


a. Debu
Pada instalasi linen debu dapat berasal dari bahan linen itu sendiri.
Pengukuran
Dengan menggunakan alat Vertikal Elutriol Cotton Samppler dapat
diukur adanya debu dalam ruangan dan Personal Dust Sampler.
Debu linen yang sesuai NBA adalah 0.2 miligram/m.
Efek kesehatan
Mekanisme penimbunan debu dalam paru paru dapat terjadi
dengan menarik napas sehingga udara yang mengandung debu
masuk ke dalam paru-paru dengan gejala sukar bernapas.
Pneumoconiosis yang disebabkan oleh serat linen / kapas disebut
bissinosis.
Gejala bissinosis hampir sama dengan asma yang disebut Monday
Chest Tightness atau Monday fever, karena gejala terjadi pada hari
pertama kerja setelah libur yaitu senin, sering gejala hilang pada
hari kedua dan bila pemaparan berlanjut maka gejala makin berat.
Pengendalian dan Pencegahan
Diusahakan agar debu tidak keluar dari sumbernya dengan
mengisolasi sumber debu.
Memakai APD sesuai SOP.
Ventilasi yang baik
Dengan alat local exhauster.

b. Bahaya bahan kimia


a. Sebagian besar dari bahaya di instalasi pencucian diakibatkan oleh
zat kimia seperti detegen, desinfektan, zat pemutih, dll. Tingkat
resiko yang diakibatkan tergantung dari besar, luas, dan lama
pemajanan. Walaupun zat kimia yang sangat toksik sudah dilarang
dan dibatasi pemakaiannya, pemajanan terhadap bahan kimia yang
membahayakan tidak dapat dielakan. Oleh karna itu sikap hati-hati
terhadap semua jenis bahan kimia yang dipakai manusia dan
potensial masuk kedalam tubuh. Sebagian dari informasi bahan
kimia tersebut dapat dibaca pada label kemasasn dari produsennya
yang lazim disebut MSDSs.

b. Penanganan zat kimia di instalasi Laundry


Alkali cair
Guna :
cairan penambah sifat alkali
Ciri ciri khusus :
cairan bening dengan pH 12.0-13.0
Sifat :
bila terkena panas akan terkomposisi menjadi gas yang menjadi
beracun dan irirtasi, tidak mudah terbakar.
Bahaya kesehatan :
Iritasi mata,iritasi kulit
Bila terhirup menyebabkan udema paru
Bila tertelan dapat menyebabkan kerusakan hebat pada
selaput lendir
Pertolongan pertama :
Mata : Cuci secepatnya dengan air sebanyak banyaknya
Kulit : Cuci kulit secepatnya dengan air , ganti pakaian
yang terkontaminasi
Terhirup :
pindahkan dari sumber
Tertelan :
cuci mulut, minum satu atau dua gelas air atau susu.

Pertolongan selanjutnya :
Dengan mencari pertolongan medis tanpa ditunda.
Tindakan Pencegahan:
Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat,peralatan
pernapasan sendiri.
Memakai APD
Penyimpanan dan pengangkatan :
simpan di tempat aslinya, wadah tertutup, dibawah kondisi
kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari asam dan hindarkan
dari suhu ekstrim.

Detergen cair
Guna :
Deterjen laundry .
Ciri ciri khusus :
cairan berwarna jernih dengan oH11,0 -12,0
Sifat :
Bila terkena panas akan terkomposisi menjai gas yang mungkin
beracun dan iritasi, tida mudah terbakar.

Bahaya kesehatan :
Iritasi mata, iritasi kulit.
Bila terhirup menyebabkan udema paru
Bila tertelan dapat menyebabkan kerusakan hebat pada
selaput lendir.
Pertolongan pertama ;
Mata : Cuci secepatnya dengan air sebanyak banyaknya
Kulit : Cuci kulit secepatnya dengan air , ganti pakaian
yang terkontaminasi
Terhirup :
pindahkan dari sumber
Tertelan :
bersihkan bahan dari mulut, minum 1 atau 2 gelas air atau
susu.
Pertolongan selanjutnya : Dengan mencari pertolongan medis
tanpa ditunda.

Tindakan Pencegahan:
Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat,peralatan
pernapasan sendiri.
Memakai APD
Penyimpanan dan pengangkatan :
simpan di tempat aslinya,wadah tertutup, dibawah kondisi
kering, ventilasi yang baik,jauhkan dari asam dan hindarkan
darisuhu ekstrim.

Emulsifer
Guna :
Cairan pengemulsi lemak/minyak dan prespoter
Ciri ciri umum :
rusak oleh matahari, stabil, dan tidak mudah terbakar.

Bahaya kesehatan :
Iritasi mata,iritasi kulit.
Bila terhirup menyebabkan udema paru
Bila tertelan dapat menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama ;
Mata : Aliri dengan air selama 15 menit.
Kulit : Cuci kulit secepatnya dengan air
Terhirup :
pindahkan dari sumber
Tertelan :
bersihkan bahan dari mulut, minum 1 atau 2 gelas air atau
susu.
Pertolongan selanjutnya : Dengan mencari pertolongan medis
tanpa ditunda.

Tindakan Pencegahan:
Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat,peralatan
pernapasan sendiri.
Memakai APD
Penyimpanan dan pengangkatan : simpan di tempat sejuk
dan kering,jauhkan sinar matahari langsung, hindari sumber
panas.

Oksigen bleach
Guna :
cairan pemutih beroksigen.
Ciri ciri :
Cairan putih dengan pH 10,0- 11,0
Sifat :
Bereaksi dengan bahan bahan pereduksi, tidak mudah terbakar,
beracun untuk ikan (dilarutkan dulu sebelum dibuang ke
selokan atau sumber air).

Bahaya kesehatan :
Iritasi berat padamata,rasa terbakar pada kulit.
Bila terhirup menyebabkan iritasi dan udema paru
Bila tertelan dapat menyebabkan rasa terbakar .
Pertolongan pertama ;
Mata : Cuci secepatnya dengan air sebanyak banyaknya
Kulit : Cuci kulit secepatnya dengan air , ganti pakaian
yang terkontaminasi
Terhirup :
pindahkan dari sumber
Tertelan :
bersihkan bahan dari mulut, minum 1 atau 2 gelas air atau
susu.

Pertolongan selanjutnya : Dengan mencari pertolongan medis


tanpa ditunda.

Tindakan Pencegahan:
Kontrol tekhnis, gunakan ventilasi setempat,peralatan
pernapasan sendiri.
Memakai APD
Penyimpanan dan pengangkatan :
simpan di tempat aslinya,wadah tertutup, dibawah kondisi
kering, ventilasi yang baik, jauhkan dari asam dan hindarkan
dari suhu ekstrim.

Cholrine Bleach
Guna :
cairan pemutih berklorin
Ciri ciri khusus :
cairan dengan Ph 8,0-9,0
Sifat :
Bereaksi dengan asam akan mengeluarkan gas kloron dengan
cepat, tidak mudah terbakar.

Bahaya kesehatan :
Iritasi berat pada mata,rasa terbakar pada kulit.
Bila terhirup menyebabkan iritasi saluran napas,asma, udema
paru, dan kanker paru.
Bila tertelan dapat menyebabkan rasa terbakar .
Pertolongan pertama ;
Mata : Cuci secepatnya dengan air sebanyak banyaknya
Kulit : Cuci kulit secepatnya dengan air , ganti pakaian
yang terkontaminasi
Terhirup :
pindahkan dari sumber
Tertelan :
cuci mulut, minum 1 atau 2 gelas air atau susu.
Pertolongan selanjutnya : Dengan mencari pertolongan medis
tanpa ditunda.

Tindakan Pencegahan:
Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat, peralatan
pernapasan sendiri.
Memakai APD
Penyimpanan dan pengangkatan :
simpan di tempat aslinya,wadah tertutup, dibawah kondisi
kering, ventilasi yang baik,jauhkan dari asam dan hindarkan
dari suhu panas.

SOUR/PENETRAL
Guna :
bubuk pengasam/ penetralisir laundry.
Ciri ciri khusus :
bubuk berwarna biru dengan pH 4,0-5,0.
Sifat :
bereaksi dengan asam akan mengeluarkan sulfur dioksida
keluar,tidak mudah terbakar.

Bahaya kesehatan :
Iritasi berat pada mata,rasa terbakar pada kulit.
Bila terhirup menyebabkan iritasi dan udema paru
Bila tertelan dapat menyebabkan rasa terbakar .
Pertolongan pertama ;
Mata : Cuci secepatnya dengan air sebanyak banyaknya
Kulit : Cuci kulit secepatnya dengan air , ganti pakaian
yang terkontaminasi
Terhirup :
pindahkan dari sumber
Tertelan :
bersihkan bahan dari mulut, minum 1 atau 2 gelas air atau
susu.

Pertolongan selanjutnya : Dengan mencari pertolongan medis


tanpa ditunda.

Tindakan Pencegahan:
Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat,peralatan
pernapasan sendiri mungkin diperlukan untuk penggunaan
yang lama..
Memakai APD jelaskan APD apa yg dipakai
Penyimpanan dan pengangkatan :
simpan di tempat aslinya,wadah tertutup, dibawah kondisi
kering, ventilasi yang baik,jauhkan dari asam dan hindarkan
dari suhu panas.

Softener
Guna :
Cairan pelunak dan pelembut pakaian.
Ciri ciri khusus :
cairan biru dan mudah mengalir pH 4,0-5,0.
Sifat :
stabil, tidak mengandung bahan berbahaya, tidak mudah
terbakar.

Bahaya kesehatan :
Iritasi berat pada mata,iritasi pada kulit.
Bila terhirup menyebabkan iritasi
Bila tertelan dapat menyebabkan iritasi.
Pertolongan pertama ;
Mata : Cuci secepatnya dengan air sebanyak banyaknya
Kulit : Cuci kulit secepatnya dengan air, ganti pakaian
yang terkontaminasi
Terhirup :
pindahkan dari sumber
Tertelan :
bersihkan bahan dari mulut, minum 1 atau 2 gelas air atau
susu.

Pertolongan selanjutnya : Dengan mencari pertolongan medis


tanpa ditunda.

Tindakan Pencegahan:
Kontrol teknis, gunakan ventilasi setempat,peralatan
pernapasan sendiri mungkin diperlukan untuk penggunaan
yang lama..
Memakai APD
Penyimpanan dan pengangkatan :
simpan di tempat aslinya,wadah tertutup, dibawah kondisi
kering, ventilasi yang baik,jauhkan dari asam dan hindarkan
dari suhu panas.

c. Pemajanan dengan antiseptik dalam waktu lama dapat


menyebabkan dermatitis, eksim, alergi.
Formaldehide merupakan komponen dari banyak antiseptik dan
desinfektan, zat ini dapat menyebabkan dermatitis kontak,
gangguan saluran pernapasan dan bersifat karsinogenik.
d. Perlindungan :
Dengan menggunakan APD sesuai SOP
Segara mencuci tangan sesudah bekerja
meningkatkan higienis perorangan
Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik.

3. Bahaya Fisika
a. Bising
Dalam kesehatan kerja , bising diartikan sebagai suara yang dapat
menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif(peningkatan ambang
pendengaran) maupun secara kualitatip(penyempitan spektrum
pendengaran), berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi dan durasi
dan pola waktu.Dirumah sakit, bising merupakan masalah yang salah
satunya dari mesin cuci. Pajanan bising yang terjadi pada intensitas
relatip rendah (85 dB atau lebih),dalam waktu lama membuat efek
kumulatip yang bertingkat dan menyebabkan gangguan pendengaran
berupa Noise Induce Hearing Loss (NIHL)

Pengukuran
Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja di gunakan
sound level meter, sedangkan untuk menilai tingkat kenyamanan
kerja lebih tepat di gunakan noise dose meter karena kerja
umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama delapan
jam ia ia bekerja .nilai ambang ambang batas(NAB) intensitas
bising adalah 85 db dan waktu bekarja maksimum adalah delapan
jam perhari.

Pengendalian.
Sumber : Mengurangi intensitas bising
Desain akustik
Mengunakan mesin/alat yang kurang bising
Media : Mengurangi transmisi bising dengan cara
Menjauhkan sumber dari pekerja.
Mengabsorbsi dan mengurangi pantulan bising secara acustik
pada dinding, langit-langit dan lantai.
Menutup sumber ising dengan barier.
Pekerja : mengurangi penerimaan bising
Menggunakan APD berupa sumbat telinga (ear plug) yang
dapat menurunkan pajanan sebesar 6-30 db atau penutup
telinga( ear muff) yang dapat menurunkan 20-40db.
Ruang isolasi untuk istirahat.
Rotasi pekerja untuk periode waktutertentu antara
lingkungan kerja yang bising dengan yang tidak bising.
Pengendalian secara adminitratif dengan menggunakan
jadwal kerja sesuai NAB.

b. Cahaya
Pencahayaan di instalasi pencucian perlu karena ia berhubungan
lansung dengan:
Keselamatan petugas
Peningkatan pencermatan
Kesehatan yang lebih baik
Suasana yang nyaman

Petugas yang terpajan gangguan pencahayaan akan mengeluh


kelelahan mata dan kelainan lain berupa :
Iritasi ( konjungivitis )
Ketajaman penglihatan terganggu
Sakit kepala

Pencegahan : dengan pencahayaan yang cukup sesuai dengan


standart rumah sakit (minimal 200 Lux)

c. Listrik
Kecelakaan tersengat listrik dapat terjadi pada petugas laundry oleh
karena dukungan pengetahuan listrik yang belum memadai. Pada
umumnya yang terjadi di rumah sakit adalah kejutan listrik
microshok dimana listrik mengalir ke badan petugas melalui sistem
peralatan yang tidak baik.

Efek kesehatan
Luka bakar di tempat tersengat aliran listrik
Kaku pada otot di tempat yang tersengat listrik

Pengendalian :
Enginering
Pengukuran jaringan / instalasi listrik
NAB bocor arus 50 milliamper, 60 Hz (sakit)
Pemasangan pengaman / alat pengamanan sesuai ketentuan
Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indikator
Administrasi
Penempatan petugas sesuai ketrampilan
Waktu kerja petugas digilir
Memakai sepatu / sandal isolasi

d. Panas
Panas dirasakan bila suhu udara di atas suhu nyaman (26 -28C)
dengan kelembaban antara 60-70%.Pada instalasi laundry panas
yang tertjadi adalah panas lembab.

Pengukuran : dengan mempergunakan Wet Bulb Globe Temperatur


(MBGT)

Efek kesehatan :
Heat syncope (pingsan karena panas)
Heat disorder (kumpulan gejala yang berhubungan dengan
kenaikan suhu tubuh dan mengakibatkan kekurangan cairan
tubuh) seperti :
Heat stress/heat exhaustion, terasa panas dan tidaknyaman,
karena dehidrasi, tekanan darah turun menyebabkan gejala
pusing dan mual.
Heat cramps adalah spasme otot yang disebabkan cairan
dengan elektrolit yang rendah, masuk ke dalam otot, akibat
banyak cairan tubuh keluar melalui keringat,sedangkan
penggantinya hanya air minum biasa tanpa elektrolit.
Heat stroke disebabkan kegagalan bekerja SSP dalam
mengatur pengeluaran keringat,suhu tubuh dapat mencapai
40,5oC.

Pengendalian
Terhadap lingkungan
Isolasi peralatan yang menimbulkan panas
Menyempurnakan sistem ventilasi dengan :
Ventilasi yang ditempatkan di atas sumber panas yang
bertujuan menarik udarapanas keluar ruangan (dapat
digunakan kipas angin di langit-langit ruangan).
Kipas angin untuk petugas.
Pemasangan alat pendingin.
Terhadap pekerja :
Menyediakan persediaan air minum yang cukup dan
memenuhi syarat dekat tempat kerja dan kalau perlu
disediakan extra salt.
Hindarkan petugas yang harus bekerja di lingkungan panas
apabila berbadan gemuk sekali dan berpenyakit
kardiovaskular.
Pengaturan waktu kerja dan istirahat berkaitan dengan suhu
ruangan.
e. Getaran
Getaran atau vibrasi adalah faktoor fisik yang ditimbulkan oleh
subyek dengan gerakan osilasi.Vibrasi dapat terjadi local atau
seluruh tubuh.

Mesin pencucian yang bergetar dapat memajani petugas melalui


transmisi/penjalaran, baik getaran yang mengenai seluruh tubuh
ataupun getaran setempat yang merambat melalui tangan atau
lengan operator.

Efek kesehatan
Terhadap sistem peredaran darah : dapat berupa kesemutan jari
tangan waktu bekerja, parese.
Terhadap sistem tulang, sendi dan otot, berupa gangguan
osteoarticular (gangguan pada sendi jari tangan).
Terhadap sistem syaraf : parastesi, menurunnya sensivitas,
gangguan kemampuan membedakan dan selanjutnya atrofi.
Pemajanan terhadap getaran seluruh tubuh dengan frekuensi 4-
5 Hz dan 6-12 Hz dikaitkan dengan fenomena resonansi
(kenaikan amplitudo getaran organ), terutama berpengaruh
buruk pada susunan saraf pusat.

Pengukuran :
alat yang digunakan adalah Vibration meter (alat untuk mengukur
frekuensi dan intensitas di area kerja).

Pengendalian :
Terhadap sumber, diusahakan menurunkan getaran dengan
bantalan anti vibrasi / isolator dan pemeliharaan mesin yang
baik.
Pengendalian administrative dilakukan dengan pengaturan
jadwal kerja sesuai TLV (Treshold Limit Value).
Terhadap pekerja, tidak ada pelindung khusus, hanya dianjurkan
menggunakan sarung tangan untuk menghangatkan tangan dan
perlindungan terhadap gangguan vascular.

4. Ergonomi
a. Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa ergonomi adalah penyesuaian tugas pekerjaan dengan pekerja.
Posisi tubuh yang salah atau tidak alamiah, apalagi dalam sikap paksa
dapat menimbulkan kesulitan dalam melaksanakan kerja, mengurangi
ketelitian, mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien. Hal ini
dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan
psikologi.

b. Gejala
Penyakit sehubungan dengan alat gerak yaitu persendian, jaringan otot
saraf atau pembuluh darah (low back pain)
c. Pengukuran dinilai dari banyak keluhan yang ada hubungannya dengan
pada saat melakukan pekerjaan.

d. Pengendalian
Mengangkat barang berat.
Tubuh kita mampu mengangkat beban sebesar badan sendiri, kira-
kira 50 kg bagi laki-laki dewasa dan 40 kg bagi wanita dewasa lebih
dari itu, besar kemungkinan terjadi bahaya. Bilah berat beban yang
akan diangkat lebih dari setengah berat badan sipengangkat (lebih
dari 25 kg untuk laki-laki atau lebih dari 20 kg untuk wanita) beban
harus dibagi dua.
Cara mengangkat beban yang bebannya kurang dari 25kg :
Sebaiknya tidak dijunjung oleh karena menjunjung barang-
barang memerlukan tenaga yang beban disamping.
Mengangkat beban disamping
Bila beban mempunyai pengangan. Beban boleh di bawa di
samping
Sebelum mengangkat, dekatkan kaki dan badan kebarang
tersebut, dan angkat dalam keadaan badan tegak dan tulang
punggung lurus.

Mengangkat beban di depan


Mendekat kebeban / didepan
Renggangkan kedua kaki, barang berada di antara kedua
kaki sedikit di sebelah depan.
Luruskan tulang punggung (boleh melengkung) dan badan
sedikit condongkan ke depan.
Bandan di turunkan dengan sedikit membengkokan lutut dan
panggul sampai tangan dapat mencapai barang.
Lengan atas harus sedekat atau serapat mungkin ke badan
dan tangan memegang barang.
Angkat barang ke atas perlahan-lahan jangan di sentakan
atau direnggutkan sewaktu mengangkat ke atas tulang
punggung harus tetap lurus tengangkan dan kencangkan
otot perut.

Cara Mengangkat Beban yang beratnya lebih dari 25 kg :


Beban dapat di bagi dua.
Bila beban dapat di bagi dua, beban tersebut boleh di angkat
oleh satu orang.
Bagi Dua beban dan gunakan pemikul separuh beban di
depan dan separuh di belakang.

Beban yang tidak dapat di bagi


Bila beban beda yang di angkat lebih separuh berat badan
dan tidak dapat di bagi. Maka hendaklah di angkat berdua
orang atau beramai ramai.
Cara terbaik adalah membuat penggantung (Cantelan) pada
barang dan mengangkatnya dengan tongkat pemikul. Baik
penggantung maupun tongkat pemikul harus kuat.

Posisi duduk
Tinggi alas duduk sebaiknya disetel antara 38 cm dan 48 cm.
Kursi harus stabil dan sebaiknya tidak goyang atau bergerak.
Kursi harus memungkinkan cukup kebebasan bagi gerakan
petugas

Posisi berdiri
Berdiri tidak lebih dari 6 jam.

5. Bahaya Psikososial
Diantara berbagai ancaman bahaya yang timbul akibat pekerjaan di
Rumah sakit, Faktor psikososial juga memerlukan perhatian antara lain :
a. Stress yaitu ancaman fisik dan psikologis dari factor lingkungan
terhadap kesetraan individu. Stress dapat di sebabkan oleh;
Tuntutan pekerjaan
Beban kerja yang berlebihan maupun yang kurang.tekanan waktu
tanggung jawab yang berlebihan maupun yang kurang.
Dukungan dan kendala
Hubungan yang tidak baik dengan atasan,teman kerja, adanya
berita yang tidak di kehendaki/gosip,adanya kesulitan keuangan, dll
Manifistasi klinik: depresi,ansistas,sakit kepala,kelelahan dan
kejenuhan, gangguan pencernaan dan gangguan fungsi organ
lainnya.
b. Pengendalian :
Menjaga kebugaran jasmani dari kerja.
Kegiatan-kegiatan yang menimbulkan rasa menyenangkan dalam
pekerjaan, misalnya adanya makan siang bersama, adanya kegiatan
piknik bersama.

6. KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KREJA


Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan.
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga oleh karena di belakang
peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk
perencanaan.
Beberapa bahaya potensial untuk terjadinya kecelakaan kerja di Instalasi
Laundry.

1) Kebakaran
Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsur bersama-sama. Unsur-
unsur tersebut adalah zat asam, bahan yang mudah terbakar dan
panas. Bahan-bahan yang mudah terbakar misalnya bahan yang ada
pada mesin cuci.
Penanggulangan
a. Legislatif
b. Mengacu pada UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
c. Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah
terbakar.
d. Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran dilakukan
secara terus menerus.
e. Jalan untuk menyelematkan diri
Secara ideal semua bangunan harus memiliki sekurang-kurangnya
2 jalan penyelamat diri pada 2 arah yang bertentangan terhadap
setiap kebakaran yang terjadi, sehingga tak seorangpun terpaksa
bergerak kearah api untuk menyelamatkan diri. Jalan-jalan
penyelamat demikian harus dipelihara bersih, tidak terhalang oleh
barang-barang, cukup lebar, mudah terlihat dan diberi tanda-tanda
arah yang jelas.
f. Perlengkapan pemadam dan penanggulangan kebakaran.
g. Alat-alat pemadam dan penanggulangan kebakaran meliputi 2
jenis :
Terpasang tetap di tempat
Dapat bergerak atau dibawa
Alat-alat pemadam kebakaran harus ditempatkan pada tempat-
tempat yang rawan terjadi kebakaran, mudah terlihat dan mudah
diambil.

2) Terpeleset/tejatuh
a. Terpeleset/terjatuh pada lantai yang sama adalah bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada instalasi pencucian.
b. Walaupun jarang terjadi kematian tetapi dapat mengakibatkan
cedera yang berat seperti fraktur, dislokasi, salah urat, memar otak.
c. Penanggulangan :
Jangan memakai sepatu dengan hak tinggi, sol yang rusak atau
memakai tali sepatu yang longgar.
Konstruksi lantai harus rata dan sedapat mungkin dibuat dari
bahan yang tidak licin.
Pemliharaan lantai :
Lantai harus selalu dibersihkan dari kotoran-kotoran seperti
pasir, debu, minyak yang memudahkan terpeleset.
Lantai yang cacat misalnya banyak lubang atau
permukaannya miring harus segera diperbaiki.
Masalah-masalah kesehatan kerja di instalasi Laundry sudah disosialisasikan,
diharapkan petugas memahami masalah kesehatan kerja dan dapat melakukan
upaya antisipasi terhadap akibat yang ditimbulkannya sehingga tercapai budaya
sehat dalam bekerja.

BAB V
PROSEDUR PELAYANAN LINEN.

I. Perencanaan linen
A. Sentralisasi linen
Sentralisasi linen Merupakan suatu keharusan yang dimulai dari proses
perencanaan pemantauan dan evaluasi dimana merupakan suatu siklus
berputar.
Sifat linen adalah barang habis pakai. Supaya terpenuhi persyaratan mutlak
yaitu kondisi yang selalu siap baik segi kualitas maupun kuantitas, maka
diperlukan sistem pengadaan satu pintu yang sudah terprogram dengan baik.
Untuk itu diperlukan kesepakatan baku dan merupakan suatu kebijakan yang
turun dari pihak Top level management yang kemudian diaplikasikan menjadi
suatu standar yang harus dijalankan dan dilaksanakan dengan prosedur tetap
(protap) dan petunjuk teknis (juknis) yang selalu dievaluasi.

B. Standarisasi Linen
Linen adalah istilah untuk menyebutkan seluruh produk tekstil yang berada di
rumah sakit yang meliputi linen di ruang perawatan maupun baju bedah di
ruang operasi (OK), sedangkan baju perawat, jas dokter maupun baju kerja
biasanya tidak dikelompokan pada kategori linen, tetapi dikategorikan sebagai
seragam (uniform).
Secara fungsi Linen digunakan untuk baju, alas, pembungkus, lap, dan
sebagainya, sehingga dalam perkembangan management menjadi tidak
sederhana lagi, berhubung setiap bagian di Rumah sakit mempunyai
spesifikasi pekerjaan, jumlah kebutuhan yang besar, frekuensi cuci yang tinggi
dicapai.
Untuk itu diperlukan standar linen, antara lain:

1. Standar produk
Berhubung sarana kesehatan bersifat Universal, maka sebaiknya setiap
rumah sakit mempunyai standar produk yang sama agar bias di produksi
masal dan mencapai skalah ekonomi. Produk dengan skalah tinggi akan
memberikan kenyamanan dapa waktu pemakaiannya dan mempunyai
waktu penggunaannya yang lebih lamah sehingga secara ekonomi lebih
optimum di banding dengan produk yang lebih murah.

2. Standar desain
Pada dasarnya baju Rumah sakit lebih mementingkan fungsinya daripada
estetikanya, maka desainya sederhana , ergonomis dan unisex merupakan
pilihan yang ideal, terutama pada baju bedah dan baju pasien. Sizing
system dengan perbedaan warna diaplikasikan pada baju-baju tertentu
Untuk mengakomodasikan individu pemakai.
Untuk kepentingan praktis, beberapa Rumah sakit menggunakan
spray/laken yang fitted selain yang plat. Yang tidak kalah pentingnya
adalah pertimbangan pada waktu pemeliharaan, pengguna kancing dan
sambungan-sambungan baju lebih baik di hindari.

3. Standar material
Pemilihan material harus disesuaikan fungsi secara perawatan dan
penampilan yang diharapkan. Beberapa kain yang di gunakan di Rumah
sakit antara lain Cotton100%, CVC5%-5%, TC65% - 35%, polyester 100%
dengan anyaman plat atau twill / drill, dengan dengan proses akhir yang
lebih spesifik seperti : water repellent, soil release, PU coated, dan
sebagainya sehingga yang mempunyai sifat dan penggunaan penggunaan
tertentu.
Dengan adanya berbagai pilihan tersebut memungkinkan bagi kita untuk
mendapatkan hasil terbaik untuk setiap produk. Warna pada kain / baju
juga memberikan nuansa tersendiri, sehingga secara pisikologis
mempunyai pengaruh terhadap lingkungan oleh karena itu, pemeliharaan
warna sangat penting, alternatif dari kain warna polos adalah corak kain
dengan corak motif, trend ini memberikan nuansa yang lebih santai dan
modern.

4. Standar ukuran
Ukuran linen sebaiknya dipertimbangkan tidak hanya dari sisi penggunaan.
Tetapi juga dari biaya pengadaan dan biaya oprasional yang timbul. Makin
luas dan berat, makin mahal biaya pengadaan dan pengoprasiannya.
Dengan adanya ukuran tempat tidur yang standar,misalnya : 90x200 cm,
maka ukuran linen bias distandarkan menjadi:

Laken 16x275cm
Stik laken 75x160 cm
Zeil 70x110 cm
Sarung bantal 50x70 cm

5. standar jumlah
Ideal stok linen 5 par (kapasitas) dengan posisi 3 par berputar di Ruangan

Stok 1 .par terpakai


Stok 1. Par di cuci
Stok 1. Par cadangan
Stok 1. Par siap di distribusikan
Stok 1, par berupa lembar kain

Untuk jumlah linen yang di gunakan di ruangan rawat dan operasi


terhitung rinci sebagai berikut:
Linen kamar
Penggantian linen kamar di Rumah sakit agar bervariatif dari ;
1 x 1 sehari
1 x 3 sekali
1 x 2 sehari
sedangkan jumlah 300 tempat tidur dan BOR 80%. Dengan lama
pencucian 1 hari. Serta Rencana par stok 3. Maka kebutuhan linen
adalah:
300 x 1 x 3 x 80% = 720

Linen 0k
Persediaan linen ok yang sangat krusial, mengingat standar
prosedur di Ruangan ok sangat ketat.
Apabilah Rumah sakit dengan 5 ruangan ok dan frekuensi operasi 5
kali sehari, yang masing-masing di datangi 7 operator, lama cuci
linen 1 hari dan par stok 3. Maka kebutuhan linen adalah: namun
ada rumah sakit tertentu yang menambah safety stok menjadi 4
par, mengingat seringnya terjadinya keadaan di luar rencana sehari
hari.

5 x 5 x 7 x 1 x 3 = 525

6. Standar penggunaan linen yang baik tahan cuci sampai 120 kali dengan
prosedur yang normal di Rumah sakit umum Dr. Balikpapan standard
kelayakan sebuah linen. Dengan umur linen 6 12 bulan, kondisi fisik
atau dengan frekuensi cuci setiap hari. Linen diberi indetitas sebagai
berikut:

RS..
TGL Beredar

Item

N0. ID: 125

KLS. III

Informasi yang di yang di tampilkan;


Logo Rumah sakit dan nama Rumah sakit (informasi jelas)
Tanggal beredar misalnya 7 september 2010 (Informasi jelas)
Item ukuran: laken 160 x 275 (informasi jelas)
N0 .ID: 005-125 adalah N0 indentitas dari laken yang beredar sejumlah
125 dan laken tersebut bernomor 005.
KLS. III adalah penegasan bahwa linen yang beredar hanya di ruang
Kelas III

C. Mesin Cuci
1. Persyaratan Mesin cuci
Mesin cuci dengan kapasitas besar (diatas 100 kg) yang disarankan
memiliki 2 (dua) kompartemen (pintu) yang membedakan antara
memasukan linen kotor Infexcius / non infexcius dengan hasil pencucian
linen bersih. Antara 2 kompomen di batasi partisi oleh partisi yang kedap
air maksud dari pemisahan tersebut adalah menghindari kontaminasi dari
linen kotor dengan linen bersih baik dari lantai, alat maupun udara.
2. Mesin cuci ukuran sedang dan kecil (25-100) tanpa penyekat seperti pada
poin 1 dapat digunakan dengan memperhatikan batas ruang kotor dan
bersih dengan jelas.
3. Pipa pembuangan limbah cair hasil pencucian (pemanasan - desinfeksi)
langsung dialirkan ke dalam sistem pembuangan yang terpendam dalam
tanah menuju IPAL.
4. Peralatan pendukung yang mutlak digunakan untuk membantu proses
pemanasan desinfeksi:
a. Pencatat suhu (thermometer) pada mesin cuci.
b. Termometer untuk membantu meningkatkan suhu pada mesin cuci.
c. Glass / kaca untuk melihat level air.
d. Flow meter pada inlet air bersih ke mesin cuci untuk mengukur jumlah
air yang dibutuhkan pada saat pengenceran bahan kimia terutama pada
saat desinfeksi.

D. Tenaga Laundry
Untuk mencegah infeksi yang terjadi di dalam pelaksanaan kerja terhadap
tenaga pencuci maka perlu ada pencegahan dengan:
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja , pemeriksaan berkala.
2. Pemberian imunisasi poliomyelitis ,tetanus,BCG,dan hepatitis.
3. Pekerja yang memiliki permasalahan dengan kulit :
luka-luka, ruam, kondisi kulit eksfoliatif tidak boleh melakukan pencucian.

II. Penatalaksanaan Linen


Penatalaksanaan linen dibedakan menurut lokasi dan kemungkinan transmisi
organisme berpindah:
1. Di ruangan-ruangan
2. Perjalanan transportasi linen kotor
3. Pencucian di laundry
4. Penyimpanan linen bersih
5. Distribusi linen bersih

Linen kotor yang dapat dicuci di laundry di kategorikan:


1. Linen kotor infeksius :
linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan feses, terutama
yang berasal dari infeksi TBC Paru, infeksi Salmonella dan shigella (sekresi
dan eksresi), HBV dan HIV (jika terdapat noda darah) dan infeksi lainnya
yang spesifik (SARS) dimasukan kedalam kantong dengan segel yang dapat
terlarut diair dan ditutup dengan kantung luar berwarna kuning bertuliskan
terinfeksi.
2. Linen kotor tidak terinfeksi:
linen yang tidak terkontaminasi darah, cairan tubuh dan feses yang berasal
dari pasien lainnya secara rutin sungguh pun mungkin linen diklasifikasikan
dari seluruh pasien-pasien yang berasal dari sumber ruang isolasi yang
terinfeksi.

Linen atau pakaian pasien yang terinfeksi bahaya khusus seperti Lasssa fever
atau ANTRAKS sebaiknya dilakukan otoklaf sebelum dikirim ke laundry
(pencucian) atau konsultasi dengan bagian yang menangani infeksi.
Untuk lebih terperinci penanganan linen, dibedakan dengan lokasi sebagai
berikut:
1) Pengelolaan linen diruangan
Seperti disebutkan diatas yang dimaksud dengan linen yang infeksius dan
noninfeksius yang secara spesifik di perlakukan secara khusus dengan
kantung linen yang berbeda.
Persyaratan kantung linen di ruangan-ruangan :
a. Kantung linen infeksius
Kantung linen infeksius terdiri dari dua kantung yang memiliki kriteria:
Kantung dalam
Terbuat dari bahan plastic tahan panas hingga 100 0 C dan tahan
bocor
Bentuk segi empat dengan bagian yang terbuka merupakan
panjang kentung
Warna bening
Ukuran kecil hingga sedang

Kantung luar
Terbuat dari bahan plastic tahan panas hingga 100 0 C dan tahan
bocor
Bentuk segiempat
Warna kuning bertuliskan linen infeksius
Ukuran sedang hingga besar
b. Kantung linen non infeksius
Terbuat dari bahan plastic tahan panas 1000 C dan tahan bocor
Bentuk segi empat
Warna biru / hitam bertuliskan linen noninfeksius
Ukuran sedang hingga besar

Penaganan linen dimulai dari proses forbeden (penggantian linen).


Pelaksanaan forbeden dilakukan oleh perawat dimana sebelum dilakukan
penggantian linen bersih harus melepaskan linen kotor dengan demikian
perawat tersebut akan kontak dengan linen kotor baik itu dengan linen
infeksius maupun tidak terinfeksi.

Prosedur untuk linen kotor infeksius:


1. Biasakan mencuci tangan hygenis dengan sabun paling tidak 10-15 detik
sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
2. Gunakan APD : sarung tangan, masker dan apron.
3. Persiapkan alat dan bahan : sikat, spayer, ember dengan tulisan linen
infeksius, kantung dalam linen infeksius, kantung luar linen infeksius, lem
warna merah untuk tutup dan sebagai segel.
4. Lipat bagian yang terinfeksi dibagian lalu masukan linen kotor infeksius ke
dalam ember tertutup dan bawa ke spoel hock.
5. Noda darah atau feses dibuang ke dalam baskom, basahkan dengan air
dalam spayer dan masukan ke dalam kantung transparan dengan
pemisahan antara linen warna putih (kantung khusus linen kotor
infeksius). Sampah tercampur seperti jarum suntik tempatkan diwadah
penampungan jarum suntik.
6. Lakukan penutupan kantung dengan bahan lem kuat yang berwarna
merah (masih dapat lepas pada suhu pemanasan desinfeksi) yang juga
berfungsi sebagai segel.
7. Beberapa kantung linen kotor infeksius yang sudah tertutup / segel
dimasukan kembali ke dalam kantung luar berwarna (sesuai standard)
8. Siapkan troli linen kotor dekat ruang spoel hock.
9. Kumpilkan ke troli linen kotor siap di bawa ke laundry dalam keadan
tertutup.

Prosedur untuk linen kotor tidak terinfeksi:


1. Biasakan mencuci tangan hygenis dengan sabun paling tidak 10-15 detik
sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
2. Gunakan APD : sarung tangan, masker dan apron.
3. Persiapkan alat dan bahan :sikat, spayer, ember dengan tulisan linen
noninfeksius, kantung dalam linen noninfeksius, kantung luar linen
noninfeksius, lem warna biru untuk tutup dan sebagai segel.
4. Siapkan troli linen kotor dekat ruang spoel hock.
5. Beberapa kantung linen kotor yang sudah tertutup siap dimasukan dan
dikumpulkan ke troli linen kotor untuk di bawa ke laundry.

2) Transportasi
Transportasi dapat merupakan bahaya potensial dalam menyebarkan
organisme , jika linen kotor tidak tertutup dan bahaya troli tidak mudah
dibersihkan.
Persyaratan alat transportasi linen:
a. Dipisahkan antara troli linen kotor dengan linen bersih.
Jika tidak, maka wadah penampung yang terpisah.
b. Bahan troli terbuat dari stainless steel (baja antikarat)
c. Jika menggunakan wadah dan warna yang berbeda.
d. Wadah mampu menampung beban linen.
e. Wadah mudah dilepas dan setiap saat habis difungsikan selalu dicuci
(disiapkan cadangan) demikian pula dengan troli selalu dibersihkan.
f. Muatan / loading linen kotor/ bersih tidak berlebihan.
g. Wadah memiliki tutup.
3) Laundry
Tahapan kerja di laundry:
1. Penerimaan linen kotor dengan prosedur pencatatan.
Linen kotor diterima yang berasal dari ruangan dicatat berat timbangan
sedangkan jumlah satuan berasal dari informasi ruangan dengan formulir
yang sudah distandardkan.
Tidak dilakukan pembongkaran muatan untuk mencegah penyebaran
organism.

2. Pemilahan dan penimbangan linen kotor.


a) Lakukan pemilahan berdasarkan beberapa criteria :
Linen infeksius berwarna
Linen infeksius putih
Linen tidak terinfeksi berwarna
Linen tidak terinfeksi
Linen asal OK (disediakan jaring) karena terdiri dari pakaian dengan
banyak tali.
Linen berkerah dan bertali disediakan jaring untuk proses pencucian.

b) Upayakan tidak melakukan pensortiran.


pensortiran untuk linen infeksius sangat tidak dianjurkan penggunaan
kantung sejak dari ruangan adalah salah satui upaya untuk
menghindari dari sortir.
c) Penimbangan sesuai dengan kapasitas dan criteria dari point 2
dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan bahan-bahan kimia dalam
tahapam proses pencucian.
d) Keluarkan linen infeksius dari kantung luar dan masukkan kantung luar
tanpa membuka segel.

3. Pencucian.
Pencucian mempunyai tujuan selain menghilangkan noda (bersih), awet
(tidak cepat rapuh), namun memenuhi persyaratan sehat (bebas dari
mikroorganime pathogen). Sebelum melakukan pencucian setiap harinya
lakukan pemanasan-desinfeksi untuk membunuh seluruh mikroorganisme
yang mungkin tumbuh dalam semalam dimesin-mesin cuci. Untuk dapat
mencapai tujuan pencucian, harus mengikuti persyaratan teknis
pencucian:

1) Waktu
Waktu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan temperatur
dan bahan kimia guna mencapai hasil cucian yang bersih, sehat.
Jika waktu tidak tercapai sesuai dengan yang dipersyaratkan, maka
kerja bahan kimia tidak berhasil dan yang terpenting mikroorganisme
dan jenis pests seperti kutu dan tungau dapat mati.
2) Suhu
Suhu yang direkomendasikan untuk tekstil : katun 90 O C; polykatun
80O C; polyester 75O C; wool dan silk 30O C. Sedangkan suhu terkait
dengan pencampuran bahan kimia dan proses:
Proses pra cuci dengan tanpa/bahan kimia dengan suhu normal
Proses cuci dengan bahan kimia alkali dan detergen untuk linen
warna putih 45-50O C, untuk linen warna 60-80 O C.
Proses bleaching atau dilakukan desinfeksi 65O C atau 71O C.
Proses bilas I dan II dengan suhu normal.
Proses penetralan dengan suhu normal.
Proses pelembut/pengkanjian dengan suhu normal.

3) Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan terdiri dari : alkali, emulsifier, detergen,
bleach (chorine bleach dan oksigen bleach), sour, dan softener.
Masing-masing mempunyai fungsi sendiri. Penanganan linen infeksius
dipersyaratkan menggunakan bahan kimia Chlorine formulasi 1% atau
10.000 ppm av.CI2 (untuk virus HIV & HBV). Untuk Chlorine yang
dipasarkan untuk laundry biasanya memiliki bahan aktif 10% atau
100.000 ppm av.CI2
4) Mechanical Action
Mechanical Action adalah putaran mesin pada saat proses pencucian.
Factor-faktor yang mempengaruhi mechanical action adalah:
Loading / muatan tidak sesuai dengan kapasitas mesin. Mesin
harus dikosongkan 25% dari kapasitas mesin. Sebagai contoh :
kapasitas mesin 50 kg, maka loading / beban yang dimasukkan
tidak boleh lebih dari 37,5 kg.
Level air yang tidak tepat
Level air adalah jumlah air yang diperlukan sebagai pengencer
bahan kimia yang terdiri dari level :
TINGGI = 50% dari kapasitas drum;
SEDANG = 32% dari kapasitas drum; dan
RENDAH = 16,6% dari kapasitas drum.
Motor penggerak yang tidak stabil
Motor penggerak tidak stabil dapat disebabkan poros yang tidak
simetris lagi dan automatic reverse yang tidak bekerja.
Pemeliharaan yang kontinu tidak akan membiarkan kondisi ini
terjadu, karena selain hasil cucian tidak maksimal, juga dapat
merembet kerusakan pada komponen lainnya.
Takaran detergen yang berlebihan
Takaran detergen yang berlebihan mengakibatkan melicinkan linen
dan busa yang berlebihan akan mengakibatkan sedikit gesekan.
Bahan kimia
Bahan kimia akan berfungsi dengan baik apabila 3 faktor tersebut
diatas bergunsi dengan baik. Menggunakan bahan kimia berlebihan
tidak akan membuat gasil menjadi lebih baik, begitu juga apabila
terjadi kekurangan.

Persayaratan pemanasan-desinfeksi untuk pencucian adalah 65 OC selama


10 menitatau 70OC dengan bahan kimia Chlorine 1% (10.000 ppm av CI2 ).
Untuk lebih jelasnya tahapan yang merupakan satu kesatuan pada proses
operasional, suhu, waktu, pH dan level air dapat distandarkan sebagai
berikut:

METODE TEKNIS MENCUCI LINEN DIRUMAH SAKIT


THP OPERASIONAL BAHAN SUHU (OC) WAKTU DOSIS Ph LEVEL
KIMIA (MENIT) (g/l) AIR
1 Pra cuci Non/ Normal 3-5 g 10-11 Tinggi
Emulsifier
2 Buang - - - - - -
3 Cuci Alkaline 45-50 (w) 2 g 12-13 Renda
Dtergen 60-80 (p) 8 g 11-12 h
4 Buang - - - - - -
5 Bleaching Chlorine 65 10 g 8-9 Renda
(mencemerlangk (p) 71 3 h
an) Oxygen
(w)
6 Buang - - - - - -
7 Bilas I Air Normal 3-5 - - -
8 Buang - - - - - -
9 Bilas II Air Normal 3-5 - - Tinggi
10 Buang - - - - - -
11 Penetralan Sour Normal 3-5 g 4-5 Renda
h
12 Buang - - - - - -
13 Pelembut/Pengka Starchl Normal 5 g - Renda
jian Soft h
14 Buang - - - - - -
15 Pemerasan - - 5-8 - - -

Keterangan :
W = Linen Warna ; Oxygen Bleach = Untuk linen warna
P = Linen Putih ; Chlorine Bleach = Untuk linen putih
Operasional Bleaching : wajib dilakukan pada linen kotor infeksius dimana
fungsi Chlorine/Oxygen sebagai desinfeksi (% formula sesuai dengan
persyaratan) dan suhu serta waktu merupakan satu kesatuan.
Operasional Bleaching : wajib dilakukan pada linen kotor infeksius dan
tidak terinfeksi sebagai desinfeksi. Fungsi Chlorine yang lain sebagai
pencemerlang.
Dosis disesuaikan dengan tingkat noda (ringan, sedang dan berat).
4. Pemerasan.
Pemerasan merupakan proses pengurangan kadar air setelah tahap
pencucian selesai. Pemerasan dilakukan dengan mesin cuci yang juga
memiliki fungsi pemerasan / extractor, namun jika mesin extractor
terpisah, maka diperlukan troli untuk memindahkan hasil cucian dari mesin
cuci menuju mesin extractor.
Troli diupayakan dipelihara kebersihan dan pencucian dengan desinfektan
sebelum melakukan pekerjaam. Proses pemerasan dilakukan dengan
mesin pada putaran tinggi selama sekitar 5-8 menit.

5. Pengeringan.
Pengeringan dilakukan dengan mesin pengering/drying yang mempunyai
suhu sampai dengan 70OC selama 10 menit. Pada proses ini, jika
mikroorganisme yang belum mati atau terjadi kontaminasi ulang
diharapkan dapat mati.

6. Penyetrikaan.
Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika besar dapat disetel
sampai dengan suhu sampai dengan 120 OC, namun harus diingat bahwa
linen mempunyai keterbatasan terhadap suhu sehingga suhu disetel antara
70-80OC.

7. Pelipatan
Melipat linen mempunyai tujuan selain kerapihan juga mudah digunakan
pada saat penggantian linen dimana tempat tidur kosong atau saat pasien
di atas tempat tidur. Minen yang perlu mendapatkan perhatian khusus
pada pelipatan:
a. Laken
Dibutuhkan tempat luas yang dilakukan oleh 2 orang petugas
Tiap orang memegang ujung linen posisi memanjang dengan
jahitan terbalik
Pertemukan antara ujung linen menjadi bagian. Perhatikan label
ada di bagian kanan
Lipat kembali pegang pertengahan lipatan, temukan dengan kedua
ujung menjadi bagian
Pinggir jahitan posisisnya dibawah
Ke empat ujung linen dipertumakan menjadi 2 bagian
Selanjutnya sampai dengan 1/8 bagian, posisi label harus di atas

b. Steek Laken
Dibutuhkan cukup satu orang
Posisi jahitan terbalik (sama dengan laken)
Pegang ujung linen arah panjang pertemukan
Lipat menjadi bagian
Lipat kembali menjadi bagian, perhatikan posisi label dibagian
kanan
Lipat kembali menjadi dua arah lebar harus sampai 1/8 bagian, lipat
satu kali lagi posisi label diatas

c. Zeil yang baik digulung agar tidak cepat robek dan permukaan datar

d. Sarung bantal
Dilakukan satu orang
Posisi jahitan di dalam
Lipat menjadi bagian memanjang arah label diluar, lipat lagi
menjadi 1/3 bagian
Sarung Guling
Posisi jahitan didalam
Lipat menjadi memanjang, label diluar lipat lagi menjadi
bagian

e. Selimut
a. Dilakukan satu orang
b. Posisi jahitan diluar (terbalik) posisi label dikanan
c. Lipat menjadi bagian arah lebar selimut
d. Lipat lagi menjadi bagian
e. Lipat arah panjang selimut menjadi bagian
f. Lipat lagi menjadi bagian
g. Lipat lagi menjadi 1/8 bagian

Proses pelipatan sekaligus juga melakukan pemantauan antara linen yang


masih baik dan sudah rusak agar tidak dapat dipakai lagi.

8. Penyimpanan.
Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindung linen dari kontaminasi
ulang baik dari bahaya seperti mikroorganisme dan pest, juga untuk
mengontrol posisi linen tetap stabil. Sebaiknya posisi linen yang terdapat
diruang penyimpanan 1,5 par dan 1,5 par diruangan-ruangan. Ada baiknya
lemari penyimpanan dipisahkan menurut masing-masing ruangan dan
diberi obat anti ngnegat yaitu kapur barus.Sebelum disimpan sebaiknya
linen dibungkus dengan plastik transparan, sebelum didistribusikan.

9. Pendistribusian.
Pendistribusian merupakan aspek administrasi yang penting yaitu
pencatatan linen yang keluar. Disini diterapkan sistem FIFO yaitu linen
yang tersimpan sebelumnya yaitu 1,5 par yang mengendap di
penyimpanan harus dikeluarkan, sedangkan yang selesai dicuci
disiapkanuntuk yang berikutnya, sehingga tidak ada pekerjaan yang
menunggu setiap selesai mencuci. Ada baiknya bagian inventarisruangan
mengambil pada saat yang bersamaan linen yang di cuci ditukar dengan
linen yang bersih yang siap didistribusikan. Sedangkan linen sisa yang
berada diruangan harus disiapkan untuk digunakan kembali. Setiap linen
yang dikeluarkan dicatat sesuai identitas yang tertera disetiap linen, nomor
berapa yang keluar dan nomor berapa yang disimpan, dengan pencatatan
tersebut dapat diketahui berapa kali linen dicuci dan linen mana saja yang
mengendap tidak digunakan.

10. Penggantian linen rusak.


Linen rusak dapat dikategorikan :
1. Umur linen yang sudah standart
2. Human error termauk dihilangkan
Dua kategori tersebut dapat diketahui dari sistem pencatatan yang baik
mengenai perputaran linen yang yang tercatat setiap harinya bahkan
dapat diketahui ruangan yang menghilangkan atau merusak, namun dapat
juga kerusakan terjadi pada waktu proses pencucian akibat human error
petugas laundry.
Jenis kerusakan ada yang dapat diperbaiki (diserahkan ke penjahitan) dan
ada pula yang memang harus mendapatkan penggantian. Jenis kerusakan
yang harus mendapatkan penggantian:
Noda-noda yang sudah tidak dapat dihilangkan seperti terkena cairan
medik dengan area yang luas ataupun terkena noda semir, mungkin dapat
dihilangkan dengan cairan spoting namun jika dihitung biaya dan
kerapuhan yang terjadi menjadi tidak efisien.
Kerapuhan beberapa bagian akibat bahan kimia korosif seperti H 2O2
ataupun bahan kimia lainnya yang korosif seperti peroksida maupaun
chlorine diatas 5%.
Robek karena tersangkut.
Noda karat dapat dihilangkan dengan larutan Ferro Bright.
Penggantian segera dilakukan oleh pihak laundry dengan mengirimkan
formulir permintaan kerusakan kepada pihak logistik. Penggantian segera
dilakukan pemberian identitas, linen dengan nomor identitas yang rusak,
hanya tanggal peredaran berbeda dengan linen sebelumnya.

Pada saat proses penerimaan sampai dengan penyetrikaan merupakan


proses yang krusial dimana kemungkinan Organisme masih hidup,maka
petugas diwajibkan menggunakan APD.
Alat pelindung diri yang digunakan oleh petugas laundry:
1. Pakaian kerja dari bahan penyerap keringat
2. Apron
3. Sarung tangan
4. Sepatu boot digunakan pada area yang basah
5. Masker di gunakan pada proses pemilahan dan sortir
Sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan biasakan mencuci tangan
sebagai upaya pertahan diri.

d. Dokumen

Dokumen yang dibutuhkan pada penatalaksanaan linen mulai dari ruangan hingga
didistribusikan terdiri dari :
1. Dokumen pengioriman linen kotor dari ruangan dan penerimaan linen
bersih
2. Dokumen pengiriman linen infeksius
3. Dokumen pengirimnan linen kotor/infeksius dari OK
4. Dokumen pendistribusian linen bersih dari laundry
5. Dokumen penimbangan linen kotor dan infeksius yang akan dicuci
6. Dokumen outsourching (jika akan dikirim keluar)
7. Dokumen penerimaan cuci dari luar
8. Dokumen penghapusan linen rusak
9. Dokumen permintaan linen baru

e. Pengelolaan linen lainnya dan peralatan


Yang dimaksud linen lainnya adalah linen yang tidak diproses melalui proses
pencucian dengan mesin cuci tetapi dilakukan prosedur desinfeksi.

Metode untuk membersihkan dan dekontaminasi peralatan dan lingkungan.


Pemanasan Autoklaf jika bahan-bahan yang
kemungkinan dipanaskan tidak hancur
oleh suhu tinggi yang lain gunakan stem
dengan suhu rendah, atau pasteurisasi
Desinfeksi dengan bahan kimia a. Phenolics
b. Chlorine-agent pembebas (tabel
konsentrasi lihat tabel 1)
c. 2% Glutaraldehyde
d. Alkohol (gunakan 60-80% ethyl,
60-70% isopropyl)

Konsentrasi chlorine yang digunakan

MACAM PENGGUNAAN CHLORINE YANG


DISEDIAKAN
mg/1(ppm)
Tumpahan darah pasien terinfeksi HIV atau HBV 1,0 10.000
Botol-botol bekas lab 0,25 2.500
Desinfeksi lingkungan umum 0,10 1.000
Botol-botol susu bayi dan area persiapan makanan 0,0125 125
Eradikasi Legionella terhadap sistem penyediaan air 50)
bergantung pada waktu pemaparan 5)
Kolam renang hydroterapy
Rutin 1,5-3,00
Terkontaminasi 6-10
Pengolaan air rutin 0,5-1
* Larutan Hypochlorite komersial mengandung 10% 100.000 ppm av CI 2
TEKNIK PEMBERSIHAN / DEKONTAMINASI LINEN
PERALATAN DAN LINGKUNGAN
PERALATAN ATAU TEKNIS PEMBERSIHAN DAN DEKONTAMINASI
TEMPAT RUTIN (pasien yang tidak ALTERNATIF DAN TAMBHAN YANG
terinfeksi) SESUAI (pasien terinfeksi seperti
pasien dengan luka terbuka)
Kasur Cuci dengan larutan detergen Jika terkontaminasi gunakan
dan keringkan desinfektan (a) atau (b) jangan
gunakan desinfektan yang
diperlukan yang dapat merusak
kasur terutama (a)
Bantal Perawatan sama dengan kasur Perawatan sama dengan kasur
Guling Perawatan sama dengan kasur Perawatan sama dengan kasur
Furnitur dan Perabotan Basahi debu dengan cairan Basahi debu dengan desinfektan (a)
detergen atau (b)
Kamar mandi Seka dengan cairan detergan Bahan kimia (b)
atau pembersih krem dan Detergen yang berisi chlorine
pembilas Chlorine yang tidak mengikis
yang berbentuk bubuk/butir
Bowl Operasi Autoklaf
Bowl Cuci dan keringkan Untuk pasien terinfeksi gunakan
bowl pribadi dan disinfeksi dengan:
Pemanasan desinfeksi
Bahan kimia (a) atau (b)
Ember/baskom pencuci Bersihkan dengan detergen Desinfektan mungkin dibutuhkan
gunakan krem pembersih jika terkontaminasi gunakan
untuk noda, sampah dsb. nonabrasive agents (b)
Desinfektan biasanya tidak
dibutuhkan
Permukaan troli Bersihkan dengan detergen Bersihkan dahulu kemudian
atau lap kering gunakan bahan kimia desinfektan
(d) atau (a) dan lap hingga kering
Lantai (pembersihan 1. Penyedot debu Jangan gunakan sapu disekitar
kering) 2. Penyedot/pembersih debu pasien
yang kering
Lantai (pembersihan Cuci dengan cairan detergen Mencemari, tumpahan dan area-
basah) Desinfeksi tidak selalu area spesial, gunakan bahan kimia
diperlukan desinfektan (a) atau (b)

CARA MENGHITUNG DOSIS KEBUTUHAN


DESINFEKTAN CHLORINE UNTUK LINEN INFEKSIUS (HIV & HBV)

Kapasitas Mesin Cuci 50 kg


% Bahan Aktif Chlorine 10% (Produk X)
% Formulasi yang diinginkan 1% (10.000 ppm) untuk HIV & HBV

PERTRANYAAN:
Berapa gram bubuk Chlorine yang dipakai untuk setiap kg cucian?
PERHITUNGAN I: Menghitung air yang dipakai pada proses bleach yaitu LOW
HIGHT : 50% dari kap. Drum
MEDIUM : 32% dari kap. Drum
LOW : 16,6% dari kap. Drum
VOLUME DRUM = . r2 . t
: 3,14 ; d: 1m ; t: 0,65m
Vol. drum = 3,14 . (0,5) 2 . 0,65

0,51 m3

0,51 x 1.000 liter

510 liter
Air yang digunakan : LOW
LOW = 16,6 % x kap. Drum
16,6% x 510 liter
84,6 liter

PERHITUNGAN II: Menghitung gram Chlorine yang digunakan


GR. CHLORINE = (% Formulasi/ % Bhn. Aktif) x Pengenceran) x 10.000 mg/L
(1%/10%) x 84,6 L) x 10.000 mg/L
84.600 mg
(84.600/1000) g
84,6 g
Dibutuhkan 84,6 g dalam 50 kg cucian
Untuk setiap kg cucian : 84,6 g / 50 kg
1,69 g/kg
JAWAB: Dibutuhkan 1,69 g Chlorine untuk setiap kg cucian
BAB VI
MONITORING DA EVALUASI

I. Monitoring
Yang dimaksud dengan monitoring adalah upaya untuk mengamati pelayanan
dan cakupan program pelayanan seawall mungkin, untuk dapat menemukan
dan selanjutnya memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.

Tujuan monitoring adalah:


1. Untuk mengadaka perbaikan, perubahan orientasi atau disain dari system
pelayanan (bila perlu).
2. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan yang dilaksanakan di
lapangan, sesuai dengan temuan-temuan di lapangan
3. Hasil analisa dari monitoring digunakan untuk perbaikan dalam pemberian
pelayanan di rumah sakit. Moniroting sebaiknya dilakuka sesuai keperluan
dan dipergunakan segera untuk perbaikan program.
Khusus dalam pelayanan linen di rumah sakit dr. Balikpapan monitoring
dilakukan secara teratur dan kontinyu.

Aspek aspek yang dimonitoring mencakup :


1. Sarana, prasarana, dan peralatan
2. Standard / pedoman pelayanan linen, SPO, Kebijakan kebijakan direktur
Rumah Sakit, misi, visi, dan motto rumah sakit,dan lain lain
3. Pengamatan dengan pengelihatan pada linen, yaitu
a. Warna yang kusam, pudar, tidak cerah / putih tua atau keabu-abuan
menggambarkan usia pakai linen yang sudah terlalu lama.
b. Terlihat bayangan dari pembungkus linen, menunjukkan linen yang
sudah tipis.
4. Dari perabaan bila ditarik terjadi robekan / lapuk.
5. Apabila ada tanda penandaan tahun pengadaan / penggunaan, tinggal
menghitung umur lamanya, sehingga bias dihitung frekuensi pencuciannya.
Bila linen sudah mengalami pencucian 70 sampai degan 90 kali linen
tersebut sudah harus dihapus (tidak layak pakai).
Kelayakan pakai dari sisi infeksi dilakukan melalui uji kuman dengan cara
swab dari linen setelah dicuci.

II. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti tahap
pencucian, pengeringan, dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan
dalam rangka kinerja dari pengelolaan linen di rumah sakit.

Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :


1. Meningkatkan kinerja pengelolaan linen rumah sakit.
2. Sebagai acuan / masukkan dalam perencanaan pengadaan linen, bahan
kimia pembersih sarana dan prasarana Laundry.
3. Sebagai acuan dalam perncanaan system pemeliharaan mesin-mesin.
4. Sebagai acuan perencanaan penigkatan pengetahuan dan keterampilan
sumber daya manusia.

Materi yang dievaluasi antara lain :


1. Kuantitas / jumlah linen
Monitoring jumlah linen yang beredar di ruangan-ruangan tiap 3 bulan sekali
atau bila tidak mengindahkan prinsip FIFO

Kualitas linen
Kualitas linen yang diutamakan adalah
a. Bersih (fisik linen), harum, lembut, dan bebas noda. Bila linen tidak
mencakup 3 unsur itu segera lakukan pencucian ulang atau dihapus.
b. Awet (tidak rapuh) dapat dilakukan dengan mengendalikan penggunaan
bahan kimia serendah mungkin tanpa mengabaikan hasil kebersihan dari
linen.
c. Sehat (bebas dari mikroorganisme patogen) dapat dilakukan dengan uji
laboratorium

2. Bahan kimia
a. Fisik dan karakteristik bahan kimia
b. pH (Power Hidrogen) dan presentase bahan aktif

3. Baku mutu air


a. Persyaratan Permenkes 416
Adalah standard air bersih dimonitoring sedikitnya 6 bulan sekali.
b. Persyaratan khusus kandungan besi dan garam-garam
Monitoring standard air bila terjadi duo polutan pengganggu sedikitnya 6
bulan sekali.

4. Baku mutu limbah cair


Berdasarkan PP No.85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Barbahaya dan Beracun, dengan lampiran dikategorikan sebagai limbah B3 :
Kode Limbah : D 239
Jenis kegiatan : Laundry dan dry cleaning
Kode kegiatan : 9301
Sumber pencemaran : proses cleaning dan degreasing yang memakai
pelarut organic kuat dan pelarut toksik
Asal/uraian limbah : pelarut bekas, larutan toksik bekas, sludge proses
cleaning dan degreasing
Pencenaran utama : pelarut organic, hidrokarbon terhalogenasi ; lemak dan
gemuk
Dengan demikian limbah laundry dan dry cleaning harus dikelola sesuai
standard baku mutu sesuai dengan tingkat pencemaran.
Polutan yang mecemari : phosphate, senyawa aktif biru metilen, dan
sulfide.

Hasil evaluasi diberikan kepada penanggung jawab dan pegelolaan pelayanan


linen di Rumah Sakit dan umpan balik yang diberikan dapat menjadi bahan
laporan dan pertimbangan dalan pemnuatan perencanaan sesuai tujuan
evaluasi.

Daftar Rujukan
1. Control of hospital infection a practical handbook by G.A.J. Aylife et all chapman
& Hal Medical,third Edition, 1992
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Anda mungkin juga menyukai