Anda di halaman 1dari 12

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apabila suatu penghantar diberikan potensial yang berbeda diantara kedua
ujungnya, maka dalam penghantar itu akan timbul arus listrik. Hukum Ohm
menjelaskan hubungan antara tegangan listrik dengan kuat arus listrik. Orang
yang pertama kali menyatakan hubungan antara tegangan dengan kuat arus listrik
adalah George Simon Ohm.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan 4 kegiatan. Yaitu menduga nilai
hambatan dalam rangkaian seri, menduga besar panas disipasi pada hambatan
berangkaian seri, menduga nilai hambatan dari rangkaian paralel, dan menduga
bebas panas disipasi pada hambatan berangkaian paralel. Pada kegiatan menduga
nilai hambatan dalam, pertama yang dilakukan adalah menyusun alat seperti yang
telah ditunjukkan pada gambar, naikkan tegangan secara bertahap, catat besar
tegangan dan arus setiap terjadi perubahan. Panas disipasi dapat dihitung dengan
merangkai komponen yang dilakukan pertama kali adalah rangkaian disusun
seperti pada gambar yang ada. Tegangan pada sumber berada pada posisi
maksimum lalu cata nilai tegangan (V) dan kuat arusnya (I).
Hukum Ohm dalam kehidupan sehari-hari sudah sering dijumpai. Seperti
pada penggunaan alat-alat listrik seperti lampu, TV, dan kulkas juga alat elektrik
lainnya yang harus disesuaikan dengan tegangan. Hukum Ohm memberikan
informasi mengenai kuat arus atau tegangan suatu alat listrik. Bila alat listrik
diberi tegangan listrik yang lebih kecil dari seharusnya, arus akan mengecil
sehingga alat itu tidak bekerja normal (misalnya lampu akan redup).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dengan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan antara tegangan dan kuat arus pada rangkaian seri dan
paralel?
2. Bagaimanakah perbedaan nilai hambatan antara rangkaian seri dan paralel?
3. Bagaimana pengaruhnya jika posisi Voltmeter (V) dan Amperemeter (A)
dipindah?
4. Bagaimana hubungan Voltmeter dan Amperemeter pada rangkaian seri dan
paralel?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam praktikum ini yang mengacu pada rumusan masalah
antara lain :
1. Untuk mengetahui hubungan antara tegangan dan kuat arus pada rangkaian seri
dan paralel.
2. Untuk mengetahui perbedaan nilai hambatan pada rangkaian seri dan paralel.
3. Untuk mengetahui pengaruh jika Voltmeter dan Amperemeter dipindah.
4. Untuk mengetahui hubungan Voltmeter dan Amperemeter pada rangkaian seri
dan paralel.

1.4 Manfaat
Hukum Ohm dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pada
penggunaan alat-alat listrik yang ada di rumah, misalnya lampu, TV, dan kulkas.
Benda-benda tersebut harus disesuaikan dengan tegangannya. Karena bila benda
tadi diberi tegangan yang lebih kecil dari seharusnya, arus akan mengecil
sehingga alat tersebut tidak bekerja secara normal (misalnya lampu akan
mengecil).
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Hukum Ohm menjelaskan hubungan antara tegangan listrik dengan kuat arus
listrik. Bunyi Hukum Ohm : Tegangan (V) pada hambatan yang memenuhi
Hukum Ohm berbanding lurus terhadap kuat arus (I) untuk suhu yang konstan
(Sunaryono, 2010).
Perbandingan beda potensial dan kuat arus listrik selalu tetap atau konstan.
Semakin besar beda potensial listrik, semakin besar pula kuat arus yang megalir.
Besarnya kuat arus listrik sebanding dengan beda potensial listrik. Dari beberapa
pernyataan di atas, dapat dibuat persamaan sebagai berikut :
V = I . R. . ... (2.1)
Pada percobaan a, b, c, dan d digunakan hambatan yang samakarena untuk
membandingkan nilai dari masing-masing percobaan harus menggunakan kontrol
atau pembanding yang sejenis (sama).
Hambatan pengganti rangkaian seri :
Rs = R1 + R2 + R3 + R.. .................(2.2)
Sedangkan hambatan pengganti pada rangkaian paralel adalah :

..(2.3)
Hambatan listrik masih ada hubungannya dengan suhu atau temperatur.
Karena kawat listrik sangat memungkinkan mengalami perubahan suhu.
Persamaan perubahan hambatan kawat terhadap perubahan suhu kawat dituliskan
sebagai berikut :
NTC dan PTC adalah sebuah thermistor. Termistor adalah salah satu jenis
yang mempunyai koefisien temperature yang sangat tinggi. Fungsi utama dari
komponen ini dalam suatu rangkaian elektronik adalah untuk mengubah nilai
resistansi karena adanya perubahan temperature dalam rangkaian tersebut.
Karakteristrik yang demikian ini memungkinkan kita untuk dapat mengatasi
beberapa masalah yang sederhana, seperti yang berkaitan dengan sensor
temperature, kompensasi temperature atau masalah system pengaturan yang lain.
Thermistor ada 2, yaitu NTC (Negative Temperature Coefficient) dan PTC
(Positive Temperature Coefficient). NTC sebagaimana namanya adalah resistor
yang mempunyai koefisien temperatur negative yang sangat tinggi. Thermistor
jenis ini dibuat dari oksida logam yang terdapat dalam golongan transisi. Oksida-
oksida ini sebenarnya mempunyai resistansi yang tinggi tetapi dapat diubah
menjadi bahan semikonduktor. Sedangkan thermistor PTC adalah resistor dengan
koefisien temperatur positif yang sangat tinggi. Dalam beberapa hal thermistor
PTC berbeda dengan NTC antara lain : koefisien temperatur dari thermistor PTC
bernilai positif hanya dalam interval temperatur tertentu, pada umumnya, harga
mutlak dari koefisien temperatur PTC jauh lebih besar daripada thermistor NTC
(Soeprijanto, 2012).
Amperemeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat
arus listrik. Pemakaian alat ukur ini dihubungkan ke dalam rangkaian sehingga
terhubung seri dengan komponen yang akan dihitung kuat arusnya. Arus listrik (I)
yang mengalir melalui resistor (R) akan menyebabkan daya yang dikiim baterai
hilang dalam bentuk panas ini disebut daya disipasi. Voltmeter merupakan alat
ukur beda potensial antara 2 titik. Pemakaian alat voltmeter dipasang paralel
dengan komponen yang akan diukur beda potensialnya (Sunaryono, 2010).
BAB 3. METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum ini antara lain :
1. Catu daya DC berfungsi mengstabilkan arus listrik atau power supply.
2. Voltmeter DC berfungsi untuk mengukur tegangan.
3. Amperemeter DC berfungsi untuk mengukur kuat arus.
4. R 100/5W, 100/5W berfungsi sebagai hambatan yang akan diukur.
5. Connector berfungsi menghubungkan komponen.
6. Kabel-kabel berfungsi untuk menyambungkan komponen-komponen.
7. Stopwatch berfungsi untuk mengukur waktu.

3.2 Design
Adapun design alat yang akan digunakan adalah :
(a) (b)

3.2.1 Gambar Design Percobaan Rangkaian Seri


(Petunjuk Praktikum Fisika Dasar : 2016)
(a) (b)

3.2.2 Gambar Design Percobaan Rangkaian Paralel


(Petunjuk Praktikum Fisika Dasar : 2016)
3.3 Langkah Kerja
Sebelum ada perintah dari asisten, tidak diperkenankan mmenghubungkan
rangkaian dengan sumber arus. Untuk percobaan A, B, C dan D harus
menggunakan nilai hambatan yang sama.
3.3.1 Menduga Nilai Hambatan Dalam Rangkaian Seri
1. Rangkaian listrik disusun seperti gambar.
2. Tegangan dinaikkan dari tegangan minimum sampai dengan tegangan
maksimum secara bertahap pada sumber tegangan untuk mengatur besar arus
yang diluar.
3. Besar tegangan dan kuat arus listrik pada voltmeter dan amperemeter dicatat
setiap ada perubahan, sehigga didapatkan minimal 5 pasang data tegangan dan
arusnya (Usahakan meminimalkan interval waktu pengamatan untuk
memenuhi asumsi bahwa nilai hambatan yang diukur adalah konstan).
4. Percobaan seperti di atas diulangi untuk gambar 3.2.1 (b), dengan memakai
hambatan yang sama.
3.3.2 Menduga Besar Panas Disipasi pada Hambatan Berangkaian Seri
1. Rangkaian disusun seperti pada gambar 3.2.1 (b).
2. Tegangan listrik pada sumber tegangan berada pada posisi maksimum.
3. Nilai tegangan (V) dan arus listrik (I) pada Voltmeter dan Amperemeter dicatat
setiap interval 2 menit, sehingga didapat 5 pasang data pengamatan.
3.3.3 Menduga Nilai Hambatan Dalam Rangkaian Paralel
1. Rangkaian listrik disusun seperti gambar 3.2.2 (a) dengan tetap memakai
hambatan yang sama seperti percobaan 3.3.1.
2. selanjutnya dilakukan prosedur (2) dan (3) seperti pada percobaan 3.3.1.
3. Percobaan diulangi untuk gambar 3.2.2 (b), dengan tetap memakai hambatan
yang sama, hanya mengubah posisi Voltmeter dan Amperemeter.
3.3.4 Menduga Bebas Panas Disipasi pada Hmabatan Berangkaian Paralel
1. Rangkaian disusun seperti gambar 3.2.2 (b)
2. Selanjutnya dilakukan prosedur seperti pada percobaan 3.3.2.
3.4 Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :
Besar kuat medan adalah :

E= = . . . (3.4.1)

Karena
/
J= , maka = = . . . (3.4.2)
/

Sehingga :

I= .. . . . (3.4.3)
( )

Dan persamaan tersebut dapat ditulis sebagai :



= . . .. (3.4.4)

Sedangkan untuk mencari daya, persamaannya adalah :



= , atau W= I2 . R . T . (3.4.5)

Untuk mencari hambatan digunakan :



= . . . (3.4.6)

)
(
= () . . .(3.4.7)

Untuk mencari ralat nisbi:



I= % .(3.4.8)

Untuk mencari keseksamaan :


K = 100% - I .................(3.4.9)
Untuk mencari angka penting :
AP = 1- log R
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Setelah kegiatan praktikum dilakukan, didapat hasil sebagai berikut :
A. Menduga Nilai Hambatan Dalam Rangkaian Seri
Percobaan I V R () R I (%) K (%) AP
1 15 mA 2,8 V 186,67 2,5 % 97,5 % 2
2 17 mA 3,5 V 205,88 2,3 % 97,7 % 2
3 19,5 mA 3,7 V 189,74 4,68 2,5 % 97,5 % 2
4 21 mA 4,3 V 204,76 2,3 % 97,7 % 2
5 23 mA 4,2 V 182,61 2,6 % 97,4 % 2

B. Menduga Besar Panas Disipasi pada Hambatan Berangkaian Seri.


Percobaan I V R () R I (%) K (%) AP
1 66,5 mA 3V 45,11 12,6 % 87,4 % 1
2 103 mA 3,4 V 33 17,3 % 82,7 % 1
3 113,5mA 3,9 V 34,36 5,7 16,6 % 83,4 % 1
4 117,5mA 4V 34,04 16,7 % 83,3 % 1
5 71,5 mA 4,5 V 62,94 9% 91 % 1

C. Menduga Nilai Hambatan Dalam Rangkaian Paralel


Percobaan I V R () R I (%) K (%) AP
1 15,5 mA 2,8 V 180,65 3,4 % 96,6 % 2
2 17 mA 3V 176,47 3,5 % 96,5 % 2
3 18,5 mA 3,6 V 194,6 6,2 3,2 % 96,8 % 2
4 25 mA 3,9 V 156 4% 96 % 2
5 24,5 mA 4,4 V 179,59 3,5 % 96,5 % 2
D. Menduga Nilai Panas Disipasi pada Hambatan Berangkaian Paralel
Percobaan I V R () R I (%) K (%) AP
1 76,5 mA 2,7 V 35,3 16,3 % 83,7 % 1
2 56 mA 3,2 V 57,14 1% 99 % 1
3 64,5 mA 3,8 V 58,9 5,75 9,8 % 90,2 % 1
4 64,5 mA 4,3 V 66,67 8,6 % 91,4 % 1
5 73,5 mA 4,9 V 66,67 8,6 % 91,4 % 1

E. Menduga Nilai Hambatan Dalam Rangkaian Seri (Gambar B)


Percobaan I V R () R I (%) K (%) AP
1 21 mA 4,3 V 204,76 5,6 % 94,4 % 1
2 23 mA 3,6 V 156,52 7,3 % 92,7 % 1
3 22 mA 4,2 V 190,91 11,43 6% 94 % 1
4 31 mA 4,6 V 148,39 7,7 % 92,3 % 1
5 23 mA 4,8 V 208,7 5,5 % 94,5 % 1

F. Menduga Nilai Hambatan Dalam Rangkaian Parallel (Gambar B)


Percobaan I V R () R I (%) K (%) AP
1 16,5 mA 2,8 V 169,7 5,6 % 94,4 % 2
2 18,5 mA 3,2 V 172,97 5,5 % 94,5 % 2
3 20 mA 3,7 V 185 9,46 5,1 % 94,9 % 2
4 21,5 mA 4,2 V 195,35 4,8 % 95,2 % 2
5 22,5 mA 5V 222,22 4,3 % 95,7 % 2

4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada praktikum kali ini dapat
diketahui bahwa nilai hambatan pada rangkaian seri lebih besar daripada nilai
hambatan pada rangkaian paralel. Seperti yang telah terlihat pada tabel hasil
praktikum yang berada di atas. Perbedaan yang terjadi diantara keduanya cukup
besar. Tegangan yang diberikan kepada keduanya adalah sama, akan tetapi kuat
arus pada keduanya berbeda. Inilah yang menyebabakan nilai hambatan pada
percobaan menjadi bebrbeda-beda.
Hubungan antara kuat arus dan tegangan adalah berbanding lurus. Seperti
yang terlihat pada tabel hasil percobaan, jika tegangannya bertambah maka kuat
arusnya bertambah. Apabila kuat arusnya berkurang atau mengecil, hal tersebut
adalah merupakan kesalahan yang terjadi dalam pengukuran. Kenaikan kuat arus
ini terjadi baik pada rangkaian seri maupun pada rangkaian parallel meskipun
kenaikan yang terjadi bernilai sangat kecil.
Pada percobaan yang pertama dengan yang kedua posisi voltmeter dengan
posisi amperemeter berrubah, hal ini menyebabakan adanya perbedaan kuat arus
walauun tegangan diantara keduanya sama. Kuat arus yang mengalir setelah
voltmeter dan amperemeter diapindah nilainya menjadi lebih kecil. Perubahan
kuat arus yang mengalir ini kemudian memepengaruhi besar kecil nilai hambatan
yang ada pada kedua percobaan yang dilakukan.
Pada percobaan yang A terjadi perubahan pada voltmeter dan amperemeter
setiap interval waktu tertentu. Penyebab hal ini adalah catu daya yang diubah atau
diganti nilainya. Hal itu yang menyebabkan perubahan voltmeter dan juga
amperemeter. Kejadian seperti hal ini tidak hanya pada percobaan A saja
melainkan juga pada percobaan yang lainnya.
.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum ini, antara lain :
1. Nilai hambatan pada rangkaian seri lebih besar daripada rangkaian paralel.
2. Hubungan antara tegangan dan kuat arus berbanding lurus, jika tegangan
bertambah, maka kuat arus bertambah.
3. Jika posisi amperemeter dan Voltmeter dan Amperemeter dipindah, maka
akan memberikan nilai kuat arus yang berbeda, hingga nilai hambatannya
juga berbeda.
4. Hubungan antara Voltmeter dan Amperemeter pada rangkaian seri
memberikan kuat arus yang lebih besar daripada rangkaian paralel.

5.2 Saran
Praktikum pada acara ini berjalan cukup lancer meskipun terjai kendala
berupa rangkaian lampu yang sulit dan bahkan tidak mau menyala saat
dihubungkan dengan listrik dan juga adanya voltmeter yang tidak dapat dipakai
sehingga peralatan yang tersedia hanya terbatas. Saran yang ingin diberikan
berkaitan dengan praktikum acara ini adalah siapkan alat-alat praktikum yang siap
digunakan dan juga fahami terlebih dahulu langkah dan tujuan dari praktikum kali
ini sehingga pada saat praktikum benar-benar siap dan tidak ada kendala.
DAFTAR PUSTAKA

Purwoko dan Fendi. 2007. Fisika SMA / MA Kelas X. Jakarta : Yudhistira.


Soeprijanto, T. 2012. Fisika SMA / MA Kelas X Semester 1. Malang : Universitas
Negeri Malang.
Sunaryono dan Ahmad Taufiq. 2010. Super Tips dan Trik Fisika SMA. Jakarta :
KAWAHmedia.
Tim Praktikum Fisika Dasar. 2016. Modul Praktikum Fisika Dasar. Jember:
Universitas Jember

Anda mungkin juga menyukai