BAB 1 PENDAHULUAN
Semua asam amino, atau peptida yang mengandung amino bebas akan
bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru-ungu.
Namun prolin dan hidroksipolin menghasilkan senyawa berwarna kuning (Derry,
2002).
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat beraksi dengan larutan asam maupun
basa. Daya larut protein berbeda didalam air, asam dan basa sebagian ada yang
mudah larut dan ada pula yang sukar laut. Apabila protein tidak larut lemak
seperti eter atau kloroform. Apabila protein dipanaskan atau diditambahkan
etanol absolut maka protein mengumpul (terkoagulasi). Hal ini disebabkan
karena etanol menarik mental air yang melengkapi molekul-molekul protein
(Bayu, 2002).
Uji ninhidrin adalah uji umum untuk protein dan asam amino. Ninhidrin
dapat mengubah asam amino menjadi suatu aldehida. Ninhidrin dilakukan
dengan menambahkan beberapa tetes larutan ninhidrin yang terlihat tidak warna
kedalam sampel, kemudian dipanaskan beberapa menit. Adanya protein ditandai
dengan adanya perubahan warna ungu (Derry, 2002).
Protein memiliki molekul besar dengan berat molekul yang bervariasi antara
5000 hingga jutaan dengan hidrolisis oleh asam atau oleh enzim protein akan
menghasilkan asam amino, ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam
molekul protein dan bagian terpenting biokimia menyangkut studi mengenai
struktur dan fungsi protein. Protein adalah merupakan molekul makro yang
mengandung nitrogen dengan bobot molekuler berkisar antara 5.000 hingga
1.000.000 lebih. Protein merupakan suatu unsur seluler utama, meliputi kira
kira 50 gr berat kering dari sel. Fungsi protein berkisar dari katalik dalam enzim,
hingga toksik dalam hal racun bakteri dan ular (Riawan, 2007).
Ninhidrin bereaksi dengan asam amino bebas dan protein menghasilkan warna
biru. Reaksi yang paling umum digunakan untuk analisis kualitatif protein dan
produk hasil hidrolisisnya. Reaksi ninhidrin dapat pula dilakukan terhadap urin
untuk mengetahui adanya asam amino atau mengetahui adanya pelepasan protein
oleh cairan tubuh (Bayu, 2002).
Protein susu terdiri atas dua kelompok protein utama yaitu kasein dan whey.
Susu sapi mengandung protein yang terdiri atas 80 % kasein dan 20 % whey
(Saleh, 2004).
Didalam air susu juga terdapat glonulin dalam jumlah yang sedikit. Protein
didalam air susu juga merupakan penentu kualitas air susu sebagai bahan
konsumsi (Saleh, 2004).
Protein didalam tubuh berguna sebagai zat pembangun atau pertumbuhan
karena protein merupakan pembentuk jaringan baru dalam tubuh. Protein juga
berfungsi sebagai pengatur dalam metabolisme tubuh. Selain itu juga protein
merupakan komponen pembentuk antibodi untuk pertahanan daya tahan tubuh.
Karena fungsi protein bagi tubuh sangat penting, maka perlu adanya uji secara
kualitatif dan Molekul protein adalah sebuah polimer dari asamasam amino
yang digabungkan dengan ikatanikatan peptide. Asam amino merupakan unit
dasar dari struktur protein. Semua asamasam amino mempunyai sekurang
kurangnya satu gugus amino (-NH2) pada posisi alfa dari rantai karbon dari suatu
gugusan karboksil (-COOH) (Andayani, 2011).
4.1Hasil
Tabel Hasil Pengamatan
A. Kelarutan Protein
1. Air Larut
2. Larutan NaOH Terdapat banyak penggumpalan
3. Larutan Na2CO3 Sedikit larut
4. Larutan HCl Terdapat sedikit penggumpalan
B. Koagulasi Protein
No. Putih Telur dengan Pelarut Pengamatan
Reaksi
Kelarutan Protein
a. Albumin dengan H2O
NH CH C NH CH C O + (H3O)+
R O n R O
R O n R O
R O n R O
NH CH C NH CH C Cl + H2O
R O n R O
R O n R O
NH CH C NH CH C ONa + CO2
R O n R O
Koagulasi protein
a. Albumin dengan HNO3
NH CH C NH CH C CH + HNO3
R O n R O
NH CH C NH CH C NH3 + H2O
R O n R O
b. Albumin dengan NaOH
NH CH C NH CH C CH + NaOH
R O n R O
NH CH C NH CH C ONa + H2O
R O n R O
R O n R O
NH CH C NH CH C OAg3+ + NO3-
R O n R O
b. Reaksi dengan NaCl
NH CH C NH CH C OH + NaCl
R O n R O
NH CH C NH CH C ONa + H2Cl
R O n R O
c. Reaksi dengan CuSO4
NH CH C NH CH C OH + CuSO4
R O n R O
R C C=O
H2 N O
Cu + H2SO4
H2 N O
R CH C=O
d. Reaksi dengan FeCl3
NH CH C NH CH C OH + FeCl3
R O n R O
R C C=O
H2 N O
Fe + HCl
H2 N O
R CH C=O
R O n R O
R C C=O
H2 N O
Pb
H2 N O
R CH C=O
4.2 Pembahasan
Protein adalah senyawa organik kompleks yang tersusun atas unsur Karbon
(C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N) dan kadang-kadang mengandung
zat Belerang (S),dan Fosfor (P). Protein tersusun dari peptida-peptida sehingga
membentuk suatu polimer yang disebut polipeptida.
Dalam percobaan ini digunakan albumin dari putih telur ayam kampung
dengan pereaksi, diantaranya: NaOH 2 M; Na2CO3 0,1 M; HCl 0,1 M; HNO3 2
M; AgNO3 0,1 M; NaCl 0,1 M; FeCl3 0,1 M; Pb(NO3)2 0,1 M; dan CuSO4 0,1
M.
Pada percobaan kelarutan protein, percobaan pertama yaitu kelarutan albumin
dalam air. Berdarkan hasil percobaan albumin apabila dicampur dengan air akan
larut sehingga dapat dikatakan larut dalam air. Hal ini sesuai dengan teori,
albumin akan larut dalam air karena albumin merupakan protein globular dimana
molekul-molekulnya tidak rapat atau tersusun dalam aturan tertentu. Albumin
dalam air akan terurai menjadi gugus karboksil dan gugus amina yang memiliki
sifat kepolaran yang dapat membentuk ikatan hidrogen antara protein dalam air.
Sedangkan pada susu dengan pelarut air hasilnya mudah larut. Hal ini disebabkan
karena susu bersifat polar sehingga dapat larut dalam air yang juga bersifat polar.
Percobaan kedua yaitu kelarutan albumin dengan NaOH hasilnya terdapat
banyak penggumpalan. Hal ini disebabkan karena penambahan pH (basa) akan
memicu terjadinya koagulasi. Dimana kelarutan protein berkurang sehingga
terjadi penggumpalan. Sedangkan pada kelarutan susu dengan NaOH hasilnya
sukar larut. Hal ini dikarenakan natrium hidroksida (NaOH) dapat menyebabkan
dehidratasi air sehingga kelarutan susu terhadap air akan berkurang. Dimana
densitas NaOH lebih kuat dibandingkan larutan protein (albumin). Penambahan
NaOH berfungsi untuk mengetahui kelaruan protein terhadap larutan basa.
Pada percobaan ketiga yaitu kelarutan albumin dengan Na2CO3 hasilnya
sedikit larut. Hal ini sesuai dengan teori, kelarutan protein akan berkurang
apabila kedalam larutan protein ditambahkan garam anorganik dimana antara
garam anorganik dengan molekul protein saling mengikat air yang cenderung
lebih kuat pada garam anorganik (Na2CO3). Sedangkan pada kelarutan susu
dengan Na2CO3 hasilnya larut. Sama halnya pada albumin yang sedikit larut,
pada susu hasilnya larut dikarenakan sifat susu yang lebih polar dibandingkan
dengan albumin sehingga hasilnya larut. Penambahan Na2CO3 berfungsi untuk
mengetahui kelarutan protein terhadap larutan garam.
Pada percobaan keempat yaitu kelarutan albumin dengan HCl hasilnya
terdapat sedikit penggumpalan. Hal ini berdasarkan teori, pada penambahan asam
kedalam larutan protein menyebabkan ion H+ dari asam akan terikat pada gugus
yang bermuatan negative sehingga terjadi penggumpalan pada molekul protein.
Sedangkan pada kelarutan susu dengan HCl hasilnya agak sukar larut. Hal ini
dikarenakan ion H+ pada HCl terikat dengan gugus muatan negative pada protein
susu. Pada larutan asam (HCl) susu akan larut hanya saja sukar larut, hal ini juga
disebabkan karena sifat kepolaran dari susu. Penambahan HCl berfungsi untuk
mengetahui kelarutan protein terhadap larutan asam.
larutan di atas isolistrik (dalam suasana basa) akan mampu mengikat ion yang
bermuatan positif. Berdasarkan teori denaturasi terjadi karena ikatan yang kuat
pada reaksi protein yang ditambahkan dengan FeCl3 dan Pb(NO3)2 akan
memutuskan ikatan garam sehingga terjadi denaturasi, gumpalan yang terbentuk
terpecah-pecah. Sedangkan pada NaCl, tidak terbentuk endapan karena natrium
merupakan ion logam ringan.
Pada reaksi susu dengan ion-ion logam, penambahan dengan AgNO3 hasilnya
larut. Dan penambahan dengan CuSO4 hasilnya larut dan berwarna biru.
Penambahan dengan NaCl hasilnya mudah larut. Ketika penambahan FeCl3
hasilnya sukar larut. Sedangkan pada penambahan dengan Pb(NO3)2 hasilnya
agak sukar larut. Hal ini sesuai dengan teori dimana susu mengandung protein
yang sifatnya melarutkan ion logam. Namun hasilnya bervariasi tergantung dari
sifat ion logam tersebut yang sukar larut, agak sukar larut dan larut merupakan
ion logam berat sedangkan yang mudah larut merupakan ion logam ringan.
Adapun factor kesalahan yang mungkin terjadi yaitu :
1. Kurangnya ketelitian dalam mengambil sampel
2. Kesalahan dalam mengamati perubahan yang terjadi pada
3. Kurang memperhatikan kebersihan pada alat yang digunakan
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, Regina., 2011., Pengaruh Lama Penyimpanan pada Suhu Kamar dan
Lemari Pendingin terhadap Kandungan Protein pada Dadih Kerbau
dengan Metode Kjeldahl., Scientia Vol.1 No.1.
Saleh, Eniza., 2004., Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak., USU digital
Library: Sumatera Utara.
SKEMA KERJA
Kelarutan protein
+ 3 mL putih telur
Homogenkan
Koagulasi protein
1 buah tabung
+3 mL putih telur
+2 mL NO3
Dipanaskan
+ 3 mL putih telur
Homogenkan