Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KIMIA ANALITIK
Kromatografi

Oleh :

Tri Rizki J1A144007


Sintia Dwi Putri J1A114025
Muhammad Yusuf W J1A114049
Agung Pangestu J1A114063
Hasnatul Ummah J1A114079

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul Kromatografi

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kimia Analitik pada
semester enam (6) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Jambi Tahun Akademik 2016/2017..

Terima kasih penulis sampaikan kepada Yth. Bapak Oki Dahwanu S.Tp
selaku Asisten dosen praktikum mata kuliah kimia analitik atas segala bimbingan,
arahan dan masukan khususnya dalam pembuatan makalah ini maupun dalam
perkuliahan secara umum.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan


teman-teman yang telah memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis
sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat berbagai


kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan bahan
pembelajaran kepada kita semua. Amin.

Jambi, 25 Mei 2017

TIM PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar . ii
Daftar Isi .. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .. 1
1.2 Perumusan Masalah .. 2
1.3 Tujuan dan Manfaat .. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kromatografi ...... ...... 4
2.2 Jenis-jenis Kromatografi............................................. 5
2.3 Contoh Pemisahan dengan Cara Kromatografi 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ... ... 13
3.2 Saran . 13

Daftar Pustaka .. ...... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekarang ini deteksi sifat spesifik suatu senyawa menjadi sangat
penting, terutama dalam bidang farmasi, kimia, dan klinik, serta bidang
lainnya. Suatu analisis kimia seperti pengambilan cuplikan, pemisahan
senyawa pengganggu, isolasi senyawa yang dimaksudkan, pemekatan terlebih
dahulu sebelum identifikasi dan pengukuran banyak dilakukan. Banyak metode
analisis seperti spektrofotometri, manganometri, atau lainnya, akan tetapi
semuanya membutuhkan kerja ekstra dan waktu yang cukup lama untuk
mendapatkan hasil analisis dibandingkan dengan teknik kromatografi. Dengan
alasan inilah penyusun membahas tentang kromatografi, terutama kromatografi
kolom. Tanpa teknik kromatografi, sintesis senyawa murni (atau hampir murni)
akan sangat sukar, dan dalam banyak kasus, hampir tidak mungkin. Pada
umumnya sebelum suatu senyawa diidentifikasi dan dapat di ukur kadarnya,
perlu di pisahkan dari matriknya. Oleh karna itu, pemisahan merupakan
langkah penting dalam analisi kualitatis. Suatu analisis kimia menjadi
meragukan jika pengukuran sifat tidak berhubungan dengan sifat spesifik
senyawa terukur. Analisis meliputi pengambilan cuplikan, pemisahan senyawa
pengganggu, isolasi senyawa yang dimaksudkan, pemekatan terlebih dahulu
sebelum identifikasi dan pengukuran. Terdapat banyak teknik pemisahan tetapi
kromatografi merupakan teknik yang paling banyak di gunakan.

Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang dewasa ini


telah banyak digunakan, dibandingkan dengan metode yang lainnya seperti
detilasi, kristalisasi, pengendapan, ekstraksi, dan lain-lain mempunyai
keuntungan dalam pelaksanaan yang lebih sederhana, penggunaan waktu yang
sangat singkat terutama mempunyai kepekaan yang tinggi serta mempunyai
kemampuan memisahkan yang tinggi, Metode ini digunakan, jika dengan
metode lain tidak dapat di lakukan misalnya karena jumlah cuplikan sangat
sedikit atau campurannya kompleks. Meskipun dasar kromatografi adalah
suatu proses pemisahan namun banyak diantara cara ini dapat digunakan untuk

1
analisi kuatitatif. Jenis-jenis kromatografi yang bermanfaat dalam analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif adalah kromatografi kertas, kromatigrafi lapis
tipis (KLT), kromatografi kolom, kromatografi gas, dan kromatografi cair
kinerja tinggi. Kromatografi kertas dan KLT pada umunya lebih bermanfaat
untuk tujuan indentifikasi, karena lebih mudah dan sederhana.

Teknik pemisahan kromatografi dilakukan untuk mendapatkan


pemisahan campuran diantara dua fase. Fase tersebut adalah fase diam dan fase
gerak. Fase diam dapat berupa zat cair dan zat padat, sedangkan fase gerak
dapat berupa zat cair atau gas. Berbagai metode kromatografi memberikan cara
pemisahan paling kuat. Karena pemanfaatannya yang leluasa, dipakai secara
luas untuk pemisahan analitik dan preparatif. Biasanya, kromatografi analitik
dipakai pada tahap permulaan untuk semua cuplikan, dan kromatografi
preparatif hanya dilakukan jika diperlukan fraksi murni dari campuran.
Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung
beberapa sifat fisika umum dari molekul. Pemisahan senyawa biasanya
menggunakan beberapa teknik kromatografi. Pemilihan teknik kromatografi
sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan
dipisahkan. Berdasarkan uraian tersebut, maka akan dibahas tentang pemisahan
dengan cara kromatografi.

1.2 Perumusan Masalah


Adapun yang menjadi rumusan masalah bagi penulis dalam
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kromatografi ?
2. Apa jenis-jenis kromatografi ?
3. Bagaimana contoh penerapan pemisahan dengan cara kromatografi ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut :

2
a) Untuk mengetahui kromatografi
b) Untuk mengetahui jenis-jenis kromatografi
c) Untuk mengetahui contoh penerapan pemisahan dengan cara
kromatografi
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam penyusunan
makalah ini adalah sebagai berikut :
a) Sebagai salah satu tugas praktikum mata kuliah Kimia Analitik pada
Semester enam (6) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian Tahun Akademik 2016/2017.
b) Sebagai bahan kajian bagi penelitian lebih lanjut.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kromatografi


Metode kromatografi merupakan metode yang banyak digunakan
dalam aplikasi industri untuk sampel gas dan uap. Kromatografi berasal dari
kata cromatography yang bersal dari bahasa Yunani yang berarti berwarna
karena metode ini pada awalnya digunakan untuk pemisahan zat warna.

Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani


RusiaMichael Tsweet pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna
dalam tanaman dengan cara perkolasi esktrak petroleum eter dalam kolom
gelas yangberisi kalsium karbonat (CaCo3). Saat ini kromatografi merupakan
teknik pemisahan yang paling umum dan paling sering digunakan dalam
bidang kimia analisis dan dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis, baik
analisis kualitatif, kuantitatif, atau preparative dalam bidang farmasi,
lingkungan, industri, dan sebagainya. (Rohman, 2007).

Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasrkan


perbedaan pola pergerakannya antara fase gerak dan fase diam untuk
memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul
yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase
diam.Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung
bergerak lebih lambat dibandingmolekul yang berikatan lemah. Dengan ini,
berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada
kolom.

Pada kolom kromatografi terdapat fasa diam yang umumnya terbuat


dari material padatan yang dapat mengabsorpsi komponen-komponen dalam
sampel. Fasa diam ini dapat berupa cairan yang melarutlkan komponen-
komponen dalam sampel. Komponen-komponen dalam sampel masuk ke
dalam kolom kromatografi yang mengandung fasa diam, dan terjadi interaksi
antara komp0nen-komponen yang terbawa oleh fasa gerak dan fasa diam.
Interaksi ini berbeda-beda untuk masing-masing komponen yang terdapat

4
dalam campuran tersebut, sehingga terjadi proses pemisahan. Setelah
komponen-komponen dalam sampel terpisah, masing-masing komponen
tersebut dideteksi oleh detektor yang terdapat pada peralatan kromatografi.
Signal yang keluar dari detektor kromatografi dapat di plot terhadap waktu.
Plot signal terhadap waktu ini disebut kromatogram

2.2 Jenis-Jenis Kromatografi


Umumnya metode kromatografi diklasifikasikan berdasarkan jenis
fasa yang digunakan dan sebagian berdasarkan mekanisme pemisahannya.
Berdasarkan fasa gerak dan fasa diamnya , kromatografi dapat di bedakan atas
berbagai tipe sebagai berikut:

2.2.1 Kromatografi berdasarkan prinsip/mekanisme pemisahannya

a). Kromatografi cair-padat (Kromatografi Adsorpsi)

Kromatografi adsorpsi adalah teknik kromatografi tertua dioperasikan


berdasarkan retensi terlarut pada permukaan adsorben. Pada kromatografi
adsorpsi, fasa stasionernya terdiri atas zat padat dan fasa mobilnya terdiri atas
zat gas atau zat cair.

Adsorpsi merupakan penyerapan pada permukaannya saja dan jangan


sekali-kali dikacaukan dengan proses absorpsi yang berarti penyerapan
keseluruhan. Adsorpsi pada permukaan melibatkan interaksi-interaksi
elektrostatik seperti ikatan hidrogen, penarikan dipol-dipol, dan penarikan
yang diinduksi oleh dipole.Silika gel merupakan jenis absorben (fase diam)
yang penggunaannya paling luas.Permukaan silika gel terdiri atas gugus Si-
O-Si dan gugus silanol (Si-OH). Kromatografi Adsorpsi seperti:

1) Kromatografi Kertas

Pada kromatografi kertas sebagai penjerap digunakan sehelai kertas


dengan susunan serabut dan tebal yang sesuai.Sebagai alternatif dapat juga
digunakan sistem dua fase.Kertas diimpregnasi dengan salah satu fase yang
kemudianmenjadi fase diam (umumnya fase yang lebih polar dalam hal kertas
yang dimodifikasi).Kromatogram dilakukan dengan merambatkan fase gerak,

5
melalui kertas. Dapat dilakukan kromatografi menaik, pelarut merambat naik
pada kertas ditarik oleh gaya kapiler ataupun kromatografi menurun,
pelarutnya mengalir oleh gaya gravitasi.

2) Kromatografi Lapis Tipis

Pada KLT, zat penjerap merupakan lapis tipis serbuk halus yang dilapiskan
pada lempeng kaca. Plastik atau logam secara merata, umumnya digunakan
lempeng kaca. Pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada adsorpsi, partisi
atau kombinasi dari kedua efek, tergantung jenis penyangga, cara pembuatan, dan
jenis pelarut yang digunakan. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan
bercak dengan harga Rf yang identik dan ukuran yang hamper sama. Dengan
menotolkan zat uji dan baku pembanding pada lempeng yang sama. Bercak dapat
dikerok dari lempeng, kemudian diekstraksi dengan pelarut yang sesuai dan
diukur secara spektrofotometri.

Kromatografi kertas termasuk kromatografi partisi.Fasa diamnya air dan fasa


penyokongnya adalah selulosa.Fasa geraknya biasanya merupakan campuran dari
salah satu pelarut-pelarut organik atau air.Setelah elusi selesai, noda ditandai
dengan penanda.Bila noda tidak berwarna maka harus dideteksi secara fisika dan
kimia.

a. Secara fisika dengan menggunakan uap iodium, lampu UV

b. Secara kimia dengan menggunakan pereaksi cerium sulfat,

dragendrof, liberman burchard.

Kecepatan elusi pada kromatografi kertas dipengaruhi oleh:

a. Ketebalan kertas

b. Kekentalan eluen

c. Pelarut, jangan menggunakan pelarut yang terlalu cepat

6
menguap.

Pada kromatografi kertas, eluen bergerak berdasarkan gaya kapiler dari


bawah keatas (ascending) sama dengan KLT. Tetapi bisa juga dengan gaya
gravitasi bila elusinya dari atas ke bawah (descending). Eluen yang digunakan
pada kromatografi kertas umumnya adalah campuran berbagai pelarut terutama
air.

Kertas kromatografi yang sering digunakan adalah kertas whatmann yang


beredar bermacam-macam seperti ukuran 20 x 20 cm, 5 x 100 cm dan 50 x 50 cm.

Kromatografi kertasserat fasa penyokongnya lebih pendek, bercaknya lebih


kecil dari pada KLT (kromatografi lapis tipis), waktunya lebih lama dari pada
adsorben lain, tapi lebih singkat dari pada KLTtidak bisa menggunakan pereaksi
H2SO4 karena selulosa akan terdekomposisi

b). Kromatografi Cair-cair (Kromatografi Partisi)

Partisi merupakan analog dengan ekstraksi pelarut.Fase diam


diikatkan pada padatan lapis tipis yang lembam (inert). Karena fase diam cair
diikatkan pada padatan pendukung maka masih diperdebatkan apakah proses
adsorpsinya merupakan partisi murni atau partisi yang dimodifikasi karena
absorpsi juga mungkin terjadi (Rohman,2007).

Cara ini didasarkan pada partisi linarut antara dua pelarut yang tak
bercampur, salah satunya diam (fase diam) dan yang lainnya bergerak (fase
gerak). Pada tahap awal KC, fase diam dibuat dengan cara yang sama seperti
membuat penyangga kromatografi gas (Johnson, Stevenson,1991).

Fase diam pada kromatografi Jenis ini berupa lapisan tipis cairan yang
terserap pada: padatan inert berpori, yang berfungsi sebagai fase pendukung.

c). Pertukaran Ion

7
Cara ini didasarkan pada pertukaran (penjerapan) ion antara fase gerak dan
titik ion pada kemasan.Banyak dammar diperoleh dari kopolimer stirena
divinilbenzena yang telah ditambahi gugus fungsi.Dammar jenis asam sulfonat
dan jenis amin kuartener merupakan pilihan terbaik untuk sebagian besar
pemakaian.Baik fase terikat maupun dammar telah digunakan. Cara tersebut
banyak dipakai dalam ilmu hayat, contohnya pemisahan asam amino, dan dapat
pula dipakai untuk pemisahan kation dan anion (Jonhson, Stevenson,1991).

d). Kromatografi Eksklusi

Eksklusi berbeda dari mekanisme sorpsi yang lain, yakni dalam eksklusi
tidak ada interaksi spesifik antara solute dengan fase diam. Teknik ini unik karena
dalam pemisahan didasarkan pada ukuran molekul dari zat padat pengepak (fase
diam). Pengepak adalah suatu gel dengan permukaan berlubang-lubang sangat
kecil (porous) yang inert.Sebagai fase gerak digunakan cairan. Kromatografi jenis
ini sangat dipengaruhi oleh perbedaan bentuk struktur dan ukuran molekul
(Rohman,2007).

e). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut
dengan HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada
akhir tahun 1960an dan awal tahun 1970an. Saat ini, KCKT merupakan teknik
pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa
tertentu dalam suatu sampel tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam
nukleat, dan protein-protein dalam cairanfisiologis;menentukan kadarsenyawa-
senyawa aktif obat, produk hasil samping proses sintesis.

2.2.2 Kromatografi berdasarkan Fase yang digunakan

a). kromatografi Padat cair

Bila fase geraknya berupa air sedangkan fase diamnya berupa padatan
yang amorf yang dapat menyerap.

b. Kromatografi gas-padat

8
Bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa padatan yang
dapat menyerap/mengadsorp.

c. Kromatografi cair-cair

Bila fase gerak dan diamnya berupa cairan, dimana fase diamnya dilapisi
pada permukaan padatan pendukung yang inert

d. Kromatografi gas-cair

Bila fase geraknya berupa gas dan fase diamnya berupa cairan yang
dilapiskanpada padatan pendukung yang inert.

2.2.3 kromatografi berdasarkan Alat yang digunakan

a). Kromatografi Kolom

Apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama fase gerak


melalui sebuah kolom kemudian setiap komponen terpisahkan berupa zona-
zona pita. Pada kromatografi analitik setiap komponen yang keluar dari
kolom akan dicatat oleh rekorder dan disajikan dalam bentuk puncak (peak)
yang menunjukkan konsentrasi eluen sebagai fungsi waktu. Untuk suatu
senyawa yang mengandung komponen tunggal akan ditandai dengan waktu
elusi yang tampak pada konsentrasi eluen maksimum. Tinggi atau luasan
puncak sebanding dengan konsentrasi komponen sampel. Pada kromatografi
preparatif, akan diperoleh sejumlah fraksi isolate dari komponen sampel
dalam fase gerak.

b).HPLC (High Performance Liquid Chromatography)

Teknik pemisahan HPLC memiliki banyak keunggulan dibanding dengan


kromatografi lainnya, diantaranya adalah: cepat dalam proses analisa, resolusi
yang lebih tinggi, sensitivitas detektor yang lebih tinggi, kolom yang dipakai
dapat digunakan kembali, ideal dan cocok untuk zat bermolekul besar dan
berionik dan mudah untuk rekoveri sampel. HPLC boleh dibilang sebagai
teknik tercanggih dalam metode kromatografi. HPLC juga menggunakan
sistem instrumen seperti pada kromatogarfi gas. Di dalam teknik ini juga

9
digunakan tekanan dan kecepatan yang cukup tinggi sehingga mampu
dihasilkan resolusi yang lebih baik.

c) Kromatografi Kertas

Pada kromatografi kertas, eluen bergerak berdasarkan gaya kapiler dari


bawah keatas (ascending) sama dengan KLT. Tetapi bisa juga dengan gaya
gravitasi bila elusinya dari atas ke bawah (descending). Eluen yang digunakan
pada kromatografi kertas umumnya adalah campuran berbagai pelarut
terutama air.

Kertas kromatografi yang sering digunakan adalah kertas whatmann


yang beredar bermacam-macam seperti ukuran 20 x 20 cm, 5 x 100 cm dan
50 x 50 cm. Kromatografi kertas serat fasa penyokongnya lebih pendek,
bercaknya lebih kecil dari pada KLT (kromatografi lapis tipis), waktunya
lebih lama dari pada adsorben lain, tapi lebih singkat dari pada KLTtidak bisa
menggunakan pereaksi H2SO4 karena selulosa akan terdekomposisi.

d). Kromatografi Cair Vakum

Kromatografi Cair Vakum (KCV) merupakan salah satu metode


fraksinasi yaitu dengan memisahkan crude extract menjadi fraksi-fraksinya
yang lebih sederhana. Pemisahan tersebut memanfaatkan kolom yang berisi
fasa diam dan aliran fasa geraknya dibantu dengan pompa vakum.Fasa diam
yang digunakan dapat berupa silika gel atau alumunium oksida (Ghisalberti,
2008).

e). Kromatografi Planar (Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kertas)

Apabila komponen yang akan dipisahkan bergerak bersama fase gerak


dalam sebuah bidang datar. Senyawa yang bergerak berupa bentuk noda
(spot) yang dapat dikenali dengan bantuan metode fisika, kimia, maupun
biologis. Posisi noda menunjukkan identitas suatu komponen / senyawa,
sedangkan besar atau intensitasnya menunjukkan konsentrasinya. Pada
kromatografi planar beberapa komponen dapat dipisahkan secara bersamaan

10
maupun dipisahkan dengan dua langkah yang pertama, Cara ini dikenal
dengan metode kromatografi dua dimensi.

2.3 Contoh Pemisahan Dengan Cara Kromatografi


Salah satu contoh pemisahan dengan cara kromatografi adalah
pemisahan Pemisahan ekstrak purwoceng dapat menggunakan teknik
kromatografi lapis tipis (KLT). Teknik ini merupakan suatu cara pemisahan
komponen senyawa kimia di antara dua fase, yaitu fase gerak dan fase diam
(Kartasubrata, 1987). Teknik tersebut hingga saat ini masih digunakan untuk
mengidentifikasi senyawa-senyawa kimia, karena murah, sederhana, serta
dapat menganalisis beberapa komponen secara serempak (Hernani, 1999).
Teknik standar dalam melaksanakan pemisahan dengan KLT diawali dengan
pembuatan lapisan tipis adsorben pada permukaan plat kaca (Institut
Teknologi Bandung 1995). Tebal lapisan bervariasi, bergantung pada analisis
yang akan dilakukan (kualitatif atau kuantitatif).
Pemisahan komponen kimia dari ekstrak purwoceng secara KLT
bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam
ekstrak tersebut. Percobaan dibuat dengan berbagai pereaksi (eluen) untuk
mengetahui eluen atau pereaksi yang dapat memperoleh komponen terbanyak
dari ekstrak purwoceng (Hayani, dan may, 2005).
Purwoceng yang diamati berasal dari ekstrak metanol akar dan daun.
Tanaman purwoceng yang telah digiling, ditimbang 100 g lalu dimasukkan ke
dalam gelas piala, ditambahkan 300 ml metanol, dan dikocok selama 2 jam.
Campuran lalu didiamkan semalam dan disaring. Ampasnya ditambah
metanol 100 ml lalu dikocok selama 2 jam, didiamkan semalam, filtratnya
disatukan, ampasnya ditambahkan lagi 100 ml metanol, dikocok selama 2
jam, didiamkan semalam, filtratnya disatukan kemudian seluruh filtrat
dipekatkan dengan menggunakan evaporator (Hayani dan may, 2005).
Beberapa pereaksi atau eluen digunakan untuk memperoleh eluen
yang tepat untuk pemisahan komponen dari ekstrak purwoceng. Eluen yang
digunakan adalah: (1) heksana : diklorometan (DCM) : metanol (MeOH) =

11
20:10 :1; (2) sikloheksana : etil asetat = 4:1; (3) toluen : eter = 1:1; (4)
sikloheksana : aseton = 2:1; (5) eter : sikloheksana = 1:1; (6) etil asetat :
toluen = 4:6; (7) sikloheksana : aseton : toluen = 2:1:0,5; serta (8) toluen : etil
asetat : sikloheksana = 3:1:1 (hayani dan may, 2005).
Eluen yang diperlukan adalah 30 ml larutan pereaksi dalam bejana
pengembang untuk memisahkan komponen dalam ekstrak yang telah
diteteskan pada plat kaca silica gel. Sebagai contoh penggunaan pereaksi
sikloheksan : etil asetat = 4 : 1 adalah campuran 24 ml sikloheksan dan 6 ml
etil asetat yang terdapat dalam bejana pengembang. Begitu pula campuran
beberapa pereaksi untuk keperluan proses pengembangan dalam bejana
(Hayani dan may, 2005).
Adsorben sebagai fase diam yang digunakan yaitu silica gel 60 GF254
yang ketebalan pada plat 250m. Pendeteksi komponen adalah H2 SO4 50%
dan KOH 10% dalam alkohol (Hayani dan may, 2005).
Pada media fase diam (plat kaca) yang telah dilapisi silica gel 60
GF254 setebal 250 m diteteskan contoh ekstrak purwoceng dengan
menggunakan pipet kapiler pada jarak 1,5 cm dari bagian bawah plat.
Selanjutnya plat dimasukkan ke dalam bejana pengembang yang telah berisi
pereaksi atau eluen jenuh, didiamkan sehingga batas eluen sekitar 15 cm dari
awal penetesan pada plat kaca atau media fase diam yang berukuran 20 cm x
20 cm. Plat kaca lalu diangkat hingga pereaksi atau eluen menguap semua
pada suhu kamar. Komponen atau spot yang terdapat pada plat diamati di
bawah lampu ultra violet atau disemprot pereaksi penampak noda, dipanaskan
dalam oven pada suhu 105o C selama 10 menit. Setelah dingin diukur harga
Rf dari masing-masing komponen. Harga Rf adalah perbandingan tinggi
eluen pada plat silica gel dengan tinggi spot (Hayani dan may, 2005).
Pemisahan komponen dengan KLTdipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain suhu ruang, kejenuhan uap pereaksi, ketebalan fase diam, dan cara
penetesan contoh ekstrak. Kromatografi adsorbsi umumnya lebih mudah
dilaksanakan karena polaritas adsorbennya tetap, sehingga pemisahan dapat
dilaksanakan dengan memanipulasi polaritas pelarutnya (Adnan, 1997).

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasrkan perbedaan
pola pergerakannya antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan
komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan
2. Jenis kromatografi antara lain : kromatografi padat-cair, kromatografi cair-
cair dan kromatografi gas-padat.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan metode kromatografi hendaknya harus
dipahami terlebih dahulu prinsip kerja dari kromatografi dan pengetahuan tentang
cara penggunaan metode kromatografi

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan. ANDI,


Yogyakarta. hlm. 6.

Eni Hayani dan May. S. 2005. Teknik Pemisahan Komponen Ekstrak Purwoceng
Secara Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal Teknik Pertanian. Volume 10 (2) :
83-85.

Ghisalberti, E.L. 2008. Detection and Isolation of Bioactive Natural Products in


Bioactive Natural Products: Detection, Isolation, and Structural
Determination, Taylor & Francis Group Inc. , U.S.A.

Hernani. 1999. Teknik identifikasi bahan aktif pada tumbuhan obat. Makalah pada
Seminar Pendalaman Materi di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat, Bogor. 13 hlm.

Institut Teknologi Bandung. 1995. Analisis Obat secara Kromatografi dan


Mikroskopi (Terjemahan). Institut Teknologi Bandung. hlm. 256.

Johnson, E.L., dan Stevenson, R., 1991, Dasar Kromatografi Cair Kinerja Tinggi,
Penerbit ITB Bandung.

Kartasubrata, Y. 1987. Dasar-dasar kromatografi. Makalah pada Kursus Metode


Analisis Instrumental. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kimia Terapan,
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bandung. 17 hlm.

Sastrohamodjojo Harddjono. 1985. Kromatografi. IPB Press. Bogor 1985

Sudjadi.1988.Metode Pemisahan.: Yogyakarta: Konsius.

iv

Anda mungkin juga menyukai