Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Kekurangan Energi dan Protein (KEP)


Laporan ini untuk melengkapi tugas mata kuliah Mikrobiologi Pangan akademi 2016-2017
Dosen Pembimbing : Frenky Arif Budiman,

KELOMPOK 3
NAMA ANGGOTA:

1. 2015.05.0
2. 2015.05.0
3. 2015.05.0
4. 2015.05.0
5. 2015.05.0
6. 2015.05.0

DIII GIZI KARYA HUSADA KEDIRI


TAHUN AKADEMIK 2015-2016
JL. SOEKARNO HATTA NO. 7 PARE TELP. (0354) 394909
PARE, KEDIRI
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah atas segala rahmat-Nya yang telah
memberikan kesempatan waktu bagi penulis dalam menyusun dan menyelesaikan tugas laporan
ini.
Shalawat beserta salam, penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh insan yang dikehendaki-Nya.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang KEKURANGAN ENERGI
DAN PROTEIN Atas terselesaikannya laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Frenky Arif Budiman selaku dosen mata kuliah PSG.
2. Orang tua kami yang banyak memberikan semangat dan bantuan baik moral maupun
spiritual.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Karena itu, kami mengharapkan
adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah mendatang. Harapan
kami semoga laporan ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak. Amin.

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Diseluruh dunia, kekukarangan energi-protein (KEP) merupakan penyebab utama
kematian pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun. Kep adalah spektrum keadaan
yang disebabkan oleh faktor sosial atau ekonomi yang mengakibatkan kekurangan
makanan. KEP sekunder terjadi pada anak dengan berbagai keadaan yang disebabkan
oleh meningkatnya kebutuhan kalori (misalnya trauma, infeksi dan kanker), peningkatan
kehilangan kalori (misalnya malabsorbsi dan fibrosiskistik), penurunan asupan kalori
(anoreksia,kanker, pembatasan asupan oral, dan faktor sosial), atau kombinasi dari ketiga
variabel ini.
KEP (Kekurangan Energi dan Protein) atau Protein Energy Malnutrition merupakan salah
satu gangguan gizi yang penting bagi banyak negara yang sedang berkembang di Asia,
Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. KEP terdapat terutama pada anak-anak di
bawah lima tahun (balita).
Dari berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa KEP merupakan salah satu
bentuk kurang gizi yang mempunyai dampak menurunkan mutu fisik dan intelektual,
serta menurunkan daya tahan tubuh yang berakibat meningkatkan resiko kesakitan dan
kematian terutama pada kelompok rentan biologis. Meskipun sekarang ini terjadi
pergeseran masalah gizi dari defisiensi makro nutrien ke defisiensi mikro nutrien, namun
beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP masih tinggi (> 30 %) sehingga
memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan prevalensi KEP. Berbagai
upaya untuk menanggulangi kejadian KEP antara lain pemberdayaan keluarga, perbaikan
lingkungan, menjaga ketersediaan pangan, perbaikan pola konsumsi dan pengembangan
pola asuh, melakukan KIE, melakukan penjaringan dan pelacakan kasus KEP,
memberikan PMT penyuluhan, pendampingan petugas kesehatan, mengoptimalkan Poli
Gizi di Puskesmas,dan revitalisasi Posyandu.
Penyakit Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan penyebab kematian
terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (Lesmana, 2004). Diseluruh dunia
Kekurangan Energi Protein (KEP) menempati urutan ketujuh penyebab kematian. Sekitar
25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Kekurangan Energi Protein
(KEP) merupakan penyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang perawatan dalam.
Gejala klinis dari Kekurangan Energi Protein (KEP) sangat bervariasi, mulai dari tanpa
gejala sampai dengan gejala yang sangat jelas. Apabila diperhatikan, laporan di negara
maju, maka kasus Kekurangan Energi Protein (KEP) yang datang berobat kedokter hanya
kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit ini dan lebih dari 30% lainnya ditemukan
secara kebetulan ketika berobat , sisanya ditemukan saat otopsi (Sutadi, 2003).Menurut
organisasi kesehatan dunia (WHO), pada tahun 2006 sekitar 170 juta umat manusia
terinfeksi Kekurangan Energi Protein (KEP). Angka ini meliputi sekitar 3% dari seluruh
populasi manusia di dunia dan setiap tahunnya infeksi baru Kekurangan Energi Protein
(KEP) bertambah 3-4 juta orang.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud pengertian KEP ?
2. Apa saja klasifikasi KEP?
3. Apa saja etiologi dari KEP?
4. Apa saja gejala klinis pada KEP?
5. Apa saja pegukuran biokimia pada KEP?

1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui pengertian KEP
Untuk mengetahui klasifikasi KEP
Untuk mengetahui etiologi dari KEP
Untuk mengetahui gejala klinis pada KEP
Untuk mengetahui pegukuran biokimia pada KEP
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEP


Kurang Energi Protein adalah salah satu masalah gizi kurang akibat konsumsi
makanan yang tidak cukup mengandung energy dan protein serta karena gangguan
kesehatan, dan banyak terjadi pada balita. Mengingat KEP adalah suatu bentuk masalah
gizi yang disebabkan oleh berbagai factor yang berdampak penurunan status gizi maka
untuk mengetauhi ada tidaknya KEP pada anak perlu dilakukan pengukuran status gizi
anak (Soekirman, 2000)
Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan
oleh rendahnya komsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau gangguan
penyakit penyakit tertentu. Anak tersebut kurang energi protein (KEP) apabila berat
badanya kurang dari 80 % indek berat badan/umur baku standar,WHO NCHS,
(DEPKES RI,1997).
Jika kondisi KEP cukup berat dikenal dengan istilah marasmus dan kwashiorkor,
masing--masing dengan gejala yang khas, dengan kwashiorkor dan marasmik ditengah-
tengahnya. Pada semua derajat maupun tipe KEP ini terdapat gangguan pertumbuhan
disamping gejala-gejala klinis maupun biokimiawi yang khas bagi tipenya. Klasifikasi
KEP digunakan untuk menentukan prevalensi KEP disuatu daerah dengan melihat derajat
beratnya KEP, hingga dapat ditentukan persentase gizi kurang dan berat di daerah
tersebut (Pudjiadi, 2005).
2.2 KLASIFIKASI KEP
Untuk tingkat puskesmas penentuan KEP yang dilakukan dengan menimbang
berat badan anak dibanding dengan umur dan menggunakan KMS dan tabel BB/U Baku
Median WHO NCHS.
1. KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita
kuning
2. KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah
Garis Merah ( BGM ).
3. KEP berat/gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U < 60 % baku median WHO-
NCHS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat/gizi buruk dan KEP
sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan tabel BB/U
Baku median WHO-NCHS.
a. Keuntungan penggunaan baku WHO-NCHS adalah dapat terhindar dari
kekeliruan interpretasi karean baku WHO-NCHS sudah dapt
membedakn jenis kelamin dan lebih memperhatikan keadaan masa
lampau.Kelemahannya adalah apabila umur tidak diketahui dengan pasti
maka akan sulit digunakan, kecuali untuk indeks BB/TB.

KWASHIORKOR

Kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi


protein yang berat bisa dengan konsumsi energy dan kalori tubuh yang tidak mencukupi
kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari
gangguan yang dikenali sebagai. Kekurangan Energi Protein (KEP), dengan beberapa
karakteristik berupa edema dan kegagalan pertumbuhan, depigmentasi, dan
hyperkeratosis. (Nurarif,A.2015)

MARASMUS

Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori protein yang berat.Keadaan ini
merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi.
Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa
sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. (Nurarif. 2015; 233).

KWASHIORKOR MARASMUS

Merupakan suatu KEP yang temuan klinisnya terdapat tanda kwashiorkor dan
marasmus, anak mengalami edema, kurus berat, dan berhenti tumbuh. (Wong. 2008;
445).

2.3 ETIOLOGI KEP


Faktor penyebab yang dapat menimbulkan kekurangan energi protein menurut
Nazirudin (1998) yaitu:
Sosial ekonomi yang rendah.
Sukar atau mahalnya makanan yang baik.
Kurangnya pengertian orang tua mengenai gizi.
Kurangnya faktor infeksi pada anak (misal: diare).
Kepercayaan dan kebiasaan yang salah terhadap makanan (missal:tidak makan
daging atau telur disaat luka).
2.4 GEJALA KLINIS KEP
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak
kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai
marasmus, kwashiorkor atau marasmickwashiokor.Tanpa mengukur/melihat BB bila
disertai oudema yang bukan karena penyakit lain adalah KEP berat/gizi buruk tipe
kwashiorkor.
a. Kwashiokor
Oudema,umumnya seluruh tubuh,terutama pada pada punggung kaki(dorsum
pedis )
Wajah membulat dan sembab
Pandangan mata sayu
Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabuttanpa
rasa sakit,rontok
Perubahan status mental, apatis dan rewel
Pembesaran hati
Otot mengecil(hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiriatau
duduk
Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubahwarna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
Sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut,anemia dan diare.
b. Marasmus
Tampak sangat kurus,tinggal tulang terbungkus kulit
Wajah seperti orang tua
Cengeng rewel
Kulit keriput,jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada(pakai
celana longgar )
Perut cekung
Iga gambang
Sering disertai , penyakit infeksi( umumnya kronis berulang), diare
kronis atau konstipasi/susah buang air.
c. Marasmik- kwashiorkor
Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus, dengan BB/U< 60 % baku median WHO-NCHS
disertai
oedema yang tidak mencolok.(DEPKES RI. 1999)
Kekurangan zat gizi makro ( energi dan protein ) dalam waktu besar dapat
mengakibatkan menurunya status gizi individu dalam waktu beberapa hari
atauminggu saja yang ditandai dengan penurunan berat badan yang cepat.Keadaan
yang
diakibatkan oleh kekurangan zat gizi sering disebut dengan istilah gizi kurang
atau
gizi buruk.Kejadian kekurusan ( kurang berat terhadap tinggi badan) pada tingkat
sedang dan berat pada anak kecil maupun kekurusan pada individu yang lebih tua
dapat mudah dikenali dengan mata . Demikian pula halnya dengan kasus
kekurangan
energi berat (marasmus) dan kekurangan protein berat(kwasiokor) serta kasus
kombinasi marasmik-kwassiokor dapat dikenali tanda- tandanya dengan mudah.
(Soekirman, MPS. 1998)
Status gizi terutama ditentukan ketersediaan dalam jumlah yang cukup dan
dalam kombinasi pada waktu yang tepat ditingkat sel semua zat gizi yang
diperlukan
tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, dan berfungsi normal semua anggota
badan. Oleh karena itu prinsipnya status gizi di tentukan oleh dua hal
terpenuhinya
dari makanan semua zat-zat gizi yang diperlukan tubuh, dan peranan faktor-faktor
yang menentukan besarnya kebutuhan, penyerapan dan penggunaan zat gizi
tersebut.
Terhadap kedua hal ini, faktor genetik dan faktor sosial ekonomi berperan.
(Martorell, R, and Habicht, 1986).
2.5 PENGUKURAN BIOKIMIA KEP
Analisis biokimia yang berkaitan dengan KEP yaitu menyangkut nilai protein tertentu
dalam darah atau hasil metabolit dari protein yang beredar dalam darah dan yang
dikeluarkan bersama urin. Jenis protein yang menggambarkan status gizi seseorang
antara lain Prealbumin, Serum protein dan serum Albumin.

Tabel. Nilai Prealbumin dalam kaitannya dengan Status Gizi

Status gizi Nilai prealbumin g/dl


Baik*) 23.8 +/-0.9
Gizi sedang*) 16.5 +/- 0.8
Gizi kurang*) Marasmus**) 12.4 +/- 1.0
Gizi buruk*) Marasmus- 7.6 +/- 0.6
Kwashiorkor*) 3.3 +/- 0.2
**) 3.2 +/- 0.4
Kwashiorkor**)
Keterangan :

*) Menurut klasifikasi Waterlow

**) Menurut klasifikasi Welcome

Tabel. Batasan dan Interpretasi Kadar Serum Protein dan Serum Albumin

kriteria
No Senyawa & satuan Umur (tahun)
Kurang Margin Cukup
1 Serum Albumin (gr/100 ml) <1 - <2.5 2.5+
15 - <3.0 3.0+
6 16 - <3.5 3.5+
16+ <2.8 2.8-3.4 3.5+
Wanita hamil <3.0 3.0-3.4 3.5+
2 Serum Protein (gr/100 ml) <1 - <5.0 5.0+
15 - <5.5 5.5+
6 16 - <6.0 6.0+
16+ 6.0 6.0-6.4 6.5+
Wanita hamil 5.5 5.5-5.9 6.0+

BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kekurangan Energi Protein(KEP) merupakan keadaan kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari hari
atau disebabkan oleh gangguan penyakit tertentu, sehingga tidak memenui angka
kecukupan gizi (Depkes RI, 1999).Adapun secara umum metode biokimia untuk kasus
KEP adalah dengan cara pengukuran Protein dan Albumin dalam tubuh.

B. SARAN
Mencegah lebih baik daripada mengobati.Istilah ini sudah sangat lumrah di
kalangan kita.Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya KEP, maka yang harus kita
ubah mulai sekarang adalah pola hidup dan pola makan yang sehat dan teratur, dengan
memperhatikan gizi yang seimbang serta juga memperhatikan lingkungan yang sehat
sehingga dapat menunjang kedepannya. Jika kita membiasakan hidup sehat, maka kita
tidak akan mudah terserang penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.


Edwin Saputra Suyadi. 2009. literatur kejadian KEP.
http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/126104-S-5830-Kejadian%20KEP

Evanwany Aritonang. 2004. Kurang Energi Protein(Protein Energy


Malnutrition).http://www.library.usu.ac.id/download/fkm/fkmgizi-evawany.pdf

Suprianta. Akses 11 november 2016. www.slideshare.net

Syafiq, ahmad. 2011. Gizi dan kesehatan masyarakat. Jakarta; rajawali pers

Artonang evawani. 2004. Kurang energi protein. Medan; USU digital library

Anda mungkin juga menyukai