Anda di halaman 1dari 3

Sophia Laura

ANEMIA PADA ANAK

Definisi

Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein pembawa
O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke
jaringan menurun.

Stadium

Seorang anak yang mula-mula berada di dalam keseimbangan besi kemudian menuju ke
keadaan anemia defisiensi besi akan melalui 3 stadium yaitu :
Stadium I: Hanya ditandai oleh kekurangan persediaan besi di dalam depot. Keadaan ini
dinamakan stadium deplesi besi. Pada stadium ini baik kadar besi di dalam serum maupun
kadar hemoglobin masih normal. Kadar besi di dalam depot dapat ditentukan dengan
pemeriksaan sitokimia jaringan hati atau sumsum tulang. Disamping itu kadar feritin/saturasi
transferin di dalam serumpun dapat mencerminkan kadar besi di dalam depot.
Stadium II: Mulai timbul bila persediaan besi hampir habis. Kadar besi di dalam serum
mulai menurun tetapi kadar hemoglobin di dalam darah masih normal. Keadaan ini disebut
stadium defisiensi besi.
Stadium III: Keadaan ini disebut anemia defisiensi besi. Stadium ini ditandai oleh penurunan
kadar hemoglobin MCV, MCH, MCHC disamping penurunan kadar feritin dan kadar besi di
dalam serum.

Etiologi

Tabel 1. Penyebab Anemia Defisiensi Menurut Umur


1. Bayi di bawah umur 1 tahun
Persediaan besi yang kurang karena berat badan lahir rendah atau lahir kembar.
2. Anak berumur 1-2 tahun
Masukan (intake) besi yang kurang karena tidak mendapat makanan tambahan
(hanya minum susu)
Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/menahun
Malabsorbsi
Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara lain karena infestasi parasit
dan divertikulum Meckeli.
3. Anak berumur 2-5 tahun
Masukan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe-heme
Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/menahun.
Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara lain karena infestasi parasit
dan divertikulum Meckeli.
4. Anak berumur 5 tahun masa remaja
Kehilangan berlebihan karena perdarahan antara lain karena infestasi parasit dan
poliposis.
5. Usia remaja dewasa
Pada wanita antara lain karena menstruasi berlebihan.
Sophia Laura

Klasifikasi

Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga jenis anemia :

1) Anemia normositik normokrom.


Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut, hemolisis, dan
penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang. Terjadi penurunan jumlah
eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi hemoglobin (Indeks eritrosit normal
pada anak: MCV 73 101 fl, MCH 23 31 pg , MCHC 26 35 %), bentuk dan ukuran
eritrosit.

2) Anemia makrositik hiperkrom


Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom karena
konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH
= > 31 pg, MCHC = > 35 %). Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12,
asam folat), serta anemia makrositik non-megaloblastik (penyakit hati, dan myelodisplasia)

3) Anemia mikrositik hipokrom


Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung konsentrasi
hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC
26 - 35 %).
Penyebab anemia mikrositik hipokrom:
1) Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.

2) Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.

3) Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.

4) Anemia Defisiensi Besi (ADB)


adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan cadangan zat besi. Zat besi yang tidak adekuat
menyebabkan berkurangnya sintesis hemoglobin sehingga menghambat proses pematangan
eritrosit.

Patofisiologi
Dilihat dari beratnya defisiensi besi dalam tubuh, dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

1. Tahap Pertama
Tahap ini disebut iron depletion atau storage iron deficiency, ditandai dengan
berkurangnya cadangan besi.
2. Tahap kedua
Tahap ini disebut dengan iron limited erythropoiesis dimana penyediaan besi yang
tidak cukup untuk menunjang eritropoiesis.
3. Tahap ketiga
Keadaan ini disebut juga Iron Deficiency Anemia (IDA) terjadi bila besi yang menuju
eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb..
Sophia Laura

Tanda dan Gejala

Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindroma anemia yang dijumpai pada ADB
apabila kadar hemoglobin turun di bawah 7-8 g/dl
Dari anamnesa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang serta telinga
mendenging.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjunctiva dan jaringan
di bawah kuku, Sedangkan gejala khas pada ADB adalah Koilonychia, Atropi papil , dan
Stomatitis angularis (cheilosis),

Diagnosis
Kriteria diagnosis ADB menurut WHO dan Lanzkowsky:
- Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia
- Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata < 31% (Normal : 32 35 %)
- Kadar Fe serum < 50 Ug/dl ( Normal 80 180 ug/dl)
- Saturasi transferin < 15% (Normal 20 50 %)
- Pemeriksaan apus darah tepi hipokrom mikrositik yang dikonfirmasi dengan kadar
MCV, MCH, dan MCHC yang menurun.
- Pada perwarnaan sumsum tulang tidak ditemukan besi atau besi berkurang.

Penatalakasanaan

Pengobatan terdiri atas :


1. Pemberian preparat besi secara oral berupa garam fero (sulfat, glukonat, fumarat dan
lain-lain), pengobatan ini tergolong murah dan mudah dibandingkan dengan cara lain
, Pada bayi dan anak, terapi besi elemental diberikan dengan dosis 3-6 mg/kg bb/hari
dibagi dalam dua dosis, 30 menit sebelum sarapan pagi dan makan malam;
penyerapan akan lebih sempurna jika diberikan sewaktu perut kosong. Penyerapan
akan lebih sempurna lagi bila diberikan bersama asam askorbat atau asam suksinat
Bila diberikan setelah makan atau sewaktu makan, penyerapan akan berkurang hingga
40-50% Namun mengingat efek samping pengobatan besi secara oral berupa mual,
rasa tidak nyaman di ulu hati, dan konstipasi . maka untuk mengurangi efek samping
tersebut preparat besi diberikan segera setelah makan.

2. Pemberian parenteral jarang digunakan karena dapat memberikan efek samping


berupa demam, mual, ultikaria, hipotensi, nyeri kepala, lemas, artralgia,
bronkospasme sampai reaksi anafilatik. Respons pengobatan mula-mula tampak pada
perbaikan besi intraselular dalam waktu 12-24 jam. Hiperplasi seri eritropoitik dalam
sumsum tulang terjadi dalam waktu 36-48 jam yang ditandai oleh retikulositosis di
darah tepi dalam waktu 48-72 jam, yang mencapai puncak dalam 5-7 hari. Dalam 4-
30 hari setelah pengobatan didapatkan peningkatan kadar hemoglobin dan cadangan
besi terpenuhi 1-3 bulan setelah pengobatan. Untuk menghindari adanya kelebihan
besi maka jangka waktu terapi tidak boleh lebih dari 5 bulan.

3. Transfusi darah hanya diberikan sebagai pengobatan tambahan bagi pasien ADB
dengan Hb 6 g/dl atau kurang karena pada kadar Hb tersebut risiko untuk terjadinya
gagal jantung besar dan dapat terjadi gangguan fisiologis. Transfusi darah
diindikasikan pula pada kasus ADB yang disertai infeksi berat, dehidrasi berat atau
akan menjalani operasi besar/ narkose. Komponen darah berupa suspensi eritrosit
(PRC) diberikan secara bertahap dengan tetesan lambat.

Anda mungkin juga menyukai