Anda di halaman 1dari 26

PETA TOPOGRAFI

Pendahuluan
Sebagai orang yang mengaku dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta cara
penggunaannya mutlak dan harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak
dikenal akan lebih mudah. Pengetahuan bernavigasi darat ini juga berguna bila suatu saat tenaga
kita diperlukan untuk usaha-usaha pencarian dan penyelamatan korban kecelakaan atau tersesat
di gunung dan hutan, dan juga untuk keperluan olahraga antara lain lomba orienteering. Navigasi
darat adalah suatu cara seseorang untuk menentukan posisi dan arah perjalanan baik di medan
sebenarnya atau di peta, dan oleh sebab itulah pengetahuan tentang kompas dan peta serta teknik
penggunaannya haruslah dimiliki dan dipahami.
Peta
Secara umum, peta adalah penggambaran dua dimensi(pada bidang datar) keseluruhan atau
sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan/skala tertentu. Peta
sendiri, kemudian berkembang sesuai dengan kebutuhan dan penggunaannya.Untuk keperluan
navigasi darat umumnya digunakan peta topografi.
Peta Topografi
Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti
tempat dan graphi yang berarti menggambar. Peta
topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan
bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut
menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu
garis kontur mewakili satu ketinggian. Walaupun
peta topografi memetakan tiap interval ketinggian
tertentu, namun disertakan pula berbagai
keterangan pula yang akan membantu untuk
mengetahui secara lebih jauh mengenai daerah
permukaan bumi yang terpetakan tersebut,
keterangan-keterangan itu disebut legenda peta.

Legenda peta antara lain berisi tentang :


a. Judul Peta
Judul peta ada dibagian tengah atas. judul peta menyatakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta
yang bersangkutan, sehingga lokasi yang berbeda akan mempunyai judul yang berbeda pula
b. Nomor Peta
Nomor peta biasanya dicantumkan diselah kanan atas peta. Selain sebagai nomor regisrtasi dari
badan pembuat, nomor peta juga berguna sebagai petunjuk jika kita memerlukan peta daerah lain
disekitar suatu daerah yang terpetakan. Biasanya di bagian bawah disertakan pula lembar derajat
yang mencantumkan nomor-nomor peta yang ada disekeliling peta tersebut.
c. Koordinat Peta
Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Koordinat ditentukan dengan menggunakan
sistem sumbu, yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus. Sistem koordinat yang
resmi dipakai ada dua, yaitu :
1. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus
terhadap katulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan
katulistiwa. Koodinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, dan detik.
2. Koordinat Grid
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak terhadap suatu titik
acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan nol terdapat disebelah barat Jakarta (60 derajat LU,
68 derajat BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan garis horizontal
diberi nomor urut dari barat ke timur.
Sistem koordinat mengenal penomoran dengan 6 angka, 8 angka dan 10 angka. Untuk daerah
yang luas dipakai penomoran 6 angka, untuk daerah yang lebih sempit digunakan penomoran 8
angka dan 10 angka (biasanya 10 angka dihasilkan oleh GPS).
d. Kontur
Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari
permukaan laut, sifat-sifat garis kontur adalah :
1. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.
2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur
yang lebih tinggi.
3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang.
4. Interval kontur biasanya 1/2000 kali skala peta.
5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan
bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan
permukaan bumi yang landai.
6. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U"
menandakan punggungan gunung.
7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V"
terbalik menandakan suatu lembah/jurang.
e. Skala Peta

Skala peta adalah perbandingan antara jarak pada peta


dengan jarak horizontal di lapangan. Ada dua macam cara
penulisan skala, yaitu :
1. Skala angka, contoh : 1:25.000 berarti 1 cm jarak dipeta
= 25.000 cm (250 m) jarak horizontal di medan
sebenarnya.
2. Skala garis, contoh: berarti tiap bagian sepanjang blok
garis mewakili 1 km jarak horizontal.
f. Legenda Peta

Legenda peta biasanya disertakan pada bagian


bawah peta. Legenda ini memuat simbol-
simbol yang dipakai pada peta tersebut, yang
penting diketahui : triangulasi, jalan setapak,
jalan raya, sungai, pemukiman, ladang, sawah,
hutan dan lainnya. Di Indonesia, peta yang
umumnya digunakan adalah peta keluaran
Direktorat Geologi Bandung, kemudian peta
dari Jawatan Topologi, atau yang sering
disebut peta AMS (American Map Service)
dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan
pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala
1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar
kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan
Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval
kontur 12,5m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.
g. Tahun Peta
Peta topografi juga memuat keterangan tentang tahun pembuatan peta
tersebut, semakin baru tahun pembuatannya, maka data yang disajikan
semakin akurat.
h. Arah Peta
Yang perlu diperhatikan adalah arah Utara Peta. Cara paling mudah
adalah dengan memperhatikan arah huruf-huruf tulisan yang ada pada
peta. Arah atas tulisan adalah Arah Utara Peta.Pada bagian bawah peta
biasanya juga terdapat petunjuk arah utara yaitu :
1. Utara sebenarnya/True North : yaitu utara yang mengarah pada kutub
utara bumi.
2. Utara Magnetis/Magnetic North : yaitu utara yang ditunjuk oleh jarum magnetis kompas, dan
letaknya tidak tepat di kutub utara bumi.
3. Utara Peta/Map North : yaitu arah utara yang terdapat pada peta.
Kutub utara magnetis bumi letaknya tidak bertepatan dengan kutub utara bumi. Karena pengaruh
rotasi bumi, letak kutub magnetis bumi bergeser dari tahun ke tahun.
Oleh karena itu, untuk keperluan yang menuntut ketelitian perlu dipertimbambangkan
adanya iktilaf(deklinasi) peta, iktilaf magnetis, iktilaf peta magnetis, dan variasi magnetis.
1. Deklinasi Peta:adalah beda sudut antara sebenarnya dengan utara peta. Ini terjadi karena
perataan jarak paralel garis bujur peta bumi menjadi garis koordinat vertikal yang digambarkan
pada peta.
2. Deklinasi Magnetis: Selisih beda sudut utara sebenarnya dengan utara magnetis
3. Deklinasi Peta magnetis:Selisih besarnya sudut utara peta dengan utara magnetis bumi.
4. variasi Magnetis:perubahan/pergeseran letak kutub magnetis bumi pertahun.
Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari
permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu
ketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat
diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu. Oleh
sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis) dan
ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar). Peta topografi menyediakan data yang
diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan
pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri permukaan
suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.

Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan alam (asli)
dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar. Selain itu peta topografi
dapat diartikan peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan
dibawah bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia.

Peta topografi ialah peta yang menunjukkan keadaan muka bumi sesebuah kawasan, selalunya
menggunakan garisan kontur dalam peta moden. Peta topografi mestilah mempunyai garisan
lintang dan garisan bujur dan titik pertemuannya menghasilkan koordinat. Koordinat ialah titik
persilangan antara garisan lintang dan bujur.

Peta topografi yang piawai biasanya menggunakan skala 1:50,000. Skala begini dapat
menunjukkan sesebuah kawasan seluas Putrajaya dengan lebih lengkap dan sempurna. Peta
topografi memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan peta rupa bumi.

Peta topografi ialah peta yang menunjukkan keadaan muka bumi sesebuah kawasan, selalunya
menggunakan garisan kontur dalam peta moden. Peta topografi mestilah mempunyai garisan
lintang dan garisan bujur dan titik pertemuannya menghasilkan koordinat. Koordinat ialah titik
persilangan antara garisan lintang dan bujur.

Peta topografi yang piawai biasanya menggunakan skala 1:50,000. Skala begini dapat
menunjukkan sesebuah kawasan seluas Putrajaya dengan lebih lengkap dan sempurna. Peta
topografi memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan dengan peta rupa bumi.

Peta topografi dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, serta dapat digunakan sebagai peta
dasar (base map) dalam pembuatan peta tematik, seperti peta arkeologi dan peta turis (lihat
Prihandito 1989: 17). Dalam survei arkeologi, peta topografi berguna untuk memperoleh
gambaran umum tentang wilayah yang diteliti. Dalam kondisi tertentu, misalnya medan survei
yang terlalu berat, peta yang sudah ada dapat dipakai untuk memplotkan temuan arkeologis.
Pemetaan tersebut, meskipun hanya bersifat sementara, sangat efektif untuk menyimpan dan
menyelamatkan data arkeologis (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 1).

Data dari peta topografi yang diambil untuk membuat peta arkeologi hanya satu atau dua
unsur saja, tergantung dari skala dan tujuan pembuatan peta arkeologi itu. Data tersebut
digunakan sebagai latar belakang penempatan dan orientasi secara geografis. Selain peta
topografi, yang dapat digunakan sebagai peta dasar antara lain adalah foto udara, peta geologi,
dan peta administratif (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10).
Besar skala peta dasar yang dibutuhkan untuk membuat peta arkeologi tergantung pada
luas wilayah yang akan dipetakan, yaitu:

wilayah seluas provinsi memerlukan peta dasar berskala 1:100.000 sampai dengan 1:250.000;

wilayah seluas kabupaten memerlukan peta dasar berskala 1:50.000 sampai dengan
1:100.000;

wilayah setingkat kecamatan, desa, atau situs memerlukan peta dasar berskala 1:10.000
sampai dengan 1:25.000 (Wasisto 1998, dikutip dalam Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10).

MEMAHAMI PETA TOPOGRAFI


A. MEMBACA GARIS KONTUR
1. Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U dimana Ujung
dari huruf U menunjukan tempat atau daerah yang lebih pendek dari kontur diatasnya.
2. Lembah atau Sungai
Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk N (huruf V
terbalik) dengan Ujung yang Tajam.
3. Daerah landai datar dan terjal curam
Daerah datar/landai garis konturnya jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis
konturnya rapat.

B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR


Pada peta skala 1:50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari
interval kontur berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua
peta, pada peta GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam
legenda peta interval konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta.
Jadi untuk penentuan interval kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari
dengan:
a. Cari dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misalnya titik A dan B
b. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B)
c. Hitung jumlah kontur antara A dan B
d. Bagilah selisih ketinggian antara A-B dengan jumlah kontur antara A-B hasilnya adalah
interval kontur.

C. UTARA PETA
Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah utara peta tersebut,
selanjutnya lihat judul peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta).
Atau lihat tulisan nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan
tersebut.
D. MENGENAL TANDA MEDAN
Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan orientasi harus
juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah dikenal di
peta, disebut Tanda Medan.
Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum berangkat ke lapangan,
yaitu:
1. Lembah antara dua puncak
2. Lembah yang curam
3. Persimpangan jalan atau ujung desa
4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak
5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain
6. Untuk daerah yang datar dapat digunakan, persimpangan jalan dan percabangan sungai,
jembatan dan lain-lain.

E. MENGGUNAKAN PETA
Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah tentu titik awal
dan titik akhir akan diplot di peta.
Sebelum berjalan catatlah:
1. Koordinat titik awal (A)
2. Koordinat titik tujuan (B)
3. Sudut peta antara A - B
4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A - B
5. Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan lintasan A B

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah :


a. Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta
b. Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan peta
c. Gunakan kompas untuk melihat arah kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan yang kita
gunakan sebagai patokan, atau belum.
d. Perkirakan berapa jarak lintasan.
Misalnya, medan datar 5 km ditempuh selama 60 menit dan medan mendaki ditempuh selama
10 menit.
e. Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.
f. Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah
perjalanan, menyeberangi sungai, ujung lembah dan lainnya-lainnya.
g. Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuatkan lintasan dengan
jalan membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar
garis lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan
bentuk peta. Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan
didapatkan panjang lintasan sebenarnya.

F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA


Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tanda-tanda tertentu di
peta. Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Camp berada pada koordinat
titik A (3989 : 6360) + 1400 m dpl. Basecamp memerintahkan tim Camp agar menuju koordinat
titik T (4020 : 6268) + 1301 m dpl.

Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:


1. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimulai dari sumbu X
dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).
2. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tarik garis dari A ke T, kemudian dengan busur
derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut
menggunakan sistem Azimuth (0" - 360) searah putaran jarum jam. Sudut ini berguna untuk
mengorientasikan arah dari A ke T.
3. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini
dapat berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun
punggungan. Harus dipahami betul bentuk garis-garis kontur. Plotting lintasan dan
memperkirakan waktu tempuhnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tempuh:


1. Kemiringan lereng dan Panjang lintasan
2. Keadaan dan kondisi medan (misalnya hutan lebat, semak berduri atau pasir)
3. Keadaan cuaca rata-rata
4. Waktu pelaksanaan (pagi, siang atau malam)
5. Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.

G. MEMBACA KOORDINAT
Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:

1. Cara koordinat Peta


Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan.
Penunjukan koordinat ini meggunakan:
a. Sistem Enam Angka, misalnya: koordinat titik A (374:622), titik B (377:461)
b. Cara Delapan Angka, misalnya: koordinat titik A (3740:6225), titik B (3376:4614)

2. Cara Koordinat Geografis


Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106
44' 27,79". Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah
barat Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah
garis ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk
letak peta.

H. SUDUT PETA
Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam. Sistem pembacaan
sudut dipakai Sistem azimuth (0 - 360).
Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya
dihitung atau diukur sesuai dengan arah jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara).
Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan
arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang
menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan. Sistem perhitungan sudut dibagi menjadi dua
berdasarkan sudut kompasnya.

I. AZIMUTH SUDUT KOMPAS


Back azimuth: bila sudut kompas > 180 maka sudut kompas dikurangi 180. Bila sudut kompas <
1080 =" 37,1km" km =" 3.710.000" 1km =" 3.710.000" 000 =" 74,2" 1 =" 1.855.000cm">
Peta topografi adalah peta yang memiliki informasi tentang ketinggian permukaan tanah pada suatu
tempat terhadap permukaan laut, yang digambarkan dengan garis-garis kontur. Informasi topografi
yang terdapat pada peta topografi dapat digunakan untuk membuat model tiga dimensi dari
permukaan tanah pada peta tersebut. Dengan model tiga dimensi maka objek pada peta dilihat lebih
hidup seperti pada keadaan sesungguhnya di alam, sehingga untuk menganalisa suatu peta topografi
dapat lebih mudah dilakukan.
Sebagai bagian dari komunitas ahli ilmu kebumian, kita pasti sudah tidak asing lagi dengan peta
topografi. Peta topografi ini penting, karena sebagai peta dasar, nantinya dapat digunakan
sebagaidasar bagi pengembangan sebagai peta-peta tematik lainnya.

Di Indonesia, khususnya pada tambang batubara, di mana keberadaan potensi batubaranya masih
banyak yang dijumpai pada kedalaman kecil (dangkal), maka tambang terbuka adalah pilihan yang
paling tepat dan ekonomis. Tetapi di Jepang, di mana peraturan tentang perubahan bentang alam
(morfologi) sangat ketat, semua tambang batubara yang beroperasi pada abad 20,menerapkan
tambang bawah tanah. Ketetapan tersebut juga mensyaratkan potensi batubara yangberada pada
kedalaman 250 meter di bawah dasar cekungan air (laut maupun danau) tidak boleh ditambang.
Dalam hal ini peta topografi tidak akan banyak gunanya bagi perencanaan tambang, kecuali untuk
penempatan fasilitas-fasilitas tambang yang memang harus berada di permukaan.

Untuk kebutuhan perencanaan tambang terbuka, peta topografi memegang peranan sentral, karena
dari sini nantinya akan diturunkan beberapa satuan peta, seperti:

* Peta hasil eksplorasi, yang memuat informasi tentang posisi singkapan batubara, posisi titik bor,
dll.
* Peta ketebalan batubara
* Peta ketebalan overburden
* Peta distribusi fungsi kualitas, misalnya kadar sulfur, distribusi kalori, dll.
* Peta jalan tambang dan kemiringan lereng
* Peta kemajuan tambang
* Peta perencanaan drainase tambang (peta penyaliran) Dan lain-lain

Dengan demikian pemahaman tentang peta topografi bagi seorang perencana tambang adalah
mutlak.

Jenis Peta
Jenis-jenis peta bisa dikelompokkan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.

*Pengelompokan peta berdasarkan isinya: seperti, Peta Hidrografi (Peta Bathymetri), Peta Geologi,
Peta Kadaster (peta kepemilikan tanah), Peta Irigasi (jaringan saluran air) dan lain-lain.
*Pengelompokan peta berdasarkan skalanya: peta skala besar (1 : 10.000 atau lebih besar), peta
skala sedang (1 : 10.000 - 1 : 100.000), peta skala kecil (< 1 : 100.000).

*Peta berdasarkan penurunan dan penggunaan: Peta Dasar, digunakan untuk membuat peta turunan
dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah,

*Peta Tematik, dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema tertentu. Peta
tanpa skala akan mengurangi arti dan fungsinya atau bahkan tidak berguna. Skala peta
menunjukkan ketelitian dan kelengkapan informasi yang tersaji dalam peta. Peta skala besar lebih
teliti dan lebih lengkap dibandingkan peta skala kecil. Skala peta bisa dinyatakan dengan:
persamaan (engineer's scale), skala perbandingan, skala numeris atau skala fraksi (numerical or
fractional scale) dan grafis (graphical scale).

Susunan Peta
Peta merupakan media untuk menyimpan dan menyajikan informasi tentang rupa bumi dengan
penyajian pada skala tertentu. Untuk memudahkan pengelolaan dan pencarian, dibuat indeks peta
dalam bentuk teks atau grafis. Gambar unsur rupa bumi pada skala tertentu tidak selalu dapat
disajikan sesuai ukurannya karena terlalu kecil untuk digambarkan. Bila unsur itu dianggap penting
untuk disajikan, maka penyajiannya menggunakan simbol gambar tertentu. Supaya peta mudah
dibaca dan dipahami, maka aneka ragam informasi peta pada skala tertentu harus disajikan dengan
cara-cara tertentu, yaitu:

*Simbol
*Warna : digunakan untuk membedakan berbagai obyek, misalnya jalan, sungai, rel dan lain-
lainnya.

Daftar kumpulan simbol pada suatu peta disebut legenda peta. : digunakan untuk membedakan atau
merinci lebih jauh dari simbol suatu obyek, misalnya warna batupasir pada Peta Geologi berwarna
kuning, batulempung berwarna hijau dll. Kumpulan simbol dan notasi pada suatu peta biasa disusun
dalam satu kelompok legenda peta yang selalu disajikan dalam setiap lembar peta. Unsur legenda
peta biasa dibakukan agar memudahkan pembacaan dan interpretasi berbagai peta oleh berbagai
pemakai dengan berbagai keperluan.
Suatu peta bernilai informasi tinggi jika di dalamnya memuat unsur-unsur, di antaranya adalah;
skala peta, informasi ketinggian (atau kontur), informasi arah (biasanya utara peta), koordinat,
legenda, indeks peta, serta unsur-unsur lain yang dipandang perlu.

Koordinat Peta
Di dalam peta yang umum kita jumpai, kita mendapatkan nilai koordinat peta dalam beberapa
sistem seperti koordinat Bassel, koordinat UTM serta koordinat lokal. Pada peta topografi atau peta
geologi yang digunakan di Indonesia umumnya menganut sistem koordinat UTM. Sedangkan bila
kita melakukan pengukuran langsung di lapangan menggunakan alat ukur theodolite, umumnya kita
menggunakan koordinat lokal. Untuk merubah koordinat lokal menjadi koordinat UTM, maka pada
awal pengukuran, saat pembuatan poligon, sebelumnya harus diikatkan kepada satu titik tetap
(benchmark) yang posisinya koordinat UTM-nya sudah diketahui. Sehingga dengan demikian
konversi terhadap koordinat UTM dapat dilakukan.
Garis Kontur
Garis Kontur Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang
tinggi (elevasi) suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi ketinggian suatu
tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur (contour-line). Garis kontur adalah
garis yang menghubungkan titik-titik dengan ketinggian sama. Garis kontur + 25 m, artinya garis
kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap referensi
tinggi tertentu. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis
perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Karena peta
umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur ini juga akan mengalami
pengecilan sesuai skala.
Peta topografi senantiasa harus dimutakhirkan atau direvisi, karena muka bumi berubah makin lama
makin cepat dikarenakan kegiatan manusia. Metode revisi peta secara digital sementara ini
dianggap sebagai metode yang terbaik. Dalam penelitian ini dilakukan revisi penggunaan lahan di
peta topografi skala 1 : 25.000 dengan kategori revisi dasar, unsur peta direvisi terhadap perubahan
jenis penutup dan penggunaan lahan. Revisi peta menggunakan citra Landsat Enhanched Thematic
Mapper 7 (Landsat ETM 7), dengan cara menggabungkan citra multispektral resolusi 30 m dan citra
pankhromatik resolusi 15 m. Penggabungan citra dilakukan dengan metode Intensity Hue Saturation
(IHS). Uji akurasi peta dilakukan dengan cara membandingkan posisi dan luas di tanah dengan hasil
digitasi di atas citra. Posisi di tanah diukur dengan GPS (Global Positioning System) dan luas
ditanah dihitung dari data koordinat hasil pengukuran GPS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
citra IHS memiliki kualitas visual lebih baik dibandingkan dengan citra komposit wama RGB dan
mampu memperjelas informasi spasial citra pankromatik asli. Citra IHS dapat digunakan dengan
baik untuk revisi peta skala 1 : 25.000 khususnya untuk obyek pemukiman. Hasil digitasi citra IHS
memiliki akurasi lebih tinggi dan kesalahan luas lebih kecil dibanding citra RGB. Akurasi digitasi
terhadap citra IHS 7,98 m dan kesalahan luas rata-rata 2,04 %. Akurasi digitasi terhadap citra RGB
10,81 m dan kesalahan luas rata-rata 4,36 %.

PETA TOPOGRAFI
Peta adalah gambaran dari permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu sesuai dengan
kebutuhan. Peta digambarkan di atas bidang datar dengan sistem proyeksi tertentu. Peta yang
digunakan
untuk kegiatan alam bebas adalah Pete Topografi.
Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian
permukaan
bumi yang terlihat dari atas dare diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi
menggambarkan secara proyeksi dari sebagian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa
diperkirakan bentuk
permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk Garis-Garis
Kontur.
Dalam menggunakan peta topografi harus diperhatikan kelengkapan petanya, yaitu:
1. Judul Peta
Adalah identitas yang tergambar pada peta, ditulis nama daerah atau identitas lain yang menonjol.
2. Keterangan Pembuatan
Merupakan informasi mengenai pembuatan dan instansi pembuat. Dicantumkan di bagian kiri
bawah dari
peta.
3. Nomor Peta (Indeks Peta)
Adalah angka yang menunjukkan nomor peta. Dicantumkan di bagian kanan atas.
4. Pembagian Lembar Peta
Adalah penjelasan nomor-nomor peta lain yang tergambar di sekitar peta yang digunakan, bertujuan
untuk
memudahkan penggolongan peta bila memerlukan interpretasi suatu daerah yang lebih luas.
5. Sistem Koordinat
Adalah perpotongan antara dua garis sumbu koordinat. Macam koordinat adalah:
a. Koordinat Geografis
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (BB dan BT), yang berpotongan dengan garis lintang
(LU dan LS)
atau koordinat yang penyebutannya menggunakan garis lintang dan bujur. Koordinatnya
menggunakan
derajat, menit dan detik. Misal Co 120 32' 12" BT 5 17' 14" LS.
b. Koordinat Grid
Perpotongan antara sumbu absis (x) dengan ordinal (y) pada koordinat grid. Kedudukan suatu titik
dinyatakan dalam ukuran jarak (meter), sebelah selatan ke utara dan barat ke timur dari titik acuan.
c. Koordinat Lokal
Untuk memudahkan membaca koordinat pada peta yang tidak ada gridnya, dapat dibuat garis-garis
faring
seperti grid pada peta.
Skala bilangan dari sistem koordinat geografis dan grid terletak pada tepi peta. Kedua sistern
koordinat ini
adalah sistem yang berlaku secara internasional. Namun dalam pembacaan sering membingungkan,
karenanya pembacaan koordinat dibuat sederhana atau tidak dibaca seluruhnya.
Misal: 72100 mE dibaca 21, 9 9700 mN dibaca 97, dan lain-lain.
6. Skala Peta
Adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak horisontal sebenarnya di medan atau lapangan.
Rumus
jarak datar dipeta dapat di tuliskan
JARAK DI PETA x SKALA = JARAK DI MEDAN
Penulisan skala peta biasanya ditulis dengan angka non garis (grafis).
Misalnya Skala 1:25.000, berarti 1 cm di peta sama dengan 25 m di medan yang sebenarnya.
7. Orientasi Arah Utara
Pada peta topografi terdapat tiga arah utara yang harus diperhatikan sebelum menggunakan peta dan
kompas, karena tiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis.
Tiga arah utara tersebut adalah:
a. Utara Sebenarnya (True North/US/TN) diberi simbol * (bintang), yaitu utara yang melalui Kutub
Utara di
Selatan Bumi.
b. Utara Peta (Grid Nortb/UP/GN) diberi simbol GN, yaitu Utara yang sejajar dengan garis jala
vertikal atau
sumbu Y. Hanya ada di peta.
e. Utara Magnetis (Magnetic North/UM) diberi simbol T (anak pariah separuh), yaitu Utara yang
ditunjukkan
oleh jarum kompas. Utara magnetis selalu mengalami perubahan tiap tahunnya (ke Barat atau ke
Timur)
dikarenakan oleh pengaruh rotasi bumi. Hanya ada di medan.
Karena ketiga arah utara tersebut tidak berada pada satu garis, maka akan terjadi
penyimpanganpenyimpangan
sudut, antara lain:
a. Penyimpangan sudut antara US - UP balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Peta (IP)
atau
Konvergensi Merimion. Yang menjadi patokan adalah Utara Sebenarnya (US).
b. Penyimpangan sudut antara US - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Magnetis
(IM) atau
Deklinasi. Yanmg menjadi patokan adalah l Utara sebenarnya ((IS).
c. Penyirnpangan sudut antara UP - UM balk ke Barat maupun ke Timur, disebut Ikhtilaf Utara
Peta-Utara
Magnetis atau Deviasi. Yang menjadi patokan adalah Utara Pela f71').
Dengan diagram sudut digambarkan
8. Garis Kontur atau Garis Ketinggian
Garis kontur adalah gambaran bentuk permukaan bumi pada peta topografi.
Sifat-sifat garis kontur, yaitu'.
a. Garis kontur merupakan kurva tertutup sejajar yang tidak akan memotong satu sama lain dan
tidak akan
bercabang.
b. Garis kontur yang di dalam selalu lebih tinggi dari yang di luar.
c. Interval kontur selalu merupakan kelipatan yang sama
d. Indek kontur dinyatakan dengan garis tebal.
e. Semakin rapat jarak antara garis kontur, berarti semakin terjal Jika garis kontur bergerigi (seperti
sisir)
maka kemiringannya hampir atau sama dengan 90.
f. Pelana (sadel) terletak antara dua garis kontur yang sama tingginya tetapi terpisah satu sama lain.
Pelana
yang terdapat diantara dua gunung besar dinamakan PASS.
9. Titik Triangulasi
Selain dari garis-garis kontur dapat pula diketahui tinggi suatu tempat dengan pertolongan titik
ketinggian,
yang dinamakan titik triangulasi Titik Triangulasi adalah suatu titik atau benda yang merupakan
pilar atau
tonggak yang menyatakan tinggi mutlak suatu tempat dari permukaan laut. Macam-macam titik
triangulasi
a. Titik Primer, I'. 14 , titik ketinggian gol.l, No. 14, tinggi 3120 mdpl. 3120
b. Titik Sekunder, S.45 , titik ketinggian gol.II, No.45, tinggi 2340 rndpl. 2340
c. Titik Tersier, 7: 15 , titik ketinggian gol.III No. 15, tinggi 975 mdpl 975
d. Titik Kuarter, Q.20 , titik ketinggian gol.IV, No.20, tinggi 875 mdpl. 875
e. Titik Antara, TP.23 , titik ketinggian Antara, No.23, tinggi 670 mdpl. 670
f. Titik Kedaster, K.131 , titik ketinggian Kedaster, No.l 31, tg 1202 mdpl. 7202
g. Titik Kedaster Kuarter, K.Q 1212, titik ketinggian Kedaster Kuarter, No. 1212, tinggi 1993 mdpl.
1993
10. Legenda Peta
Adalah informasi tambahan untuk memudahkan interpretasi peta, berupa unsur yang dibuat oleh
manusia
maupun oleh alam. Legenda peta yang penting
untuk dipahami antara lain:
a. Titik ketinggian
b. Jalan setapak
c. Garis batas wilayah
d. Jalan raya
e. Pemukiman
f. Air
g. Kuburan
h. Dan Lain-Lain

Peta Topografi Lengkap Bulan Pertama Berhasil Dibuat


Kelompok Kajian yang dipimpin oleh Araki Hiroshi, asisten profesor pada National Astronomical
Observatory Jepang berhasil membuat peta topografi lengkap bulan pertama didunia, yang
menggambarkan tinggi rendahnya permukaan bulan.

Menurut Situs berita Yomiuri Sabtu 14 Februari, Peta Topografi ini dibuat berdasarkan data
observasi yang dikumpulkan Satelit Kaguya yang diluncurkan Japan Aerospace Exploration
Agency (JAXA).

Berdasarkan peta itu, titik tertinggi bulan merupakan gunung yang tegak pada lingkaran kawah
yang besar dan berlokasi di bagian terjauh bulan.

Perbedaan ketinggian puncak gunung dibandingkan dengan ketinggian permukaan rata-rata tanah
sebesar 10.75 kilometer, tiga kilometer lebih tinggi dibanding pengamatan terakhir. Sedangkan titik
terendah, 9.06 kilometer.

Kelompok Kajian juga mempelajari kedalaman tanah dengan menyorotkan cahaya laser dari Satelit
Kaguya dan mengukur waktu yang diperlukan cahaya untuk kembali ke satelit setelah memantul
dari permukaan bulan.

Untuk pembuatan peta topografi ini, kelompok Kajian telah melakukan pengamatan pada 6.77 juta
titik yang ada di Bulan dengan selang rata-rata lima sampai enam kilometer.

Sementara peta topografi yang saat ini dipakai, dibuat berdasarkan pengamatan pada 270.000 titik
dan tidak meliputi kawasan kutub.

Menurut JAXA, data dapat digunakan masyarakat untuk mengkaji proses pembentukan bentang
bulan saat ini.
A. MEMBACA GARIS KONTUR

1. Punggungan Gunung
Punggungan gunung merupakan rangkaian garis kontur berbentuk huruf U, dimana Ujung dari
huruf U menunjukkan ternpat atau daerah yang lebih pendek dari kontur di atasnya.

2. Lembah atau Sungai

Lembah atau sungai merupakan rangkaian garis kontur yang berbentuk n (huruf V terbalik) dengan
Ujung yang tajam.

3. Daerah landai datar dan terjal curam

Daerah datar/landai garis kontumya jarang jarang, sedangkan daerah terjal/curam garis konturnya
rapat.

B. MENGHITUNG HARGA INTERVAL KONTUR

Pada peta skala 1 : 50.000 dicantumkan interval konturnya 25 meter. Untuk mencari interval kontur
berlaku rumus 1/2000 x skala peta. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua peta, pada peta
GUNUNG MERAPI/1408-244/JICA TOKYO-1977/1:25.000, tertera dalam legenda peta interval
konturnya 10 meter sehingga berlaku rumus 1/2500 x skala peta. Jadi untuk penentuan interval
kontur belum ada rumus yang baku, namun dapat dicari dengan:

1. Carl dua titik ketinggian yang berbeda atau berdekatan. Misal titik A dan B.

2. Hitung selisih ketinggiannya (antara A dan B).

3. Hitung jumlah kontur antara A dan B.

4. Bagilah selisih ketinggian antara A - B dengan jumlah kontur antara A - B, hasilnya adalah
Interval Kontur.

C. UTARA PETA

Setiap kali menghadapi peta topografi, pertama-tama carilah arah utara peta tersebut. Selanjutnya
lihat Judul Peta (judul peta selalu berada pada bagian utara, bagian atas dari peta). Atau lihat tulisan
nama gunung atau desa di kolom peta, utara peta adalah bagian atas dari tulisan tersebut.

D. MENGENAL TANDA MEDAN

Selain tanda pengenal yang terdapat pada legenda peta, untuk keperluan
orientasi harus juga digunakan bentuk-bentuk bentang alam yang mencolok di lapangan dan mudah
dikenal di peta, disebut Tanda Medan. Beberapa tanda medan yang dapat dibaca pada peta sebelum
berangkat ke lapangan, yaitu:

1. Lembah antara dua puncak

2. Lembah yang curam

3. Persimpangan jalan atau Ujung desa

4. Perpotongan sungai dengan jalan setapak

5. Percabangan dan kelokan sungai, air terjun, dan lain-lain.

Untuk daerah yang datar dapat digunakan-.

1. Persimpangan jalan

2. Percabangan sungai, jembatan, dan lain-lain.

E. MENGGUNAKAN PETA

Pada perencanaan perjalanan dengan menggunakan peta topografi, sudah

tentu titik awal dan titik akhir akan diplot di peta. Sebelurn berjalan catatlah:

1. Koordinat titik awal (A)

2. Koordinat titik tujuan (B)

3. Sudut peta antara A - B

4. Tanda medan apa saja yang akan dijumpai sepanjang lintasan A - B

5. Berapa panjang lintasan antara A - B dan berapa kira-kira waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan lintasan A -B.

Yang perlu diperhatikan dalam melakukan suatu operasi adalah

+ Kita harus tahu titik awal keberangkatan kita, balk di medan maupun di peta.

+ Gunakan tanda medan yang jelas balk di medan dan di peta.

+ Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita, apakah sudah sesuai dengan tanda medan
yang kita gunakan sebagai patokan, atau belum.

+ Perkirakan berapa jarak lintasan. Misal medan datar 5 krn ditempuh selama 60 menit dan medan
mendaki ditempuh selama 10 menit.

+ Lakukan orientasi dan resection, bila keadaannya memungkinkan.

+ Perhatikan dan selalu waspada terhadap adanya perubahan kondisi medan dan perubahan arah
perjalanan. Misalnya dari pnggungan curam menjadi punggungan landai, berpindah punggungan,
menyeberangi sungai, ujung lembah dan lain-lainnya.

+ Panjang lintasan sebenarnya dapat dibuat dengan cara, pada peta dibuat lintasan dengan jalan
membuat garis (skala vertikal dan horisontal) yang disesuaikan dengan skala peta. Gambar garis
lintasan tersebut (pada peta) memperlihatkan kemiringan lintasan juga penampang dan bentuk peta.
Panjang lintasan diukur dengan mengalikannya dengan skala peta, maka akan didapatkan panjang
lintasan sebenarnya.

F. MEMAHAMI CARA PLOTTING DI PETA

Plotting adalah menggambar atau membuat titik, membuat garis dan tandatanda tertentu di peta.
Plotting berguna bagi kita dalam membaca peta. Misalnya Tim Bum berada pada koordinat titik A
(3986 : 6360) + 1400 m dpl. SMC memerintahkan Tim Buni agar menuju koordinat titik T (4020 :
6268) + 1301 mdpl. Maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

a. Plotting koordinat T di peta dengan menggunakan konektor. Pembacaan dimuali dari sumbu X
dulu, kemudian sumbu Y, didapat (X:Y).

b. Plotting sudut peta dari A ke T, dengan cara tank garis dari A ke T, kemudian dengan busur
derajat/kompas orientasi ukur besar sudut A - T dari titik A ke arah garis AT. Pembacaan sudut
menggunakan Sistem Azimuth (0" -360) searah putaran jarum Jain. Sudut ini berguna untuk
mengorientasi arah dari A ke T.

c. Interprestasi peta untuk menentukan lintasan yang efisien dari A menuju T. Interprestasi ini dapat
berupa garis lurus ataupun berkelok-kelok mengikuti jalan setapak, sungai ataupun punggungan.
Harus dipaharni betul bentuk garis garis kontur.

Plotting lintasan dan memperkirakan waktu tempuhnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu
tempuh :

+ Kemiringan lereng + Panjang lintasan

+ Keadaan dan kondisi medan (misal hutan lebat, semak berduri atau gurun pasir).

+ Keadaan cuaca rata-rata.


+ Waktu pelaksanaan (yaitu pagi slang atau malam).

+ Kondisi fisik dan mental serta perlengkapan yang dibawa.

G. MEMBACA KOORDINAT

Cara menyatakan koordinat ada dua cara, yaitu:

1. Cara Koordinat Peta

Menentukan koordinat ini dilakukan diatas peta dan bukan dilapangan. Penunjukkan koordinat ini
menggunakan

a. Sistem Enam Angka Misal, koordinat titik A (374;622), titik B (377;461) b. Cara Delapan Angka
Misal, koordinat titik A (3740;6225), titik B (3376;4614)

2. Cara Koordinat Geografis

Untuk Indonesia sebagai patokan perhitungan adalah Jakarta yang dianggap 0 atau 106 4$' 27,79".
Sehingga di wilayah Indonesia awal perhitungan adalah kota Jakarta. Bila di sebelah barat kota
Jakarta akan berlaku pengurangan dan sebaliknya. Sebagai patokan letak lintang adalah garis
ekuator (sebagai 0). Untuk koordinat geografis yang perlu diperhatikan adalah petunjuk letak peta.

H. SUDUT PETA

Sudut peta dihitung dari utara peta ke arah garis sasaran searah jarum jam.

Sistem pembacaan sudut dipakai Sistem Azimuth (0 - 360).


Sistem Azimuth adalah sistem yang menggunakan sudut-sudut mendatar yang besarnya dihitung
atau diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap (arah utara).
Bertujuan untuk menentukan arah-arah di medan atau di peta serta untuk melakukan pengecekan
arah perjalanan, karena garis yang membentuk sudut kompas tersebut adalah arah lintasan yang
menghubungkan titik awal dan akhir perjalanan.

Sistem penghitungan sudut dibagi menjadi dua, berdasar sudut kompasnya

AZIMUTH : SUDUT KOMPAS

BACK AZIMUTH : Bila sudut kompas > 180 maka sudut kompas dikurangi 180. Bila sudut
kompas < 1800 maka sudut kompas ditambah 180.
I. TEKNIK MEMBACA PETA

Prinsipnya . " Menentukan posisi dari arah perjalanan dengan membaca peta dan menggunakan
teknik orientasi dan resection, bila keadaan memungkinkan " Titik Awal : Kita harus tahu titik
keberangkatan kita, balk itu di peta maupun di lapangan. Plot titik tersebut di peta dan catat
koordinatnya.

Tanda Medan : Gunakan tanda medan yang jelas (punggungan yang menerus, aliran sungai, tebing,
dll) sebagai guide line atau pedoman arah perjalanan. Kenali tanda medan tersebut dengan
menginterpretasikan peta.

Arah Kompas : Gunakan kompas untuk melihat arah perjalanan kita. Apakah sesuai dengan arah
punggungan atau sungai yang kita susuri.

Taksir Jarak : Dalam berjalan, usahakan selalu menaksir jarak dan selalu memperhatikan arah
perjalanan. Kita dapat melihat kearah belakang dan melihat jumalah waktu yang kita pergunakan.
Jarak dihitung dengan skala peta sehingga kita memperoleh perkiraan jarak di peta. Perlu diingat,
bahwa taksiran kita itu tidak pasti.

+10' X 10' untuk peta 1 : 50.000

+ 20' X 20' untuk peta 1 : 100.000

Untuk peta ukuran 20' X 20' disebut juga LBD, sehingga pada 20' pada garis sepanjang khatulistiwa
(40.068 km) merupakan paralel terpanjang.

40.068 km: (360 : 20') = 40.068 km: (360 : 1/3) = 40.068 km: (360 X 3) 40.068 km : 1080 = 37,1
km

Jadi 20' pada garis sepanjang khatulistiwa adalah 37,1 km. Jarak 37,1 km kalau digambarkan dalam
peta skala 1 : 50.000 akan mempunyai jarak : 37,1 km = 3.710.000 cm. Sehingga dipeta : 3.710.000:
50.000 = 74,2 cm.

Akibatnya I LBD peta 20' x 20' skala 1 : 50.000 di sepanjang khatulistiwa berukuran 74,2 X 74,2
cm. Hal ini tidak praktis dalam pemakaiannya.

3. Lembar Peta

Dikarenakan LBD tidak praktis pemakaiannya, karena terlalu lebar. Maka tiap LBD dibagi menjadi
4 bagian dengan ukuran masing-masing 10' X 10' atau 37,1 X 37,1 cm. Tiap-tiap bagian itu disebut
Lembar Peta atau Sheet, dan diberi huruf A, B, C, D. Jika skala peta tersebut 1 : 50.000, maka peta
itu mempunyai ukuran 50.000 X 37,1 = 1.855.000 cm = 18,55 km (1ihat gambar).

4. Penomoran Lembar Peta


a. Meridian (garis bujur) yang melalui Jakarta adalah 106 48' 27,79" BT, dipakai sebagai meridian
pokok untuk penornoran peta topografi di Indonesia. Jakarta sebagai grs bujur 0

b. Panjang dari Barat ke Timur = 46 20', tetapi daerah yang dipetakan adalah mulai dari 12"
sebelah barat meridian Jakarta. Daerah yang tidak dipetakan adalah : 106 48' 27,79" BT - (12 +
46 20' BT) = 8' 27,79", daerah ini merupakan taut sehingga tidak penting untuk pemetaan darat.
Tetapi penomorannya tetap dibuat

Keterangan
+ Daerah pada petak A dituliskan sheet 1/I-A dan titik paling Utara dan paling Barat ada di Pulau
Weh.

+ Cara pemberian nomor adalah dari Barat ke Timur dengn angka Arab (1,

2, 3, , 139). Dari Utara ke Selatan dengan angka Romawi (I, II,

III LI).

+ LBD selau mempunyai angka Arab dan Romawi. Contoh : LP No. 47[XLI atau SHEET No.
47/XLI.

+ Lembar peta selalu diben huruf, dan huruf itu terpisah dari nomor LBDnya dengan gar's
mendatar. Contoh: LP No. 47/XLI - B.

c. Pada uraian diatas disebutkan bahwa garis bujur 0 Jakarta selalu membagi dua buah LBD. Maka
untuk lembar peta lainnya selalu dapta dihitung berapa derajat atau menit letak lembar peta itu dan'
bujur 0 Jakarta

Contoh: Lernbar Peta No. 39/XL - A terletak diantara garis 7" dan 70 10' LS serta 0 40' dan 0 50'
Timur Jakarta. Kita harus selalu menyebutkan Lembar Peta tersebut terletak di Barat atau Timur
dan' Jakarta.

d. Pada Lembar Peta skala 1 : 50.000, LBD-nya dibagi menjadi 4 bagian. Tetapi untuk peta skala 1 :
25.000, 1 LBD-nya dibagi menjadi 16 bagian dan diberi huruf a sampai q dengan menghilangkan
huruf j

e. Mencari batas Timur dan Selatan suatu.Sheet atau Lembar Peta.

Contoh

+ Batas Timur dari bujur 0" Jakarta adalah 47/3 X I = 15" 40' Timur Jakarta atau 15 40' - 12 = 3
40' BT Jakarta (batas paling Timur Sheet B).

+ Batas Selatan dan 0 Khatulistiwa adalah 47/3 : 1 = 13" 40' atau 13 40' 6" = 7 40' LS. Karena
terlatak pada Lembar Peta B dalam 1 LBD, maka dikurangi 10'. Sehingga didapat : 7 40' - 10' = 7"
30' LS

f. Mencari nomor Lembar Peta atau Sheet. Batas Timur Jakarta = 15" 40', sedang batas Selatan
adalah 7" 30' LS. + Jumlah LBD ke Timur = 15 40' X 3 X 1 LBD = 47 LBD + Jumlah LBD ke
Selatan 13" 40' X 3 x 1 LBD = 41 LBD (XLI)

g. Mencari suatu Posisi/Lokasi Contoh : sebuah pesawat terbang jatuh pada koordinat.- 110 28' BT
dan 7 30' LS. Cari nomor Lembar Petanya Caranya adalah

+ 110 28' - 94" 40' = 15" 48'

15 48' X 3 = 47t' 24' (batas paling Timur)

+ 60 + 7" 30' = 13" 30'

130 30' X 3 = 40 30' (batas paling Selatan)

h. Perhitungan di Koordinat Geografis

+ CARA I

Luas dari I Sheet peta adalah 10' X 10', seluas 18,55 km X 18,55 km pada peta 1 - 50.000. Sehingga
di dapat (10 X 60 - 18,5 5) - 20 = 1,617,

dibulatken menjadi 1,62 (sebagai konstanta). Misal peta yang digunakan peta Sheet No. 47/XLI - B

Triangulasi T. 932 terletak pada : 46 mm dari Timur dan 16 mm dari Selatan.

1915

Posisi Sheet 47/XLI - B

1060 48` 27,79" + 30 40' = 110 28' 27,79"

Dari Timur: 46 mm X 1,62 = 1' l452"

1100 28' 27,79" BT - 1' 14,52" = 110 27' 13,27" BT

(dikurangi karena semakin mendekati ke titik Jakarta).

Dari selatan : 16 mm X 1,62 = 25,92"

7 30' LS - 25,92" = 7f' 29' 34,08" LS (dikurangi karena semakin mendekati equator).

Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat: 110 27' 13,27" BT dan 7 29' 34,08" LS.
1915
Untuk penggunaan peta 1 : 25.000, cara penghitungannya sama, hanya konstantanya diubah
menjadi 0,81, yang didapat dari :

{(5 X 60) : 18,55 1 : 20 = 0,808, dibulatkan menjadi 0,81

Luas dari 1 Sheet peta skala 1 : 25.000 adalah 5' X 5'

+ CARA 11

Dari Timur : 46 mm = (46 : 37,1) X 60 = 1 ' 14,39"

110 28' 27,79" BT - 1' 14,39" = 11 Of' 27' 13,40" BT

Dari Selatan: 16 mm = (16 :37,1) X 60 = 25,87"

7 30' LS - 25,87" = 7t' 29' 34,13" LS

Sehingga titik Triangulasi T. 932 terletak pada koordinat : I I0'' 27' 13,40" BT dan 7 29' 34,13" LS.
1915

Pada hasil perhitungan Cara I dan Cara II terdapat selisih 0,13" untuk BT dan 0,05" untuk LS. Hal
ini tidak jadi masalah karena masih dalam batas toleransi dan koreksi, yaitu kurang dari 1,00".

Untuk penggunaan peta 5' X 5', 10' X 10' dan 20' X 20' tetap menggunakan pembagi 37,1.
Sebaliknya, Jika ada laporan dengan koordinat gralicule, maka cara menentukan lokasinya pada
peta adalah (Contoh) "Satu unit SRU menempati sebuah lokasi dengan koordinat 110 27' 13,27"
BT dan 7 29' 34,08" LS, tentukan lokasi SRU tersebut pada peta Sheet No. 47/XLI - B" JAWAB :
Posisi peta 47/XLI -B : 110 28' 27,79" BT sehingga 110 27, 13,27" BT 1 10 "27' 13,27 1' 14,52" -
74,52"

74,52" : 1,62 = 46 mm dari timur, dan ukurlah dengan penggaris Batas Selatan : 730' sehingga
didapat 7030' LS -7029' 34.08" = 25.92" 25,92" : 1,62 = 16 mm dari selatan dan ukurlah dengan
penggaris Titik perpotongan kedua garis tersebut adalah lokasi dari SRU yang dimaksud, yaitu 46
mm dari sisi timur dan 16 mm dari sisi selatan berada di sekitar Tnangulasi T.932
Pengertian Peta Topografi dan Pengertian Garis Kontur
Geologi Dinamik

2.1 Peta Topografi

Peta adalah bayangan rupa bumi yang digambarkan di bidang datar (bidang gambar) dengan skala
tertentu, sedangkan peta topografi adalah peta yang memperlihatkan unsur-unsur asli dan buatan
manusia di atas permukaan bumi. Unsur-unsur tersebut dapat dikenal maupun diidentifikasi dan pada
umumnya untuk memperlihatkan keadaan yang sesungguhnya.

Pengertian lain mengenai peta topografi ada dua, yaitu:

a. Peta yang menggambarkan relief permukaan bumi beserta bangunan alami maupun buatan manusia
yang ada di atasnya.

b. Peta yang menggambarkan relief/sifat permukaan bumi yang digambarkan dengan garis kontur.

2.1.2 Garis Kontur

Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang
sama terhadap bidang refrensi yang digunakan. Kecuraman dari suatu lereng (stepness) dapat
ditentukan dengan adanya interval kontur dan jarak antara dua kontur, sedangkan jarak horizontal
antara dua garis kontur dapat ditentukan dengan cara interpolasi. Garis kontur tidak boleh saling
berpotongan satu sama lain. Selain itu garis kontur harus merupakan garis yang tertutup baik di dalam
maupun di luar peta.

Contoh Garis Kontur

Sifat-sifat garis kontur adalah sebagai berikut:

1. Garis kontur selalu merupakan garis tertutup (loop), kecuali pada batas peta.

2. Dua buah garis kontur dengan ketinggian yang berbeda tidak mungkin saling berpotongan.

3. Garis kontur tidak mungkin bercabang (dalam hubungannya dengan keaslian alam, kecuali buatan
manusia).

4. Garis kontur dengan ketinggian berbeda tidak mungkin menjadi satu, kecuali pada bagian tanah yang
vertikal akan digambarkan sebagai garis yang berimpit.

5. Semakin miring keadaan tanah, kontur akan digambarkan semakin rapat.

6. Semakin landai kondisi tanah, kontur yang digambarkan semakin jarang.

7. Garis kontur yang melalui tanjung/lidah bukit akan cembung kearah turunnya tanah.

8. Garis kontur yang melalui lembah atau teluk akan cembung kearah titik atau hulu lembah.
9. Garis kontur yang memotong sungai akan cembung kearah hulu sungai.

10. Garis kontur yang memotong jalan akan cembung kearah turunnya jalan. Garis kontur merupakan ciri
khas yang membedakan peta topografi dengan peta lainnya dan digunakan untuk penggambaran relief
atau tinggi rendahnya permukaan bumi yang dipetakan. Dari pengertian di atas dapat dipahami betapa
pentingnya garis kontur antara lain untuk pembuatan trace jalan/rel dan menghitung volume galian dan
timbunan.
Manfaat peta topografi
Manfaat peta topografi - Pencarian artikel dengan judul " Manfaat peta topografi " di temukan di
fungsi-manfaat.com. Untuk mencari informasi atau artikel yang sesuai dengan penjelasan, pengertian,
gambar, proses, fungsi, struktur, tujuan, perbedaan, kegunaan, gejala, mengobati, mencegah,
mengatasi, jenis, konsep, sistem, anda dapat menuliskan kata kunci yang ada pada kolom pencarian
yang sudah tersedia pada situs fungsi-manfaat.com.

Seiring berjalannya waktu, teknologi internet di indonesia semakin banyak peminatnya dari
kalangan bawah maupun kalangan atas, oleh sebab itu situs macam-jenis.com berusaha untuk
memberikan informasi yang berkaitan dengan kejadian atau fenomena yang ada di kehidupan
sehari-hari dan juga pelajaran yang ada di sekolah, khususnya pelajaran ilmu pengetahuan alam
atau biologi dan informasi kesehatan. Situs macam-jenis.com memiliki ratusan informasi umum
dan artikel biologi smp, sma, dan sekolah yang sederajat. Seperti " Manfaat peta topografi " yang
bisa anda baca untuk dapat di jadikan masukan atau bahan referensi.

Manfaat peta topografi

Manfaat peta topografi Peta adalah suatu penyajian pada bidang datar dari seluruh atau
sebagian unsur permukaan bumi yang digambar dalam skala tertentu. Peta seringkali sangat
efektif untuk menunjukkan lokasi dari obyek obyek alamiah maupun obyek buatan manusia, baik
ukuran maupun hubungan antara satu obyek dengan obyek lainnya.

Pengertian peta topografi : Peta yang menyajikan data dan informasi keadaan lapangan secara
menyeluruh sifatnya umum), baik itu unsur alam (sungai, gunung, danau, laut, dll) maupun unsur
buatan (jalan, jembatan,perkampungan, bendungan, dll) dengan garis bayangan ketinggian (garis
kontur ketinggian) dalam perbandingan tertentu (skala)

Manfaat dan fungsi peta topografi

Peta topografi memiliki beberapa kegunaan, antara lain:


Memudahkan dalam menggambarkan bentuk dua dimensi dari bentuk tiga dimensi rupa bumi
(permukaan bumi)
Memberikan informasi mengenai keadaan permukaan dan elevasi
Sebagai dasar dalam pngeloptan data mengenai hal yang berhubunga dengan ruang.
Memudahkan saat menemukan posisi kita terhadap suatu tanda medan atau daerah lain

Anda mungkin juga menyukai