Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Model Pembelajaran Termokimia Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis 77

Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 3 Watansoppeng

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis


Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 3 Watansoppeng

The Effect of Contextual Learning Method to the Critical Thinking Ability of


Students Class XI SMA Negeri 3 Watansoppeng

Sugiarti, Stephanie Bija


Dosen dan Alumni Jurusan Kimia FMIPA UNM
atisugiarti34@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian quasi experiment yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kontekstual dan konvensional, sedangkan variabel tak bebas adalah
kemampuan berpikir kritis siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IA 1
SMA Negeri 3 Watansoppeng yang berjumlah 26 orang. Desain penelitian yang
digunakan adalah posstest-only control group design. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif dan inferensial. Berdasarkan analisis deskriptif
melalui perhitungan secara manual menunjukkan bahwa persentase kemampuan
berpikir kritis siswa yang diajar dengan model contextual lebih besar dibandingkan
kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional. Analisis inferensial melalui uji hipotesis menunjukkan bahwa model
pembelajaran contextual berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa.
Kata Kunci : Model contextual learning, kemampuan berpikir kritis

ABSTRACT
This study was quasi experiment that aims to know the effect of
contextual learning model to critical thinking of students. The independent variable
in this study is contextual and conventional learning model, than the dependent
variable is critical thinking ability of students. The subject in this study are students
of class XI which consist of 26 members. The design of this study is posstest-only
control group design. Technique analysis of this data are descriptive and inferential
analysis. Based on descriptive analysis through manual calculating showed that
critical thingking ability percentage of the students who was learned by contextual
is higher than conventional learning model. Inferential analysis through hypothesis
test showed that contextual learning model has positive influenced to the critical
thinking ability of the students.
Key Words: Contextual learning model, critical thinking ability

PENDAHULUAN Mutu pendidikan dapat diperoleh melalui


Pendidikan merupakan tolok ukur pengembangan kemampuan berpikir
yang paling mendasar dalam siswa agar menjadi manusia yang cerdas.
menciptakan sumber daya manusia Oleh karena itu, guru diharapkan dapat
(SDM) yang berkualitas. Sumber daya memilih model pembelajaran yang tepat
manusia yang berkualitas dapat diperoleh untuk diaplikasikan dalam proses belajar
dengan meningkatkan mutu pendidikan. mengajar.

Jurnal Chemica Vo/. 13 Nomor 1 Juni 2012, 77 - 83


Pengaruh Model Pembelajaran Termokimia Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis 78
Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 3 Watansoppeng

Model pembelajaran yang dipilih, terhadap materi ajar yang diterimanya,


diharapkan tidak hanya mengajak siswa tetapi pada kenyataannya mereka tidak
menghafal materimateri pelajaran yang memahaminya. Siswa merasa telah
diberikan, tetapi mampu mendorong dan memahami apa yang telah dipelajarinya,
mengkonstruksikan pengetahuan yang tetapi setelah dua minggu kemudian
telah diperoleh kemudian ketika ulangan mereka tidak ingat apa
menghubungkan pengetahuan tersebut yang telah dipelajari. Oleh karena itu, hal
dengan penerapannya dalam kehidupan mendasar yang perlu diperhatikan oleh
siswa. guru tidak hanya pemberian informasi
Kimia merupakan salah satu cabang tetapi harus menerapkan suatu model
ilmu sains yang sangat erat hubungannya pembelajaran yang mampu membangun
dengan kehidupan sehari-hari. Penerapan kemampuan berpikir kritis siswa
konsepnya dapat ditemukan dalam setiap sehingga siswa tidak hanya mendengar,
aspek kehidupan tetapi kecenderungan menerima, serta menghafal materi yang
siswa hanya menghafal teorinya saja disampaikan oleh guru. Hal ini akan
namun tidak mampu mengaitkan antara mempermudah siswa dalam menganalisis
teori yang diketahui dengan setiap masalah sehingga memberikan
penerapannya sehingga tak jarang siswa dampak positif terhadap kemampuan
mengatakan bahwa kimia itu sulit untuk berpikir kritis siswa.
dipelajari. Oleh sebab itu, konsep kimia Salah satu model pembelajaran
membutuhkan pemahaman bukan hanya yang mampu memperbaiki kemampuan
penghafalan saja. berpikir kritis siswa adalah pembelajaran
Berdasarkan informasi yang telah kontekstual Pembelajaran kontekstual
diperoleh dari seorang guru kimia dan mampu membangun kemampuan berpikir
siswa di SMA Negeri 3 Watansoppeng kritis siswa, mengajak siswa untuk
diperoleh beberapa masalah, yaitu: siswa mampu mengaitkan materi yang telah
mengatakan bahwa pelajaran kimia sulit diterima di sekolah dengan konteks
terutama perhitungan-perhitungan dan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
mengaitkan konsep kimia yang ada mampu membangun kemampuan berpikir
hubungannya dalam konteks kehidupan kritisnya. Selain daripada itu,
sehari-hari siswa. pembelajaran kontekstual ini dapat
Permasalahan yang dihadapi oleh membawa pengaruh yang lebih baik
siswa di atas salah satunya disebabkan terhadap kemampuan berpikir kritis
karena proses belajar mengajar di kelas dibanding menggunakan pembelajaran
masih cenderung teacher centered konvensional pada siswa kelas X di
dibandingkan student centered sehingga SMA Sukabumi (Rohayati, 2005).
siswa hanya berpusat pada informasi Model pembelajaran kontekstual
yang diberikan oleh guru dalam hal ini sangat tepat digunakan pada materi
siswa hanya menghafal dan mencatat termokimia karena memiliki banyak
setiap informasi yang didengar tanpa konsep yang berhubungan dengan
memahami konsepnya sehingga kehidupan sehari-hari sehingga dengan
kemampuan berpikir kritis siswa kurang menggunakan model pembelajaran
berkembang. Selain itu, ada beberapa kontekstual, guru dapat melibatkan siswa
siswa yang memiliki kemampuan hanya untuk terlibat secara aktif dalam proses
sebatas pada kemampuan dalam pembelajaran, sehingga diharapkan
menyajikan tingkat hafalan yang baik nantinya siswa dapat membangun sendiri

Jurnal Chemica Vo/. 13 Nomor 1 Juni 2012, 77 - 83


Pengaruh Model Pembelajaran Termokimia Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis 79
Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 3 Watansoppeng

pengetahuan yang diperolehnya dengan menganalisis data, dan mengenal adanya


pola berpikir kritis dalam menyelesaikan hubungan yang logis antara masalah.
setiap masalah dan mengevaluasi B. Populasi dan Sampel
argumen yang dipaparkan oleh guru. Populasi dalam penelitian ini
Berdasarkan uraian tersebut, adalah seluruh siswa kelas XI IA SMA
penelitian ini dilakukan untuk melihat Negeri 3 Watansoppeng tahun pelajaran
pengaruh model pembelajaran 2012/2013 yang terdiri dari tiga kelas
kontekstual terhadap kemampuan dengan jumlah siswa sebanyak 78 orang.
berpikir kritis siswa yang diukur melalui Sampel dalam penelitian ini terdiri dari
pengamatan dan pemberian tes hasil dua kelas yaitu kelas eksperimen dan
belajar. kelas kontrol yang diperoleh melalui
METODE PENELITIAN random sampling sehingga diperoleh XI
A. Jenis penelitian IA1 sebagai kelas eksperimen dan XI IA2
Jenis penelitian ini adalah sebagai kelas kontrol dengan jumlah
penelitian quasi experiment yang terdiri siswa masing- masing 26 orang.
dari dua kelas, yaitu kelas eksperimen C. Prosedur Penelitian
dan kelas kontrol. Variabel penelitian Tahap persiapan, peneliti terlebih
meliputi dua variabel, yaitu variabel dahulu melakukan observasi ke sekolah
bebas dan variable terikat. Variabel bebas dan mewawancarai seorang guru kimia
adalah pembelajaran kontekstual dan dan beberapa siswa kelas XI IA SMA
konvensional. Variabel terikat adalah Negeri 3 Watansoppeng untuk melihat
kemampuan berpikir kritis. Desain permasalahan yang dialami dalam
Penelitian yang digunakan yaitu posstest- pembelajaran kimia. Selanjutnya, peneliti
only control group design. Definisi mulai mencari penyelesaian terhadap
operasional variabel yaitu; pembelajaran permasalahan yang dialami sekaligus
kontekstual didefinisikan sebagai menentukan materi yang sesuai dengan
pembelajaran yang bertujuan mengajak model pembelajaran yang dilakukan
siswa untuk mampu mengaitkan dalam penelitian. Setelah itu, peneliti
informasi yang diperolehnya dari guru menyusun proposal penelitian yang
dengan konteks dalam kehidupan berjudul pengaruh model pembelajaran
keseharian siswa sedangkan kontekstual terhadap kemampuan
pembelajaran konvensional adalah berpikir kritis siswa kelas XI IA SMA
pembelajaran yang lebih banyak Negeri 3 Watansoppeng pada materi
didominasi oleh guru dalam hal ini guru pokok termokimia serta menyusun
lebih cenderung memberikan keseluruhan rencana pelaksanaan pembelajarannya
informasi kepada siswa sehingga siswa (RPP).
sebagai penerima informasi lebih pasif di Tahap Pelaksanaan, Penelitian ini
dalam kelas. Kemampuan berpikir kritis dilaksanakan pada semester ganjil tahun
adalah suatu proses intelektual aktif yang ajaran 2012/2013 selama 5 kali
dimiliki oleh siswa dalam menganalisis pertemuan atau 10 jam pelajaran dimana
setiap informasi yang diperolehnya dari empat kali pertemuan untuk proses
guru yang memuat beberapa indikator, pembelajaran dan satu kali pertemuan
diantaranya siswa mampu mengenal untuk tes hasil belajar siswa pada materi
masalah, menemukan cara-cara yang pokok termokimia. Pada tahap
dapat dipakai untuk menangani masalah, pelaksanaan, kelas eksperimen diajar
mengumpulkan dan menyusun informasi, dengan model pembelajaran kontekstual

Jurnal Chemica Vo/. 13 Nomor 1 Juni 2012, 77 - 83


Pengaruh Model Pembelajaran Termokimia Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis 80
Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 3 Watansoppeng

sedangkan kelas kontrol diajar dengan Tabel. 2. Rubrik Penilaian Portofolio


model pembelajaran konvensional pada No. Indikator Skor
materi pokok termokimia. 1. Mengumpulkan tugas
Mengumpulkan tugas tepat waktu 4
Teknik pengumpulan data, Mengumpulkan tugas kurang tepat waktu 3
menggunakan lembar observasi penilaian Mengumpulkan tugas tidak tepat waktu 2
autentik proses kegiatan pembelajaran, Tidak mengumpulkan tugas 1
portofolio tugas, tes hasil belajar, dan 2. Mengerjakan soal
lembar observasi kemampuan berpikir Mengerjakan soal dengan tepat 4
kritis yang telah di isi oleh observer. Mengerjakan soal kurang tepat 3
Mengerjakan soal tidak tepat 2
D. Instrumen Penelitian
Tidak mengerjakan soal 1
Pengumpulan data dilakukan (Muslich. 2010)
dengan memberikan tes hasil belajar Keterangan :
sebagai instrumen penelitian pada kedua 4 = Baik sekali, 3 = Baik, 2 = Cukup, dan 1 = Kurang
kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol setelah materi termokimia E. Analisis Data
selesai diajarkan. Tes yang diberikan Analisis data dalam penelitian ini
terlebih dahulu divalidasi isi, diperoleh 5 dilakukan secara statistik deskriptif untuk
soal yang valid. menggambarkan seberapa besar
Lembar observasi kemampuan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI
berpikir kritis (Tabel 1.) digunakan untuk IA SMA Negeri 3 Watansoppeng dalam
mengetahui seberapa besar kemampuan memahami materi termokimia. Analisis
berpikir kritis siswa yang tercapai selama data secara statistik deskriptif meliputi
proses pembelajaran berlangsung. Pada nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-
penelitian ini, peneliti juga melakukan rata, dan standar deviasi. Selain itu, data
penilaian autentik proses dalam kegiatan ketuntasan hasil belajar siswa
pembelajaran dan portofolio. berdasarkan kriteria ketuntasan minimal
di SMA Negeri 3 Watansoppeng untuk
Tabel 1. Lembar Observasi Penilaian kelas XI IA adalah 70
Autentik Proses Selanjutnya pada analisis statistik
Rating scale inferensial dilakukan uji hipotesis yang
No Aspek Penilaian
4 3 2 1
sebelumnya dilakukan uji prasyarat data
1. Tepat waktu dalam kehadiran
2. Mengajukan pertanyaan dengan uji normalitas yang berfungsi
3. Menanggapi pernyataan guru untuk mengetahui apakah data yang
4. Menanggapi pernyataan teman diperoleh berasal dari populasi yang
5. Memberikan pendapat dalam berdistribusi normal atau tidak dengan
diskusi kelompok. menggunakan khi kuadrat, dan uji
(Muslich, 2010) homogenits dilakukan untuk mengetahui
Pemberian skor dalam penilaian apakah kedua kelompok data yang
portofolio (Tabel 2.) untuk diperoleh berasal dari populasi yang
menumbuhkan rasa percaya diri, variansnya homogen atau tidak dengan
motivasi belajar, serta rasa tanggung menggunakan uji F. Pengujian hipotesis
jawab siswa untuk giat belajar, terutama digunakan untuk menjawab masalah yang
merefleksi kembali pelajaran yang baru dihipotesiskan dan asumsi yang
saja diterima. digunakan dalam pengujian ini adalah
pengujian pihak kanan. Kriteria
pengujian yaitu jika thitung > ttabel maka H0

Jurnal Chemica Vo/. 13 Nomor 1 Juni 2012, 77 - 83


Pengaruh Model Pembelajaran Termokimia Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis 81
Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 3 Watansoppeng

ditolak dan H1 diterima sehingga model melakukan umpan balik, seperti


pembelajaran kontekstual berpengaruh mengajukan pendapat atau bertanya
positif terhadap kemampuan berpikir sehingga pemberian penskoran pada
kritis siswa sedangkan jika thitung < ttabel setiap indikator rendah yang berpengaruh
maka H0 diterima dan H1 ditolak terhadap nilainya. Seorang siswa yang
sehingga model pembelajaran kontekstual memiliki kemampuan berpikir kritis yang
tidak berpengaruh positif terhadap tinggi berdampak baik terhadap hasil
kemampuan berpikir kritis siswa belajarnya. Hal ini dapat dilihat melalui
(Subana, 2000). hasil belajar siswa pada tabel 4.

HASIL PENELITIAN Tabel 3. Nilai statistik deskriptif hasil


A. Analisis Statistik Deskriptif posttest siswa kelas eksperimen dan kelas
Berdasarkan analisis statistik kontrol
Statistik Kelas Kelas
deskriptif diperoleh gambaran mengenai Eksperimen kontrol
kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI Jumlah Siswa 26 23
IA SMA Negeri 3 Watansoppeng tahun Nilai tertinggi 92 83
ajaran 2012/2013 bahwa kemampuan Nilai terendah 63 49
berpikir kritis siswa kelas eksperimen Nilai rata-rata 78,26 67,42
berada pada kategori tinggi dibandingkan Rentang 29 34
Standar deviasi 8,82 8,30
siswa yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional. Hal ini
disebabkan pada pembelajaran Untuk mengetahui persentase siswa
kontekstual, guru tidak langsung yang tuntas dan tidak tuntas pada hasil
memberikan keseluruhan informasi posttest kemampuan berpikir kritis siswa
kepada siswa tetapi ada suatu kelas eksperimen dan kontrol, maka
pengalaman belajar yang terlebih dahulu dilakukan penilaian dengan memberikan
diberikan melalui komponen komponen kategori tidak tuntas terhadap siswa yang
pembelajaran kontekstual sehingga siswa memiliki nilai dibawah 70, sedangkan
lebih aktif di dalam kelas untuk kategori tuntas diberikan kepada siswa
menganalisis setiap informasi yang yang memiliki nilai di atas 70 sesuai
diterima oleh guru yang mengakibatkan dengan kriteria ketuntasan minimal.
pemberian penskoran pada setiap Berikut persentase hasil posttest
indikator tinggi sedangkan pada kemampuan berpikir kritis siswa pada
pembelajaran konvensional, siswa kurang pembelajaran kimia siswa kelas
aktif di dalam kelas yang diakibatkan eksperimen dan kontrol SMA Negeri 3
siswa hanya berpusat pada setiap Watansoppeng.
informasi yang diberikan oleh guru tanpa

Tabel 4. Persentase hasil posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
No Nilai Kategori
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
1. < 70 Tidak Tuntas 6 23,07 % 13 50 %
2. 70 Tuntas 20 76,92 % 13 50 %

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh 76,92 % sedangkan persentase hasil


persentase hasil belajar siswa yang diajar belajar siswa yang diajar dengan model
dengan pembelajaran kontekstual sebesar pembelajaran konvensional sebesar 50 %.

Jurnal Chemica Vo/. 13 Nomor 1 Juni 2012, 77 - 83


Pengaruh Model Pembelajaran Termokimia Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis 82
Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 3 Watansoppeng

Hal ini menunjukkan bahwa persentase yang sulit melakukan konstruktivis,


kelas eksperimen yang di ajar dengan inquiry, bertanya, refleksi, dan
pembelajaran kontekstual lebih tinggi pemodelan. Siswa lebih banyak
dibandingkan persentase kelas kontrol melakukan untuk komponen masyarakat
yang diajar dengan pembelajaran belajar. Komponen konstruktivis dapat
konvensional pada materi pokok dilihat melalui tercapaian indikator
termokimia. pertama berpikir kritis yaitu mengenal
B. Analisis Statistik Inferensial masalah, dan diperoleh hanya 3 orang
Uji prasyarat untuk uji normalitas (11,53%) siswa yang dapat mengenal
dengan menggunakan uji chi-kuadrat, masalah yang disajikan. Komponen
untuk kelas eksperimen ( XI IA 1) inquiry relevan dengan menganalisis
diperoleh nilai 2 hitung = 7,29 dan untuk data, diperoleh sebanyak 5 orang (15,38
kelas kontrol ( XI IA 2 ) diperoleh nilai %). Komponen refleksi relevan dengan
hitung = 1,63 sedangkan
2 2
tabel = 7,81. indikator mengenal adanya hubungan
Karena diperoleh nilai 2 hitung < 2 tabel, yang logis antar masalah, diperoleh
maka data yang berupa nilai hasil belajar sebanyak 5orang (15,38%). sedangkan
pada kelas eksperimen berdistribusi untuk komponen pemodelan relevan
normal. dengan menemukan cara-cara yang dapat
Uji prasyarat untuk uji homogenitas dipakai untuk menangani masalah,
dengan kriteria pengujian yaitu jika Fhitung diperoleh sebanyak 7 orang (26,92%).
< Ftabel, pada taraf taraf signifikan = Komponen bertanya relevan dengan
0,05 maka data yang diperoleh bersifat indikator menemukan cara-cara yang
homogen. Berdasarkan hasil pengolahan dapat dipakai untuk menangani masala-
data menggunakan uji F diperoleh F hitung masalah, diperoleh 5 orang (15,38%).
= 1,12 sedangkan F tabel= 1,92 dan taraf Sedangkan pada Komponen masyarakat
signifikansi ( )= 0,05. Kriteria pengujian belajar yang relevan dengan indikator
sampel homogen jika nilai F hitung < F tabel. mengumpulkan dan menyusun informasi
Oleh sebab itu, sampel dalam penelitian yang diperlukan diperoleh sebanyak 12
ini dinyatakan homogen. orang (46,13%).
Pengujian hipotesis dilakukan Total perolehan indikator berpikir
dengan menggunakan uji-t dan diperoleh kritis pada kelas eksperimen sebesar
thitung= 4,88 dan nilai ttabel pada = 0,05, 67,4%, sedangkan pada kelas kontrol
dk= 50 adalah 1,68. Kriteria pengujian H0 sebesar 54,94%. Dengan kata lain bahwa
ditolak jika nilai thitung > ttabel dan H1 kemampuan berpikir siswa kelas
diterima. Berdasarkan hasil pengolahan eksperimen lebih tinggi dari pada siswa
data, diperoleh thitung>ttabel maka H0 kelas kontrol. Perbandingan yang dapat
ditolak dan H1 diterima.. Hasil di atas diperlihatkan terhadap ketuntasan belajar
menunjukkan bahwa model pembelajaran untuk kelas eksperimen mencapai
kontekstual berpengaruh positif terhadap 72,96%, kelas kontrol sebesar 59%.
kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI Artinya bahwa pembelajaran kontekstual
IA SMA Negeri 3 Watansoppeng. memberi pengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis sehingga hasil belajar
PEMBAHASAN termokimia siswa SMA Negeri 3
Berdasarkan ketujuh komponen Watansoppeng juga mengalami kenaikan
kontekstual, untuk kelas eksperimen yang signifikans. Namun demikian, ada
ditemukan bahwa masih banyak siswa 27,04% siswa yang tidak tuntas terutama

Jurnal Chemica Vo/. 13 Nomor 1 Juni 2012, 77 - 83


Pengaruh Model Pembelajaran Termokimia Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis 83
Siswa Kelas XI IA SMA Negeri 3 Watansoppeng

pada indikator menjelaskan Kontekstual.Tesis PPS UPI Bandung.


macampmacam perubahan entalpi Ruminten,A. Harnanto. KIMIA Untuk
standar, menghitung perubahan entalpi Kelas XI SMA. Jakarta: Pusat
menggunakan kalori metern dan perbukuan Departemen Pendidikan
menghitung perubahan entalpi melalui Nasional.
hukum Hess. Namun pada kelas kontrol, Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan
capaian hasil belajar siswa sebesar 50%, Makna Pembelajaran. Bandung:
hanya dipengaruhi oleh kemampuan Alfabeta.
berpikir yang alamiah (tanpa pemberian Subana. 2000. Statistik Pendidikan.
model pembelajaran kontekstual). Bandung: Pustaka Setia
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
SIMPULAN Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Berdasarkan hasil penelitian dan Suprapto. 2007. Menggunakan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa Kemampuan Berpikir Untuk
model pembelajaran kontekstual Meningkatkan Mutu Pembelajaran. 20
berpengaruh positif terhadap kemampuan Mei 2010. http://
berpikir kritis siswa kelas XI SMA supraptojielwongsolo.wordpress.com.
Negeri 3 Watansoppeng. Sunardi. 2010. Kimia Bilingual Untuk
SMA/MA. Jakarta: Yrama Widya.
DAFTAR PUSTAKA Sunarya. Mudah dan Aktif Belajar Kimia
Daryanto,dkk. 2002. Konsep Untuk Kelas XI SMA/ MA. Jakarta:
Pembelajaran Kreatif. Yogyakarta: Pusat perbukuan Departemen
Gava Media. Pendidikan Nasional.
Emi, Emelia. 2007. Mengajarkan Trianto. 2010. Mendesain Model
Berpikir Kritis dalam Menulis. Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Dalam Jurnal Bahasa dan Sastra Surabaya: Kencana Predana Media
FPBS UPI, Vol 7 No.2 , Oktober 2007. Group.
Fisher, Alec. penerjemah Benyamin
Hadinata. 2009. Berpikir kritis sebuah
teori dan pengantar. Jakarta :
Erlangga.
Harnanto, Ari. 2009. Kimia Untuk Kelas
XI Sekolah Menengah Atas. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran
Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung: Refika Aditama.
Muslich, Masnur. 2011. Authentic
Assessment : Penilaian Berbasis Kelas
dan Kompetensi. Bandung : Refika
Aditama
Rohayati,A.(2005).Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Dalam Matematika Melalui
Pembelajaran dengan Pendekatan

Jurnal Chemica Vo/. 13 Nomor 1 Juni 2012, 77 - 83

Anda mungkin juga menyukai