Neraca Air Bakorluh PDF
Neraca Air Bakorluh PDF
M. Anang Firmansyah 2)
Pendahuluan
Hingga kini telah banyak data-data iklim yang umum seperti curah hujan dan
hari hujan tersedia di setiap kantor BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) ataupun UPTD
(Unit Pelaksana Teknis Dinas). Hal itu dapat dibuktikan dari terpasangnya alat
penangkar hujan dan juga koleksi data jumlah curah hujan dan hari hujan oleh
bulan basah, bulan lembab, ataupun bulan kering. Padahal, data tersebut dapat
dimanfaatkan lebih jauh untuk menyusun dan mengetahui neraca air diwilayah
tersebut.
Perubahan iklim global menyadarkan kepada kita semua betapa faktor iklim
seoptimal mungkin dan akan lebih mempertegas strategi dan alternatif penggunaan
pola tanam dan jenis tanaman yang lebih tepat dan spesifik lokasi melalui
Data iklim yang digunakan dalam neraca air antara lain jumlah curah hujan
yang dapat diperoleh pada setiap kantor BPP/UPTD, suhu udara yang umumnya
didapat dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika, kadar air tanah pada Kapasitas
Lapang dan Titik Layu Permanen yang didapat dari analisis laboratorium.
--------------------------------
1. Makalah disampaikan pada Pelatihan Agribisnis Pertanian untuk Analisis Iklim diselenggarakan
Balai Besar Pelatihan Binuang, Kalimantan Selatan bekerjasama dengan Badan Koordinasi
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah di Hotel Sahid Jaya,
Palangka Raya pada tanggal 1 7 Desember 2010.
2. Peneliti Muda pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah,
Jl. G. Obos Km 5 Palangka Raya 73111.
analisis neraca air merujuk pada Thornhwaite and Matter (1957) dengan data iklim
pemahaman menyusun dan menganalisa neraca air oleh para penyuluh di masing-
masing wilayah binaan, maka diharapkan strategi untuk memilih pola tanaman dan
Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air
disuatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat untuk mengetahui jumlah air
Manfaat secara umum yang dapat diperoleh dari analisis neraca air antara
lain:
serta saluran-salurannya. Hal ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat
2. Sebagai dasar pembuatan saluran drainase dan teknik pengendalian banjir. Hal
ini terjadi jika hasil analisis neraca air didapat banyak bulan-bulan yang surplus
air.
3. Sebagai dasar pemanfaatan air alam untuk berbagai keperluan pertanian seperti
Model neraca air cukup banyak, namun yang biasa dikenal terdiri dari tiga
1. Model Neraca Air Umum. Model ini menggunakan data-data klimatologis dan
hujan melebihi kehilangan air untuk penguapan dari permukaan tanah atau
klimatologis dengan data-data tanah terutama data kadar air pada Kapasitas
Lapang (KL), kadar air tanah pada Titik Layu Permanen (TLP), dan Air
terhadap gaya tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan tanah tersebut akan
lama makin kering. Pada suatu saat akar tanaman tidak lagi mampu
kapasitas lapang diukur pada tegangan 1/3 bar atau 33 kPa atau pF 2,53
b. Titik layu permanen adalah kondisi kadar air tanah dimana akar-kar
tanaman tidak mampu lagi menyerap air tanah, sehingga tanaman layu.
Tanaman akan tetap layu pada siang atau malam hari. Kandungan air
pada titik layu permanen diukur pada tegangan 15 bar atau 1.500 kPa atau
c. Air tersedia adalah banyaknya air yang tersedia bagi tanaman yaitu selisih
klimatologis, data tanah, dan data tanaman. Neraca air ini dibuat untuk tujuan
khusus pada jenis tanaman tertentu. Data tanaman yang digunakan adalah data
Model neraca air dalam makalah pelatihan ini dipilihkan yang paling
sederhana, dari banyak model-model dugaan komponen neraca air yang ada. Model
Thornthwaite dan Matter (1957) merupakan model cukup populer, selain itu dikenal
Sebelum memahami lebih rinci tentang metode ini, ada baiknya kita
mengenal dulu dasar-dasar penggunaan nilai tengah atau perata-rataan data iklim
yang akan digunakan. Dua cara sederhana untuk mendapatkan data nilai tengah data
a. Data nilai tengah atau rata-rata curah hujan di bulan Januari berdasarkan
rataan aritmetika untuk data 11 tahun (1994 20043) untuk Muara Teweh
(Tabel 1):
bulan januari dari tahun 1994 hingga 2004 yaitu (311mm + ... + 365mm) / 11
curah hujan selama 11 tahun (1994 -2004) lokasi Muara Teweh (Tabel 2):
peluang curah hujan bulan Januari sebesar 392 mm tahun depan sulit
bahwa curah hujan yang digunakan adalah pada ranking 8 dan 9. Nilai
curah hujan pada ranking tersebut dijumlahkan dan dibagi 2 atau (216 mm
diperoleh curah hujan yang lebih besar, sedangkan dengan peluang kejadian
disusun berurutan agar dapat diikuti dan mudah dipahami peserta pelatihan (Tabel
3). Data iklim yaitu suhu udara (1998-2007) dan curah hujan (1998-2007)
digunakan dari Kota Palangka Raya, sedangkan data tanah Podzolik Merah Kuning
dari UPT Bereng Belawan SP2 Kecamatan Manuhing, Kabupaten Gunung Mas.
Kandungan air kedalaman 60 cm pada Kapasitas Lapang = 186,9 mm, Titik Layu
Permanen = 79,2, WHC atau KAT = 186,9 79,2 = 107,7 mm. Koordinat Palangka
Raya pada 2oLS dan 114oBT . Tabel isian untuk menyusun Neraca air dapat dilihat
pada Tabel 4.
Data-data tentang besarnya KL dan TLP pada berbagai jenis tanah yang telah
diteliti penulis dapat dijadikan rujukan sementara jika data-data tanah di lokasi tugas
penyuluh belum tersedia. Gunakan data-data kadar air tanah pada kedalaman 0 - 30
mengisi KAT untuk tanah yang relatif sama dengan tanah dilokasi penyuluh bertugas
(Tabel 5).
Langkah Uraian
1 Data Suhu. Masukkan data suhu udara rata-rata bulanan dalam satu
tahun, yang dihitung dari data jangka panjang, misalnya selama 10 tahun.
2 Indeks Panas (I). Masukkan data indeks panas mengacu pada Lampiran
Tabel 2. Di Tabel ini terlihat kolom kiri menunjukkan suhu udara dan
lajur atas menunjukkan desimal suhu udara. Contoh: bulan januari suhu
mencapai 27,3oC, maka di Tabel 2 kolom paling kiri dicari suhu
27sedangkan angka desimalnya yaitu 0,3 dicari dari lajur atas, keduanya
dipotongkan dan akan didapat 13,07. Langkah ini dilanjutkan hingga
bulan Desember yang memiliki suhu udara 27,2oC dengan I = 12,99.
3 ETP harian belum disesuaikan (ETP Unadj). Gunakan Lampiran Tabel 5
untuk suhu udara > 26,5oCuntuk seluruh indikasi indeks panas. Caranya
dengan seperti langkah ke-2 diatas. Contoh: bulan Januari suhu 27,3oC
maka besarnya ETP harian belum disesuaikan sebesar 4,7, lanjutkan
hingga bulan desember yang akan diperoleh besarnya ETP unadj 4,6.
4 ETP disesuaikan (ETP adj.). pada langkah 4 ini terbagi 2 sub langkah:
a. Mencari faktor koreksi. Gunakan Lampiran Tabel 7 untuk bumi
belahan selatan, guna mengetahui faktor koreksi ETP yang
disesuaikan. Pada Lampiran Tabel 7 ini terlihat derajat kintang
selatan di kolom kiri dan lajur atas menunjukkan bulan dalam setahun.
Posisi Palangka Raya ada 2oLS maka pada bulan Januari diperoleh
angka 31,5, dan seterusnya hingga bulan Desember diperoleh angka
31,5.
b. Menetapkan ETP disesuaikan (ETP adj). Cara mencarinya adalah
dengan mengalikan antara ETP unadj dan faktor koreksi. Contoh:
bulan Januari ETP unand. Sebesar 4,7 dikalikan faktor koreksinya
pada bulan Januari 31,5 maka diperoleh angka 148,5. Lakukan
penghitungan hinga bulan Desember.
5 Memasukkan data curah hujan. Data curah hujan jangka panjang dapat
digunakan nilai rataan aritmatika ataupun nilai peluang kejadian (P>75).
Masukkan data tersebut dari bulan Januari hingga Desember.
6 CH - ETP adj. Langkah ini adalah mengurangkan jumlah CH (Curah
Hujan) bulan tertentu dengan ETP adj. Pada bulan yang sama. Jika
didapat nilai positif (+) maka kondisi surplus air, namun jika diperoleh
hasil negatif (-) maka kondisi defisit air.
7 Kehilangan air potensial terakumulasi (APWL). Menghitung secara
akumulasi dari hasil negatif antara CH-ETP adj. Dari bulan ke bulan.
Contoh: bulan Juli terdapat defisit -42,64, pada bulan Agustus defisit
bertambah (-42,64 + (-65,64)) menjadi -108,28 dan seterusnya hingga
bulan September akan didapat defisit -145,69 mm.
8 KAT atau WHC. Masukkan data KL-TLP = WHC, maka diperoleh
107,7. Gunakan Lampiran Tabel 26 yang menunjukkan WHC 100 mm
mendekati WHC tanah di Gunung Mas. Isilah bulan-bulan surplus
dengan nilai WHC yaitu 107,7, namun pada bulan defisit maka lihat
Lampiran Tabel 26. Contoh pada bulan Juli terjadi defisit, maka lihat
APWL bulan Juli sebesar 42,64. Carilah ETP adj atau (PE) pada Tabel
26 kolom paling kiri pada posisi 40 dan pada lajur atas pada posisi 2
maka perpotongan tersebut diperoleh angka 65. Begitu seterusnya hingga
bulan defisit habis. Bulan Oktober kondisi surplus maka diisi oleh WHC.
9 KAT. Hitunglah perubahan KAT dari bulan kebulan, yaitu mengurangi
bulan ini dengan bulan sebelumnya. Contoh pada bulan Juli KAT =
KAT bulan Juli KAT Juni atau 65-107,7 = -343 Sedangkan pada bulan
Oktober terjadi + 85, dan bulan Nopember diisi dengan 0 karena telah
mencapai nilai KAT.
10 ET Aktual. ETA pada bulan-bulan dimana CH> ETP adj. Nilainya sama
dengan nilai ETP adj. Namun pada bulan dimana CH<ETP adj. Maka
ETA dicari dengan menambahkan CH bulan tertentu dengan nilai mutlak
KAT pada bulan yang sama. Contoh: bulan Juli CH<ETP adj., maka
nilai ETP aktual Juli = CH Juli + [ KAT] = 104 + [-43]= 147 mm.
11 Defisit (D). Kondisi bulan dimana ETP adj. dan ETA berbeda pada
bulan-bulan defisit. Contoh Bulan Agustus ETP adj ETA = 146,64
113 = 34.
12 Surplus (S). Kondisi bulan dimana CH>ETP adj. Sehingga nilai sama
dengan bila CH ETP adj. Contoh bulan Januari kondisi Surplus = CH-
ETP Adj. = 137,95.
13 Run off (aliran permukaan). Menunjukkan besarnya air yang mengalir
dipermukaan tanah. Menghitungnya untuk bulan Januari atau Ro1 = 50%
x S1 Januari = 69; Pebruari Ro2 = (50%x50%xS1 Januari) + (50%xS2
Pebruari); Maret Ro3= (50%x50%x50%xS1 Januari) + (50%x50%xS2
Pebruari) + (50%xS3 Maret), dan seterusnya hingga Ro12 atau Ro bulan
Desember.
Tabel 4. Langkah Analisis Neraca Air Thornwhite and Matter 1957 untuk Kalimantan Tengah Bagian Tengah
No. Unsur Iklim Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nop Des
1 Suhu (T) oC 27,3 27,4 27,4 27,8 27,9 27,4 27,2 27,1 27,4 27,4 27,0 27,2
2 Indeks Panas (I) 13,07 13,14 13,14 13,43 13,50 13,14 12,99 12,92 13,14 13,14 12,85 12,99
3 ETP unandj. 4,7 4,8 4,7 4,9 4,9 4,7 4,7 4,7 4,7 4,7 4,6 4,7
4a FK ETP adj. 31,5 28,2 31,2 30,3 30,9 30,0 31,2 31,2 30,3 31,2 30,6 31,5
4b ETP adj 148,05 135,36 146,64 148,47 151,41 141,00 146,64 146,64 142,41 146,64 140,76 148,05
5 Curah Hujan (CH) 286 235 319 326 331 189 104 81 105 245 354 311
6 CH ETP adj. 137,95 99,64 172,36 177,53 179,59 48,00 -42,64 -65,64 -37,41 98,36 213,24 162,95
7 APWL -42,64 -108,28 -145,69
8 KAT 107,7 107,7 107,7 107,7 107,7 107,7 65 33 23 107,7 107,7 107,7
9 KAT 0 0 0 0 0 0 -43 -32 -10 85 0 0
10 ETA 148,05 135,36 146,64 148,47 151,41 141,00 147,00 113,00 115,00 146,64 140,76 148,05
11 Defisit (D) 0 0 0 0 0 0 0 34,00 27,00 0 0 0
12 Surplus (S) 137,95 99,64 172,36 177,53 179,59 48,00 0 0 0 98,36 213,24 162,95
13 Run Off (Ro) 69,0 120,7
Tabel 5. Kadar Air pada Kapasitas Lapang (KL) dan Titik Layu Permanen (TLP)
Di Berbagai Jenis dan Kedalaman Tanah di Kalimantan Tengah
10
Setelah neraca air tersusun, maka perlu kita interpretasi. Untuk neraca air
umum cukup digunakan langkah 1 hingga langkah 6 (Gambar 1), sedangkan untuk
neraca air lahan digunakan seluruh langkah dari 1 13, (Gambar 2 dan Gambar 3)
dan untuk neraca air tanaman perlu ditambahi satu langkah yaitu langkah 4 dikalikan
faktor koefisien tanaman (kc) yang digunakan atau ETP adj X Kc. Nilai kc dapat
Defisit
Gambar 1. Grafik Neraca air Umum Wilayah Kalimantan Tengah bagian tengah
Pemakaianairtanah
11
Daftar Pustaka
Thornthwaite, C.W., and J.P. Matter. 1957. Instruction and tables for computing
potensial evapotranspiration and te water balance. Drexel Institute of
Climatology. New Jersey. 401p.
12