1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa itu termoregulasi
Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya termoregulasi
Untuk mengetahui askep klien terhdap gangguan
termoregulasi
1.4 Manfaat
Kita dapat mengetahui apa itu termoregulasi
Kita dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya termoregulasi
Kita dapat mengetahui askep klien terhdap gangguan
termoregulasi
BAB II
PEMBAHASAN
b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam
pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan
peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis
olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya
meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti
lari jaak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara
sampai 41 C.
c. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang
lebih besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama
siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.
Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara bertahap
selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah,
suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh
yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Perubahan
suhu juga terjadi pada wanita menopause. Wanita yang sudah
berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan
berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut
karena kontrol vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan
vasodilatasi dan vasokontriksi (Bobak, 1993)
d. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 C sampai 1 C
selama periode 24 jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama
stabil pada manusia. Suhu tubuh paling rendah biasanya
antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari suhu
tubuh naik, sampai seitar pukul 18:00 dan kemudian turun
seperti pada dini hari. Penting diketahui, pola suhu tidak
secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari dan
tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran
itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah
sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh
adalah dini hari pada lansia (lenz,1984)
e. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui
stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi
tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat masuk
rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat
lebih tinggi dari normal
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji
dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu
meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan
suhu tubuh akan naik. Jika kien berada di lingkungan tanpa
baju hangat, suhu tubh mungkin rendah karena penyebaran yang
efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan
lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena
mekaisme suhu mereka kurang efisien.
Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi
set point hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan
dengan produksi panas yang berlebihan, pengeluaran panas
yang berlebihan, produksi panas minimal. Pengeluaran panas
minimal atau setiap gabungan dari perubahan tersebut. Sifat
perubahan tersebut mempengauhi masalah klinis yang dialami
klien.
a. Demam
Demam atau hiperpireksia terjadi karena mekanisme
pengeluara panas tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan
pengeluaran kelebihan produksi panas, yang mengakibatkan
peningkatan suhu tubuh abnormal. Tingkat ketika demam
mengancamkesehatan seringkali merupkan sumber yang
diperdebatkan di antara pemberi perawatan kesehatan. Demam
biasanya tidak berbahaya jika berada pada suhu dibawah 39
C. Pembacaan suhu tunggal mungkin tidak menandakan demam.
Davis dan lentz (1989) merekomendasikan untuk menentukan
demam berdasarkan beberapa pembacaan suhu dalam waktu yang
berbeda pada satu hari dibandingkan dengan suhu normal
tersebut pada waktu yang sama, di samping terhadap tanda
vital dan gejala infeksi. Demam sebenarnya merupakan akibat
dari perubahan set point hipotalamus.
c. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan
produksi panas adalah hipertermia. Setiap penyakit
atautrauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah kondisi
bawaan tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi
ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anestetik
tertentu.
d. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau
lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas. Kondisi ini disebutheatstroke,
kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yg
tinggi. Klien berisiko termasuk yang masih sangat muda atau
sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular,
hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang juga termasuk
beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang menurunkan
kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis. Fenotiasin,
antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor
beta- adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga
atau kerja yang berat (mis. Atlet, pekerja kontruksi dan
petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang,
konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan
visual, dan bahkan inkotinensia. Tanda yang paling dari
heatstroke adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn
elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus.
Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,5 C
mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ
tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang
setinggi 45 C, takikardia dan hipotensi. Otak mungkin
merupakan organ yang terlebih dahulu terkena karena
sensitivitasnyaterhdap ketidakseimbangan elektrolit. Jika
kondisi terus berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil
tidak reaktif. Terjadi kerusakan nourologis yang permanen
kecuali jika tindakan pendinginan segera dimulai.
e. hipotermia
pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap
dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas,
mengakibatkan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan
melalui pengukuran suhu inti. Hal tersebut dapat terjadi
kebetulan atau tidak sengaja selama prosedur bedah untuk
mengurangi kebutuhan metabolik dan kebutuhan tubuh terhada
oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur
dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh
turun menjadi 35 C, klien menglami gemetar yang tidak
terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menila.
Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 C, frekuensi jantung,
pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.
c. Perencanaan
Klien yang beresiko mengalami perubahan suhu membutuhkan
rencana perawatan individu yang ditunjukkan dengan
mempertahankan normotermia dan mengurangi faktor resiko.
Hasil yang diharapkan ditetapkan untuk menentukan kemajuan
ke arah kembalinya suhu tubuh ke batas normal. Rencana
perawatan bagi klien dengan perubahan suhu yang aktual
berfokus pada pemulihan normotermia, meminimalkan komplikasi
dan meningkatkan kenyamanan. (lihat rencana keperawatan)
d. Implementasi
diagnosa implementasi
Hipertermia yang berhubungan dengan prosesMemantau keadaan klien
infeksi Memberikan asetaminofel
Mengukur suhu klien
e. Evaluasi
Semua intervensi keperawatan dievaluasi dengan
membandingkan respon aktual klien terhadap hasil yang
diharapkan dari rencana perawatan.hal ini menunjukkan apakah
tujuan keperawatan telah terpenuhi atau apakah dibutuhkan
revisi terhadap rencana.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh
manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan
panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara
konstan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
termoregulasi yaitu : usia, olahraga, kadar hormon, irama
sirkadian, stres, lingkungan.
Askep klien dengan gangguan termoregulasi dapat ditinjau
dari pengkajian, perencanaan, diagnosa, implementasi , dan
evaluasi.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan di atas saran yang dapat di ambil
yaitu dalam melakukan sebuah tindakan asupan keperawan
diperlukan ketepatan dan dalam pemilihan alat seperti
termometer pada saat mengukur suhu harus sesuai dengan
fungsinya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
HIPOTERMIA
A.DEFINISI HIPOTERMIA
Terlalu lama kedinginan, khususnya dalam cuaca berangin dan hujan, dapatmenyebabkan
mekanisme pemanasan tubuh terganggu sehingga menyebabkan penyakitkronis. Hipotermia
adalah suatu keadaan dimana tubuh merasa sangat kedinginan. Setelahpanas dipermukaan
tubuh hilang maka akan terjadi pendinginan pada jaringan dalam danorgan tubuh.Kedinginan
yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku, pembuluh darahdapat mengerut dan
memutus aliran darah ke telinga, hidung, jari dan kaki. Dalam kondisiyang parah mungkin
korban menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi.Udara dingin yang basah
disertai angin yang bertiup kencang, seringkali dijumpaipara pendaki ketika melakukan
pendakian gunung. Tidak jarang badai dan hujan lebatmenyertai hawa dingin. Malam yang
cerah seringkali membuat udara semakin dingin danberembun. Di puncak musim kemarau
justru di sekitar puncak gunung seringkali munculkristal-kristal es yang menempel pada
daun-daunan dan bunga edelweis. Pakaian yangbasah, kaos kaki yang basah semakin
menambah dinginnya badan. Keadaan akan semakinparah bila pendaki tidak memperhatikan
makanan sehingga tubuh tidak memperoleh energiuntuk memanaskan badan. Dinginnya
udara seringkali membuat perut kembung sehinggaenggan untuk makan, kecuali memang
kehabisan makanan.Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan
suhu inti(suhu organ dalam).
Accidental hypothermia
terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga <35c.>
B.PENYEBAB HIPOTERMIA
Penyebab Hipotermi, yaitu:
1.Yng pasti, ada kontak dengan lingkungan yang dingin.
2.Adanya gangguan atau penyakit yang diderita.
3.Penggunaan obat-obatan (alcohol, barbiturate, phenothiazine, insulin, steroid,-blocker.
4.Sepsis, hipotiroid, radang pancreas