Anda di halaman 1dari 14

Termoregulasi

Diposkan oleh Udayati Made


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pengukuran yang paling sering dilakukan adalah pengukuran
suhu, nadi, tekanan darah, frekuensi pernafasan, dan
saturasi oksigen. Sebagai indikator dari status kesehatan,
ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan sirkulasi,
respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh. Karena sangat
penting maka disebut tnda vital. Banyak faktor seperti suhu
lingkungan, latihan fisik, dan efek sakit yang menyebabkan
perubahan tanda vital, kadang-kadang di luar batas normal.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Untuk
mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan,
diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur
dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan
oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus.

1.2 Rumusan masalah


Apakah yang dimaksud dengan termoregulasi?
Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
termoregulasi?
Bagaimanakah askep klien terhadap gangguan termoregulasi?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa itu termoregulasi
Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya termoregulasi
Untuk mengetahui askep klien terhdap gangguan
termoregulasi

1.4 Manfaat
Kita dapat mengetahui apa itu termoregulasi
Kita dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya termoregulasi
Kita dapat mengetahui askep klien terhdap gangguan
termoregulasi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Termoregulasi


Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh
manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan
panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara
konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme
fisiologis dan prilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan
berada dalam batasan normal, hubungan antara prodksi panas
dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan
diregulasi melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskular.
Perawat menerapkan pengetahuan mekanisme kontrol suhu untuk
meningkatkan regulasi suhu.
Hipotalamus yang terletak antara hemisfer serebral,
mengontror suhu tubuh sebagaimana kerja termostat dalam
rumah. Hipotalamus merasakan perubahan ringan pada suhu
tubuh. Hipotalamus anterior mengontror pengeluaran panas,
dan hipotalamus posterior mengontror produksi panas.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi termoregulasi


Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Perubahan
pada suhu tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan
antara produksi panas dan kehilangan panas diganggu oleh
variabel fisiologis atau prilaku. Berikut adalah faktor yang
mempengarui suhu tubuh :
a. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang
hangat, yang relatif konstan, masuk dalam lingkungan yang
suhunya berfluktuasi dengan cepat.suhu tubuh bayi dapat
berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan.
Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya
melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup
kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung
dari ingkungan yang ektrem, suhu tubuh bayi dipertahankan
pada 35,5 C sampai 39,5C. Produksi panas akan meningkat
seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki anak-anak.
Perbedaan secara individu 0,25C sampai 0,55 C adalah
normal (Whaley and Wong, 1995).
Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu
normal turun secara berangsur sanpai seseorang mendekati
masa lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh lebih
sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35 C tidak lazim
pada lansia dalam cuaca dingin. Nmun rentang shu tubuh pada
lansia sekitar 36 C. Lansia terutama sensitif terhadap suhu
yang ektrem karena kemunduran mekanisme kontrol, terutama
pada kontrol vasomotor ( kontrol vasokonstriksi dan
vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan
aktivitas kelenjr keringat dan penurunan metabolisme.

b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam
pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan
peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis
olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya
meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti
lari jaak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara
sampai 41 C.

c. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang
lebih besar dibandingkan pria. Variasi hormonal selama
siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.
Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara bertahap
selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah,
suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh
yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi. Perubahan
suhu juga terjadi pada wanita menopause. Wanita yang sudah
berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan
berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut
karena kontrol vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan
vasodilatasi dan vasokontriksi (Bobak, 1993)

d. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 C sampai 1 C
selama periode 24 jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama
stabil pada manusia. Suhu tubuh paling rendah biasanya
antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari suhu
tubuh naik, sampai seitar pukul 18:00 dan kemudian turun
seperti pada dini hari. Penting diketahui, pola suhu tidak
secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari dan
tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran
itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah
sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh
adalah dini hari pada lansia (lenz,1984)

e. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui
stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi
tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat masuk
rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat
lebih tinggi dari normal

f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji
dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu
meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan
suhu tubuh akan naik. Jika kien berada di lingkungan tanpa
baju hangat, suhu tubh mungkin rendah karena penyebaran yang
efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan
lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena
mekaisme suhu mereka kurang efisien.

Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi
set point hipotalamus. Perubahan ini dapat berhubungan
dengan produksi panas yang berlebihan, pengeluaran panas
yang berlebihan, produksi panas minimal. Pengeluaran panas
minimal atau setiap gabungan dari perubahan tersebut. Sifat
perubahan tersebut mempengauhi masalah klinis yang dialami
klien.
a. Demam
Demam atau hiperpireksia terjadi karena mekanisme
pengeluara panas tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan
pengeluaran kelebihan produksi panas, yang mengakibatkan
peningkatan suhu tubuh abnormal. Tingkat ketika demam
mengancamkesehatan seringkali merupkan sumber yang
diperdebatkan di antara pemberi perawatan kesehatan. Demam
biasanya tidak berbahaya jika berada pada suhu dibawah 39
C. Pembacaan suhu tunggal mungkin tidak menandakan demam.
Davis dan lentz (1989) merekomendasikan untuk menentukan
demam berdasarkan beberapa pembacaan suhu dalam waktu yang
berbeda pada satu hari dibandingkan dengan suhu normal
tersebut pada waktu yang sama, di samping terhadap tanda
vital dan gejala infeksi. Demam sebenarnya merupakan akibat
dari perubahan set point hipotalamus.

b. Kelelahan akibat panas


Kelelehan akibat panas terjadi bila diaforesis yang
banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebih. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas.
Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum
selama kelelehan akibat panas. Tindakan pertama yaitu
memindahkan klien ke lingkungan yg lebih dingin serta
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.

c. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan
produksi panas adalah hipertermia. Setiap penyakit
atautrauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah kondisi
bawaan tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi
ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anestetik
tertentu.
d. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau
lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas. Kondisi ini disebutheatstroke,
kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yg
tinggi. Klien berisiko termasuk yang masih sangat muda atau
sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular,
hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang juga termasuk
beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang menurunkan
kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis. Fenotiasin,
antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor
beta- adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga
atau kerja yang berat (mis. Atlet, pekerja kontruksi dan
petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang,
konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan
visual, dan bahkan inkotinensia. Tanda yang paling dari
heatstroke adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn
elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus.
Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,5 C
mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ
tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang
setinggi 45 C, takikardia dan hipotensi. Otak mungkin
merupakan organ yang terlebih dahulu terkena karena
sensitivitasnyaterhdap ketidakseimbangan elektrolit. Jika
kondisi terus berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil
tidak reaktif. Terjadi kerusakan nourologis yang permanen
kecuali jika tindakan pendinginan segera dimulai.

e. hipotermia
pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap
dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas,
mengakibatkan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan
melalui pengukuran suhu inti. Hal tersebut dapat terjadi
kebetulan atau tidak sengaja selama prosedur bedah untuk
mengurangi kebutuhan metabolik dan kebutuhan tubuh terhada
oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur
dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh
turun menjadi 35 C, klien menglami gemetar yang tidak
terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menila.
Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 C, frekuensi jantung,
pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.

2.3 Askep klien dengan gangguan termoregulasi


Perubahan fisiologi tentang regulasi suhu tubuh membantu
perawat untuk mengkaji respons klien terhadap gangguan tubuh
dan dapat dilakukan tindakan secara aman. Tindakan mandiri
dapat meningkatkan kenyamanan. Tindakan ini menambah efek
terapi pengobatan selama sakit. Banyak tindakan yang juga
dapat diajarkan kepada anggota keluarga, orang tua anak atau
pemberi perawatan lain.
a. Pengkajian
o Tempat
Ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan permukaan
tubuh. Suhu inti dari arteri paru, esofagus dan kandung
kemih digunakan untuk perawatan intensif. Pengukuran ini
membutuhkan peralatan yang di psang invasif secara terus-
menerus dalam rongga atau organ tubuh. Peralatan ini haus
memiliki pembacaan akurat yang secara cepet dan terus-
menerus menunjukkan pembacaan pada monitor elektronik.
Tempat yang paling sering digunakan untuk pengukuran
suhu ini juga invasif tetapi dapat digunakan secara
intermiten. Termasuk membran timpani, mulut rektum dan
aksila. Lapisan termometer noninvasif yang disiapkan secara
kimia juga dapat digunkan pada kulit. Tempat pengukuran
seperti oral, rektal, aksila dan kulit menghandalkan
sirkulasi efektif darah pada tempat pengukuran.panas dari
darah di alirkan ke alat termometer. Suhu timpani
mengandalkan radiasi panas tubuh erhadap sensor inframerah.
Karena suplai darah arteri membran timpani dianggap sebagai
suhu inti.
Untuk memastikan bacaan suhu yang akurat, setiap tempat
harus diukur dengan akurat. Variasi suhu yang didapatkan
bergantung pada tempat pengukuran, tetapi harus antara 36 C
dan 38 C. Walaupun temuan riset dari banyak dari banyak
didapati pertentangan; secara umum diterima bahwa suhu
rektal biasanya 0,5 C lebih tinggi dari suhu oraldan suhu
aksila 0,5 C lebih rendah dari suhu oral. Setiap tempat
pengukuran tersebut memiliki keuntungan dan kerugian.
Perawat memilih tempat yang paling aman dan akurat untuk
pasien. Perlu dilakukan pengukuran pada tempat yang sama
bila pengukuran tersebut di ulang.
o Termometer
Ada tiga jenis termometer yang digunakan untuk menentukan
suhu tubuh adalah air raksa-kaca, elektronik dan sekali
pakai. Perawat bertanggung jawab untuk banyak menetahui dan
terampil dalam menggunakan alat ukur yang dipilih. Tingkat
pendidikan inservice dapat mempengaruhi keakuratan dan
reabilitas pembacaan suhu. Setiap alat pengukuran
menggunakan derajat celsius atau skala fahrenheit.
Termometer elektronik membuat perawat dapat mengonversi
skala dengan cara mngaktifkan tombol.
Termometer air raksa-kaca
Termometer air raksa-kaca adalah termometer yang paling
dikenal, telah digunakan sejak abad ke-15. termometer
tersebut terbuat dari kaca yang pada salah satu ujungnya
ditutup dan jung lainya dengan bentolan berisi air raksa.
Ada 3 jenis termometer kaca, yaitu oral ( ujungnya ramping),
stubby, dan rektal (ujungnya berbentuk buah pir). Ujung
termometer oral langsing, sehingga memungkinkan pentolan
lebih banyak terpapar pada pembuluh darah di dalam mulut.
Termometer oral biasanya memiliki ujung berwarna biru.
Termometer stubby biasanya lebih pendek dan lebih gemuk dari
pada jenis oral. Dapat digunakan mengukur suhu dimana saja.
Termometer rektar memiliki ujung yang tumpul atau runcing,
untuk mencegah trauma terhadap jaringan rektal pada saat
insersi. Termometer ini biasanya di kenali dengan ujung yang
berwarna merah. Keterlambatan waktu pencatatan dan dan mudah
pecah merupakan kerugian dari termometer air raksa-kaca.
Keuntungan dari termometer air raksa-kaca adalah harga
murah, mudah diperoleh, dan banyak tersedia.
Termometer elektronik
Termometer elektronik terdiri atas unit tampilan tenaga
batere yang dapat diisi ulang, kabel kawat yang tipis dan
alas yang memproses suhu yang dibungkus dengan kantung
plastik sekali pakai. Salah satu bentuk termometer
elektronik menggunakan alat seperti pensil. Probe tersendiri
yang anti pecah tersedia untuk oral dan rektal. Probe untuk
oral dapat juga digunakan untuk mengukur suhu di aksila.
Selama 20 sampai 50 detik dari insersi, pembacaan terlihat
pada unit tampilan tanda bunyi yang terdengar bila puncak
pembacaan suhu terukur.
Bentuk lain dari termometer elektronik digunakan secara
khusus untuk pengukuran timpanik. Spekulum otoskop dengan
ujung sensor inframerah mendeteksi penyebaran panas dari
membran timpani. Dalam 2 sampai 5 detik dari mulai
dimasukkan ke dalam kanal auditorius, hasilnya terlihat pada
layar. Tanda bunyi terdengar saat puncak bacaan suhu telah
tercapai.
Termometer sekai pakai
Termometer sekali pakai dan penggunaan tunggal berbentuk
strip kecil yang terbuat dari plastik dengan sensor suhu
pada salah satu ujungnya. Sensor tersebut terdiri atas
matrik dari lekukan seperti titik yang mengandung bahan
kimia yang larut dan berubah warna pada perbedaan suhu.
Digunakan untuk suhu oral dan aksila, terutama pada anak-
anak. Dipakai dengan cara yang sama dengan termometer aksila
dan digunakan hanya sekali. Waktu yang dibutuhkan untuk
menunjukkan suhu hanya 60 detik (Ericksonet al, 1996).
Termometer di ambil dan dibaca setelah sekitar 10 detik
supaya stabil.
Bentuk lain dari termometer sekali pakai adalah koyo
(patch) atau pita sensitif suhu. Digunakan pada dahi atau
abdomen, koyo akan berubah warna pada suhu yang berbeda.
Kedua jenis termometer sekali pakai ini berguna untuk
mengetahi suhu, khususnya pada bayi yang baru lahir.
b. Diagnosa keperawatan
Perawat mengkaji temuan pengkajian dan mengelompokkan
karateristik yang ditentukan untuk membuat diagnosa
keperawatan. Misalnya, pada peningkatan suhu tubuh, kulit
kemerahan, kulit hangat saat disentuh, dan takikardia
menandakan diagnosis, hipertermia. Diagnosis keperawatan
mengidentifikasi risiko klien terhadap perubahan suhu tubuh
atau perubahan suhu yang aktual. Jika klien memiliki faktor
resiko, perawat meminimalkan atau menghilangkan faktor yang
meningkatkan perubahan suhu. Pengkajian suhu di batas
normalmengarah pada diagnosa keperawatan.
Pada contohnya hipertermia, faktor yang berhubungan
dengan aktivitas yang berat akan menghasilkan intervensi
yang sangat berdeda daripada faktor yang berhubungan dengan
ketidakmampuan atau berkeringat.
Proses Diagnostik Keperawatan terhadap Termoregulasi
pengkajian Batasan karakteristik Diagnosa keperawatan
Ukur tanda vital, termasuk suhu,Peningkatan suhu tubuh diHipertermia yang
nadi, pernapasan atas batas normal berhubungan dengan
Takikardia proses infeksi
Takipnea
Palpasi kulit Kulit hangat
Observasi penampilan dan prilakuGelisah
klien saat berbicara danTampak kemerahan
istirahat

c. Perencanaan
Klien yang beresiko mengalami perubahan suhu membutuhkan
rencana perawatan individu yang ditunjukkan dengan
mempertahankan normotermia dan mengurangi faktor resiko.
Hasil yang diharapkan ditetapkan untuk menentukan kemajuan
ke arah kembalinya suhu tubuh ke batas normal. Rencana
perawatan bagi klien dengan perubahan suhu yang aktual
berfokus pada pemulihan normotermia, meminimalkan komplikasi
dan meningkatkan kenyamanan. (lihat rencana keperawatan)

Rencana asuhan keperawatan untuk hipertermia


Diagnosa keperawatan : hipertermia yang berhubungan dengan
proses infeksi
Definisi : hipertermia adalah kondisi ketika suhu tubuh
individu meningkat di atas batasan suhu normalnya.
tujuan Hasil yg intervensi rasional
diharapkan
Klien akan kembali ke
Suhu tubuh turun palingPertahankan suhuSuhu ruangan sekitar dapat
batasan suhu tubuh sedikit 1C setelah ruangan pada 21C meningkatkan suhu
normal pada 21/2 terapi (pada 19/2) kecuali jika klien tubuh. Namun
menggigil menggigil harus
dihindari karena
meningkatkan suhu
tubuh (Guyton, 1991)
Suhu tubuh tetap sama
antara 36C-38CBerikan asetaminofenAntiseptik menurunkan set
smpai paling sedikit sesuai program point
24 jam (pada 20/2) medik apabila suhu
Klien mampu lebih tinggi dari
beristirahat dengan 39C
tenang pada 21/2 Kurangi penutupPakaian yang basah atau
Klien mencapai rasa
ekternal pada tubuh terlalu basah mencegah
nyaman dan
klien . jaga supaya pengeluaran panas
istirahat pada 21/2
pakaian dan alas melalui radiasi,
tempat tidur tetap konveksi dan konduksi
kering

d. Implementasi
diagnosa implementasi
Hipertermia yang berhubungan dengan prosesMemantau keadaan klien
infeksi Memberikan asetaminofel
Mengukur suhu klien

e. Evaluasi
Semua intervensi keperawatan dievaluasi dengan
membandingkan respon aktual klien terhadap hasil yang
diharapkan dari rencana perawatan.hal ini menunjukkan apakah
tujuan keperawatan telah terpenuhi atau apakah dibutuhkan
revisi terhadap rencana.

Evaluasi interensi terhadap hipertermia


tujuan Tindakan evaluasi Hasil yang diharapkan
Suhu tubuh klien akan kembali ke
Pantau suhu tubuh setelah
Suhu tubuh paling sedikit 1C
batas normal intervensi setelah terapi
Suhu tubuh tetap berada antara
36C dan 38C selama paling
sedikit 24 jam pada 20/2
Klien menyatakan kepuasan
Klien mendapatkan rasa nyamanTanyakan apa yang dirasakan klien terhadap istirahat dan tidur
dan istirahat pada 21/2 meningkat
Klien dapat istirahat dan tidur
Observasi adanya kegelisahan,
dengan tenang.
kelemahan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh
manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan
panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara
konstan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
termoregulasi yaitu : usia, olahraga, kadar hormon, irama
sirkadian, stres, lingkungan.
Askep klien dengan gangguan termoregulasi dapat ditinjau
dari pengkajian, perencanaan, diagnosa, implementasi , dan
evaluasi.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan di atas saran yang dapat di ambil
yaitu dalam melakukan sebuah tindakan asupan keperawan
diperlukan ketepatan dan dalam pemilihan alat seperti
termometer pada saat mengukur suhu harus sesuai dengan
fungsinya masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Perry, A.G.& Potter, P.A.(1993). Fundamental of Nursing :


Consept, Prosess, and practice.
www.google.com/termoregulasi
HIPOTERMIA DAN HIPERTERMIA1.

HIPOTERMIA
A.DEFINISI HIPOTERMIA
Terlalu lama kedinginan, khususnya dalam cuaca berangin dan hujan, dapatmenyebabkan
mekanisme pemanasan tubuh terganggu sehingga menyebabkan penyakitkronis. Hipotermia
adalah suatu keadaan dimana tubuh merasa sangat kedinginan. Setelahpanas dipermukaan
tubuh hilang maka akan terjadi pendinginan pada jaringan dalam danorgan tubuh.Kedinginan
yang terlalu lama dapat menyebabkan tubuh beku, pembuluh darahdapat mengerut dan
memutus aliran darah ke telinga, hidung, jari dan kaki. Dalam kondisiyang parah mungkin
korban menderita ganggren (kemuyuh) dan perlu diamputasi.Udara dingin yang basah
disertai angin yang bertiup kencang, seringkali dijumpaipara pendaki ketika melakukan
pendakian gunung. Tidak jarang badai dan hujan lebatmenyertai hawa dingin. Malam yang
cerah seringkali membuat udara semakin dingin danberembun. Di puncak musim kemarau
justru di sekitar puncak gunung seringkali munculkristal-kristal es yang menempel pada
daun-daunan dan bunga edelweis. Pakaian yangbasah, kaos kaki yang basah semakin
menambah dinginnya badan. Keadaan akan semakinparah bila pendaki tidak memperhatikan
makanan sehingga tubuh tidak memperoleh energiuntuk memanaskan badan. Dinginnya
udara seringkali membuat perut kembung sehinggaenggan untuk makan, kecuali memang
kehabisan makanan.Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan
suhu inti(suhu organ dalam).

Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruhtubuh (


Edema Generalisata), menghilangnya reflex tubuh (areflexia), koma, hinggamenghilangnya
reaksi pupil mata. Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu
tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low readingtermometer)
sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakanawal penyakit
yang berakhir dengan kematian.

5Beberapa jenis hipotermia, yaitu:

Accidental hypothermia
terjadi ketika suhu tubuh inti menurun hingga <35c.>

Primary accidental hypothermia


merupakan hasil dari paparan langsung terhadapudara dingin pada orang yang sebelumnya
sehat.

Secondary accidental hypothermia


merupakan komplikasi gangguan sistemik (seluruh tubuh) yan serius. Kebanyakan terjadinya
sih di usim dingin (salju) dan iklimdingin.

B.PENYEBAB HIPOTERMIA
Penyebab Hipotermi, yaitu:
1.Yng pasti, ada kontak dengan lingkungan yang dingin.
2.Adanya gangguan atau penyakit yang diderita.
3.Penggunaan obat-obatan (alcohol, barbiturate, phenothiazine, insulin, steroid,-blocker.
4.Sepsis, hipotiroid, radang pancreas

C.GEJALA HIPOTERMIAGejala dan Indikasi Penyakit Hipotermia


Gejala awal hipotermia apabila suhu < 36 0C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin.Bila
seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang(suhu
320C<360C).Gigi gemeretakan, merasa sangat letih dan mengantuk yang sangat luar
biasa.Selanjutnya pandangan mulai menjadi kabur, kesigapan mental dan fisik
menjadilamban.
Bila tubuh korban basah, maka serangan hiportemia akan semakin cepat dan hebat.Selain
itu bila angin bertiup kencang, maka pendaki akan cepat sekali kehilangan panastubuhnya
(faktor wind cill). Jadi kalau badan basah kuyub kehujanan dan anginbertiup kencang,
maka potensi hipotermia menjadi paradoxical feeling of warmt akansemakin cepat terjadi.

Anda mungkin juga menyukai