PERSEPSI PENDERITA STROKE YANG MENGALAMI KECACATAN
TERHADAP AKTIVITAS SEKSUAL
Wawan Ridwan M, Eko Sumaryanto, Endang Sri W
Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Okupasi Terapi
Abstract: Perception, Disability, Stroke, Sexual Activity, Motivation. This
study aims to determine perceptions of stroke survivors who have disabilities to sexual activity. Data analysis was conducted through descriptive analysis with case study design were fixed (embedded case study research). Data collection techniques with depth interviews, and focus group discussion. The results obtained by the themes of disability following limb abnormalities in the body, negative self-concept, functional limitations, empowering religion, disability as a test / trial / warning from God, as the disability provisions of the Lord, the attitude of resignation, and people with disabilities want to maintain the existence of self and the desire to serve. Theme of sexual activity is the husband-wife relationship/ intercourse, negative self-concept, sexual fungi limitation, the factors that encourage sexual activity, sexual function, and the desire to serve. Motivation living in patients affected by the condition of stroke disability, religious belief, and culture.
Keywords: perception, disability, stroke, sexual activity, motive
ini bertujuan mengetahui persepsi penderita stroke yang mengalami kecacatan terhadap aktifitas seksual. Analisis data dilakukan melalui analisis deskriptif dengan rancangan studi kasus terpancang (embedded case study research). Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, dan focus group discussion. Hasil penelitian diperoleh tema-tema tentang kecacatan sebagai berikut abnormalitas ekstremitas tubuh, konsep diri negatif, keterbatasan fungsional, agama memberi kekuatan, kecacatan sebagai ujian/ cobaan/ peringatan dari Tuhan, kecacatan sebagai ketentuan dari Tuhan, sikap tawakal, dan penyandang cacat ingin menjaga eksistensi diri dan berhasrat untuk mengabdi. Tema aktivitas seksual adalah hubungan suami-istri/ bersetubuh, konsep diri negatif, keterbatasan fungi seksual, faktor-faktor yang mendorong aktivitas seksual, fungsi seksual, dan hasrat untuk mengabdi. Motivasi hidup pada penderita stroke dipengaruhi oleh kondisi cacat, agama yang diyakini, dan budaya.
Kata Kunci: persepsi, kecacatan, stroke, aktivitas seksual, motif
PENDAHULUAN tergantung dari system anatomi dan
fisiologi, serta dipengaruhi faktor Seks merupakan salah satu fisik dan psikis. Beberapa literatur kebutuhan manusia, tidak hanya pada dan penelitian menyatakan stroke orang normal tetapi juga pada menyebabkan perubahan perilaku penderita stroke. Ekspresi seksual seksual, baik menurunkan libido, 180 Wawan Ridwan M, persepsi penderita stroke yang mengalami kecacatan 181
potensi seksual dan kepuasan HASIL PENELITIAN
seksual. Beberapa penderita pria dan wanita ragu untuk melanjutkan Hasil penelitian menunjukkan aktivitas seksual pasca stroke, karena bahwa pengertian aktivitas seksual takut bahwa akan menyebabkan mengalami penyempitan makna, suatu serangan stroke lagi. yaitu hubungan suami istri atau Penurunan aktivitas seksual bagi bersetubuh. Hal ini sesuai dengan penderita stroke dan pasangannya pendapatnya Hafidz (2006) bahwa berpengaruh pada keharmonisan setiap aktivitas yang berhubungan perkawinan, hal ini disebabkan dengan organ-organ seks dan kebutuhan seksualnya tidak dapat memperoleh kenikmatan darinya bisa terpenuhi, sehingga kualitas seksual disebut sebagai aktivitas seksual. ikut menentukan kualitas hidup. Aktivitas seksual merupakan bagian Hubungan seksual yang sehat adalah integral dari kepribadian yang tidak hubungan seksual yang dikehendaki, dapat dipisahkan dari kehidupan dapat dinikmati bersama pasangan manusia, dan merupakan ekspresi suami dan istri dan tidak dan pengalaman diri sebagai menimbulkan akibat buruk baik fisik makhluk seksual. Penderita stroke maupun psikis. mengalami perubahan dalam aktifitas Fokus penelitian ini adalah seksual akibat penyakit yang mengungkapkan lebih jauh mengenai dideritanya. Keterbatasan seksual persepsi penderita stroke yang merupakan ketidakmampuan untuk mengalami kecacatan (disabilitas) melakukan aktifitas seksual yang terhadap aktivitas seksual untuk disebabkan oleh malfungsi dari memfasilitasi individu menghadapi organ tubuh, seperti tidak berfungsi kondisinya. Sehingga penelitian ini sebagai mana biasanya atau normal akan menghasilkan konsep tentang dan adanya kelemahan pada tubuh. persepsi penderita stroke yang Faktor fisik, budaya dan mengalami kecacatan (disabilitas) psikis dapat mempengaruhi aktifitas terhadap aktivitas seksual ditinjau seksual penderita stroke. Faktor fisik kualitas hidupnya. mempunyai peranan yang sangat penting dalam aktifitas seksual. METODE PENELITIAN Menurut Djeno (2005), faktor fisik yang berperan adalah pembuluh Fokus penelitian ini akan darah, hormonal, neuromuskular dan mengungkapkan lebih jauh melalui umur. Kondisi fisiknya terganggu, wawancara mendalam dan diskusi kemungkinan besar akan mengalami kelompok terfokus (focus group gangguan pemenuhan kebutuhan discussion) melalui pertanyaan yang seksualitasnya. Misbach (1999), berdasarkan daftar pertanyaan yang menjelaskan bahwa arousal atau telah dibuat, pertanyaan selanjutnya rangsangan adalah meningkatnya diajukan kemudian sesuai dengan reaksi seksual terhadap rangsangan pemahaman makna kecacatan dan seksual yang diterima. Manifestasi aktivitas seksual. rangsangan pada pria berupa ereksi dan pada wanita berupa lendir vagina. Rangsangan pada penderita 182 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 3, Mei 2013, hlm. 180-184
stroke dalam penelitian ini masih lama hubungan seksual, cara
berfungsi dengan baik, akan tetapi stimulasi seksual, dan hal lain yang kadang membutuhkan waktu yang terkait dengan kegiatan seksual. Pada lama. Hal ini sesuai dengan kelompok etnis tertentu, wanita penelitian Djeno (2005) yang diharapkan untuk bersikap pasif menemukan bahwa terjadi penurunan dalam melakukan aktivitas seksual, rangsangan pada penderita stroke. sementara pada kelompok etnis yang Pada penderita stroke masih lain, peran aktif wanita sangat mempunyai keinginan / hasrat untuk dianjurkan. Dalam penelitian ini memberikan kontribusi sebagai penderita pria lebih aktif daripada bentuk memenuhi tanggung jawab perempuan, seperti mengemukakan kepada pasangannya. Penderita hasrat keinginan melakukan stroke mengaku ingin melayani hubungan seksual dan posisi dalam pasangannya. Selain itu penderita aktifitas seksual yang didominasi stroke berkeinginan untuk terus pria sementara wanita bersipat pasif. beribadah kepada Allah SWT dengan Faktor psikis sangat penting dalam menjalankan perintah Nya. Ini melakukan aktifitas seksual. Faktor menunjukkan bahwa kehidupan para psikis meliputi perasaan seperti rasa penderita stroke dalam penelitian ini cemas, malu, depresi dan konflik tidak bisa dipisahkan dari agamanya. dalam hubungan pribadi. Penderita Agama menyuruh kita menjalankan dengan psikis yang baik tidak akan perintah Tuhan dan menjauhi takut melakukan aktifitas seksual, perbuatan yang dilarang agama. sebaliknya takut atau cemas jika Menurut Soelaeman (2001) terjadi sesuatu seperti takut hamil, bahwa tugas hidup umat manusia nyeri, capai dan kekakuan. adalah untuk beribadah kepada Nya, Penelitian yang dilakukan termasuk ibadah dalam arti khusus oleh Djeno (2005) menunjukkan seperti pada shalat dan arti luas bahwa faktor psikis mempengaruhi seperti berbuat baik terhadap sesama aktifitas seksual pasien stroke. Jika termasuk pasangan. psikis negatif mendominasi seperti Tema tujuan hidup di atas depresi dan cemas menyebabkan sesuai dengan konsep Faull dan rendahnya dorongan seksual. Kalliath (2000), bahwa konsep Penelitian yang dilakukan spiritual akan diberi makna dengan oleh Djeno (2005) menunjukkan karateristik hubungan individu dan bahwa terjadi perubahan perilaku hubungannya akan menentukan seksual pada pria pasca stroke akibat interpretasi mereka terhadap tujuan adanya penurunan baik menurunkan hidupnya. libido, potensi seksual dan kepuasan Faktor budaya, termasuk seksual. Hasil penelitian ini berbeda pandangan masyarakat tentang dengan pendapat Pangkahila, (2001) seksualitas dapat mempengaruhi yang menyatakan bahwa aktivitas individu penderita stroke. Tiap seksual merupakan komponen yang budaya mempunyai norma-norma mempengaruhi kehidupan seksualitas tertentu tentang identitas dan seorang individu. Aktivitas seksual aktivitas seksual. Menurut Jhonson bersifat total, multi-determined dan (1989), budaya turut menentukan multi dimensi. Oleh karena itu Wawan Ridwan M, persepsi penderita stroke yang mengalami kecacatan 183
aktivitas seksual bersifat holistik Konsep Cak Fu (2005)
yang melibatkan aspek bio psiko mendukung penelitian ini, bahwa sosial, kultural, dan spiritual. kecacatan yang oleh masyarakat Aktivitas seksual seseorang masih dimaknai sebagai sifat sangat ditentukan oleh berbagai abnormal, ketidaksempurnaan dan kebutuhan, antara lain kebutuhan keadaan yang rusak sehingga perlu akan kasih sayang, rasa aman disempurnakan. Masyarakat secara psikologis, serta harga diri sebagai umum menganggap bahwa sesuatu wanita atau pria. Pada kondisi yang berada diluar kenormalan harus dimana kesehatannya terganggu, disesuaikan untuk menjadi normal. seseorang kemungkinan besar akan Konsep ini dipengaruhi karateristik mengalami gangguan pemenuhan manusia, mementingkan kondisi fisik kebutuhan seksualitasnya, yang manusia seperti berat badan, tinggi dapat ditampilkan melalui berbagai badan dan bentuk tubuh. Maka bila aktivitas seksual (Birkhead, 1989). ada salah satu individu atau Tema-tema yang muncul kelompok dalam masyarakat yang dalam penelitian ini akan membantu memiliki karateristik diluar penilaian okupasi terapis dalam prakteknya rata-rata, maka digolongkan sebagai untuk mengkaji kebutuhan klien. individu atau kelompok yang tidak Pemahaman agama dari para normal. Pendapat Fu ini didapatkan partisipan merupakan fondasi untuk dari hasil literature review dan mengembangkan keterbukaan dan wawancara dari para tokoh agama empati dalam suatu hubungan dan masyarakat di Indonesia. Tema dengan pasien atau klien. Sebagai ini sama dengan konsep Faull dan contoh bahwa agama memberikan Kalliath (2000) yang mendefinisikan semangat hidup bagi penderita kecacatan lebih komprehensif, yang stroke, maka okupasi terapis menggambungkan kemampuan dan memberikan semangat dan dukungan ketidakmampuan sehingga individu agar klien mampu berpartisipasi akan mampu mempersepsikan dalam dalam setiap pelaksanaan okupasi kehidupan dengan keseluruhan terapi. Tema pada penelitian ini menjadi focus seperti fokus akan berbeda dengan hasil penelitian refleksi ukuran individu secara Aspani (2006) tentang Pandangan mutlak lebih baik daripada beberapa Penderita stroke Beragama Islam bagian kondisi objek dan meliputi tentang Kecacatan Didapat yang pertimbangan kognitif dan emosi. dialaminya di Kecamatan Colomadu Makna disini bahwa penderita stroke terhadap 5 partisipan, terdiri dari satu akan menilai kondisi dirinya secara partisipan fraktur kollum femoris, 2 keseluruhan (fisik dan psikis) tidak partisipan stroke hemiplegia sinistra hanya bagian abnormalitas pada dan 2 stroke hemiplegia dekstra, tubuhnya. dengan hasil bahwa tema kecacatan Sesuai tema penelitian ini, sama maknanya dengan impairment. Kasim (2002) sebagai pemerhati Pada penelitian ini, partisipan terdiri masalah stroke dan melakukan dari 4 stroke hemiparesis sinistra dan penelitian di Asia Pasifik, dari hasil 1 stroke hemiparesis dekstra. wawancara beberapa penderita stroke mengungkapkan bahwa memiliki 184 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Jilid 3, Mei 2013, hlm. 180-184
kecacatan sebagai suatu ujian untuk DAFTAR RUJUKAN
tahan menderita, tidak mengeluh dan menerima kondisi tersebut apa Aspani. (2006). Pandangan adanya tanpa dengan berusaha untuk penyandang acat beragama melakukan suatu apapun, misalnya islam tentang kecacatan melalui upaya rehabilitasi. didapat yang dialaminya di Kecamatan Colomadu. Karya KESIMPULAN DAN SARAN Tulis Ilmiah. Tidak dipublikasikan. Persepsi penderita stroke tentang Djeno, S. (2005). Perubahan perilaku kecacatan diperoleh tema tentang seksual pria pasca stroke. abnormalitas pada ektremitas tubuh, Tesis. Universitas Diponegoro. agama memberi kekuatan, kecacatan Tidak dipulbikasikan. sebagai ujian/cobaan/peringatan dari Fu, C. (November, 17 2004). Teologi Tuhan, sikap tawakal, dan penderita kecacatan. Retrieved : October, stroke ingin menjaga eksistensi diri 21 2005, dari Error! Hyperlink dan berhasrat untuk mengabdi. reference not valid.. Persepsi penderita stroke terhadap Glass, C. & Soni, B. (1999). Sexual aktifitas seksual adalah: hubungan problem of disable patients. suami istri/bersetubuh, konsep diri British Medical Journal. 518- negatif, keterbatasan fungsi seksual, 21 faktor-faktor yang mendorong Hafidhuddin, D. (2003). Inter-relasi aktifitas seksual, fungsi seksual dan positif keluarga, penjenguk dan hasrat untuk mengabdi. Motivasi penderita.. In Yafie, A., et al. hidup penderita stroke dipengaruhi (2003). Sakit menguatkan oleh tiga hal yakni kondisi cacat, iman. Uraian pakar medis dan agama yang diyakini dan budaya. spiritual. Jakarta : Gema Insani Saran yang diharapkan adalah Press. sebelum proses penelitian, sebaiknya peneliti melakukan survey terhadap Kasim, E. R. (December, 13 2004). demografi penduduk agar peneliti Cacatan menutup decade Asia mempunyai data-data tentang para Pasifik bagi penyandang cacat. penderita stroke sebelum melakukan Retrieved : October, 21 2005, pengambilan informasi, diharapkan dari mempunyai komunikasi yang baik, http://evakasim.blogspot.com. agar pelaksanaan wawancara akan Keesing, R. M. (1992). Antropologi berlangsung lancar dan dapat budaya. Suatu perspektif mengembangkan pertanyaan dari kontemporer, 2nd ed. Jakarta: beberapa pernyataan atau informasi PT Gelora Aksara Pratama. yang didapat saat berlangsung Soelaeman, M. M. (2001). Ilmu wawancara. Serta peneliti sebaiknya budaya dasar suatu pengantar. memberikan pertanyaan terbuka, Bandung : PT. Refika Aditama. tidak memberikan pertanyaan tertutup atau pertanyaan yang mengarahkan suatu jawaban tertentu.