1. Salah desain. Contoh salah desain adalah apabila suatu komponen didesain dengan dimensi yang
tidak sesuai pada saat penggunaannya.
2. Salah memilih material. Memilih material harus mempertimbangkan sifat fisik, kimia serta
mekanik. Contoh salah memilih material adalah penggunaan keramik pada pembebanan
spontanitas. Pada pembebanan spontanitas dibutuhkan material yang tangguh.
3. Ketidaksempurnaan material. Ketidaksempurnaan material yaitu berupa cacat (porositas, inklusi,
laminasi, segregasi) yang timbul pada saat proses pembuatan dilakukan seperti proses forging,
rolling, casting dan sebagainya. Contoh ketidaksempuranaan material yaitu porositas yang dapat
memberikan microsite sebagai tempat terjadinya korosi serta menurunkan densitas komponen dan
kekuatannya.
4. Salah dalam proses pembuatan. Salah dalam proses pembuatan dapat disebabkan oleh
karena rolling (laminasi dan inklusi), casting (pori, pengkerutan, segregasi dan
coldshut), heat treatment (dekarburisasi, scale, improper microstructure dan over/under tempered)
, machining dan welding (pori, retak, lack of penetration dan undercut).
5. Salah dalam penyatuan (assembly). Salah dalam penyatuan (assembly) dapat disebabkan
oleh operator error, improper rivet, inaccurate dan incomplete. Contoh salah dalam penyatuan
yaitu apabila rivet yang digunakan tidak layak maka rivet tersebut tidak dapat menopang
pembebanan bada saat suatu komponen bekerja.
6. Kondisi operasi tidak sesuai. Kondisi operasi meliputi kecepatan, pembebanan, temperatur, serta
zat kimia pada lingkungan. Contoh penyebab kerusakan karena kondisi operasi yang tidak sesuai
adalah kondisi operasi kapal titanic pada daerah kutub yang bersuhu rendah sangat ekstrim. Kapal
titanic yang dibuat dengan material yang memiliki perilaku ductile-brittle transition berubah sifat
dari ductile menjadi brittle karena suhu operasi di daerah kutub sangat rendah.
7. Salah perawatan. Contoh dari salah perawatan yaitu pada komponen yang saling bergesekan
seperti rantai dan gerigi tidak diberi lubrikan secara berkala, maka akibatnya adalah material rantai
atau gerigi yang memiliki kekerasan lebih rendah akan cepat mengalami penghilangan
(pengikisan) material. Penghilangan (pengikisan) material ini biasa disebut dengan keausan.
Buatlah analisa kerusakan pada Tali Pinggang saudara yang biasa dipakai sehari-hari.
Analisa kerusakan pada Tali Pinggang yang biasa dipakai sehari-hari:
Tali pinggang pada keadaan digunakan secara normal mengalami pembebanan tarik pada
keseluruhan tali pinggang. Pada kondisi tersebut lubang pengait yang terdapat pada ikat
pinggang dapat memberikan konsentrasi tegangan yang kemudian dapat berakibat pada
kegagalan yang dimulai dari lubang tersebut. Selain itu, lubang tersebut juga dapat menginisiasi
keretakan (putus) yang dapat menjalar selama tali pinggang tersebut digunakan.
Gambar 1. Tali pinggang yang biasa dipakai sehari-hari.
a. Severity, yakni rating yang mengacu pada besarnya dampak serius dari suatu potential
failure mode.
b. Occurrence, yakni rating yang mengacu pada berap abanyak frekuensi potential failure
terjadi.
c. Detection, yakni mengacu pada kemungkinan motode deteksi yang sekarang dapat
mendeteksi potential failure mode sebelum produk tersebut dirilis untuk produksi, untuk desain
hingga proses.
Metode FMEA menggunakan Risk Priority Number (RPN), yakni angka yang bakal
menggambarkan area mana yang perlu jadi prioritas perhatian. RPN diukur
berdasarkan severity, occurrence & detection.
RPN = rating severity x rating occurrence x rating detection
Suatu tindakan koreksi harus dilakukan, bila:
Severity menunjukkan angka 9 atau 10, karena dampaknya sangat serius dan berpotensi
menghasilkan kerugian yang sangat besar, atau
Severity rating x occurrence rating menghasilkan angka yang tinggi, atau
Tidak ada aturan khusus, lakukan judgment berdasarkan analisa RPN.